Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Seni Rupa 3 Dimensi

Seni rupa 3 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran atau sisi atau memiliki
ruang ketiga berupa kedalaman (z), berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya memiliki
panjang dan lebar saja (x dan y).
Berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya dapat dilihat dari satu sisi (permukaan depannya
saja), karya seni rupa 3 dimensi dapat dilihat dari berbagai sisi. Selain menambah sudut
pandang yang dapat diambil, hal ini juga tentu memberikan tambahan ruang gerak kreasi.
Ruang gerak kreasi tersebut misalnya suatu karya seni rupa 3 dimensi dapat memuat karya 2
dimensi lain di salah satu atau bahkan semua permukaan karyanya.

Perbedaan / Keunikan Karya Seni Rupa 3 dimensi


Selain perbedaan unsur ruang atau jumlah sisi, kata kunci lain dari perbedaan antara karya
seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi adalah tingkat abstraksi. Seni rupa 2d memiliki tingkat
abstraksi yang lebih tinggi, sementara karya 3d memiliki tingkat kerealistikan atau
kenaturalan yang lebih tinggi.
Mudahnya, 2d itu lebih kekartun-kartunan, sementara 3d itu sangat realistis, sama dengan
keadaan dunia kita yang memang sudah diamini memiliki tiga dimensi. 3d adalah dunia yang
kita singgahi sehari-hari, sementara 2d berada di ranah imajiner yang lebih tinggi dan
membutuhkan daya imajinasi yang lebih tinggi untuk menikmatinya.
Namun dibalik kelebihan seni rupa 3d yang lebih realistis dan dekat dengan kita sebagai
penghuni alam 3d, hal ini juga menimbulkan kekurangan. Sesuatu yang terlalu realistis dapat
menjadi sangat biasa dan diabaikan oleh pemirsa. Karena sifatnya terlalu sehari-hari sehingga
kurang menjadi pusat perhatian.
Seni rupa 2 dimensi menitikberatkan pada penghayatan dan daya imajinasi yang lebih untuk
mengapresiasinya. Sehingga daya apresiasi audiens akan jauh lebih tinggi dan dapat dengan
mudah terpancing untuk tergerak hatinya dalam menciptakan suatu penafsiran pesan atau
makna karya.
Karya seni rupa 3 dimensi tidak mendapatkan kelebihan tersebut. Sehingga akan lebih sulit
untuk dipahami esensi artistiknya, terutama dalam ranah keindahan batin. Maka
membutuhkan ketelitian khusus agar karya dapat memancing penikmatnya untuk menjadi
lebih imajinatif.
Misalnya, patung cenderung dibuat menjadi sangat monumental (lebih besar) agar menjadi
lebih standout dari hal sehari-hari. Seni patung klasik juga tidak pernah diwarnai dan
dibiarkan memancarkan tekstur asli bahannya agar tidak terlalu realistik dan memiliki citra
pemancing imajinasi yang setara dengan karya 2d.
Karya-karya 3d juga banyak mengaplikasikan bentuk-bentuk geometris yang simetris untuk
“menyaingi” keindahan alam yang serba organik. Tentunya, hal tersebut lagi-lagi diharapkan
akan mengundang daya apresiasi lebih dari para penikmat karya.

Contoh Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Dari pemahaman diatas, akan mudah bagi kita untuk membedakan mana karya 2d dan mana
yang 3d. Lukisan tentunya dapat langsung dicoret dari contoh karya ini, sementara seni
patung otomatis masuk kedalamnya. Berikut ini adalah beberapa contoh karya seni rupa 3d:
1. Seni Patung. Merupakan karya seni rupa yang diciptakan dari bahan bervolume
seperti batu, kemudian dapat dipahat atau dicetak untuk membentuk karya yang
diinginkan.
2. Seni Instalasi. Karya yang memanfaatkan ruang dan tidak membedakan seni
berdasarkan dimensinya, artinya seni instalasi dapat terdiri dari beberapa patung,
objek non seni, lukisan, dsb yang membutuhkan pemasangan atau penyusunan untuk
menjadi kesatuan yang utuh.
3. Arsitektur. Arsitektur adalah seni membuat bangunan hingga ke lingkungan sebagai
sarana maupun prasarana kehidupan manusia dari segala aspek, baik tempat istirahat
dan berlindung maupun untuk beraktivitas.
4. Seni Kriya. Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang kebanyakan dibuat sebagai
alat terapan yang membantu kehidupan sehari-hari. Misalnya poci dan cangkir untuk
alat rumah tangga, furnitur seperti meja dan kursi, hingga ke wayang golek untuk seni
pertunjukan.
5. Environmental Art (Seni Lingkungan). Suatu wahana besar yang terintegrasi
disebuah lingkungan (terdiri dari banyak bangunan dan penunjangnya) yang
dirancang sedemikian rupa untuk menjadi satu kesatuan seni. Contohnya:, taman
impian jaya ancol, kampung bambu, dsb.

Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Jenis-jenis yang terdapat pada seni rupa 3 dimensi masih sama dengan apa yang ada pada
seni rupa 2 dimensi. Selain dapat dibagi berdasarkan dimensinya (2d dan 3d) seni rupa juga
dapat dibagi berdasarkan fungsi dan temanya.
Berdasarkan fungsi, terdapat dua jenis seni, yaitu seni rupa terapan atau applied art dan seni
rupa murni (fine art). Seni rupa terapan dibuat dengan tujuan yang lebih mengutamakan
fungsi dan kenyamanan penggunannya. Sementara seni rupa murni adalah karya yang dibuat
hanya untuk keindahan atau unsur estetis lainnya saja.
Sementara itu, tema adalah gagasan pokok dari suatu karya seni. Misalnya, karya seni tema
cinta, relijius, lingkungan, hidup dan mati, dsb. Tema tidak selalu tampak secara kasat mata
(eksplisit) justru malah lebih tampak secara tersirat (implisit).
Misalnya, tema lingkungan secara eksplisit dapat diidentifikasi dengan adanya objek-objek
natural (alam) seperti flora, fauna dan pemandangan alam. Namun suatu karya tema ini justru
dapat memuat objek-objek yang bertentangan dengan keindahan alam. Walaupun begitu,
pesan yang ingin disampaikan oleh seniman masih sama, yaitu kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan.

Nilai Estetis Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif. Nilai estetis
objektif memandang keindahan sebuah karya seni rupa berada pada karya seni itu sendiri
secara eksplisit atau kasat mata.
Selain itu pandangan bersifat objektif akan menilai bagaimana keindahan fisik karya tersebut
jika dinilai berdasarkan efektifitas penerapan unsur dan prinsip seni rupa yang digunakan.
Keindahan semacam ini tersusun dari komposisi yang baik, perpaduan warna harmonis,
penempatan objek yang seimbang dan tampak menyatu, dsb.
Sedangkan secara subjektif, keindahan ditentukan oleh selera penikmatnya. Misalnya ketika
seseorang melihat karya abstrak, ia tidak dapat menemukan nilai estetis dari penataan unsur
rupa pada karya tersebut dan menganggap karya itu jelek dan terlalu mudah untuk dibuat. Ia
merasa anak kecil pun sanggup membuat karya seperti itu.
Meskipun terasa sangat nyata, namun sayangnya penilaian tersebut sangatlah tidak kritis.
Sebelum menghakimi suatu karya buruk, nilai dulu secara objektif. Jika unsur dan prinsipnya
memang tidak menunjukkan karya yang baik, maka mulai cari sisi lain seperti apa konsep
dibalik karya tersebut. Beberapa orang akan lebih menyukai karya tersebut dan merasa
lukisan realistik justru terlalu menjemukan dan biasa.
Pandangan berbeda seperti itulah yang disebut dengan pandangan subjektif. Kecantikan itu
relatif, orang Indonesia kebanyakan menyukai kulit putih, namun orang barat justru lebih
tertarik terhadap warna kulit gelap seperti yang kita miliki.
Proses Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi
Pembuatan karya seni rupa tiga dimensi terntunya dilakukan berdasarkan suatu proses
berkarya. Tahapan ini berbeda, tergantung dari karakteristik bahan, teknik, dan alat yang
digunakan untuk mewujudkan suatu karya tersebut.
Baca juga: Seni Patung: Pengertian, Fungsi, Teknik, Alat & Bahan
Namun secara model umum, tahapan dalam berkarya seni 3 dimensi masih sama seperti
karya seni lain pada umumnya. Yaitu, dimulai dengan motivasi untuk berkarya. Motivasi
tersebut dapat dibangun atau berasal dari dalam maupun luar diri senimannya.
Misalnya, seniman sudah memiliki ide atau gagasan dan alasan falsafah kenapa ia ingin
menciptakan karyanya. Atau justru mendapatkan inspirasi dari pemandangan alam ata ubenda
yang ada disekitarnya. Ide atau gagasan berkarya seni rupa 3d dapat diperoleh dari beragam
sumber yang berbeda.
Setelah itu, dilanjutkan pada tahap pemilihan bahan, media, alat dan teknik yang dikuasai
atau justru ingin dicoba dalam nama eksplorasi sekaligus latihan.
Referensi
1. Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya: Yogyakarta,
MSPI.
2. Sedyawati, Edi dkk. (1983). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia.
3. Zackaria Soetedja, dkk. (2017). Seni Budaya untuk SMA/SMK/MAK kelas X.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Prinsip – Prinsip Tata Rupa
BAB I

I. Pengertian

II. Prinsip yang Bersifat Mengarah

Pada bagian ini kita akan mempelajari prinsip pengorganisasian yang bersifat mengarah, terdiri
dari : pengulangan, rangkaian, gradasi, transisi, selang seling, radiasi, dan irama serta mampu
menyusun unsur-unsur visual sesuai dengan sifat mengarah.

Pengulangan

Prinsip pengulangan merupakan prinsip yang paling sederhana dan yang paling mendasar dari
semua prinsip. Prinsip ini menerangkan lebih dari suatu unsur lebih dari satu kali dalam tempat
yang berbeda.

Prinsip pengulangan terdiri dari dua macam yaitu pengulangan yang teratur dan pengulangan
yang tidak teratur. Pengulangan yang teratur efek arahnya kuat tapi cepat membosankan,
pengulangan tidak teratur efek arahnya lebih lemahtetapi hasilnya lebih menarik.

b. Rangkaian

Prinsip rangkaian adalah prinsip yang menuntun pandangan mengikuti beberapa unsur secara
bergantian alam urutan yang kusus dan dalam rangakaian yang teratur. Setiap rangkaian
merupakan satu unit yang disusun secara berulang. Prinsip rangkaian dapat memberikan suatu
klimaks dalam satu unit yang diteruskan dalam unit-unit selanjutnya. Oleh karena itu prinsip ini
juga bersifat mengarah

c. Gradasi

Gradasi adalah prinsip rangkaian dari unit yang berdekatan sama dalam segala hal kecuali
perbedaan perubahan tingkatan ari suatu unit ke unit selanjutnya. Dalam hal ini diperlukan lebih
dari dua tingkat untuk mendapatkan gradasi perubahan harus secara kontinyu dan konsisten.
Bagian bidang yang besar pada gradasi kelihatan lebih berat dan bagian yang kecil lebih ringan,
maka penempatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi, sebab prinsip ini merupakan prinsip
yang mengarah dan menuntun pandangan sepanjang perubahannya

d. Transisi

Transisi adalah perubahan yang halus dari suatu kondisi ke kondisi lainnya. Perubahan terjadi
secara kontinyu, tidak ada yang terpotong potong dan tidak ada tingkatan dalam perubahannya.
Transisi terlalu halus untuk kelihatan kuat akan tetapi justru pada kehalusannya itulah terletak
kekuatannya.

e. Selang – Seling

Prinsip selang-seling adalah prinsip yang dalam penerapannya menggunakan dua unsur yang
berbeda yang di susun secara bergantian. Prinsip ini bersifat mengarah karena menuntut perhatian
dan menekan satu arah. Efek dari prinsip ini adalah tenang, tetapi terlalu banyak dapat
membosankan

f. Radiasi

Radiasi adalah suatu perasan gerakan yang memancar kesegala arah dari suatu pusat. Raiasi akan
lebih efektif dalam mengontrol perhatian apabila digunakan dengan cermat dan tepat. Garis-garis
yang memancar dari suatu pesat beberapa arah memiliki efek tertentu, ukuran yang kecil dekat
dengan titik pusat, dan ukuran yang besar dekat ujung batas pancrannya.

g. Irama

Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk – bentuk alam
bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak dedaunan, dan
lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk – bentuk unsur
rupa.

BAB II
Prinsip Bersifat Memusat

Pada bagian ini kita akan mempelajari prinsip yang bersifat memusat, yang terdiri dari : Prinsip
Kontras, dan Prinsip Penekanan. Selanjutnya kita juga mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip
tersebut dalam bentuk gambar

Prinsip yang bersifat memusatkan terjadi dengan memfokuskan perhatian kepada suatu titk yang
khusus dan menekankan bagian tersebut.
1. Prinsip Kontras

Kontras dalam sebuah halaman website dapat dibuat dengan memainkan 3 aspek design yaitu:
warna, bentuk dan posisi.

Kontras dalam warna

Ketika kita mendengarkan kata kontras, kita akan berpikir soal warna. Walaupun prinsip tentang
kontras tidak terbatas pada warna, akan tetapi ini akan membantu pengguna untuk membedakan
halaman website yang satu dari yang lain. Alasan inilah yang membuat hampir setiap web design
memiliki header, isi dan footer. Ketiga area ini haruslah berbeda dan memiliki batas visual yang
jelas. Menggunakan warna dasar yang kontras adalah salah satu cara efektif untuk mencapai
tujuan tersebut. Pembedaan ini membuat isi dari website menjadi lebih penting dari elemen lain.
Warna juga dapat dipakai dalam tulisan sehingga dapat membedakan secara jelas yang mana
judul, isi dan catatan tambahan bahkan komentar dari pengunjung. Hal ini semakin penting
apabila kita mendesign blog agar para pengunjung dapat membedakan isi dengan  jelas

Kontras dalam bentuk ukuran


Sebuah cara lain dalam membentuk kontras dalam web design adalah dengan menciptakan
ukuran elemen yang berbeda atau dengan kata lain membuat elemen yang penting lebih besar dari
elemen yang kurang penting. Membuat kontras dalam ukuran menjadi semakin penting terutama
apabila anda tidak dapat melakukannya dengan warna.
Kontras dalam posisi
Penempatan posisi yang baik memainkan peranan yang besar dalam kualitas web design.
Beberapa elemen akan terlihat lebih baik dalam posisinya masing-masing daripada bila mereka
berada ditempat yang berbeda. Karean hal tersebut maka menciptakan perbedaan kontras melalui
posisi ini adalah hal yang paling sulit dan jarang digunakan akan tetapi bila digunakan secara
tetap akan menghasilkan design yang memukau dan fantastis.
2. Prinsip Penekanan

Pada seni rupa bagian yang menarik perhatian menjadi persoalan/masalah prinsip penekanan
yang lebih sering disebut prinsip dominasi. Dominasi pada karya seni rupa dapat dicapai melalui
alternatif melalui memggerombolkan beberapa unsur, pengaturan yang berbeda, baik ukuran atau
warnanya. Seperti misalnya gambar orang dewasa pada sekelompok anak kecil, warna merah di
antara warna kuning. Penempatan dominasi tidak mesti di tengah-tengah, walaupun posisi tengah
menunjukkan kesan stabil.

Penekan atau pusat perhatian atau juga disebut obyek suatu karya/garapan adalah karya yang
dibuat berdasarkan prioritas utama. Karya yang diciptakan paling awal tersebut lebih menonjol
dari berbagai segi obyek pendukungnya seperti ukuran, teknik, dan pewarnaannya. Dalam seni
kriya, penciptaan suatu karya dinominasi menjadi tiga bagian

1. obyek ciptaan.

2. obyek pendukung dan

3. isian-isian.

Obyek ciptaan mendapat perhatian yang prioritas dan dominan karena akan dijadikan pusat
perhatiannya. Obyek pendukung yang dimaksudkan adalah bentuk-bentuk yang dibuat agar tidak
sama persis dengan obyek ciptaan, karena sifatnya sebagai pendukung. Sedangkan isian-isian
adalah obyek yang memberikan aksen terhadap kedua obyek ciptaan. Atau memberi pola/motif
pada bidang-bidang tertentu untuk memunculkan obyek ciptaan.

Penekanan merupakan kreasi suatu titik pusat perhatian dimana aspek-aspek yang lain tunduk
dibawahnya. Dengan adanya penekanan perhatian dibatasi untuk difokuskan kepada suatu hal
yang dianggap penting dan menarik. Untuk dapat menimbulkan pusat perhatian penyusunan
unsur-unsur dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Mengelompokkan objek-objek tertentu


2. Membuat unsur lain daripada yang ada dalam susunan
3. Warna yang kontras atau bentuk yang paling besar di antara susunan itu
4. Membuat latar belakang yang sederhana disekeliling objek

Demikian cara untuk menentukan penekanan dalam suatu penyusunan unsur-unsur visual

BAB III
Prinsip Bersifat Menyatukan
1. Prinsip Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara bagian-bagian yang satu yang lainnya dengan pertimbangan
seperti: besar-kecil, luas-sempit, panjang-pendek, jauh ?dekat dan yang lainnya. Dalam seni rupa

kriya, perbandingan ini mempertimbangkan seperti bidang gambar dengan obyeknya. Yang juga
memjadi perbandingan dalam seni rupa kriya adalah skala maupun riil/aktual. Berdasarkan
kondisi

riil, botol lebih tinggi dari pada gelas atau piring lebih lebar dari pada mangkok. Proporsi juga
digunakan untuk membedakan obyek utama (tokoh), pendukung (figuran), dan isian-isian
(pendukung/latar

Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh
keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan –perbandingan yang tepat. Pada
dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung (The
Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni
rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang
mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah
perbandingan yang ditemukan di benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia
sehingga dianggap proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi
ini dapat kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.
2. Prinsip Keseimbangan

Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak membuat
gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan yang akan roboh, kita measa tidak
nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda
jika semua dayan yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak
dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya
tidak ada yang saling membebani.

Prinsip keseimbangan berkaitan dengan bobot. Pada karya dua dimensi prinsip keseimbangan
ditekankan pada bobot kualitatif atau bobot visual, artinya berat ? ringannya obyek hanya dapat

dirasakan. Pada karya tiga dimensi prinsip keseimbangan berkaitan dengan bobot aktual
(sesungguhnya). Keseimbangan ada dua yaitu: Simetris dan asimetris. Selain dua keseimbangan
itu ada juga yang namanya keseimbangan radial atau memancar yang dapatdiperoleh dengan
menempatkan pada pusat-pusat bagian. Pencapaian keseimbangan tidak harus menempatkan
obyek secara simetris atau di tengah-tengah. Keseimbangan juga dapat diperoleh antar

penggerombolan dengan obyek-obyek yang berukuran kecil dengan penempatan sebuah bidang
yang berukuran besar. Atau mengelompokkan beberapa obyek yang berwarna ringan (terang)

dengan sebuah obyek berwarna berat (gelap).


3. Prinsip Kesatuan

Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya
kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau
yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang. Prinsip ini sesungguhnya adalah
prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut,
arah, dll), maka kesatuan telah tercapai.

Untuk mendapatkan suatu kesan kesatuan yang lazim disebutunity memerlukan prinsip
keseimbangan, irama, proporsi, penekanan dan keselarasan. Antara bagian yang satu dengan yang
lain merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling mendukung dan sistematik membentuk suatu
karya seni. Dalam penerapannya pada bidang karya seni rupa/kriya prinsip kesatuan menekankan

pada pengaturan obyek atau komponen obyek secara berdekatan atau penggerombolan unsur atau
bagian-bagian. Dalam kekriyaan pengaturan ini bisa dilakukan atau dapat dilakukan dengan cara

permainan teknik pahatan, memformulasikan obyek, subyek, dan isian-isian pada suatu bidang
garapan.

Anda mungkin juga menyukai