Anda di halaman 1dari 7

Berkarya seni rupa adalah merealisasikan konsep seni dengan mengekspresikan nya dalam karya

seni. Karena pada dasarkan kita sebagai manusia tentunya suka akan suatu hal yang indah dan
unik. Bahkan sampai mengagumi sesuatu yang ada di alam sekitar, secara tidak langsung atau pun
langsung. Keindahan dan keunikan itu dapat menimbulkan rasa senang, sedih, bahagia, dan haru.

Dimulai dari tahap ide atau gagasan sampai dengan wujud karya seni, semua tidak lepas dari hasil
pengamatan dan interaksi dengan lingkungan sekitar atau pun pengalaman individu masing-
masing. Nah, untuk menciptakan suatu karya seni lukis yang baik, ada berbagai hal yang harus
diperhatikan.

Pengertian dan Konsep Berkarya Seni Rupa

Langkah Proses Kreatif dalam Membuat Karya


Bagi pelaku kreatif, proses pengkaryaan merupakan hal yang harus dicoba dan digali berulang
kali. Tak jarang, saat ide bergelimpangan di kepala, mungkin Anda malah bingung harus memulai
semuanya dari mana. Bicara soal bidang kreatif, Crafters sadar betul bahwa akan banyak sekali
bidang spesifik yang bisa dibahas. Meski begitu, hampir semua proses kreatif dapat dirumuskan
dalam beberapa tahap. Seperti yang diungkapkan dua pelaku kreatif Indonesia ini.

Kemas Acil, desainer dan ilustrator yang sudah cukup lama menggeluti bidang kreatif, dengan
jelas menjabarkan tahap yang ia lakukan untuk menghasilkan sebuah karya. Begitu juga Felix
Jody Kinarwan, jurnalis fotografer koran nasional ini memaparkan tahap-tahap proses kreatif yang
biasa dilakoninya. Apalagi, jika kamu adalah seorang kreator yang sudah siap untuk menerima
project. Pasti, langkah kreatif amat penting. Dari hasil perbincangan dengan keduanya, proses
kreatif bisa dirumuskan dalam empat langkah:

Ide
Ide dapat dianalogikan sebagai “jiwa” dari sebuah karya. Menurut Kemas, tanpa ide yang matang
di tahap awal, ilustrasi/desain yang dibuat akan kehilangan esensinya. Dalam tahap ini, seorang
kreatif juga harus melakukan brainstorming. Sehingga ide yang ada akan semakin kaya. “Tanpa
ide yang komprehensif, kita tidak akan bisa maju ke tahap kreatif berikutnya,” kata Kemas.

Riset
Selanjutnya adalah riset. Pentingnya riset dalam berkarya akan membantu Anda menetapkan do’s
and don’ts. Semisal, jika ingin berkarya dengan tema dari budaya tertentu, Anda harus melakukan
riset mendalam. Anda pun mesti memastikan bahwa tidak ada kesalahan fatal yang nantinya malah
menuai kritik yang seharusnya dapat dihindari.

Baca Juga: Intip Tips Penulisan Kreatif ala Dheniel Algamar

Riset yang mendalam juga bisa membuat Anda menjadi lebih sadar dengan pantangan-pantangan,
serta aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut. “Tanpa riset yang cukup, karya yang dihasilkan
akan menjadi riskan kritikan dan dangkal,” ujar Felix.

Pada proses ini, Anda tak perlu menghabiskan waktu seharian penuh tanpa makan, atau bahkan
terburu-buru ingin menyelesaikan riset ini dalam sehari. Di usia 21 tahun, hasil riset Art Markman,
Profesor Psikologi dan Marketing di University of Texas digunakan oleh pengarang-pengarang
terbaik New York Times seperti Robert Greene, Tim Ferriss, dan Tucker Max. Untuk mendapatkan
hasil riset ini, ia hanya perlu menyisihkan waktu beberapa jam dalam seminggu.

Sketching
Sketsa tidak hanya dilakukan oleh illustrator atau desainer visual. Dalam arti yang lebih luas,
membuat sketsa berarti merancang semua ide dan riset dengan lebih spesifik. Misalnya, sebagai
seorang penulis, sketching akan berbentuk sebuah draf atau plot. Begitu pula dengan karya lain.
Intinya, tahap sketching bisa menjadi gambaran besar dari hasil akhir karya Anda nantinya.

Eksekusi
At the end of the day, yang paling ditunggu-tunggu adalah proses eksekusi karya. Umumnya,
proses ini bergantung pada masing-masing pelaku kreatif. Meski begitu, ini merupakan tahap yang
paling banyak memakan waktu. “Karena seluruh ide, riset, dan sketsa yang sudah dibuat akan
dituangkan dalam tahap ini,” kata Felix.

Karena itu, Anda harus membuat jadwal kerja sejak awal proses dan menepatinya sepanjang masa
eksekusi. “Tanpa penjadwalan yang baik, seluruh tahap yang sudah dilewati akan sia-sia,” tambah
Kemas.

Proses Penciptaan Karya Kerajinan Yang Baik Dan Berkualitas

Dalam berkarya, tentunya tidak terlepas dari adanya tahapan pada proses penciptaannya. Karena
melalui tahapan yang benar dalam proses penciptaan suatu karya, maka secara otomatis akan
menghasilkan karya kerajinan yang baik kualitasnya. Oleh sebab itu, proses penciptaan karya
kerajinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, menentukan bahan dan fungsi kerajinan.

Menentukan bahan dasar dan fungsi kerajinan yang akan dibuat sangat penting, karena bahan
dasar yang digunakan berpengaruh terhadap fungsi dari sebuah produk kerajinan dan demikian
pula sebaliknya. Sebagai contoh apabila kita membuat mangkuk untuk wadah sayur, maka tentu
saja bahan yang digunakan haruslah sesuai, misalnya yaitu tanah liat atau logam. Hal ini
disebabkan karena sangat tidak mungkin bila menggunakan bahan dasar serat alam, karena bahan
dasar serat alam hanya cocok untuk pembuatan mangkuk yang difungsikan sebagai produk
kerajinan untuk hiasan.

Penggalian ide dari berbagai sumber diperlukan sebagai bahan referensi atau tolok ukur dalam
proses penciptaan suatu karya. Hal ini juga penting karena dengan adanya ide dari berbagai
sumber maka bukan tidak mungkin nantinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu karya
kerajinan inovatif model baru.

Ketiga, membuat beberapa sketsa karya dan menentukan sebuah karya terbaik.

Sketsa produk diperlukan sebagai acuan dalam pebuatan suatu karya kerajinan. Oleh sebab itu
dalam proses pembuatan suatu karya kerajinan dibutuhkan adanya sketsa yang jelas sehingga
dapat mempermudah dan mempercepat pengerjaannya. Hal tersebut serupa dengan proses
pembuatan sebuah gedung atau produk lainnya yang juga menggunakan sketsa sebagai acuan
dasar dalam penciptaannya.

Keempat, menyiapkan bahan dan alat.

Alat dan bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan kebutuhan yang dimaksud di
sini adalah disesuaikan dengan jenis, fungsi, dan model produk yang akan dibuat.

Kelima, membuat karya kerajinan.

Pembuatan karya dapat dilakukan dengan mengacu pada sketsa yang telah dibuat sebelumnya dan
dengan menggunakan alat serta bahan yang telah disiapkan. Yang mana dalam hal pembuatan
karya kerajinan di sini tentunya tidak lepas pula dari fungsi kerajinan yang telah ditentukan
sebelumnya.

Keenam, mengevaluasi karya.

Apakah produk kerajinan yang diciptakan sudah sesuai dengan yang diharapkan? Ataukah
ternyata produk kerajinan yang dihasilkan masih jauh dari rencana sebelumnya? Nah, disinilah
perlunya evaluasi terhadap karya yang dihasilkan, karena dengan melakukan evaluasi maka dapat
diketahui berbagai kekurangan serta kelemahan selama proses pembuatan karya kerajinan
tersebut. Dengan demikian maka secara otomatis dapat diketahui pula segala kekurangan dan
kelemahan dari produk kerajinan yang dicipta, yang akhirnya dapat dipergunakan sebagai tolok
ukur atau sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan pembenahan dalam proses pembuatan
yang berikutnya sehingga benar-benar dapat menghasilkan karya kerajinan yang baik dan
berkualitas

Pengertian Seni Lukis.

1. Seni lukis Zaman Abad 19


Siapa pelukis pertama di Indonesia yang menganut aliran naturalisme? Adalah Raden Syarif
Bustaman ( 1807 – 1880) hasil karyanya yang terkenal adalah: “Hutan Terbakar”, “Sahabat setia”,
dan juga “Antara Hidup dan Mati”

2. Seni Lukis Zaman Taman Siswa.

Taukah anda bahwa perguruan taman siswa pernah mengadakan pameran seni lukis yang
merupakan hasil karya dari para siswa. Peristiwa ini dapat dipandang sebagai hal yang penting
dalam perkembangan seni lukis di nusantara.

3. Seni Lukis Zaman PERSAGI.

Yang dimaksud dengan PERSAGI adalah singkatan dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia yang
didirikan pada tahun 1937. Tujuan utamanya adalah membina dan mengembangkan seni lukis di
Indonesia dengan mencari corak baru yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Pendirinya adalah
Agus Jayasumitra dan S. Sujoyono yang didukung oleh beberapa pelukis seperti Otto Jaya
Suntara, L.Setiyoso, Saptarita Latif, Emiria Sunarsa, Sudiryo dan lain lain.

Seni lukis adalah hasil karya yang diciptakan dengan menggunakan media yang menggunakan
titik, garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang dalam bidang dua dimensi. Dalam senam
lukis dikenal bermacam-macam aliran. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh seorang
pelukis dalam membuat gambar (melukis).

Langkah - Langkah / Prosedur dalam Melukis.

Berikut langkah - langkah dalam melukis :

1. Memunculkan Gagasan.

Untuk memunculkan gagasan kreatif, dapat ditempuh dengan cara :


Mempelajari atau membaca buku,
Melihat film-film dokumenter tentang lukisan,
Mengunjungi kegiatan pameran atau museum,
Melihat objek secara langsung, dan
Mengembangan imajinasi.

2. Memilih Bahan.

Setelah terbentuk/muncul gagasan kreatif tersebut, langkah selanjutnya adalah memilih bahan
yang akan digunakan, misalnya :
Menggunakan kertas gambar/karton dan pastel,
Menggunakan kertas gambar/karton dan spidol,
Menggunakan kertas gambar dan cat air,
Menggunakan kertas gambar dan cat aklirik, dan
Menggunakan kain kanvas yang dibentangkan/bingkai dan cat minyak.
3. Menentukan Teknik.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melukis, diantaranya :


Teknik transparan warna (warna tipis),
Teknik plakat warna (tebal),
Teknik goresan ekspresif dengan menggunakan jari atau palet,
Teknik tebal dan bertekstur (bertekstur warna), dan
Teknik timbul.
4. Membuat Sketsa.

Setelah bahan dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa gambar. Yang
dimaksud sketsa adalah gambar awal yang akan dibuat lukisan. Sketsa inilah yang nantinya
diselesaikan menjadi sebuah lukisan yang sempurna.

5. Menyempurnakan Lukisan.

Tahap melukis yang terakhir adalah menyempurnakan /menyelesaikan sketsa yang telah dibuat
yaitu dengan cara :
Mewarnai sketsa dengan goresan tipis pada objek pokok (positif) dan latar belakangnya (negatif)
Menyempurnakan lukisan dengan kontur, penyinaran (spot light), penegasan, dan penentuan gelap
terang.
Proses melukis dengan menggunakan bahan yang satu dengan yang lainnya tidak sama, demikian
pula dengan teknik yang digunakan. Seperti melukis dengan cat air, melukis dengan pastel, dan
melukis dengan cat minyak, semua itu mempunyai teknik yang berbeda dalam proses melukisnya.

Type a keyword to search.

COLUMN 29.06.17
Bagaimana Seni Rupa Bekerja
Tentang Seni dan Apresiasi
by Whiteboard Journal

Seni rupa kerap diketahui atau dipahami secara sempit, hanya sebatas segala sesuatu yang indah,
seperti lukisan pemandangan, guci porselain, atau gambar sketsa wajah. Mungkin hal itu tidak
sama sekali salah, akan tetapi apakah hanya mengetahui itu sudah cukup?
Secara umum seni rupa merupakan suatu bentuk usaha seorang perupa atau seniman
menampakkan ide, pemikiran, pemahaman, ataupun suatu pendapat yang kemudian diwujudkan
ke dalam suatu karya rupa, karya yang dapat dirasakan oleh indera. Tentu saja, proses manifestasi
ke dalam suatu wujud karya pertama-tama dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan, salah
satunya pertimbangan estetik. Apakah ia ingin menampilkan idenya ke dalam bentuk lukisan,
patung, atau keramik? Apakah ia harus menggambarkan figur, bunga, atau hanya bentuk-bentuk
geometris? Dan sebagainya, hingga ia memutuskan dan menyelesaikan karyanya dengan
memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki.

Seni rupa merupakan sebuah instrumen untuk menjelaskan sebuah gagasan. Selayaknya seorang
matematikawan ketika akan menjelaskan gagasannya mengenai sebuah problem matematika maka
ia akan menjelaskannya kedalam bentuk rumus matematis, dengan ‘bahasa’ matematika atau
Seorang peneliti biologi ketika ingin menyampaikan gagasan nya mengenai sebuah asumsi, maka
ia akan melakukan penelitian dan percobaan, dan hasilnya berupa teori yang terkerangka dalam
rasio biologi, tentu saja menggunakan istilah biologi yang sudah disepakati.

Seorang perupa akhirnya ditantang untuk menyampaikan gagasan nya ke dalam bentuk-bentuk
rupa, sehingga karya yang dia buat mampu memuat gagasannya dan dapat dinikmati atau
dirasakan secara inderawi oleh publik yang memandang dan dipahami oleh publik yang
mengapresiasinya.

Apakah seni rupa harus indah?

Iya dan tidak. Seni rupa sangat erat hubungannya dengan estetika – yang berarti seni tidak sama
dengan estetika, karena estetika adalah salah satu cabang filsafat. Estetika memang pada awalnya
merupakan sebuah cabang filsafat yang mencoba untuk memahami keindahan. Namun dalam
perkembangannya, estetika akhirnya tidak lagi mempertanyakan soal keindahan. Karena kiranya
soal apa yang indah dan tidak indah adalah hal yang sifatya subjektif. Bisa jadi satu orang
menganggap bahwa kamar yang tertata rapih adalah hal yang indah, dan satu orang lain justru
menganggap kamar yang susunan barangnya tidak beraturan lebih indah dibandingkan yang rapih.
Di dalam seni rupa, seorang perupa pada akhirnya berupaya untuk menciptakan karya yang
menurutnya adalah sebuah karya yang “indah” dan melalui karya itu pula ia mencoba
meyakinkannya.

Sebagai contoh, karya-karya oleh seniman Affandi – yang saya pilih karena mungkin akan lebih
terbayang oleh banyak pembaca sekalian – yang pada perkembangan termutakhirnya menciptakan
lukisan-lukisan yang menampilkan guratan dan gumpalan-gumpalan cat yang terasa acak-acakan,
membentuk figur dan objek yang notabene tidak sempurna. Di dalam lukisannya Affandi tidak
sedang menggambarkan hal yang absolut indah, ia menampilkan persepsi nya terhadap keindahan,
tidak hanya keindahan visual belaka, melainkan banyak hal yang berlapis-lapis lagi, bisa jadi
Affandi pula ingin merujuk pada manifestasinya terhadap ekspresi dan emosi, suatu hal yang tidak
bisa kita lihat dalam keseharian secara kasat mata.
Satu hal yang harus kita yakini dalam menghadapi karya seni ialah seorang seniman pastilah
mencoba untuk menyampaikan sebuah gagasannya. Yang menjadi pertimbangan kita sebagai
seorang yang mengapresiasi karya seni ialah, apakah gagasan yang dibawa seorang seniman di
dalam karyanya adalah gagasan yang besar atau kecil, penting atau tidak, menggugah atau tidak,
menyenangkan atau mengganggu.

Lalu, bagaimanakah kita bisa mengapresiasi karya seni?

Kita mungkin sesekali pernah berhadapan dengan karya seni, setidaknya di sebuah rumah, hotel,
atau galeri ketika ada perhelatan pameran seni. Beruntung lagi kalau kita berkesempatan melihat
karya seni di museum seni rupa yang mapan. Walaupun, pada akhirnya khalayak kerap dibuat
kebingungan, bingung karena tidak tahu harus merespon apa, bingung harus mulai dari mana, agar
kita bisa “benar” di hadapan sebuah karya.
Ketika berhadapan dengan karya seni, publik kerap tidak tahu harus memulai dari mana agar ia
bisa memahami karya seni. Gregg Bordowitz, seorang seniman dan juga profesor seni di School of
the Arts Institute of Chicago, memaparkan bahwa setidaknya ada tiga lapisan apresiasi dalam
karya seni rupa. Pertama ialah lapisan perhatian. Bagaimana sebuah karya akhirnya mampu
menangkap perhatian kita. Bagaimana kita akhirnya diajak untuk perlahan-lahan menelusuri apa
yang ada dihadapan kita.

Lapisan kedua ialah sensasi, ini adalah tahapan awal ketika berhadapan dengan sebuah karya atau
objek seni. Sensasi disini ialah menyoal bagaimana indera (Sense) kita merespon karya seni rupa
tersebut, tentu saja umumnya ialah indera penglihatan, namun tidak jarang beberapa karya seni
rupa juga bersamaan menyentuh indera-indera lain. Apakah indera kita merasakan sesuatu dari
karya yang kita hadapi. Apakah setelah melihat karya itu indera penglihatan kita menghantarkan
informasi ke pikiran bahwa apa yang kita lihat adalah sesuatu yang berwarna, atau suram, atau
mungkin meriah atau sepi. Jika kita meresapi betul sebuah objek seni, maka akan banyak
informasi inderawi yang mampu kita tangkap. Dari respon inderawi, kesemuanya akan berasosiasi
dengan mood, ingatan, selera, pengetahuan, dan aksi kita ketika kita berhadapan dengan karya
tersebut.

Pada lapisan apresiasi ketiga, kita dihadapkan pada persoalan persepsi, setelah perhatian kita
tertuju pada karya seni, indera kita merespon, dan pikiran kita memberikan timbal balik, maka
tahapan selanjutnya persepsi kita akan bermain. Sebuah karya seni rupa yang baik kiranya sebuah
karya yang akhirnya mengajak kita untuk bisa bermain di ranah persepsi.

Anda mungkin juga menyukai