Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK= MUHAMMAD ARBANI

SADIKIN

MUHAMMAD NOOR ARIFIN

MUHAMMAD RIDUAN

Apresiasi Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Apresiasi karya seni rupa 3 dimensi memiliki banyak kesamaan dengan apresiasi seni dua
dimensi. Berbeda dengan karya dua dimensi yang berdimensi tidak sama dengan kehidupan
kita, karya 3 dimensi memiliki dimensi yang sama dengan alam. Hal tersebut tentunya memiliki
keuntungan tersendiri, di mana kita akan merasa lebih familiar dan terkait dengan karya 3
dimensi. Namun terkadang hal tersebut justru mengurangi daya apresiasi kita terhadap karya 3
dimensi.

Apresiasi karya seni rupa 3 dimensi justru terkadang membutuhkan penghayatan lebih karena
berisiko kurang memancing imajinasi. Oleh karena itu, terkadang seniman akan dengan sengaja
membuat berbagai gaya yang melepaskan berbagai kemiripan karyanya dengan alam. Misalnya,
dengan tidak mengecat karya patung mereka dengan warna yang realistis, agar mendapatkan
perhatian lebih sebagai suatu objek seni dan tidak terasa seperti objek sehari-hari.

Mengapresiasi Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Lantas bagaimana sebetulnya langkah untuk melakukan apresiasi karya seni rupa 3 (tiga)
dimensi? Sebetulnya, perkara ini hampir sama saja dengan cara mengapresiasi karya seni rupa
dua dimensi. Hanya saja, terdapat dimensi lain yang dapat kita jamah pada karya ini. Dimensi z
yang tidak ada pada karya dua dimensi menjadi tonjolan utama dalam mengapresiasi karya seni
rupa 3 dimensi.

Dimensi ini memungkinkan kita melihat karya seni rupa tiga dimensi dari berbagai sudut. Kita
dapat melingkarnya dan setiap sudut pandang akan berbeda. Misalnya, kita mampu melihat
bagian depan, samping, atau bagian belakang suatu patung. Bahkan dalam beberapa karya kita
bisa saja masuk ke dalamnya, seperti pada karya instalasi yang melibatkan suatu ruangan dalam
karyanya.
Beberapa karya juga memungkinkan kita untuk menyentuhnya, meskipun kebanyakan museum
akan melarangnya jika karya yang dipajang berupa patung. Namun, dalam beberapa
kesempatan kita justru dipersilakan dan bahkan diminta untuk menyentuh bagian tertentu,
terutama sesuatu yang dapat dikendalikan seperti tombol interaktif, menulis sesuatu pada
karya, dsb.

Langkah Apresiasi Seni Rupa 3 Dimensi


Berbagai hal tersebut menambah dimensi yang harus kita jelajahi pula dalam upaya
mengapresiasi karya seni rupa tiga dimensi. Namun, sebelum menyentuh berbagai dimensi
baru tersebut, apresiasi karya seni rupa 3 dimensi tetap mengharuskan kita untuk mengenali
dan memahami berbagai struktur dasarnya terlebih dahulu. Hal itu karena dengan menganalisis
satu-persatu struktur dan unsur yang membangun suatu karya akan memungkinkan kita
melakukan berbagai evaluasi terhadap karya secara menyeluruh.

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab agar kita mampu melakukan apresiasi karya seni rupa
3 dimensi meliputi:

1. Bahan yang digunakan dalam berkarya seni rupa tiga dimensi tersebut?

2. Dapatkah kita mengidentifikasi teknik yang digunakan dalam berkarya seni rupa tiga dimensi
tersebut?

3. Alat apa yang digunakan dalam berkarya seni rupa tiga dimensi itu?

4. Apa saja unsur-unsur rupa yang terdapat pada karya seni rupa tiga dimensi tersebut?

5. Objek apa saja yang ada pada karya seni rupa tiga dimensi tersebut?

6. Bagaimanakah penataan unsur-unsur rupa pada karya seni rupa tiga dimensi tersebut?

7. Apakah karya seni rupa tiga dimensi tersebut memiliki fungsi benda pakai?

8. Karya seni rupa tiga dimensi seperti apa yang paling menarik untuk kita? (Tim Kemdikbud,
2017, hlm. 30)

Pada akhirnya agar dapat melakukan apresiasi karya seni rupa 3 dimensi, kita juga harus
mengetahui berbagai konsep, dan aspek dari penciptaan seni rupa tiga dimensi itu sendiri.
Pengetahuan tersebut dapat kita mulai dari mengenal jenis, tema dan fungsi karya seni tupa
tiga dimensi yang akan dipaparkan pada beberapa uraian di bawah ini.

Jenis, Tema dan Fungsi Karya Seni Rupa Tiga Dimensi


Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 30) seperti karya seni rupa dua dimensi, berdasarkan
fungsinya, karya seni rupa tiga dimensi juga dibedakan menjadi:

1. karya yang memiliki fungsi pakai (seni rupa terapan/applied art); dan

2. karya seni rupa yang hanya memiliki fungsi ekspresi saja (seni rupa murni – fine art/pure art).

Perbedaan fungsi pada sebuah karya seni rupa ditentukan oleh tujuan pembuatannya. Karya
seni rupa sebagai benda pakai yang memiliki fungsi praktis dibuat dengan pertimbangan daya
guna bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, karya seni rupa terapan akan dibuat
seberguna dan senyaman mungkin namun tetap tampak indah.

Oleh karena fungsi terapan atau fungsi praktis (pakai) sebuah karya seni rupa adalah aspek
utama yang harus diperhatikan, maka dalam pembuatan karya seni rupa ini seorang perupa
atau dalam konteks seni rupa terapan lebih sering dipanggil sebagai seorang desainer, akan
mempertimbangkan aspek tersebut sebelum menambahkan unsur lainnya. Sebaliknya karya
seni rupa murni hanya akan menciptakan karya seindah atau semenggugah mungkin dengan
memperhatikan setiap rincian detail yang menaunginya.

Tema Seni Rupa Tiga Dimensi


Karya seni rupa tiga dimensi juga dapat dikategorikan berdasarkan temanya. Seorang perupa
akan memilih tema tertentu sebagai bagian dari konsep berkaryanya. Dengan penentuan tema,
seorang perupa akan memilih objek dan medium berkaryanya. Tema yang sama dari beberapa
orang perupa sangat mungkin diungkapkan dengan gaya, objek, dan medium yang berbeda.
Karya seni rupa tiga dimensi dengan tema yang sama dapat ditampilkan melalui seni patung,
seni instalasi, maupun seni bangunan.

Unsur Seni Rupa Tiga Dimensi


Karya seni rupa tiga dimensi juga memiliki unsur-unsur rupa seperti warna, garis, bidang, dan
bentuk, seperti karya seni rupa dua dimensi. Terdapat beberapa unsur lain seperti unsur
penelusuran dan unsur sentuhan (haptic) pada karya seni rupa tiga dimensi. Berbagai unsur
seni rupa tambahan untuk seni rupa 3 dimensi dapat di simak pada tautan di bawah ini.

Selain digunakan dan diatur sedemikian untuk memperindah bentuknya, unsur rupa pada karya
seni rupa tiga dimensi ini dapat saja memiliki makna simbolis. Berbagai makna simbolis tersebut
mungkin saja berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal itu karena setiap daerah
atau masyarakat memiliki konvensi atau persetujuan mengenai simbol akan sesuatu yang
berbeda. Ambil contoh warna putih berarti suci di tanah Sunda, namun di Sulawesi warna putih
dapat berarti warna dengan asosiasi negatif seperti kematian.
Nilai Estetis Karya Seni Rupa Tiga Dimensi
Tentunya sebagai salah satu jenis karya seni, seni rupa 3 dimensi juga memiliki nilai estetis. Nilai
estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif.

Nilai Estetis Objektif


Suatu nilai estetis yang bersifat objektif berarti memandang keindahan karya seni rupa pada
wujud karya seni itu sendiri yang tampak secara kasat mata. Dalam pandangan objektif ini, nilai
estetis atau keindahan sebuah karya seni rupa tersusun dari :

1. komposisi yang baik,

2. perpaduan warna yang sesuai,

3. penempatan objek pas sehingga tampak seimbang dan membentuk kesatuan, dan
sebagainya.

Keselarasan dalam menata unsur-unsur visual inilah yang mewujudkan sebuah karya seni rupa
secara objektif.

Nilai Estetis Subjektif


Berbeda halnya dengan nilai estetis yang bersifat subjektif, keindahan tidak hanya pada unsur-
unsur fi sik yang ditangkap oleh mata secara visual, tetapi ditentukan oleh selera orang yang
melihatnya. Contohnya, ketika kita melihat sebuah karya seni rupa, kita mungkin tertarik pada
apa yang ditampilkan dalam karya tersebut dan merasa senang untuk terus melihatnya bahkan
ingin memilikinya. Namun orang lain belum tentu merasakan hal yang sama. Bisa jadi orang lain
justru kurang tertarik pada karya tersebut dan lebih tertarik pada karya lainnya.

Perbedaan inilah yang menunjukkan bahwa nilai estetis sebuah karya seni rupa dapat bersifat
subjektif. Dalam ranah yang subjektif, perupa dan penikmatnya harus berada pada zona
kesukaan yang sama agar dapat berhasil. Hal ini yang menyebabkan mengapa banyak
bermunculan suatu komunitas seni yang khusus mendiskusikan dan berkarya dengan gaya,
bahan, dan bahkan medium yang spesifik.

Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi


Salah satu karya seni rupa tiga dimensi adalah patung. Karya seni patung memiliki berbagai
ragam dan jenis yang tersusun dari berbagai medium pula. Terdapat patung yang terbuat dari
batu, kayu, logam, bahkan bahan limbah yang didaur ulang.
Untuk berkarya seni rupa tiga dimensi sebetulnya tahapan yang dilalui masih sama dengan
berkaya seni rupa dua dimensi. Di bawah ini adalah beberapa langkah berkarya seni rupa tiga
dimensi seperti yang disampaikan oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm. 40) sebagai berikut.

1. Mencari dan menemukan ide yang akan dibuat patung

2. Membuat sketsa

3. Memilih alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat patung

4. Berkarya patung sesuai dengan sketsa, alat dan bahan yang telah dipilih

Cobalah agar tidak melewatkan salah satu dari empat langkah sederhana tersebut. Hal itu
karena langkah-langkahnya mungkin memang sederhana, tetapi setiap poin tersebut memiliki
tingkat kesulitan teknis yang justru jauh dari sederhana. Oleh karena itu, pastikan tidak
melewatkan satu langkah pun untuk mempermudah prosesnya.

Sebagai catatan akhir berkarya juga dapat menambah kemampuan apresiasi seni rupa 3
dimensi pula. Mengapa? karena kita akan merasakan langsung seperti apa sulitnya dalam
membuat karya seni rupa 3 dimensi. Inilah mengapa beberapa profesi seni non seniman seperti
kurator, pemilik galeri, kritikus seni, dan profesi seni lainnya terkadang menyepatkan waktu
untuk mencoba sendiri berkarya layaknya seperti seorang seniman.

Referensi
Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai