Anda di halaman 1dari 14

Apresiasi Karya Seni Rupa Dua Dimensi

Apresiasi karya seni rupa dua dimensi dimulai dari melihat sejenak suatu karya. Jika karya
berhasil menarik perhatian kita, maka kita akan mulai memperhatikannya dengan lebih
detail. Setelah itu akan muncul setidaknya satu pertanyaan atau pernyataan pada benak
kita; “Apa yang ingin dimaksud oleh pelukis?” atau “saya sangat menyukai gambaran
visual yang terdapat pada karya itu”. Kita berada pada dunia tiga dimensi, oleh karena itu
karya seni rupa dua dimensi akan memberikan dampak berbeda karena berwujud sesuatu
yang tidak tampak sehari-hari. Ambil contoh lukisan, meskipun terdapat gambar yang
mirip dengan dunia nyata di dalamnya kita tetap sepenuhnya sadar bahwa sebetulnya
lukisan kekurangan satu dimensi, yakni dimensi kedalaman. Pada saat menyadarinya maka
kita akan mudah dibuat takjub dengan kedalaman realisme kemiripan yang mampu
diberikan lukisan tanpa kedalaman asli dari dunia ini (z).

Namun demikian, dalam tahap lebih lanjut untuk mengapresiasinya lebih jauh lagi,
terdapat beberapa aspek yang harus kita lakukan selain terjebak pada mempertanyakan
arti atau maksud dari seniman, maupun sekedar tenggelam dalam keindahan karyanya
atau menyanjungi keterampilan senimannya. Dengan catatan, sebetulnya melakukan
kedua hal itu pun tidak masalah, terutama ketika kita memang sedang ingin berekreasi
semata.

Mengapresiasi Karya Seni Rupa Dua Dimensi

Untuk mampu mengapresiasi karya seni rupa dua dimensi dengan lebih tajam, kita harus
mampu mengamati objeknya berdasarkan apa yang kita lihat dan apa yang kita rasakan.
Setidaknya, analisis sederhana harus terlibat dalam proses apresiasi karya seni rupa dua
dimensi. Analisis tersebut dapat sesederhana mempertanyakan hal-hal sebagai berikut ini.

1. Apa bahan yang digunakan dalam berkarya seni rupa dua dimensi tersebut?
2. Teknik apa yang digunakan dalam berkarya seni rupa dua dimensi tersebut?
3. Alat-alat apa yang digunakan dalam berkarya seni rupa dua dimensi tersebut?
4. Unsur-unsur seni rupa apa yang terdapat pada karya seni rupa dua dimensi tersebut?
5. Objek apa yang terdapat pada karya tersebut?
6. Bagaimana penataan unsur-unsur seni rupa yang ada pada karya seni rupa dua dimensi
tersebut?
7. Apakah karya tersebut memiliki fungsi benda pakai? Atau sekedar hiasan semata?
8. Karya seperti apa atau versi yang bagaimana karya yang menurut kita paling menarik?
Mengapa? (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 2).

Setelah melakukan analisis struktur atau analisis formal (secara bentuk fisik) yang telah kita
lakukan di atas, kita dapat mempertanyakan hal lainnya. Misalnya, amati kembali gambar
karya seni rupa dua dimensi tersebut dengan saksama, adakah makna simbolis yang
tampak atau berbicara pada bentuk, objek, dan unsur-unsur rupanya? Jika ada, cobalah
tunjukkan dan uraikan simbol apa saja yang kita temukan pada karya-karya seni rupa dua
dimensi tersebut.

Analisis simbol akan memudahkan kita untuk mengetahui maksud atau arti dari lukisan
yang kita amati. Sebetulnya, masih banyak pisau analisis lain yang dapat digunakan untuk
meneliti perihal makna atau pesan yang dipancarkan oleh suatu karya seni rupa dua
dimensi. Namun, memahami simbol juga sudah cukup membawa kita pada daya apresiasi
karya seni rupa dua dimensi yang lebah baik.

Ragam Jenis Karya Seni Rupa Dua Dimensi

Berdasarkan berbagai cara dan teknik untuk mengapresiasi karya seni rupa dua dimensi di
atas dapat disadari bahwa ternyata kita membutuhkan pengetahuan lebih pula agar dapat
mengapresiasi karya dengan lebih baik. Setidaknya kita harus mengetahui jenis, fungsi,
alat, teknik, nilai estetis, dan berbagai aspek lain agar dapat melakukan apresiasi karya seni
rupa dua dimensi dengan baik.

Kita dapat memulainya dengan mengenal beberapa ragam jenis karya seni rupa dua
dimensi yang akan dipaparkan di bawah ini.

Berdasarkan bahannya, ragam jenis karya seni rupa dua dimensi meliputi:

1. seni kriya kulit,


2. kriya logam,
3. kriya kayu, dan sebagainya.

Sementara itu, berdasarkan tekniknya terdapat karya seni:

1. batik,
2. seni ukir,
3. seni pahat,
4. kriya anyam, dan sebagainya.

Selanjutnya, pengkategorian jenis karya seni rupa berdasarkan waktu perkembangannya,


meliputi:

1. karya seni rupa pra sejarah,


2. tradisional,
3. klasik,
4. modern,
5. pos modern,
6. kontemporer, dan sebagainya.
Selain berdasarkan bahan, teknik, dan waktu, karya seni rupa dapat dikategorikan juga
berdasarkan fungsi atau tujuan pembuatannya. Melalui pengategorian berdasarkan fungsi
ini kita mengenal karya seni rupa terapan dan seni rupa murni untuk membedakan
kegunaan praktis dari karya seni rupa tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan (fungsi)
khusus kita dapat mengategorikan karya seni rupa yang memiliki fungsi sosial, ekspresi,
pendidikan, keagamaan, dan sebagainya.

Pengategorian karya ini sangat kita perlukan terutama dalam kegiatan kritik dan apresiasi.
Mengapa kita harus melakukan pengategorian tersebut? Karena setiap jenis karya
membutuhkan fokus atau perhatian berbeda pula.

Contohnya, kita tidak dapat membandingkan karya seni rupa tradisional dengan karya
modern. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan ada kesenjangan apresiasi meliputi
berbagai teknologi baru yang kemungkinan serba mengalahkan karya tradisional.
Keduanya tidak ada yang lebih baik maupun lebih buruk. Apresiasi apalagi kritik seni
haruslah objektif dan adil.

Nilai Estetis Karya Seni Rupa Dua Dimensi

Nilai estetis, identik dengan keindahan dan keunikan sebuah karya seni rupa. Boleh
dibilang memang benar seperti itu, namun keindahan bukanlah satu-satunya nilai estetis.
Nilai estetis sebuah karya seni rupa terutama dipengaruhi oleh keharmonisan dan
keselarasan penataan unsur-unsur rupanya.

Nilai estetis dapat juga bersifat subjektif sesuai selera orang yang melihatnya. Pengalaman
pribadi, lingkungan, dan budaya di mana seseorang tinggal dapat menyebabkan nilai
estetis sebuah karya seni rupa berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.
Sebuah karya seni rupa menjadi indah dan unik karena kemampuan perupanya memilih
dan memvisualisaikan objek pada bidang garapannya melalui pengolahan unsur-unsur
rupa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui dan mampu membedakan
berbagai unsur-unsur rupa yang terdapat pada karya agar dapat mengapresiasinya
dengan baik.

Medium Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi

Perwujudan sebuah karya seni rupa sangat dipengaruhi medium yang digunakan dalam
proses pembuatan karya tersebut. Apa itu medium? Medium berasal dari kata “media”
yang berarti perantara. Istilah medium biasanya digunakan untuk menyebut berbagai hal
yang berhubungan dengan bahan (termasuk alat dan teknik) yang dipakai dalam berkarya
seni (Susanto, 2011).

Keterampilan dalam mengolah bahan, menggunakan alat, dan penguasaan teknik yang
baik sangat diperlukan untuk mewujudkan sebuah karya seni yang berkualitas. Oleh
karena itu, hilangkan asosiasi bahwa keterampilan mewujudkan karya yang berkualitas
berkaitan langsung dengan bakat seseorang. Keterampilan tersebut sebetulnya
dipengaruhi oleh ketekunan dalam berlatih. Hanya saja mungkin beberapa orang sudah
gemar berlatih sendiri tanpa menjadi beban sedari dulu.

Setiap jenis karya seni rupa menggunakan medium yang khas dalam proses
perwujudannya. Beitu juga dalam berkarya seni rupa dua dimensi. Berkat kekhasannya
itulah pengategorian karya seni rupa dua dimensi yang dinamai sesuai dengan bahan atau
teknik pembuatannya.
Ambil contoh seni lukis, medium yang umum dikenal dalam berkarya seni lukis adalah
kuas, kanvas, dan cat. Perupa menyapukan cat menggunakan kuas pada permukaan
kanvas untuk menciptakan bentuk-bentuk yang unik. Selain kanvas, medium lain juga
dapat digunakan untuk berkarya lukisan. Terdapat pula lukisan yang menggunakan
medium papan kayu (board), kertas, kaca, dan sebagainya. Jenis cat yang digunakan dalam
melukis juga sangat banyak, ada yang berbasis air, ada yang berbasis minyak, ada yang
berbentuk padat, dan ada juga yang berbentuk cair.

Penggunaan alat, bahan, dan teknik dalam proses pembuatan karya seni lukis dapat
menyebabkan efek visualisasi yang berbeda-beda pula. Adakalanya kita dengan mudah
mengetahui medium yang digunakan dalam berkarya seni lukis, tetapi ada kalanya kita
sulit untuk membedakan penggunaan alat, bahan, dan teknik pada sebuah karya seni lukis
terutama jika hanya melihat gambar reproduksinya saja (dari buku katalog atau layar
smartphone).

Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi

Berkarya seni rupa dua dimensi adalah kegiatan (proses) menggunakan alat dan bahan
tertentu melalui keterampilan teknik berkarya seni rupa untuk memvisualisasikan gagasan,
pikiran, dan atau perasaan seorang perupa pada bidang dua dimensi. Berikut adalah
beberapa langkah sederhana yang dapat diikuti untuk mulai berkarya seni rupa dua
dimensi.

1. Mencari ide atau gagasan berkarya


2. Menuangkan ide atau gagasan berkarya ke dalam sketsa
3. Memindahkan sketsa ke atas kanvas
4. Mempresentasikan karya seni

Gunakanlah salah satu alat, bahan, dan teknik yang pernah pernah kita pelajari. Jika sudah,
cobalah berkarya kembali menggunakan objek, alat, bahan, dan teknik yang berbeda-
beda. Rasakan dan kemukakan objek mana yang paling menarik perhatian kita. Alat, bahan
dan teknik apa yang paling kita sukai? Setelah itu coba kembangkan objek yang ingin kita
lukis dan jika perlu coba kombinasi alat dan bahan lainnya agar kita dapat
mengembangkan kreativitas karya seni rupa kita.
Manajemen Pergelaran Tari : Fungsi, Prinsip &
Kepanitiaan

Pengertian Manajemen Pergelaran Tari

Manajemen pergelaran tari adalah pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada
sehingga pergelaran tari dapat berjalan dengan maksimal. Dalam suatu proses
berkesenian profesional yang modern, upaya seniman dalam memublikasikan karyanya
membutuhkan suatu konsep manajemen pergelaran yang mampu mengelola dan
memasarkan produk karya seni yang diciptakannya kepada masyarakat.

Mengapa demikian? Karena melalui manajemen pergelaran tari yang baik, karya seni yang
diciptakannya dapat diapresiasi oleh masyarakat, dinilai, dan dihargai dengan baik sebagai
suatu produk karya seni yang diciptakan dan diekspresikan oleh seniman yang
mencurahkan jiwa seninya.

Pentingnya memahami masalah manajemen pergelaran tari ini sama pentingnya dengan
ketika seniman mempersiapkan karya seni tari yang berkualitas. Apalagi di zaman modern
ini, seniman konvensional harus mampu bergelut dengan manajemen yang efektif agar
dapat tetap eksisi di zaman yang serba cepat ini.

Dalam persoalan manajemen juga terdapat berbagai tahapan yang mampu membantu
seniman untuk memublikasikan karyanya pada apresiator dengan efektif dan efisien
sehingga dapat berdampak maksimal. Beberapa tahapan tersebut meliputi tahapan
perencanaan, pengawasan, pengorganisasian, hingga pada tahapan pemasaran karya tari
yang dibuat seniman sesuai dengan fungsi pergelaran yang dilaksanakan.

Lalu sebetulnya implementasi manajemen pada pergelaran tari itu seperti apa? Pada
dasarnya, penerapan prinsip manajemen dalam seni tari lebih banyak diterapkan pada
suatu kegiatan pergelaran tari yang memiliki nilai komersial atau ditiketkan. Konsep ini
diterapkan untuk menekan biaya proses produksi agar tidak rugi secara pembiayaan dan
pengeluaran.

Dalam hal ini konsep pengeluaran dan pemasukan menjadi pertimbangan penting agar
proses produksi dapat terpenuhi dengan baik dan maksimal. Untuk mencapai itu semua
diperlukan suatu persiapan dan konsep manajemen yang baik agar pergelaran tari yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.

Untuk memahami pengertian manajemen pergelaran tari, ada baiknya kita memahami
pengertian dari manajemen itu sendiri.
Pengertian Manajemen

Meskipun prinsip manajemen tampaknya lebih menekankan pada persoalan komersial,


tidak semua kegiatan manajemen pergelaran tari harus memiliki nilai ekonomis. Selain
memiliki nilai dan fungsi komersial, ada pula kegiatan manajemen pergelaran tari
dilakukan seniman tari untuk mengefisiensikan berbagai persiapan agar kegiatan
pergelaran tari dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Jadi, bukan semata-mata untuk mencari keuntungan dari segi material atau keuntungan
keuangan. Namun yang terpenting perlu memahami dahulu pengertian manajemen secara
umum dan dalam kegiatan pergelaran tari agar pergelaran berjalan dengan lancar.

Kata manajemen dalam bahasa inggris ditulis “management” dan berarti “mengatur”.
“Management” sendiri berasal dari bahasa latin, yakni managiare atau dalam bahasa
Itali maneggio yang artinya “mengurusi”, “mengendalikan”, atau “menangani”.

Sementara itu menurut menurut Mary Parker Follet (dalam Tim Kemdikbud, 2018, hlm.
127) manajemen adalah seni untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang-orang (sumber
daya manusia). Manajemen memang menyangkut pengaturan atau pengelolaan sumber
daya manusia yang ada sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Terdapat pendapat lain
pula yang mengartikan manajemen sebagai seni perencanaan, perorganisasian,
penyusunan, pengarahan, serta pengendalian (pengawasan) dari sumber daya perusahaan
guna mencapai goal atau tujuan yang telah diputuskan.

Prinsip-Prinsip Manajemen Pergelaran Tari

Dalam kehidupan sehari-hari istilah manajemen sangat sering dikaitkan dengan makna
kepemimpinan. Hal ini tidaklah mengherankan, karena arti manajemen itu sendiri memiliki
makna sebagai sebuah perencanaan, perorganisasian, penyusunan, dan pengawasan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan. Agar mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang yang
memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mengelola kegiatan dengan baik, termasuk
mampu mengondisikan seluruh anggota kegiatan untuk menjalankan peran dan tanggung
jawabnya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Selain itu, terdapat pula prinsip-prinsip yang harus diikuti agar kegiatan manajemen dapat
dilakukan dengan baik. Beberapa prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dalam
kegiatan pergelaran tari adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Pembagian Kerja.


Sederhananya, prinsip ini berarti penempatan orang sesuai dengan keahlian dan minatnya.
2. Prinsip Wewenang dan Tanggung Jawab.
Setiap orang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas masing-
masing sesuai bidangnya.
3. Prinsip Tertib dan Disiplin.
Memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan tugas dan perannya.
4. Prinsip Kesatuan Komando.
Dalam suatu kegiatan perlu adanya satu komando agar setiap anggota dapat mengetahui
kepada siapa ia mesti bertanggung jawab.
5. Prinsip Semangat Kesatuan.
Bekerja saling membantu dan bahu-membahu untuk mewujudkan hasil yang maksimal.
6. Prinsip Keadilan dan Kejujuran.
Perlu ada keterbukaan secara bersama-sama dari ketercapaian hasil pekerjaan yang sudah
dilakukannya. Untuk membina motivasi kerja yang sungguh-sungguh dan setia serta jujur
dalam bekerja perlu dikembangkan reward sesuai perannya (Tim Kemdikbud, 2018, hlm.
130).

Fungsi Manajemen Pergelaran Tari

Kesuksesan dalam sebuah kegiatan pergelaran tari tidak hanya terfokus pada artis atau
seniman yang berada di atas panggung saja. Akan tetapi, terdapat faktor lain yang mampu
mendukung keberhasilan dari kegiatan pergelaran tari, yakni salah satunya faktor
manajemen yang baik.

Mengingat pentingnya manajemen yang baik dalam sebuah kegiatan pergelaran tari,
maka perlu dirancang dan di susun dengan baik konsep manajemen yang dibutuhkan
dalam sebuah kegiatan pergelaran tari.

Beberapa sumber menyebutkan tentang fungsi manajemen dalam sebuah organisasi atau
kegiatan termasuk di antaranya untuk kegiatan pergelaran tari. Fungsi manajemen
tersebut meliputi sebagai berikut.

1. Fungsi Perencanaan (Planning).


Yakni penyusunan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing).
Proses pengaturan, proses penetapan susunan organisasi, tugas dan tanggung jawab,
serta wewenang seseorang dalam kegiatan.
3. Fungsi Pergerakan (Actuating).
Usaha atau tindakan dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan dan membuat
bawahan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling).
Fungsi dan tugas dari pimpinan untuk mengetahui sampai di manakah program atau
rencana yang telah ditetapkan dilaksanakan (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 132).

Pembentukan Panitia Pergelaran Tari

Selain penari dan pemain musik terdapat peran lain yang sama pentingnya pada suatu
pergelaran tari. Peran tersebut adalah kepanitiaan pergelaran. Seperti apa pun konsep
pergelaran dibuat, unsur kepanitiaan ini tentunya sangat dibutuhkan. Itu karena peran
kepanitiaan ini memiliki andil sangat besar dalam menyukseskan kegiatan pertunjukan tari
yang diselenggarakan.

Tugas dan tanggung jawab kepanitiaan pergelaran adalah mengatur dan membantu
setiap tahapan kegiatan pergelaran mulai dari tahapan awal, proses latihan, publikasi dan
pemasaran pertunjukan, sampai pada pengaturan jalannya pertunjukan agar berjalan
dengan sukses. Berikut adalah contoh susunan panitia pergelaran tari.

Tim Produksi

1. Pimpinan Produksi
2. Sekretaris Produksi
3. Bendahara
4. Seksi Dokumentasi
5. Seksi Publikasi
6. Seksi Pendanaan
7. Tiketing

House Manajer

1. Keamanan
2. Akomodasi
3. Konsumsi
4. Transportasi
5. Seksi Gedung

Tim Artistik

1. Sutradara/Koreografer
2. PimpinanArtistik/Art Director
3. Stage Manajer
4. Penata Panggung/Scenery
5. Penata Cahaya
6. Penata Rias dan Busana
7. Penata Suara
8. Penata Musik/Sound

Anda mungkin juga menyukai