Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN BELAJAR 1:

PENYUSUNAN KONSEP KARYA

x
No. Kode:DAR2/ Profesional/ 562/ Modul 1/ 2021

SENI RUPA
MODUL 1: MELUKIS DENGAN BERBAGAI TEKNIK,
MEDIA DAN GAYA

KEGIATAN BELAJAR 1
PENYUSUNAN KONSEP KARYA

Nama Penulis
NINA TRI DANIATI, S.Pd
Dr. ADAM WAHIDA, S.Pd, M.Sn

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2021

xi
KEGIATAN BELAJAR 1: PENYUSUNAN KONSEP KARYA

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar 1 : Materi Penyusunan Konsep Karya disusun berdasarkan
capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu memahami proses eksplorasi ide dan
gagasan penciptaan, eksperimentasi dan improvisasi, dan pembentukan.
Dengan demikian, kompetensi yang akan dicapai oleh peserta PPG adalah: (1)
mampu mengeksplorasi ide dan gagasan penciptaan karya seni lukis; (2) mampu
melakukan eksperimentasi dan improvisasi; (3) mampu melakukan proses
pembentukan.
2. Relevansi
Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 7. Capaian pembelajaran
modul dalam lingkup pengetahuan dan ketrampilan PPG vokasi Seni Rupa yang
relevan dengan struktur kurikulum SMK. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan
relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar bidang keahlian Seni Rupa.
Dengan dikuasainya materi Penyusunan Konsep Karya, maka cukup signifikan
membantu dalam penguasaan menyajikan karya Seni Lukis dalam berbagai media.
3. Panduan Belajar
Agar proses pembelajaran penyusunan konsep karya dapat dilaksanakan dengan
lancar, maka langkah-langkah belajar yang dapat diikuti sebagai berikut :
a. Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian pembelajaran kemudian
catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang sudah Anda kuasai.
b. Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila belum
cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku bacaan di daftar
pustaka. Lakukan kajian terhadap proses penyusunan konsep karya yang telah ada
dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda.
c. Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat kegiatan
belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas akhir dan tes akhir.

1
B. INTI

1. Capaian pembelajaran
Menguasai materi ajar Penyusunan Konsep Karya yang meliputi: proses eksplorasi
ide dan gagasan penciptaan, eksperimentasi dan improvisasi, dan pembentukan, secara
makna dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
(penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik
SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh DUDIKA.
2. Sub Capaian Pembelajaran
Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan praktik
individu dalam penyusunan konsep karya.
3. Pokok-Pokok Materi Pembelajaran
Pokok-pokok materi yang disajikan pada materi Penyusunan Konsep Karya adalah
sebagai berikut:
a. Explorasi Ide dan Gagasan Penciptaan
b. Experimentasi dan Improvisasi
c. Pembentukan (Forming)
4. Uraian Materi
Menciptakan karya seni tidak bisa lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan nilai
kreativitas. Dengan banyak melakukan kegiatan melihat, merasakan, mencatat, membaca
yang memancing rasa ingin tahu dan membuat seseorang ingin melakukan sebuah
aktivitas seni maka akan didapatkan gagasan-gagasan kreatif. Kreativitas merupakan
suatu kemampuan yang paling dibutuhkan oleh seorang pelukis dalam melakukan proses
berkarya seni. Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia yang harus
selalu dilatih dan dikembangkan. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan
kecenderungan meningkatkan kualitas dirinya. Kreativitas sebagai kemampuan untuk
menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan kualitas diri inilah yang pada hakikatnya
membedakan manusia dari binatang dan mesin. Setiap pelukis mempunyai cara atau
metode yang berbeda untuk mewujudkan karya dalam proses menciptakan karya seni.
Cara-cara tersebut digunakan pelukis sejak pencarian gagasan, pemilihan objek hingga
karya seni tersebut terwujud. Untuk mengetahui proses kreatif seorang pelukis dalam
menciptakan karya seni, perlu mengobservasi secara intensif guna mendapatkan
informasi dari pelukis, keluarga, teman dan komunitas dari pelukis tersebut. Melakukan

2
penelitian dengan menggunakan metode tertentu, sehingga akan diketahui proses
penciptaan karya dari awal hingga akhir, dalam kurun waktu tertentu.
Proses penciptaan karya seni, baik karya-karya seni di bidang seni rupa maupun
karya seni di bidang lain membutuhkan adanya kreativitas. Seorang pelukis harus
mampu menyusun dan mengundang keindahan untuk hadir di dalam karyanya sesuai
dengan konsep yang menyertai keberadaan karya itu sendiri. Karena perkembangan
kreativitas itu keindahan dapat terungkap bukan hanya melalui bentuk yang kasat mata
atau wujud yang konkrit saja, melainkan kepada macam perwujudan yang ditampilkan
karena suatu ide dalam sifat yang artistik. Ide ini adalah termasuk kemahiran
menemukan kemampuan dan kelancaran teknik pengungkapan sebagai kekuatan
kreativitas. Ide kreatif didukung oleh kegiatan mencipta dan menjalani proses
pengolahan akan menghasilkan wujud yang nyata.
Pada proses penciptaan lukisan, diperlukan suatu metode untuk menguraikan
secara rinci tahapan-tahapan yang dilakukan, sebagai upaya dalam mewujudkan lukisan.
Melalui pendekatan-pendekatan dengan disiplin ilmu lain, dimaksudkan agar selama
dalam proses penciptaan dapat dijabarkan secara ilmiah dan argumentatif. A.M.M
Djelantik (1999) dalam buku Estetika Sebuah Pengantar menyebutkan bahwa penciptaan
adalah pengadaan karya seni dari “tidak ada”menjadi wujud nyata sehingga dapat
dinikmati oleh orang. Dalam penciptaan karya seni lukis terdapat proses kreatifitas yang
menggabungkan ide dengan penerapan unsur-unsur serta prinsip penyusunan seni rupa.
Proses penciptaan seni yang baik, selalu melewati tiga tahap: (1) exploration
(eksplorasi); (2) improvisation (improvisasi); (3) forming (pembentukan atau komposisi).
Eksplorasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai langkah awal dari suatu
penciptaan karya seni. Tahap ini termasuk penggalian ide, berpikir, berimajinasi,
merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan; Improvisasi tahap ini
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi imajinasi, seleksi dan mencipta dari pada
tahap eksplorasi; Pembentukan adalah tahapan penerapan dari proses eksplorasi dan
eksperimentasi, yaitu menyatukan ide, konsep bentuk dan teknik.
a. Explorasi Ide dan Gagasan Penciptaan
Eksplorasi merupakan tahap awal dalam proses penciptaan seni, yaitu aktivitas
kreatif dari individu dalam upaya menyelidiki serta menjajaki sesuatu yang tampak.
Sebuah tahapan pencarian dan penggalian ide-ide kreatif sekaligus mengeksplorasi
materi-materi teknis maupun non teknis. Tahapan tersebut dapat juga disebut

3
tahapan mencari ilham atau inspirasi. Tetapi pada tahapan awal ini tidak jarang
ilham atau inspirasi datang dengan tiba-tiba karena suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak disangka-sangka. Banyak hal yang dilakukan pelukis pada tahap ini.
Berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh ide atau gagasan hal-hal yang sepele
atau sederhana yang luput dari pandangan orang awam dapat menjadi sumber
inspirasi yang luar biasa bagi seorang pelukis.
Pelukis menggali segala sesuatu yang ada dalam diri untuk mendapatkan ide
penciptaan. Eksplorasi adalah proses untuk memberi pertimbangan konsep, bentuk,
media dan teknik penciptaan karya. Semakin sering pelukis melakukan eksplorasi,
maka pelukis memiliki kesempatan yang lebih besar dalam menghasilkan karya
yang baik, karena hal tersebut pelukis menjadi pelopor atau perintis teknik, media
dan ide-ide kreatif baru yang sebelumnya tak pernah terungkapkan oleh pelukis lain.
Dalam proses eksplorasi ide, pelukis telah melakukan proses kontemplasi
(berfikir/ merenung) untuk mengambil sebuah kesimpulan ide tersebut akan
dituangkan dalam bentuk apa, seperti apa, dan bagaimana prosesnya. Proses ini
menghasilkan kesimpulan tema dan desain yang diambil oleh pelukis untuk
selanjutnya akan diwujudkan melalui prosedur penciptaanya. Proses penciptaan seni
yang dilakukan seorang pelukis harus didasari pada prioritas kebaruan, kedalaman,
dan aktualisasi tertentu misalnya kadar perenungan, keuletan mengeksplorasi ruang-
ruang imajiner untuk meggali ide-ide baru, keberanian mencoba hal baru, eksplorasi
yang liar nyaris tak terbatas sehingga dapat memetik ide kreatif yang lebih segar.
Banyak usaha yang dilakukan dalam memperoleh ide atau gagasan. Mulai dari
hal-hal sederhana yang seringkali luput dari pengamatan orang awam, bisa menjadi
sumber inspirasi bagi seorang pelukis. Proses eksplorasi ide diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Mencari Sumber Referensi
Pencarian ide dan gagasan dilakukan dengan mengamati langsung dan mencari
referensi dilakukan dengan mengumpulkan data studi lapangan, studi pustaka,
kemudian dilakukan juga pengumpulan data acuan visual dari buku, majalah,
katalog-katalog, video, internet dan melalui diskusi-diskusi bertujuan agar tema
yang ada pada lukisan dapat menjadi lebih matang dan lebih ilmiah karena
diperoleh melalui data empiris.
Adapun proses mencari sumber referensi ide yang dapat dilakukan sebagai
berikut :
4
a) Pengamatan objek secara langsung
Pada tahap ini melakukan pengamatan objek yang dilakukan secara langsung
ke lokasi untuk memahami situasi dan fenomena hingga muncul rangsangan
untuk memvisualkannya ke dalam karya seni, diantaranya:
1. Lingkungan alam, termasuk juga kehidupan flora dan fauna. Banyak karya
seni rupa yang mengambil ide dasar atau menggunakan tema alam, seperti
lukisan, patung atau berbagai ornamen yang bernuansa binatang dan
tumbuhan.
2. Lingkungan buatan yang merupakan hasil rekayasa manusia seperti
misalnya obyek bangunan gedung, pemandangan kota, pemukiman
penduduk serta obyek-obyek lain buatan manusia. Di sini perkembangan
teknologi sangat banyak berpengaruh dalam memberi inspirasi bagi
pelukis.
3. Kondisi sosial kemasyarakatan, yang berupa kejadian sehari-hari yang
dialami oleh masyarakat, seperti kegiatan bidang politik, ekonomi, dan
lain sebagainya.
4. Alam mimpi atau fantasi, yaitu alam khayalan atau imajinasi yang muncul
dari pelukis itu sendiri. Contohnya adalah karya seni surealis atau abstrak
yang banyak terinspirasi oleh alam fantasi atau alam bawah sadar.
Affandi misalnya sebelum melukis dengan gaya ekspresionisnya, ia
melakukan observasi berkeliling ke tempat-tempat yang dirasa dapat
memberikan gagasan untuk merangsang emosi estetiknya. Setelah
mendapat gagasan dari suatu obyek, obyek itu diamati terus sehingga
dapat menangkap hubungan antara rasa estetiknya dengan obyek.

Gambar 1.1. Adu Ayam di Bali Karya Affandi


Ide Karya Diambil dari Tradisi Tua dalam Budaya Hindu Bali
(Sumber: https://singgasanaseni.org/)

5
b) Pengamatan melalui karya seni
Pada proses ini melakuan pengamatan terhadap karya-karya seni, baik itu
lukis, patung, video maupun instalasi yang dibuat oleh pelukis lainnya, yang
dijumpai di museum-museum, ruang publik, galery. Hal ini dilakukan untuk
mencari ide yang dapat mendukung tema garapan, atau sebagai perbandingan
karya dengan karya pelukis lainnya. Melalui proses ini diharapkan banyak
masukan berupa ide-ide dan teknik baru yang berguna dalam proses kreatif.
c) Pengamatan melalui foto-foto yang terdapat melalui buku-buku, majalah dan
katalog pameran, untuk memperkaya imajinasi yang dituangkan dalam ide,
yang akhirnya dituangkan ke dalam karya seni.
Basuki Abdullah misalnya, dalam melukis pemandangan maupun model
tidak bekerja berhari-hari di alam terbuka menghadap ke pemandangan yang
dilukisnya atau menahan model manusia yang dilukisnya dalam waktu lama.
Ia banyak dibantu oleh fotografi dan melukisnya dapat dilanjutkannya di
studio. Dengan kepiawian teknik yang dimilikinya para pelukis realis dapat
menyelesaikan lukisannya, dan kadang warnanya lebih indah dari aslinya

Gambar 1.2. Basuki Abdullah, Lukisan Pemandangan


(Sumber: https://za.pinterest.com/)
2) Merumuskan Konsep dan Gagasan Penciptaan
Gagasan suatu karya seni tidak sama dengan tema atau judul karya seni,
gagasan adalah wilayah estetik dan sensasi. Gagasan dilahirkan dari latar
belakang dan persoalan penciptaan, bukan diambil begitu saja entah dari mana.
Gagasan atau ide, biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang masih di “kepala”
atau pikiran, sehingga dapat disimpulkan bahwa ide merupakan sesuatu yang
masih ada dalam pikiran dan masih perlu direalisasikan dalam kenyataan.

6
Gagasan sebagai bagian dari proses penciptaan sudah mulai muncul sejak
seorang pelukis menceritakan peristiwa yang menjadi latar belakang.
Gagasan juga dapat dipandang sebagai ideologi dalam arti sebagai suatu
pandangan untuk memberikan makna apa yang terjadi. Gagasan penciptaan
dapat disejajarkan dengan pembuka jalan, yaitu apa yang hendak dikatakan,
namun masih diperlukan untuk menerjemahkan gagasan yang bersifat kognitif
ke dalam rasa atau sensasi, atau estetik. Konsep, gagasan, dan intuisi
mempunyai sumber yang berbeda, yakni masing-masing dari pemahaman
(understanding), rasio (reasons), dan daya rasa (sensibilia). Seorang pelukis
membutuhkan konsep dalam kerja kreatifnya. Peristiwa-peristiwa yang
ditemukan dan dapat diceritakan pada bagian latar belakang serta dipertanyakan
dalam rumusan ide penciptaan perlu dikembangkan ke dalam sejumlah konsep.
Rumusan konsep tersebut membantu pelukis dalam memahami peristiwa-
peristiwa yang menimbulkan kekuatan emosi di dalam dirinya. Konsep lahir
dari apa yang dialami oleh pelukis. Konsep penciptaan meliputi konsep yang
berkaitan dengan isi maupun bentuk yang kemudian dikembangkan menjadi ide
penciptaan, serta konsep yang berkaitan dengan bentuk akan dikembangkan
menjadi ide bentuk.
Setelah pelukis menemukan latar belakang sebagai peristiwa dan mengajukan
persoalan, maka pelukis kemudian merumuskan dan membangun konsep
penciptaan dan gagasan penciptaan sehingga karya seni tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dengan menentukan arah dalam merumuskan ide
gagasan. Pertama, gagasan penciptaan mengandung sikap seorang pencipta pada
dunia luar yang sedang dihadapi. Kedua, gagasan sifatnya masih formal, belum
tentu, atau malah tidak harus menunjuk hal yang praktis. Ketiga, gagasan juga
sudah meliputi antisipasi untuk diterjemahkan ke dalam karya yang diteliti.

b. Eksperimentasi dan Improvisasi


Tahap Eksperimentasi dan Improvisasi adalah suatu tahap dimana mencoba
mengolah hasil dari eksplorasi yang telah dilakukan dan menerjemahkannya ke
dalam sketsa di kertas sambil mempertimbangkan jenis elemen apa yang akan
dipakai, serta pengambilan ikon yang tepat guna terwujudnya pesan yang ingin
disampaikan di dalam karya seni nanti. Proses percobaan dilakukan berupa mencoba

7
bereksperimen dengan mencoba berbagai macam alat dan teknik, guna menunjang
karya seni yang berkualitas. Tahap improvisasi memungkinkan untuk melakukan
berbagai macam percobaan-percobaan (eksperimen) dengan berbagai seleksi
material dan penemuan bentuk-bentuk artistik untuk mencapai integritas dari hasil
percobaan yang telah dilakukan, oleh sebab itu dalam tahapan ini dibututuhkan
kreativitas yang tinggi.
Dalam melakukan eksperimentasi, ada lima komponen kreativitas produksi
dari gagasan baru yang bernilai yang ditawarkan oleh Sternberg dan Lubart (1999),
yang meliputi:
1) Keahlian
Semakin banyak gagasan dan citra yang diperoleh melalui pembelajaran yang
terakumulasi, semakin banyak banyak kesempatan yang dimiliki untuk
mengkombinasikan blok-blok bangunan dengan cara kreatif.
2) Keterampilan berpikir imajinatif
Dalam momen-momen kreativitas, dapat dilihat segala hal dengan cara-cara
baru, mengenali berbagai pola dan menciptakan berbagai hubungan. Setelah
menguasai hal-hal mendasar dari sebuah persoalan, dapat didefinisikan ulang
atau mengeksplorasinya dengan cara baru.
3) Kepribadian yang senang bertualang
Pribadi yang kreatif mampu menanggung resiko, gigih dalam mengatasi
berbagai rintangan, dan berusaha mencari pengalaman baru.
4) Motivasi intrinsik
Masyarakat akan menjadi lebih kreatif ketika mereka merasa termotivasi
terutama oleh kepentingan, kesenangan, kepuasan dan tantangan dari kerja itu
sendiri alih-alih oleh berbagai tekanan dari luar.
5) Lingkungan yang kreatif
Gagasan-gagasan yang baru dan bernilai sering kali dicetuskan, didukung dan
disaring oleh banyaknya hubungan.
Kelima gagasan di atas telah memberikan dorongan dan rangsangan batin
untuk menumpahkan segala kegelisahan diri dengan melakukan eksperimentasi agar
pengalaman-pengalaman masa lalu yang terekam dalam memori, terstimulasi untuk
menggali potensi imajinasi yang ada, sehingga dapat melahirkan ide-ide yang
cemerlang.

8
Setelah mendapat ide yang akan dituangkan ke dalam lukisan, pelukis
bereksperimen untuk menemukan warna dan komposisi yang menarik dengan
membuat sketsa pada kertas. Proses ini memungkinkan pelukis untuk lebih banyak
bereksperimen tentang media dan komposisi lukisan. Proses ini tetap
memperhitungkan komposisi dan unsur-unsur seni rupa di dalamnya, seperti garis,
tekstur, warna, ruang dan bidang.
Proses ekperimentasi ini melatih kepekaan rasa dan peluapan emosi dalam
sebuah karya lukisan. Pada tahap ini ditemukan bentuk, warna, tekstur, teknik dan
media yang nantinya dikembangkan pada saat melukis pada media yang sebenarnya,
sehingga tahap eksperimentasi ini tersusun secara terstruktur dan sistematik.
Adapun tahap-tahap dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1) Membuat Sketsa Alternatif
Pada proses ini pelukis mencari jalan terang dengan akal seninya, yaitu dengan
teknik yang bagaimana dia sekarang harus membentuk karya seninya itu setelah
dia melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
akan divisualkan. Pada tahap ini perlu dilakukan proses membuat sketsa
alternatif secara bebas. Sketsa alternatif mengambarkan bentuk karya yang akan
diwujudkan, namun baru berupa goresan di atas kertas. Sketsa dibuat
mengunakan pensil warna, bolpoin, pastel dan cat akrilik. Posisi sketsa di sini
bukanlah gambar awal yang kemudian digambar ulang di atas kanvas. Tetapi
hanya sebagai tahap untuk melatih kepekaan rasa dalam pencapaian estetis,
melalui warna dan goresan. Sketsa-sketsa alternatif tersebut diseleksi kemudian
beberapa dipilih untuk direkonstruksi, serta dielaborasi untuk menjadi
rancangan yang akan diwujudkan dan dipakai sebagai acuan dalam penciptaan
karya seni lukis.

9
Gambar 1.3. Delacroix, Studi Korban Rakit Medusa
(Sumber: Buku Seni Rupa Kelas XI Jilid 2)

Gambar 1.4. Aguste Rodin, The Gate of Hell (sumber: Paul Zelanski)
Pelukis perlu melakukan studi visual tentang semua bentuk dan warna yang
ingin dijadikan subyek dalam karyanya. Pelukis dan pematung sejak zaman
Renaissance menggunakan sketsa sebagai suatu cara melakukan studi bentuk.
10
Oleh karena sketsa berfungsi sebagai cara melakukan studi bentuk. Seorang
pelukis seni rupa sangat penting memahami dan menguasai bentuk-bentuk dan
warna yang ada di lingkungannya. Mereka perlu melakukan studi visual tentang
semua bentuk dan warna yang ingin dijadikan subyek dalam karyanya.

Gambar 1.5. Studi Sibyl untuk langit-langit Gereja Sistine Chapel


(Sumber: Colin Saxton)
Studi untuk sebuah lukisan sangat serius dilakukan oleh para pelukis zaman
Renaissance, seperti apa yang dilakukan oleh Michel Angelo dalam
mempersiapkan lukisan langit-langit Gereja Sistine Chaple (gb. 1.5.). Hal yang
sama dilakukan oleh Delacroix sebelum melukis Medusa yang menggemparkan
(gb. 1.3.). Ia melakukan studi visual dengan membuat sketsa orang-orang yang
meninggal dunia sebagai korban tenggelamnya sebuah kapal penumpang.
Dalam melakukan studinya mereka melakukan eksplorasi bentuk-bentuk, untuk
mendapatkan anatomi yang tepat mereka menggunakan model, sehingga
Delacroix misalnya melakukan studi langsung terhadap jenazah korban
tenggelamnya Rakit Medusa di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan gambaran ekspresi yang tepat dari orang yang menjadi korban.
Dengan mengetahui kondisi yang sebenarnya, Delacroix mampu membuat
karya seni lukis yang besar dan sangat berhasil serta terkenal pada zamannya.
2) Menentukan Sketsa Terpilih
Sketsa terpilih diambil dari sketsa alternatif yang sebelumnya diajukan dan
diseleksi untuk dipilih satu desain dari tiga sketsa alternatif kemudian ditetapkan
menjadi sketsa terpilih. Sketsa yang terpilihlah yang kemudian diwujudkan
menjadi karya yang berdasarkan keselarasan bentuk, keseimbangan, bahan, dan

11
teknis pembuatan karya dengan mempertimbangkan dengan cermat menyangkut
ide, estetik, dan artistik.
c. Pembentukan (forming)
Tahap pembentukan merupakan tahap mewujudkan ide, konsep, landasan, dan
rancangan itu coba diterapkan dan diterjemahkan di dalam sketsa, kemudian
memilih dari sketsa yang terbaik dan diwujudkan. Dalam hal ini, kadang kala terjadi
perubahan pemikiran yang signifikan terhadap rancangan sketsa sebelumnya, karena
dalam proses kreatif pasti akan melibatkan intuisi untuk melakukan terobosan-
terobosan baru terhadap berbagai aspek. Aspek-aspek yang dimaksud adalah hal-hal
yang menyangkut pengolahan komposisi, pewarnaan, aplikasi tekstur, pembagian
komposisi bidang ataupun ruang sehingga kebutuhan ekspresi estetik, serta artistik
yang merupakan bagian dari gagasan dapat dielaborasi secara optimal.
Tahapan terakhir ini adalah bagian dari berbagai percobaan yang telah
dilakukan. Tahap ini merupakan proses penyusunan dengan menggabungkan
simbol-simbol yang dihasilkan dari berbagai percobaan yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip penyusunan seni rupa dan unsur-unsur seni rupa. Unsur dan prinsip
penyusunan seni rupa yang menjadi tonggak awal bagi tahapan forming, harus
diimbangi oleh kesadaran akan hasrat pemaknaan dalam mengelaborasi fenomena
agar kehadiran karya seni yang diciptakan kuat secara visual dan konseptual.
Melalui semua tahapan dan langkah yang telah dilakukan perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui secara menyeluruh terhadap kesesuaian antara gagasan
dengan karya diciptakan. Perwujudan karya seni adalah buah dari pengalaman
estetik, pengetahuan dan pengamatan yang dilakukan terhadap perkembangan seni
hingga saat ini yang akan tercermin melalui aplikasi teknik dan penggabungan
media.
Pengetahuan akan teknik serta penggunaan alat dan bahan merupakan hal yang
mutlak dibutuhkan oleh setiap perupa, karena dalam pembuatan karya seni, bentuk
yang dihasilkan harus banyak memperhatikan dalam segi bahan serta kekuatan dan
ketahanan karya tersebut. Dalam pembuatan karya lukis pelukis tak terlepas dari
media, karena tanpa media pelukis tidak dapat berkreasi. Pelukis bebas memilih
media melukis, tidak ada batasan untuk kreativitas yang ingin diekspresikan. Hanya
saja yang perlu diperhatikan adalah daya rekat dan pengaruh lain dari cat yang

12
digunakan pada media tersebut. Kedua, apakah media yang digunakan memberikan
dampak positif pada estetika visual atau tata ungkap pada karya.
Selain kanvas Media lukis lain yang digunakan antara lain: Kaca, Sutra,
Dinding (mural), Papan Fiber, Papan Kayu, Kain tekstil, Lempengan logam, Kertas
Cat Air/ Aquarel, Cardboard. Jackson Pollock berhenti menggunakan papan fiber
untuk media lukisnya, karena ia menganggap bahwa media tersebut tidak
memberikan dampak positif pada karyanya. Agus Suwage pernah menggunakan
lempengan seng sebagai media lukisnya. Dia memanfaatkan warna dan tekstur seng
agar tampak menjadi hamparan pantai pada lukisannya. Ia bahkan dengan sengaja
membuat beberapa bagian seng berkarat dan dibentuk menjadi seperti batu/karang
yang biasa terdapat di pantai.

Gambar 1.6. Landscape with Man and Skeleton, oleh Agus Suwage
(Sumber:galeri-nasional.or.id)
Terdapat macam-macam cat yang dapat digunakan untuk melukis. Cat yang
paling sering dipergunakan diantaranya:
1) Cat Minyak/ Oil Paint
Cat minyak adalah cat yang telah digunakan oleh pelukis dari sejak zaman
renaisans. Oil paint memiliki kelebihan pada tingkat transparansi yang bisa
dihasilkannya. Selain itu cat minyak biasa digunakan untuk mengawali belajar
melukis karena membutuhkan waktu lebih lama untuk kering. Sehingga sangat
mungkin untuk menghapusnya dengan kain. Cat minyak juga memungkinkan
teknik blending, yaitu mencampurkan dua warna atau lebih langsung pada
kanvas untuk membuat efek gradasi.

13
Cat minyak bisa membutuhkan waktu hingga satu minggu untuk mengeringkan
permukaannya agar bisa dilapisi cat lain tanpa mencampurkannya dengan cat
lain di atas kanvas. Cat minyak sebetulnya belum benar-benar kering hingga 6-
12 bulan kedepan.
2) Water Color/ Aquarel
Melukis dengan menggunakan cat air (aquarel) dilakukan dengan sapuan warna
yang tipis, sehingga lukisan yang dihasilkan bernuansa transparan. Agar
menghasilkan sapuan yang tipis dan ringan, baiknya menggunakan cat yang
sedikit encer. Cat ini sangat cepat kering karena menggunakan pengencer
berupa air. Teknik pengeringan adalah dengan diangin-anginkan atau dijemur di
bawah terik matahari, agar catnya kering secara sempurna.
3) Cat Akrilik/ Acrilyc Paint
Cat akrilik adalah cat yang mulai digunakan oleh pelukis modern di sekitar
tahun 1960-an. Akrlik adalah cat yang berbasis air, sehingga pelukis dapat
menggunakan air untuk mengencerkannya. Cat ini sangat cepat kering
dibandingkan dengan cat minyak, tapi masih tidak secepat cat air. Cat akrilik
adalah cat yang fleksibel untuk digunakan, karena kemungkinan untuk
memodifikasi komponennya sangat banyak. Misalnya pelukis dapat memberi
filler untuk menghasilkan cat timbul. Atau menggunakan medium untuk
membuatnya transparan seperti cat minyak. Meskipun permukaan catnya cepat
kering, akrilik tetap membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum dapat di
varnish, karena memastikan bagian dalamnya telah benar-benar kering
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Selain jenis cat diatas, masih ada jenis cat alternatif lainnya untuk
melukis. Misalnya Jackson Pollock menggunakan cat enamel (cat kayu) yang
sebetulnya diperuntukan bagi keperluan pengecatan kayu/perangkat rumah. Namun
Pollock menggunakannya karena cat tersebut memiliki kekentalan yang cocok untuk
digunakan dalam teknik lukisnya. Terdapat macam-macam bahan lain selain cat
yang dapat digunakan untuk melukis. Beberapa pelukis kontemporer menggunakan
bahan yang terdengar tidak wajar untuk melukis seperti: jarum, kawat, perca telur,
pecahan kaca dan sebagainya.
Di bawah ini akan diuraikan contoh secara rinci langkah-langkah yang harus
dilalui dalam tahap pembentukan pada lukisan pada media kanvas sebagai berikut:

14
1) Melapisi kanvas dengan Primer Media Lukis
Primer media lukis adalah cat yang melapisi kanvas atau linen agar cat tidak
menyerap ke kain dan dapat merekat dengan sempurna. Biasanya cat primer
media lukis berwarna putih atau agak kekuningan bila kanvas sudah disimpan
terlalu lama. Kanvas lukis yang dijual di toko alat-alat lukis biasanya telah
diberi cat dasar. Namun jika belum cat dasar yang biasa digunakan adalah
gesso.

Gambar 1.7. Kanvas yang telah di prime menggunakan gesso (kiri) kanvas
yang belum di prime (kanan) (sumber: dickblick.com)
Gesso dapat diganti menggunakan cat tembok biasa. Cat tembok yang berbasis
air untuk cat akrilik dan cat tembok berbasis minyak untuk cat minyak. Tujuan
utama gesso adalah untuk membuat dasaran yang lebih baik bagi cat yang akan
dilukiskan diatas media lukis.
2) Membuat tekstur pada permukaan kanvas
Menempelkan modeling paste sebagai tekstur pada permukaan kanvas secara
merata dengan menggunakan roller atau pisau pallet, agar efek tekstur yang
mucul tampak nyata dan terkesan tebal. Penerapan tekstur-tekstur tadi untuk
menciptakan motif maupun figur-figur/bentuk estetik yang ingin dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan ekspresi.
3) Membuat warna dasar
Tanpa harus berlama-lama menunggu keringnya tekstur tadi, elaborasi tekstur
yang telah terbentuk sudah dapat digoreskan atau diblok dengan warna dasar.
Cat dasar adalah lapisan pertama yang akan mempermudah proses melukis
dengan mendasarinya menggunakan warna background yang paling banyak
digunakan pada lukisan. Misalnya jika lukisan yang akan dibuat bertema

15
pemandangan terbuka cat dasar biru dapat digunakan untuk mempermudah
penyelesaian bagian langit yang akan dilukis. Jika pelukis akan melukis potret
dengan background hitam, maka gunakan warna hitam sebagai cat dasar.
Cat dasar juga secara otomatis akan menerapkan kesatuan pada seluruh cat yang
digunakan diatasnya. Karena sepekat apapun cat yang dibubuhkan diatasnya
cahaya akan tetap menembus pada bagian paling belakang kanvas. Sehingga
warna dasar akan mencampurkan seluruh warna yang dilukiskan diatasnya
dengan pencampuran optis. Terkadang pencampuran tersebut tampak tidak
terlihat jauh bedanya namun sebetulnya tetap terasa.
Warna-warna cat dasar yang umum digunakan:
a) Cat dasar Midtone
Tarik warna midtone (warna tengah antara shading dan highlight) dari subjek
yang akan kamu lukis, gunakan warna itu untuk cat dasar. Warna midtone
adalah warna yang paling banyak digunakan pada subjek yang akan dilukis.
b) Cat dasar Abu
Abu-abu adalah warna bahan yang netral dan akan cocok dengan semua
warna diatasnya. Pastikan abu yang kamu gunakan adalah abu netral,
beberapa produsen cat terkemuka selalu mempunyai varian tersebut (neutral
grey).
c) Cat dasar Coklat
Coklat yang dimaksudkan disini adalah hue warna Umber. Umber adalah
warna tradisional, coklat muda yang biasa digunakan oleh para Old Master
Barat.
d) Cat dasar warna kebalikan
Warna kebalikan akan mempertajam saturasi warna utama yang akan
digunakan diatasnya. Misalnya gunakan cat dasar ungu transparan jika ingin
mengkontraskan saturasi warna kuning pada lukisan. Cat dasar warna
kebalikan adalah cat dasar yang sulit untuk digunakan. Membutuhkan
pengetahuan mengenai teori warna dan percobaan terlebih dahulu sebelum
dapat menggunakannya dengan baik.
4) Membuat sketsa bentuk utama
Warna-warna terang tadi digoreskan dengan posisi kuas mengambang, spontan
dan impresif pada permukaan kanvas, agar dapat memuncukan efek tekstur
yang terkesan empuk, unik dan artistik serta berperan sebagai aksentuasi pada
16
objek atau motif yang ingin ditonjolkan. Penerapan warna-warna dan garis yang
bervariatif dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang terutama untuk
mencapai bentuk-bentuk yang elaborit dan warna-warna yang padat, demikian
juga pada bentuk utama yang ditonjolkan sebagai fokus (centerpoint) dari
bentuk-bentuk yang ada.
5) Finishing
Pada tahapan penyelesaian/ proses finishingtouch nanti, diupayakan adanya
kontrol yang cermat, teliti dan menyeluruh sehingga bagian-bagian yang belum
tergarap secara maksimal dapat disempurnakan kembali melalui goresan-
goresan yang lembut, ekstra teliti serta penuh kesabaran, karena akan
menentukan perwujudan karya cipta serta kualitas yang ingin dicapai, sehingga
ide-ide yang dituangkan ke dalam karya seni lukis dapat diartikulasikan secara
holistik dan perfect.
6) Coating/ Varnish
Varnish adalah lapisan proteksi terakhir yang digunakan untuk melindungi
lukisan dari debu dan cahaya matahari. Tanpa lapisan varnish lambat-laun
lukisan akan menguning. Selain itu lukisan juga akan rentan terhadap
kelembaban yang kurang ideal untuk cat yang digunakan, sehingga beresiko
berjamur atau kehilangan saturasi warna. Varnish harus bersifat soluble atau
dapat dihapus. Karena, disaat varnish telah menguning maka pelukis dapat
menghapusnya dan memberikan lapisan varnish baru. Biasanya produsen
varnish lukis juga menyediakan produk pelarut/ penghapus yang tidak akan
mampu untuk menghapus cat pada lukisan yang dilapisi varnish; hanya varnish-
nya saja yang dihapus.
Varnish terbagi menjadi dua jenis yaitu varnish berbasis air untuk akrilik dan
varnish berbasis minyak untuk cat minyak. Varnish juga biasanya ditawarkan
dengan berbagai tingkat refleksi: matte, satin, glossy. Tips untuk menjaga
lukisan supaya lebih aman dari hal yang tidak diinginkan disaat menghapus
varnish adalah dengan melapisi lukisan yang telah selesai dengan medium cat
sebelum dilapisi oleh varnish. Lukisan juga harus telah benar-benar kering saat
di varnish untuk menghindari keretakan.
Dengan demikian, melalui beberapa proses dan berbagai tahapan serta
pertimbangan-pertimbangan yang logis, etis dan estetis, maka dapat diyakini bahwa
karya-karya yang telah selesai dikerjakan sudah layak untuk dipamerkan ke medan
17
sosial yang lebih luas agar dapat dinikmati dan diapresiasi oleh khalayak ramai,
sebagai salah satu bagian dari tanggung jawab moral pelukis dalam meningkatkan
apresiasi seni dan budaya masyarakat.
5. Forum Diskusi

Silahkan mengamati Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden


Saleh Syarif Bustaman (1814-1880). Berikanlah komentar anda terkait Ide dan Proses
Penciptaan pada karya tersebut dan cantumkan sumber literatur yang anda gunakan
sebagai dasar diskusi dengan teman-teman anda.

C. PENUTUP

1. Rangkuman
Sebuah karya seni tidak dapat lepas dari proses penciptaannya dan sang pelukis itu
sendiri. Proses penciptaan karya seni selalu berhubungan erat dengan gagasan, ide dan
pengalaman sang pelukis. Seorang pelukis selalu melalui persiapan khusus dengan
perhitungan-perhitungan yang matang dan proses penggarapan yang bisa memakan
waktu lama. Hasil karya seni yang dicapai melalui proses penciptaan dengan perhitungan
teknis biasanya bersifat rasional. Hasil karya yang dicapai melalui proses penciptaan
yang bersifat rasional ini akan mengandung estetika intelektual. Sementara itu hasil seni
yang diciptakan berdasarkan perasaan tanpa pehitungan teknis biasanya bersifat
emosional. Proses penciptaan karya seni dilakukan pencarian akan hal yang berkaitan
dengan konsep dan makna yang akan divisualisasikan. Dalam tahap ini pelukis
menyiapkan rancangan tentang ide dan konsep visual yang nantinya digunakan sebagai
pertanggung jawaban karya.

18
Proses penciptaan seni yang baik, selalu melewati tiga tahap: (1) exploration
(eksplorasi); (2) improvisation (improvisasi); (3) forming (pembentukan atau komposisi).
Eksplorasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai langkah awal dari suatu
penciptaan karya seni. Tahap ini termasuk penggalian ide, berpikir, berimajinasi,
merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan. Improvisasi tahap ini
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi imajinasi, seleksi dan mencipta pada
tahap eksplorasi. Pembentukan adalah tahapan penerapan dari proses eksplorasi dan
eksperimentasi, yaitu menyatukan ide, konsep bentuk dan teknik.

19

Anda mungkin juga menyukai