Anda di halaman 1dari 39

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Obesity Hipoventilation Syndrome (OHS) atau disebut juga pickwickian syndrome adalah
pasien obesitas yang mengalami hiperkapnia (PaCO2 > 45mmHg) tanpa ditemukan kelainan lain
yang mendasari terjadinya hipoventilasi.
OHS adalah suatu kondisi dimana orang yang kelebihan berat badan gagal bernafas cukup
cepat atau cukup dalam, mengakibatkan kadar oksigen darah rendah dan kadar karbondioksida
tinggi (CO2).
OHS adalah merupakan suatu kondisi yang kompleks dimana hal ini terjadi pada pasien
dengan obesitas dan gangguan pernafasan yang ditandai dengan adanya kadar oksigen yang
rendah dan kadar karbondioksida tinggi dalam darah.

B. Etiologi
Penyebab dari Obesity Hipoventilation Syndrome (OHS) belum diketahui secara pasti.
Diduga berhubungan dengan defek pada kedua belahan otak yang mengontrol pernafasan dan
karena adanya obesitas pada pasien menyebabkan gangguan pada complience paru. Hal ini
menyebabkan pasien biasanya sulit untuk menarik nafas dalam sebagai akibat akan terjadi
penumpukan kadar CO2 dalam darah dan kadar oksigen tidak mencukupi kebutuhan.

C. Tanda dan gejala


1. Mudah lelah meskipun saat melakukan aktivitas ringan
2. Sering mendengkur dengan keras saat tidur
3. Sering terbangun dimalam hari karena tersedak atau tercekik
4. Penurunan semangat kerja ketika malam atau pagi hari
5. Episode singkat apnea pada malam hari
6. Peningkatan CO2 mengakibatkan sakit kepala, rasa kantuk yang berlebihan saat siang hari.
7. Sesak nafas
8. Hipoksia kronis
9. Hiperkapnia
10. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di temukan asidosis respiratorik

1
D. Pathway

Obesitas

Distribusi lemak Infiltrasi lemak pada otot- Resistensi leptin Resisten jalan nafas
centraberlebih otot pernafasan atas

Pengembangan dinding Gangguan pernafasan


dada menurun ketika tidur
Peningkatan tekanan Meningkatkan tahanan
Penurunan kepekaan
jalan nafas pada arteri pulmonal
Kerja otot-otot pernafasan respon pusat ventilasi Hiperventilasi
meningkat sehingga meningkatkan memendek periode
tekanan negatif pada pleura Penurunan compliance apneu memanjang
Hipertensi Pulmonal Hiperventilasi
dinding dada dan paru
memendek
Retensi CO2 dan
Peningkatan beban peningkat paCO2
kerja ventrikel kanan Retensi CO2 dan
Penurunan Tidal peningkat paCO2
Hipercapni acut
Volume  Hiperventilasi
Gagal Jantung Kanan
 Peningkatan kadar
Hipercapnia kronis
bicarbonat
Peningkatan beban
kerja pernafasan
Gagal Nafas

2
E. Patofisiologi
Hiperkapnea pada OHS disebabkan oleh keadaan hipoventilasi. Pemberian ventilasi tekanan
positiv atau Positive Airway Presure (PAP) dapat memperbaiki hiperkapnea. Obesitas yang berat
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan beban sistem pernafasan, kelemahan otot-otot
pernafasan, resistensi leptin dan gangguan pernafasan ketika tidur, sehingga menyebabkan
penurunan kepekaan respon pusat ventilasi yang dapat menyebabkan hipoventilasi dan
hiperkapnea.
Proses terjadinya OHS :
1. Peningkatan beban sistem pernafasan
Pasien obesitas berat umumnya memiliki distribusi lemak sentral yang membesar.
Distribusi lemak pada dinding dada dan abdomen serta pergeseran diafragma ke arah sifalik
pada pasien OHS terjadi ketika berbaring terlentang, sehingga mengurangi pengembangan
dinding thorax. Otot-otot pernafasan harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan tekanan
negatif yang lebih tinggi pada rongga pleura sehingga memudahkan aliran udara masuk pada
saat inspirasi. Pengembangan dinding thorax dan paru yang berkurang menyebankan tahanan
jalan nafas meningkat dan berkurangnya kapasitas residu fungsional (KRF). Peningkatan
ambang beban inspirasi akibat masa jaringan lemak yang berlebihan, penurunan compliance
dinding thorax dan paru, dan peningkatan tahanan sistem pernafasan akan meningkatkan
beban kerja sistem pernafasan. Beban kerja sistem pernafasan adalah total energi yang
dibutuhkan dalam proses pernafasan berupa total oksigen yang dikonsumsi oleh otot-otot
pernafasan untuk setiap liter ventilasi.
2. Kelemahan otot-otot pernafasan
Adanya infiltrasi jaringan lemak yang berlebihan pada otot-otot. Keadaan hiperkapnia
juga dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot-otot diafragma.
3. Resistensi leptin
Leptin merupakan hormon yang dihasilkan oleh jaringan lemak putih dengan susunan
kristal yang mirip dengan susunan kristal yang mirip dengan sitokin. Hormon ini dapat menekan
rasa lapar sehingga berperan dalam penurunan berat badan. Leptin selain memiliki efek
antiobesitas dan berperan dan berperan dalam peningkatan ventilasi semenit. Obesitas
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen untuk pernafasan sehingga terjadi peningkatan
karbondioksida. Penambahan masa jaringan lemak akan merangsang jaringan lemak putih
untuk meningkatkan prosuksi leptin merangsang peningkatan ventilasi semenit sebagai
mekanisme kompensasi untuk mengeluarkan CO2 yang berlebihan.

3
4. Gangguan pernafasan ketika tidur
Hiperkapnea akut menimbulkan mekanisme kompensasi tubuh berupa hiperventilasi
sesudah periode apnea yang akan mengeluarkan sisa CO 2 yang terakumulasi selama periode
apnea. Mekanisme lainnya adalah peningkatan kadar bikarbonat HCO 3 di serum oleh ginjal
untuk mempertahankan derajat keasaman (pH). Gangguan kedua mekanisme kompensasi ini
dapat terjadi gangguan hiperkapnea kronik

F. Pemeriksaan penunjang
1. AGD untuk mengetahui adanya hiperkapnea dan hipoksemia
2. Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
3. Ekokardiogram untuk mengetahui pembesaran ventrikel kanan
4. Polisonografi untuk menentukan adanya hiperkapnea, hipoksia dan hipoventilasi selama tidur

G. Penatalaksanaan
1. Terapi O2
2. Ventilasi mekanik tekanan positif
3. Thrakeostomi
4. Pembedahan menurunkan berat badan

H. Komplikasi
1. Hipertensi pulmonal
2. Gagal jantung kanan
3. Gagal nafas

I. Konsep dasar keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Mengecek kepatenan jalan nafas
b) Mengobservasi alat mekanisme yang digunakan untuk mengamankan jalan
nafas agar tidak tersumbat saat pasien tidak bernafas spontan atau tidak
mampu mempertahanakan bersihan jalan nafas
c) mengobservasi naik turunnya dada
d) Mengecek posisi tube dengan auskultasi atau pemeriksaan rontgen thorax

4
e) Mengecek kepatenan tube mulai dari status cuff dan sumbatan pada cuff seperti
sputum atau kerak yang tebal
2) Breathing
a) Mengecek pergerakkan dada pasien
b) Mengkaji kecepatan pernafasan
c) Melakukan auskultasi anterior
d) Melakukan auskultasi lateral
e) Memperhatikan suara - suara nafas tambahan
f) Melakukan pemeriksaan analisa gas darah
3) Circulation
a) Melakukan pengkajian denyut jantung dan iramanya
b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah
c) Memonitor urine output
d) Mengobservasi perfusi parenteral yang terpasang
e) Memonitor rontgen thorax dan pemeriksaan serum elektrolit terutama yang
berhubungan dengan jantung (Na, Mg, K, Ca, Cl, Phospate)
f) Mengkaji asupan nutrisi dan kadar gula darah pasien
g) Mengkaji temperature pasien dan hasil laboratoriumnya
h) Mengkaji dosis serta jalur pemberian cairan IV
4) Disability
a) Mengkaji level kesadaran pasien
b) Mengkaji GCS
c) Mengkaji respon pupil
d) Mengkaji sedasi pasien
e) Mengkaji nyeri pasien
5) Exposure
a) Mengkaji turgor kulit, mukosa kulit, dan integritas kulit pasien
b) Mengkaji lingkungan pasien
c) Mengkaji alat invasif yang terpasang
d) Mengkaji posisi pasien

b. Pemeriksaan sekunder
1) Pemeriksaan fisik head to toe
2) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran

5
3) Eliminasi : kaji haluaran urine, diare, konstipasi
4) Makanan/cairan : penambahan BB yang signifikan, pembengkakan ekstrimitas,
oedema pada bagian tubuh
5) Nyeri/kenyamanan : nyeri pada satu sisi, ekspresi meringis
6) Neurosensori : kelemahan (perubahan kesadaran)

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain :
1) Gangguan pertukaran gas b/d alveolar hipoventilasi
2) Ketidakefektifan pola nafas b/d PPOM, distending dada, kelelahan, kerja pernafasan
3) Gangguan mobilitas fisik b/d obesitas
4) Defisit perawatan diri b/d penurunan kesadaran
5) Kelebihan volume cairan b/d hipoalbumin, gagal jantung kanan
6) Menurunya curah jantung b/d hipoksia jaringan, asidosis
7) Gangguan pola tidur b/d sesak nafas

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas a. Dapat mempertahankan Airway manajemen
b/d alveolar hipoventilasi pertukaran CO2 atau O2 di a. Buka jalan nafas
alveolar dalam keadaan b. Posisikan pasien untuk
normal memaksimalkan ventilasi
b. Tidak terdapat sianosis c. Pasang mayo bila perlu
pada pasien d. Lakukan suction pada
c. Pasien tidak mengalami mayo
nafas dangkal atau e. Auskultasi suara nafas,
ortopnea catat adanya suara
tambahan
f. Monitor konsentrasi dan
status O2
2 Ketidakefektifan pola nafas a. Pertukaran gas dan Airway manajemen
b/d PPOM, distending dada, ventilasi pasien tidak a. Buka jalan nafas
kelelahan, kerja pernafasan bermasalah b. Posisikan pasien untuk

6
No Diagnosa NOC NIC
b. Tidak menggunakan memaksimalkan ventilasi
pernafasan mulut c. Pasang mayo bila perlu
d. Lakukan suction pada
mayo
e. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
f. Monitor konsentrasi dan
status O2
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung,
dan sekret trakhea
b. Pertahankan jalan nafas
yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigenasi
e. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign management
a. Monitor TD, nadi, RR, suhu
b. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
f. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit

7
No Diagnosa NOC NIC
g. Monitor adanya tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik
h. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Gangguan mobilitas fisik b/d a. Mampu berpartisipasi a. Kaji keterbatasan gerak
obesitas dalam perawatan diri sendi
dengan bantuan minimal b. Kaji motivasi pasien untuk
tanpa menunjukkan mempertahankan
kelelahan pergerakan sendi
b. Melakukan perpindahan : c. Jelaskan alasan
miring kiri/ miring kanan pemberian latihan kepada
dengan bantuan minimal pasien
c. Menggunakan posisi duduk d. Monitor rasa nyeri dan
yang benar ketidaknyamanan saat
d. Mempertahankan kekuatan melakukan aktivitas
otot e. Lindungi pasien dari cidera
e. Mempertahankan selama latihan dan
fleksibilitas sendi pemberian tindakan
f. Bantu pasien ke posisi
yang optimal untuk latihan
rentang gerak
g. Anjurkan pasien untuk
melakukan latihan bila
memungkinkan
h. Beri respon positif pada
setiap kemajuan pasien
dalam beraktivitas.
4 Defisit perawatan diri b/d a. Klien terbebas dari bau a. Monitor kemampuan
penurunan kesadaran badan pasien untuk perawatan
b. Menyatakan kenyamanan diri mandiri

8
No Diagnosa NOC NIC
terhadap kemampuan b. Monitor kebutuhan klien
untuk melakukan ADL untuk alat-alat bantu untuk
c. Dapat melakukan ADL kebersihan diri,
dengan bantuan berpakaian, berhias,
toileting, dan makan
c. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care
d. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari
e. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika pasien tidak
mampu melakukannya
f. Ajarkan pasien untuk
mendorong
kemandiriannya untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu melakukannya
g. Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan

9
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
No. MR : 01.88.24.92
Usia : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Keawarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Pisangan RT 012 RW 05, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : Pegawai Swasta
BB / TB : 164 Kg / 167 cm
Tanggal Masuk RS : 8 Maret 2019, Jam : 05.30
Tanggal Masuk ICU : 14 Maret 2019, Jam : 21.15
Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2019, Jam : 23.00 WIB

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nafas terasa sesak.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nafas terasa sesak sejak 3 bulan yang lalu disertai batuk berdahak,
sesak lebih terasa saat tidur terlentang. Pasien juga mengatakan nafas terasa berat dan
seperti terhimpit. Pasien tampak oedema di seluruh tubuh, capillary reffil pada kedua
tungkai > 3 detik. Pasien juga tampak kesulitan dalam menggerakkan tubuhnya. Pasien
saat ini menggunakan alat bantu nafas ventilator mekanik dengan mode P16SIMV18,
PEEP : 13, FiO2 : 80%. Pada pemeriksaan tanda - tanda vital didapatkan hasil: TD :
123/45 mmHg, MAP : 71 mmHg, HR : 107 x/m, Suhu : 38.0 oC, RR : 34 x/m, SpO2: 85%.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat di rumah sakit pada tahun 2016
dengan keluhan demam. Pasien mengatakan mengonsumsi obat herbal untuk

10
menurunkan berat badan sejak 1 tahun yang lalu, kemudian pasien mengalami
pembengkakan pada seluruh tubuh dan kesulitan dalam melakukan rutinitas sehari -
hari. Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi atau pun
Diabetes Melitus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan ibu pasien memiliki penyakit Diabetes Melitus.

3. Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital


Keadaan Umum : Sangat lemah
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 123 / 45 mmHg, MAP : 71 mmHg
Nadi : 107 x/m
Suhu : 38.0 oC
Pernafasan : 34 x/m
SpO2 : 85 %

4. Pemeriksaan Primer
a. Airway
Jalan nafas paten, Terpasang ETT no 7,5. Kedalaman 22 cm Cuff ETT tidak bocor..
Terdapat secret pada jalan nafas, reflek batuk (+). Pada hasil rontgen thorax tgl 08
Maret 2019, didapatkan hasil : Pleuropneumoni Bilateral + Edema Pulmo + Terpasang
ETT dengan ujung distal di proyeksi TH 3-4, jarak dengan carina lk. 2.7cm.
b. Breathing
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan haril pernafasan : 34 x/m, dan SpO 2 :
85%. Pasien saat ini menggunakan ventilator mekanik dengan mode P16SIMV18, PEEP :
13, FiO2 : 80%. Pergerakkan dinding dada terpantau cepat. Pada pemeriksaan
auskultasi terdapat bunyi ronchi pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan analisa
gas darah, didapatkan hasil : PH : 7.22, PCO2 : 101.1, PO2 : 62.1, HCO3 : 41.4, BE : 9.4,
SO2 : 82.4.
c. Circulation
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil Tekanan Darah : 123 / 45 mmHg,
MAP : 71 mmHg. Nadi teraba kuat dan dalam HR : 107 x/m. akral teraba demam, suhu :
38.0 oC. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil : Na : 148 mmol/L, K : 4.61
mmol/L, Cl : 100 mmol/L, GDS : 136 mg/dL, Albumin : 2.85 g/dL. Pada pemeriksaan

11
rontgen thorax tgl 08 Maret 2019, didapatkan hasil : Besar Jantung tidak dapat dinilai
(tertutup opositas). Pasien tampak oedema di seluruh tubuh. Produksi urine output 80cc:
0.07 cc/kgbb (dalam 8 jam pertama dirawat di ruang ICU). Capilary Reffil pada kedua
tungkai > 3 detik. Pasien saat ini terpasang IV line no 22 pada tangan kiri, pada jalur IV
line terpasang obat Paracetamol 1gr (IV) dan Nicardipine titrasi (IV). Pasien terpasang
NGT no 16 pada cavum nasal, untuk pemberian nurtrisi enteral.
d. Disability
Keadaan umum sangat lemah, kesadaran : composmentis. Respon ukuran pupil : 3mm,
reflek cahaya (+). Pasien mengatakan badan lemas, dan kepala pusing, dengan skala
nyeri : 3.
e. Exposure
Terdapat decubitus grade I pada bokong, luka tampak kemerahan. Terdapat bula pada
tangan kiri pasien. Pasien tampak oedema di seluruh tubuh, capillary reffil pada kedua
tungkai > 3 detik, dan pasien tampak sulit menggerakkan tubuhnya. Pasien memiliki
berat badan : 164 kg, tinggi badan : 167 cm. Pada pasien terpasang ETT No 7.5,
dengan kedalaman 22cm, NGT no 16, DC no 16, dan IV Cath no 22 di tangan kiri.
Pasien hanya dapat berbaring dalam posisi semi fowler.

5. Pemeriksaan Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Pasien mengatakan badan lemas, dan sulit untuk bergerak. pasien mengatakan sulit
untuk menekuk kaki. Pasien tampak hanya berbaring, namun pasien mampu untuk
mengangkat kedua tangan dan kaki.
2. Makanan dan cairan
Pasien terpasang NGT sejak tanggal 12 Maret 2019. Pasien diberikan diet per-NGT
berupa susu cair + extra putih telur.
3. Respirasi
Pasien terpasang ETT No 7.5, dengan kedalaman 22cm, pernapasan menggunakan
ventilator mekanik dengan mode P16SIMV18, PEEP : 13, FiO2 : 80%. Dari hasil
pemeriksaan TTV didapatkan hasil RR : 34 x/m, SpO2 : 85%. Terdapat suara ronchi, dan
terdapat secret pada jalan nafas.
4. Eliminasi
Pasien belum ada BAB selama 2hari.

12
5. Perkemihan
Pasien terpasang DC no 16 sejak tanggal 12 Maret 2019, urin warna kuning pekat.
Balance Cairan dalam 8 jam pertama di rawat : -263.5cc dengan urin output : 0.067
cc/kgBB/jam.

6. Penatalaksaan
Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 14 Maret 2019 :
Cefepime 2 gr/ 12 jam (iv)
Furosemide 20 mg/ 8 jam (iv)
Omeperazole 40 mg/ 24 jam (iv)
Combivent : Pulmicort 2 : 2 / 8 jam (inh)
Candistin drop 6x2 drop (oral)
Nicardipin Titrasi (iv)
Paracetamol Extra 1gr (iv)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Pada tanggal 14 Maret 2019 :
Hb : 11.6 g/dL, Leu : 9.37 10^3/µL, Trombo : 148 x10^3/µL, Ht : 43.9 %, Na : 148
mmol/L, K : 4.61 mmol/L, Cl : 100 mmol/L, GDS : 136 mg/dL, PH : 7.22, PCO2 : 101.1,
PO2 : 62.1, HCO3 : 41.4, BE : 9.4, SO2 : 82.4, Albumin : 2.85 g/dL.
b. Radiologi :
Pada tanggal 08 Maret 2019 :
Rontgen Thorax : Pleuropneumoni Bilateral, Edema Pulmo, Besar Jantung tidak dapat
dinilai (tertutup opositas), Terpasang ETT dengan ujung distal di proyeksi TH 3-4, jarak
dengan carina lk. 2.7cm.
c. EKG :
Pada tanggal 12 Maret 2019 :
EKG dengan gambaran Sinus Rhytm.

13
B. Analisa Data
No. Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah
1 a. Pasien mengatakan nafas a. Keadaan umum : Lemah sekali. Hipoventilasi alveolar Gangguan pertukaran gas
terasa sesak terutama saat Kesadaran : Composmentis
tidur terlentang b. pH : 7.22
b. Pasien mengatakan nafas c. PCO2 : 101.1
terasa berat dan seperti d. PO2 : 62.1
terhimpit e. Terpasang ETT No. 7.5, dengan
kedalaman 22cm, cuff tidak bocor
f. Menggunakan ventilator mekanik dengan
mode P16SIMV18, PEEP : 13, FiO2 : 80%
g. Terdengan suara ronchi pada kedua
lapang paru
h. Pemeriksaan tanda - tanda vital : TD :
123/45 mmHg, MAP : 71 mmHg, HR :
107 x/m, Suhu : 38.0 oC, RR : 34 x/m,
SpO2 : 85%
i. Rontgen Thorax : Pleuropneumoni
Bilateral + Edema Pulmo
j. BB : 164 Kg, TB : 167 Cm

14
No. Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah
2 a. Pasien mengatakan nafas a. Terdapat secret pada jalan nafas Peningkatan produksi secret Ketidakefektifan bersihan
terasa sesak desertai batuk b. Reflek batuk (+) jalan nafas
berdahak c. Dyspneu (+)
d. Terdenganr rochi pada kedua lapang
paru
e. Pemeriksaan tanda - tanda vital : TD :
123/45 mmHg, MAP : 71 mmHg, HR :
107 x/m, Suhu : 38.0 oC, RR : 34 x/m,
SpO2 : 85%
3 a. Pasien mengatakan badan a. Pasien hanya dapat mengangkat kedua Obesitas Hambatan mobilitas fisik
sulit digerakkan kaki dan tangan
b. Pasien mengatakan tidak b. Pasien hanya berbaring di tempat tidur
dapat menekuk kaki c. BB : 164 Kg
4 a. - a. Pasien terpasang ETT No 7.5, dengan Pemasangan alat - alat Resiko infeksi
kedalaman 22cm. invasif
b. Pasien terpasang NGT no 16.
c. Pasien terpasang DC no 16.
d. Pasien terpasang IV Cath no 22 di tangan
kanan.
e. Terdapat bula pada tangan kiri pasien.

15
No. Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah
f. Pada hasil pemeriksaan laboratorium
didapat han hasil leukosit : 9.37 10^3/µL.
g. Suhu tubuh : 38.0 oC
h. Terdapat decubitus grade I pada bokong,
luka tampak kemerahan
5 a. Pasien mengatakan a. Jumlah urin dalam 8 jam pertama sejak Peningkatan akumulasi Kelebihan volume cairan
mengalami pembekakan masuk ruangan ICU : 80cc cairan dalam jaringan
seluruh tubuh sejak 1 tahun b. Urin output : 0.07 cc/kgBB/jam
terakhir c. Pasien tampak oedema di seluruh tubuh,
capillary reffil pada kedua tungkai > 3
detik
d. Terdenganr rochi pada kedua lapang paru
e. Dari hasil pemeriksaan laboratorium :
Albumin : 2.85 g/dL, Na : 148 mmol/L, K :
4.61 mmol/L, Cl : 100 mmol/L, GDS : 136
mg/dL
f. BB : 164 kg
6 a. Pasien mengatakan badan a. Pasien terpasang alat bantu nafas Gangguan mobilitas fisik Defisit perawatan diri
lemas dan sulit bergerak b. Pasien tampak mengantuk
c. Pasien tampak sulit menggerakkan

16
No. Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah
ekstremitas
d. Pasien hanya dapat berbaring dalam
posisi semi fowler

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi alveolar
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Peningkatan produksi secret
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan akumulasi cairan dalam jaringan
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Obesitas
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Gangguan mobilitas fisik
6. Resiko infeksi berhubungan dengan Pemasangan alat - alat invasif

17
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Gangguan pertukaran gas berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 1. Managemen asam basa asidosis metabolik,
dengan Hipoventilasi alveolar x 24jam diharapkan pertukaran O2 dan CO2 efektif alkalosis metabolik, asidosis respiratorik dan
DS : dengan kriteria hasil : alkalosis respiratorik
a. Pasien mengatakan nafas terasa a. Tekanan parsial oksigen di darah arteri (PaO2 > 2. Monitoring asam basa
sesak. 90) 3. Managemen jalan nafas buatan
b. Pasien mengatakan nafas terasa b. PaCO2 35 - 45 4. Manajemen ventilasi mekanik invasif atau non
sesak terutama saat tidur terlentang. c. PH 7,35 - 7,45 invasif
c. Pasien mengatakan nafas terasa d. SPO2 > 90% 5. Monitor tanda tanda vital dan hemodinamik
berat dan seperti terhimpit. e. Hasil rontgen normal 6. Pencegahan aspirasi
f. Tingkat kesadaran composmentis 7. Monitoring pemberian therapi intravena
DO : g. Tidak ada sianosis 8. Manajemen cairan dan monitoring cairan
k. Keadaan umum : Lemah sekali. h. Tidak ada dipsnea saat istirahat / aktivitas ringan 9. Manajemen nutrisi enteral
Kesadaran : Composmentis i. Airway paten 10. Manajemen nyeri
l. pH : 7.22 j. Tidak menggunakan alat bantu pernafasan 11. Berikan pengaturan posisi untuk
m. PCO2 : 101.1 memaksimalkan ventilasi
n. PO2 : 62.1 12. Lakukan plebotomi : pengambilan sample darah
o. Terpasang ETT No. 7.5, dengan arteri
kedalaman 22cm, cuff tidak bocor
p. Menggunakan ventilator mekanik

18
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
dengan mode P16SIMV18, PEEP :
13, FiO2 : 80%
q. Terdengan suara ronchi pada kedua
lapang paru
r. Pemeriksaan tanda - tanda vital :
TD: 123/45 mmHg, MAP : 71
mmHg, HR : 107 x/m, Suhu :
38.0oC, RR : 34 x/m, SpO2 : 85%
s. Rontgen Thorax : Pleuropneumoni
Bilateral + Edema Pulmo
t. BB : 164 Kg, TB : 167 Cm
2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 1. Penghisapan lendir pada jalan nafas
berhubungan dengan Peningkatan x 24 jam diharapkan status bersihan jalan nafas 2. Manajemen jalan nafas buatan
produksi secret pasien paten dengan kriteria: 3. Pencegahan aspirasi
DS : a. Frekuensi pernafasan 12 – 24 x/menit 4. Lakukan fisioterapi dada
a. Pasien mengatakan nafas terasa b. Irama pernafasan normal 5. Manajemen ventilasi mekanik invasif atau non
sesak desertai batuk berdahak c. Kedalaman inspirasi normal invasif
d. Mampu mengeluarkan sekret 6. Lakukan penyapihan ventilasi mekanik
DO : e. Tidak ansietas 7. Kolaborasi dalam pemberian obat inhalasi
f. Terdapat secret pada jalan nafas f. Tidak tersedak 8. Pemberian terapi oksigen

19
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
g. Reflek batuk (+) g. Tidak ada suara tambahan 9. Lakukan pengaturan posisi
h. Dyspneu (+) h. Tidak ada akumulasi sputum 10. Monitor tanda tanda vital
i. Terdenganr rochi pada kedua i. Pergerakan respirasi simetris 11. Manajemen asam basa
lapang paru j. Tidak menggunakan otot bantu nafas 12. Manajemen batuk efektif
j. Pemeriksaan tanda - tanda vital : TD k. Tidak dipsnea saat istirahat 13. Monitoring status pernafasan pasien
: 123/45 mmHg, MAP : 71 mmHg,
HR : 107 x/m, Suhu : 38.0 oC, RR :
34 x/m, SpO2 : 85%
3 Kelebihan volume cairan berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 3 x 1. Monitor berat badan pasien
dengan Peningkatan akumulasi cairan 24 jam, diharapkan kelebihan volume cairan dapat 2. Monitor intake makanan/ cairan yang masuk
dalam jaringan hilang atau berkurang, dengan kriteria hasil : 3. Catat setiap cairan yang keluar dari tubuh
DS : a. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam pasien
a. Pasien mengatakan mengalami stabil 4. Pantau tanda - tanda vital
pembekakan seluruh tubuh sejak 1 b. Berat badan pasien berkurang 5. Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan
tahun terakhir c. Turgor kulit stabil retensi cairan (BUN, Creatinin)
d. Oedem berkurang 6. Monitor balance cairan
DO : e. Capillary reffil pada kedua tungkai < 3 detik 7. Monitor status nutrisi pasien
a. Jumlah urin dalam 8 jam pertama f. Bunyi nafas bersih, dan tidak ada dyspneu/ 8. Monitor tanda dan gejala oedema
sejak masuk ruangan ICU : 80cc ortopneu 9. Kolaborasi untuk pemberian cairan yang sesuai
b. Urin output : 0.07 cc/kgBB/jam g. Elektrolit serum stabil : Na : 136 - 145 mmol/L, K: 10. Kolaborasi pemberian diuretik

20
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
c. Pasien tampak oedema di seluruh 3.50 - 5.10 mmol/L, Cl : 98 - 107 mmol/L,
tubuh, capillary reffil pada kedua Albumin : 3.97 - 4.94 g/dL, GDS : 80 140 mg/dL
tungkai > 3 detik
d. Terdenganr rochi pada kedua
lapang paru
e. BB : 164 kg
f. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium: Albumin : 2.85 g/dL,
Na : 148 mmol/L, K : 4.61 mmol/L,
Cl : 100 mmol/L, GDS : 136 mg/dL
4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 1. Kaji keterbatasan gerak sendi
dengan Obesitas x 24jam diharapkan pasien dapat tetap 2. Kaji motivasi pasien untuk mempertahankan
DS : mempertahankan pergerakannya, dengan kriteria : pergerakan sendi
a. Pasien mengatakan badan sulit a. Mampu berpartisipasi dalam perawatan diri 3. Jelaskan alasan pemberian latihan kepada
digerakkan dengan bantuan minimal tanpa menunjukkan pasien
b. Pasien mengatakan tidak dapat kelelahan 4. Monitor rasa nyeri dan ketidaknyamanan saat
menekuk kaki b. Melakukan perpindahan : miring kiri/ miring melakukan aktivitas
kanan dengan bantuan minimal 5. Lindungi pasien dari cidera selama latihan dan
DO : c. Menggunakan posisi duduk yang benar pemberian tindakan
a. Pasien hanya dapat mengangkat d. Mempertahankan kekuatan otot 6. Bantu pasien ke posisi yang optimal untuk

21
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
kedua kaki dan tangan e. Mempertahankan fleksibilitas sendi latihan rentang gerak
b. Pasien hanya berbaring di tempat 7. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan bila
tidur memungkinkan
c. BB : 164 Kg 8. Beri respon positif pada setiap kemajuan
pasien dalam beraktivitas.
5 Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1. Monitor kemampuan pasien untuk perawatan
dengan Gangguan mobilitas fisik 3x24 jam diharapkan pasien mampu melakukan diri yang mandiri
DS: perawatan diri secara mandiri, ditandai dengan 2. Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat bantu
a. Pasien mengatakan badan lemas dan kriteria hasil : untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
sulit bergerak a. Pasien terbebas dari bau badan toileting dan makan
b. Pasien menyatakan kenyamanan terhadap 3. Sediakan bantuan sampaci pasien mampu
DO: kemampuan untuk melakukan ADLS dengan secara utuh untuk melakukan perawatan diri
a. Pasien terpasang alat bantu nafas bantuan 4. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
b. Pasien tampak mengantuk sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
c. Pasien tampak sulit menggerakkan yang dimiliki
ekstremitas 5. Dorong pasien untuk melakukan secara
d. Pasien hanya dapat berbaring dalam mandiri, tapi beri bantuan ketika pasien tidak
posisi semi fowler mampu melakukannya
6. Ajarkan pasien/keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya

22
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
jika pasien tidak mampu melakukannya
7. Beri aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan
8. Lakukan oral hygiene
9. Bantu kebutuhan mandikan pasien
10. Bantu menyisir rambut pasien
11. Bantu mengganti sprei pasien
12. Bantu memberikan makan dan minum lewat
NGT
6 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 1. Kaji tanda - tanda infeksi : suhu tubuh, nyeri,
Pemasangan alat - alat invasif x 24 jam diharapkan akan menangani atau perdarahan, dan pemeriksaan laboratorium
DS : - meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya 2. Pertahan teknik aseptik dalam pemberian
penyebaran infeksi, dengan kriteria hasil : tindakan keperawatan
DO : a. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasi 3. Bersihkan lingkungan bersih untuk mengurangi
a. Pasien terpasang ETT No 7.5, terjadinya penyebaran infeksi resiko infeksi
dengan kedalaman 22cm. b. Mengetahui aktivitas yang dapat meningkatkan 4. Monitor tanda - tanda vital secara berkala
b. Pasien terpasang NGT no 16. infeksi 5. Monitor intake dan output cairan
c. Pasien terpasang DC no 16. c. Suhu tubuh : 36 - 37 oC 6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik yang
d. Pasien terpasang IV Cath no 22 di d. Leukosit dalam darah : 4.50 – 11.50 10^3/µL sesuai
tangan kanan.

23
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
e. Terdapat bula pada tangan kiri
pasien.
f. Pada hasil pemeriksaan laboratorium
didapat han hasil leukosit : 9.37
10^3/µL.
g. Pemeriksaan tanda - tanda vital : TD:
123/45 mmHg, MAP : 71 mmHg, HR :
107 x/m, Suhu : 38.0 oC, RR : 34 x/m

24
E. Implementasi Keperawatan
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
1 Kamis, 14 Maret 1 1. Melakukan penyetingan ventilator Rina
2019 2. Menerima pasien baru Titin
3. Melakukan pemasangan ventilator
4. Melakukan observasi tanda
5. tanda vital
6. Memberikan posisi semifowler
7. Membantu proses pengambilan sample darah AGD
8. Melakukan observasi pengaturan mode ventilator
9. Melakukan suction pada ET dan mulut
10. Melakukan pengukuran balance cairan
2 Kamis, 14 Maret 2 1. Melakukan observasi tanda tanda vital Wulan
2019 2. Memberikan posisi semifowler Septi
3. Melakukan observasi pengaturan mode ventilator
4. Melakukan suction pada ET dan mulut
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian nebulizer combivent : fulmicort = 2 : 2
3 Kamis, 14 Maret 3 1. Memonitor berat badan pasien Taufiq
2019 2. Memonitor intake makanan/ cairan yang masuk Septi
3. Mencatat setiap cairan yang keluar dari tubuh pasien

25
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
4. Memantau tanda - tanda vital
5. Memonitor tanda dan gejala oedema
6. Melakukan kolaborasi pemberian diuretik
4 Kamis, 14 Maret 4 1. Mengkaji keterbatasan gerak sendi Teguh
2019 2. Mengkaji motivasi pasien untuk mempertahankan pergerakan sendi Taufiq
3. Memonitor rasa nyeri dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
5 Kamis, 14 Maret 5 1. Memonitor kemampuan pasien untuk perawatan diri yang mandiri Wulan
2019 2. Memonitor kebutuhan pasien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting Septi
dan makan
3. Bantu memberikan makan dan minum lewat NGT
6 Kamis, 14 Maret 6 9. Mengkaji tanda - tanda infeksi : suhu tubuh, nyeri, perdarahan, dan pemeriksaan laboratorium Rina
2019 10. Mempertahan teknik aseptik dalam pemberian tindakan keperawatan Taufiq
11. Membersihkan lingkungan bersih untuk mengurangi resiko infeksi
12. Memonitor intake dan output cairan
13. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotik yang sesuai
1 Sabtu, 16 Maret 1 1. Melakukan observasi tanda tanda vital Titin
2019 2. Mengecek kepatenan jalan nafas Taufiq
3. Mengecek Cuff ET
4. Memberikan posisi semifowler

26
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
5. Memonitoring asam basa
6. Melakukan observasi pengaturan mode ventilator
7. Memanajemen cairan dan monitoring cairan
8. Memanajemen nutrisi enteral
9. Memanajemen nyeri
10. Melakukan pengaturan posisi untuk memaksimalkan ventilasi
2 Sabtu, 16 Maret 2 1. Melakukan observasi tanda tanda vital Teguh
2019 2. Melakukan oral gygiene Septi
3. Melakukan suction ET dan mulut
4. Memberikan posisi semifowler
6. Melakukan observasi pengaturan mode ventilator
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Mengajarkan batuk efektif
9. Melakukan koleborasi dalam pemberian nebulizer combivent : fulmicort = 2 : 2
3 Sabtu, 16 Maret 3 1. Memonitor intake makanan/ cairan yang masuk Titin
2019 2. Mencatat setiap cairan yang keluar dari tubuh pasien Teguh
3. Memantau tanda - tanda vital
4. Memonitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Creatinin)
5. Memonitor balance cairan

27
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
6. Memonitor status nutrisi pasien
4 Sabtu, 16 Maret 4 1. Mengkaji motivasi pasien untuk mempertahankan pergerakan sendi Rina
2019 2. Menjelaskan alasan pemberian latihan kepada pasien Wulan
3. Membantu pasien ke posisi yang optimal untuk latihan rentang gerak
4. Melindungi pasien dari cidera selama latihan dan pemberian tindakan
5. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan bila memungkinkan
6. Memberi respon positif pada setiap kemajuan pasien dalam beraktivitas
5 Sabtu, 16 Maret 5 1. Melakukan oral hygiene Teguh
2019 2. Membantu memberikan makan dan minum lewat NGT Rina
3. Membantu pasien membersihkan BAB
4. Melakukan vulva hygiene
5. Membantu pasien berpakaian
6. Membantu mengganti sprei pasien
6 Sabtu, 16 Maret 6 1. Membersihkan lingkungan bersih untuk mengurangi resiko infeksi Taufiq
2019 2. Memonitor tanda - tanda vital secara berkala Titin
3. Memonitor intake dan output cairan
4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotik yang sesuai
1 Minggu, 17 Maret 1 1. Memonitoring asam basa Wulan
2019 2. Memanagemen jalan nafas buatan Teguh

28
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
3. Memanajemen ventilasi mekanik invasif atau non invasif
4. Memonitor tanda tanda vital dan hemodinamik
5. Mencegahan aspirasi
6. Memonitoring pemberian therapi intravena
7. Memanajemen cairan dan monitoring cairan
8. Memberikan pengaturan posisi untuk memaksimalkan ventilasi
2 Minggu, 17 Maret 2 1. Melakukan penghisapan lendir pada jalan nafas Titin
2019 2. Memanajemen jalan nafas buatan Septi
3. Melakukan fisioterapi dada
4. Mengajarkan batuk efektif
5. Memonitoring status pernafasan pasien
3 Minggu, 17 Maret 3 1. Memonitor intake makanan/ cairan yang masuk Wulan
2019 2. Mencatat setiap cairan yang keluar dari tubuh pasien Teguh
3. Memantau tanda - tanda vital
4. Memonitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Creatinin)
5. Memonitor balance cairan
6. Memonitor tanda dan gejala oedema
7. Melakukan kolaborasi untuk pemberian cairan yang sesuai
4 Minggu, 17 Maret 4 1. Membantu pasien ke posisi yang optimal untuk latihan rentang gerak Rina

29
Hari, Tanggal,
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
2019 2. Melindungi pasien dari cidera selama latihan dan pemberian tindakan Septi
3. Memonitor rasa nyeri dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
4. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan bila memungkinkan
5. Memberi respon positif pada setiap kemajuan pasien dalam beraktivitas
5 Minggu, 17 Maret 5 1. Melakukan oral hygiene Taufiq
2019 2. Membantu memberikan makan dan minum lewat NGT Titin
3. Membantu pasien membersihkan BAB
4. Melakukan vulva hygiene
5. Membantu pasien berpakaian
6. Membantu mengganti sprei pasien
6 Minggu, 17 Maret 6 1. Mempertahan teknik aseptik dalam pemberian tindakan keperawatan Taufiq
2019 2. Membersihkan lingkungan bersih untuk mengurangi resiko infeksi Wulan
3. Memonitor tanda - tanda vital secara berkala
4. Memonitor intake dan output cairan
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotik yang sesuai

30
F. Evaluasi Keperawatan
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
1 Jum’at, 15 S: Taufiq
Maret 2019. O: Teguh
Jam 05.00 Airway :
WIB a. Terpasang ETT, No 7.5, Kedalaman 22 cm, cuff paten
b. Terdapat sekret pada ETT
Breathing :
a. RR : 34 x/m
b. SpO2 : 85%
c. Menggunakan ventilator mekanik dengan mode P16SIMV18,
PEEP : 13, FiO2 : 80%
d. Terdapat bunyi ronchi pada kedua lapang paru
e. Hasil AGD :
PH : 7.22, PCO2 : 101.1, PO2 : 62.1, HCO3 : 41.4, BE : 9.4,
SO2 : 82.4
Cirkulasi :
a. TD : 123 / 45 mmHg, MAP : 71 mmHg
b. Nadi teraba kuat dan dalam HR : 107 x/m
c. Akral teraba demam, suhu : 38.0 oC
d. Hasil serum elektrolit
Na : 148 mmol/L, K : 4.61 mmol/L, Cl: 100 mmol/L, GDS :
136 mg/dL, Albumin : 2.85 g/dL, BUN : 32.20 mg/dL, Crea :
2.10 mg/dL
e. Produksi urine output 80cc: 0.07 cc/kgbb (dalam 8 jam
pertama dirawat di ruang ICU)
f. Capilary Reffil pada kedua tungkai > 3 detik
g. Terpasang IV line no 22 pada tangan kiri
h. Terpasang NGT no 16 pada cavum nasal, untuk pemberian
nurtrisi enteral.
Disabillity :
a. Keadaan umum sangat lemah

31
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
b. Kesadaran : composmentis
c. Respon ukuran pupil : 3mm, reflek cahaya (+)
d. Skala nyeri : 3
Eksposure :
a. Terdapat decubitus grade I pada bokong, luka tampak
kemerahan
b. Terdapat bula pada tangan kiri pasien
c. Tampak oedema di seluruh tubuh
d. Tampak sulit menggerakkan tubuhnya
e. BB : 164 kg, TB : 167 cm
f. Terpasang NGT no 16, DC no 16, dan IV Cath no 22 di
tangan kiri
g. Hanya dapat berbaring dalam posisi semi fowler.
A:
1. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi
2. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
3. Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
4. Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
5. Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
6. Masalah resiko infeksi tidak menjadi aktual
P:
1. Managemen jalan nafas
2. Monitoring pernafasan
3. Monitoring ventilasi mekanik
4. Monitoring hemodinamik
5. Monitoring intake dan output cairan
6. Latih rentang gerak
7. Pertahankan teknik aseptik pada setiap tindakan

32
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
2 Sabtu, 16 S: Rina
Maret 2019 O: Titin
Jam 20.00 Airway :
WIB a. Terpasang ETT, No 7.5, Kedalaman 22 cm, cuff paten
b. Terdapat sekret pada ETT
Breathing :
a. RR : 28 x/m
b. SpO2 : 95%
c. Menggunakan ventilator mekanik dengan mode P18SIMV20,
P-Peak : 21, FiO2 : 75%, Peep: 9, VT : 343 - 413, MV : 4,5 -
8,4
d. Terdapat bunyi ronchi pada kedua lapang paru
e. Hasil AGD :
pH : 7,26
PaCO2 : 72,7
PO2 : 65,4
BE : 5,8
HCO3 : 33,6
AaDO2 : 415,6
Cirkulasi :
a. TD : 140 / 78 mmHg, MAP : 103 mmHg
b. Nadi teraba kuat dan dalam HR : 96 x/m
c. Akral teraba hangat, suhu : 37.2 oC
d. Hasil serum elektrolit
GDS : 180 mg/dL, BUN : 46 mg/dL, Crea : 2.14 mg/dL
e. Support Norephinefrin : 4 cc / jam (stop pkl 11.00)
f. Support Fentanyl : 5 cc/j (stop pkl 11.00)
g. Balance cairan = -783 (15 jam)
h. Produksi urine output 0.7 cc/kgbb
i. Capilary Reffil pada kedua tungkai > 3 detik
j. Terpasang IV line no 22 pada tangan kiri

33
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
i. Terpasang NGT no 16 pada cavum nasal, untuk pemberian
nurtrisi enteral.
Disabillity :
a. Keadaan umum sangat lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Respon ukuran pupil : 3mm, reflek cahaya (+)
d. Skala nyeri : 3
Eksposure :
a. Terdapat decubitus grade I pada bokong, luka tampak
kemerahan
b. Terdapat bula pada tangan kiri pasien
c. Tampak oedema di seluruh tubuh
d. Tampak sulit menggerakkan tubuhnya
e. BB : 164 kg, TB : 167 cm
f. Terpasang NGT no 16, DC no 16, dan IV Cath no 22 di
tangan kiri
g. Hanya dapat berbaring dalam posisi semi fowler.
A:
1. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi
2. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
3. Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
4. Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
5. Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
6. Masalah resiko infeksi tidak menjadi aktual
P:
1. Managemen jalan nafas
2. Monitoring pernafasan
3. Monitoring ventilasi mekanik
4. Monitoring hemodinamik
5. Monitoring intake dan output cairan

34
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
6. Pertahankan teknik aseptik pada setiap tindakan
3 Minggu, 17 S:
Maret 2019 O:
Jam 20.00 Airway :
WIB a. Terpasang ETT, No 7.5, Kedalaman 22 cm, cuff paten
b. Terdapat sekret pada ETT
Breathing :
a. RR : 15 x/m
b. SpO2 : 99%
c. Menggunakan ventilator mekanik dengan mode P16SIMV15,
P-Peak : 30, FiO2 : 70%, Peep: 9, VT : 502 687, MV : 6.6-
7.1
d. Terdapat bunyi ronchi pada kedua lapang paru
e. Hasil AGD :
pH : 7,27
PaCO2 : 73,6
PO2 : 120
BE : 4.7
HCO3 : 34.3
AaDO2 : 384.7
Cirkulasi :
a. TD : 152 / 68 mmHg, MAP : 96 mmHg
b. Nadi teraba kuat dan dalam HR : 97 x/m
c. Akral teraba hangat, suhu : 36.3 oC
d. Hasil serum elektrolit
Na : 149 mmol/L, K : 3.90 mmol/L, Cl : 103 mmol/L, GDS :
120 mg/dL, BUN : 43 mg/dL, Crea : 1.94 mg/dL
e. Balance cairan = -717 (15 jam)
f. Produksi urine output 0.8 cc/kgbb
g. Capilary Reffil pada kedua tungkai > 3 detik
h. Terpasang IV line no 22 pada tangan kanan

35
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
i. Terpasang NGT no 16 pada cavum nasal, untuk pemberian
nurtrisi enteral.
Disabillity :
a. Keadaan umum lemah
b. Tampak lebih segar
c. Kesadaran : composmentis
d. Respon ukuran pupil : 3mm, reflek cahaya (+)
e. Skala nyeri : 3
Eksposure :
a. Terdapat decubitus grade I pada bokong, luka tampak
kemerahan
b. Terdapat bula pada tangan kiri pasien
c. Mampu melakukan miring kiri dan kanan dengan bantuan
perawat
d. Pasien mampu melipat kaki tanpa bantuan
e. Klien mampu menyatukan tangan kanan dan kiri
f. Tampak oedema di seluruh tubuh
g. BB : 164 kg, TB : 167 cm
h. Terpasang NGT no 16, DC no 16, dan IV Cath no 22 di
tangan kanan
A:
1. Masalah gangguan pertukaran gas teratasi sebagian
2. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
3. Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
4. Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
5. Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian
6. Masalah resiko infeksi tidak menjadi aktual
P:
1. Managemen jalan nafas
2. Monitoring pernafasan

36
Hari, Tanggal,
No Evaluasi Paraf
Jam
3. Monitoring ventilasi mekanik
4. Monitoring hemodinamik
5. Monitoring intake dan output cairan
6. Pertahankan teknik aseptik pada setiap tindakan

37
DAFTAR PUSTAKA

Dabal LA, Bahammam. 2009. Obesity Hipoventilasi Syndrom. Ann Thorac Med
Herdman TH, Kamitsuru S, ed. 2015. Diagnosis Keperawatan (Definisi dan Klasifikasi) 2015 - 2017
Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Nowbar S, Burkart KM, Gonzales R, Fedorowicz A, et al. 2004. Obesity-assosiated hypoventilation in
hospitalized patient :prevalance, effect, and outcome. Am J Med
Yuniasri W, Wiendo SP, Prasenohadi, Rasmin M. 2016. Sindrom Obesitas Hipoventilasi. Jakarta : J
Respir Indo
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sindrom_hipoventilasi_kegemukan

38
Lampiran - Lampiran

7. Rontgen Thorax tanggal 08 Maret 2019

8. EKG tanggal 12 Maret 2019

39

Anda mungkin juga menyukai