Anda di halaman 1dari 10

Analisis Persebaran Material Konduktivitas Dan Keretakan Pada Dinding Bagian Luar

Gedung Atsiri Menggunakan Metode GPR

Muhammad Hadyan Chaqiqi, Adelia Saras Nugraheni, Millah Izzatul Aini, Feryan Adi Anggana, Rosy Prila
Maharani, Moh. Nabil Atieq, Chandra Ahmad Gumilang, Faiq Dzihnan, Raihan Yumna, Rahmad Fuady N.
Teknik Geofisika, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur

Abstrak
Penelitian menggunakan metode GPR pada bidang vertikal yang dilakukan dengan
membandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan probe horizontal dan vertikal
sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat dengan menggunakan probe vertical. Interpretasi
data diperoleh dengan menggunakan software Visualizer 3D. Dari hasil penampang yang
didapatkan diketahui bahwa pada dinding tersebut tidak ditemukan adanya keretakan. Hal
tersebut diketahui dari homogenitas dengan homogenitas warna hijau pada range kedalaman 0.3
- 0.4 meter. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa metode GPR ini tidak cocok digunakan untuk
memeriksa kondisi pada tembok yang tipis karena GPR memiliki daya tembus gelombang yang
lumayan tinggi sehingga jika digunakan pada tembok maka data dari tembok itu sendiri tidak
akan banyak tervisualisasikan.
Kata kunci: Elekromagnetik, GPR, Vertikal

PENDAHULUAN yang lebih besar lagi. Bahkan tidak menutup


Latar Belakang kemungkinan jika keretakan tersebut dapat
Dinding bangunan yang retak mengakibatkan bangunan roboh. Ada 2 jenis
merupakan pertanda jika kondisinya sudah retakan yaitu retak structural dan non
mulai labil atau rapuh sehingga harus structural, retak structural salah satunya yang
dilakukan pengamatan secara berkala. dapat membahayakan kestabilan bangunan.
Keretakan pada dinding memiliki bentuk Salah satu factor penyebabnya retak
yang beragam, ada yang bentuknya vertical, struktural yakni kesalahan dalam mengukur
retak menyimpang, retak halus dan lainnya. dan menganalisa beban yang diterima oleh
Walaupun tidak semua bentuk retak pondasi juga dalam menentukan pondasi
berbahaya tetap harus diwaspadai untuk yang digunakan pada saat proses
menghindari potensi timbulnya keretakan pembangunan.
Tujuan Penelitian dalam range 10 MHz sampai 1GHz (Heteren,
dkk., 1998). Metode ini bersifat tidak
Tujuan dari penelitian ini adalah
merusak dan mempunyai resolusi yang
untuk mengetahui apakan metode GPR dapat
tinggi, tetapi terbatas sampai kedalaman
digunakan untuk mengetahui bagian dalam
beberapa puluh meter saja (Knight, 2001).
tembok berupa keretakan maupun benda
Seperti pada sistem radar pada
apapun yang mungkin terdapat didalamnya.
umumnya, sistem GPR terdiri atas pengirim
Ruang Lingkup Pembahasan (trasmiter), yaitu antena yang terhubung ke

Dalam penelitian ini digunakan data sumber pulsa, dan bagian penerima

primer hasil pengukuran pada dinding (receiver), yaitu antena yang terhubung ke
gedung Atsiri Universitas Brawijaya. Data unit pengolahan sinyal dan citra. Adapun

perekaman GPR kemudian dianalisis melalui dalam menentukan tipe antena yang

software Visualizer 3D dengan digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan

mengidentifikasi tiap line, untuk mengetahui metode pengolahan sinyal tergantung pada

kenampakan bagian dalam dinding gedung beberapa hal, yaitu:

Atsiri. • Jenis objek yang akan dideteksi


TINJAUAN PUSTAKA • Kedalaman Objek, dan
Salah satu aplikasi penting dari • Karakteristik elektrik medium tanah
gelombang elektromagnetik pada metode
Dari proses pendeteksian seperti di atas,
geofisika yaitu metode GPR. Gelombang
maka akan didapatkan suatu citra dari letak
elektromagnetik dipancarkan melalui
dan bentuk objek yang terletak di bawah
transmitter ke bawah permukaan, maka
tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian
pantulannya akan ditangkap oleh receiver
yang baik, suatu sistem GPR harus
untuk memetakan struktur bawah permukaan
memenuhi empat persyaratan sebagai berikut
(Topp, et. Al, 1980).
(Ligthart, 2004) :
Ground Penetrating Radar (GPR)
mendeteksi benda–benda yang terkubur di • Kopling radiasi yang efisien ke dalam

bawah tanah dengan tingkat kedalaman tanah,

tertentu, dengan menggunakan sumber • Penetrasi gelombang elektromagnetik

gelombang elektromagnetik berupa radar yang efisien,

(Radio detection and ranging) biasanya


• Menghasilkan sinyal dengan amplitudo mengalami atenuasi (pelemahan) dan cacat
yang besar dari objek yang dideteksi, sinyal lainnya selama perambatannya di
• Bandwidth yang cukup untuk tanah. Sinyal ini kemudian diproses oleh
menghasilkan resolusi yang baik. rangkaian penerima. Kedalaman objek dapat
diketahui dengan mengukur selang waktu
Pada dasarnya GPR bekerja dengan
antara pemancaran dan penerimaan pulsa.
memanfaatkan pemantulan sinyal. Teknik
Dalam selang waktu ini, pulsa akan bolak
penggunaan metode GPR adalah sistem
balik dari antena ke objek dan kembali lagi
Electromagnetic Subsurface Profiling
ke antenna, (Daniel, D.J, 2004).
(ESP), dengan cara memanfaatkan
pengembalian gelombang elektromagnetik Jika selang waktu dinyatakan dalam t,
yang dipancarkan melalui permukaan tanah dan kecepatan propagasi gelombang
dengan perantara antena (Heteren, dkk., elektromagnetik dalam tanah v, maka
1998). kedalaman objek yang dinyatakan dalam h
adalah:

1
ℎ= tv
2

METODOLOGI

Lokasi Akuisisi

Lokasi akuisisi data metode GPR


merupakan dinding bagian luar bangunan
yang berada di Universitas Brawijaya
Gambar 1 Prinsip Kerja GPR
tepatnya di Gedung Atsiri.
Unit kontrol radar menghasilkan
Pengumpulan Data
pulsa trigger tersinkronasi ke pengirim dan
penerima elektronik di antena. Pulsa ini Data yang digunakan merupakan data
mengendalikan pengirim dan penerima primer yang didapat dari alat GPR series
elektronik untuk menghasilkan sampel OKM Future 2005, dan diinterpretasikan
gelombang dari pulsa radar yang hasilnya dengan software Visualizer 3D
dipantulkan. Pulsa ini akan dipancarkan oleh
Desain Survey Penelitian
antena ke dalam tanah. Pulsa ini akan
Pengambilan data GPR dilakukan Diagram Alir
pada dua jenis dinding yaitu di dalam gedung
Mulai
dan di luar gedung dengan dua jenis probe
(vertical dan horizontal). Untuk probe
vertikal di desain menjadi 4 lintasan, 2 Penentuan Lokasi
lintasan di dalam gedung dan 2 lintasan di
luar gedung. Untuk panjang 1 lintasan
sepanjang 2 m. Dan untuk probe horizontal di Data
Primer
desain menjadi 5 lintasan, 4 lintasan di luar
gedung dan 1 lintasan di dalam gedung. GPR
Untuk 1 panjang lintasan sepanjang 2 m.

Hasil Data GPR

Data 2D Data 3D

Interpretasi
(a) (b)

Gambar 2(a) Desain survey akuisisi Kesimpulan


dinding dan tiang bagian luar gedung Atsiri
(line 1 bagian kanan dan line 2 bagian kiri).
Selesai
(b) Desain survey akuisisi tiang bagian
dalam (line 3 tiang dalam Gedung atsiri).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuisisi GPR ini dilakukan pada


permukaan tembok gedung atsiri bagian luar.
Probe yang dilakukan pada akuisisi kali ini
berupa probe vertical dan horizontal, dengan
maksud untuk membandingkan hasil yang
diperoleh dari tiap probe yang diaplikasikan kanan dan kiri. (b) Hasil interpretasi 2D
pada tembok bagian luar gedung atsiri. untuk tiang dalam.
Perbandingan penggunaan probe ini juga
dilakukan karena ketidaktahuan dari
Hasil yang didapakan oleh probe dan
keakurasian data yang diberikan oleh probe
OKM, diolah dengan software 3D visualizer
vertical dan apakah mungkin probe
dimana akan ditampilkan hasil nya dalam
horizontal ini digunakan pada permukaan
bentuk 3 dimensi dengan beberapa warna
yang vertical.
sebagai indikator. Warna biru
mengindikasikan pengukuran negatif dan
bisa menunjukkan adanya rongga, deposit
air, dan tanah urukan. Warna hijau
menunjukkan nilai normal tanah tanpa
anomali. Warna kuning dan orange
menunjukkan mineralisasi daam tanah atau
logam yang terkubur dalam. Warna merah
selalu menunjukkan pengukuran nilai positif
(a) (b) dan menunjukkan adanya logam dan dalam
Gambar 3(a) Hasil interpretasi secara 2D beberapa kasus menunjukkan mineralisasi
probe vertikal untuk dinding luar sisi kanan yang kuat dalam tanah.
dan kiri. (b) Hasil interpretasi 2D untuk
Hasil Probe Vertikal
tiang dalam.
Line 1 (Tembok kanan)
Hasil visualisasi line 1 (tembok)
dengan probe vertical, menunjukkan bahwa
pada kedalaman 0,3 meter (sesuai ketebalan
tembok) seluruhnya berwarna hijau (Gambar
5). Hal ini menunjukkan bahwa pada tembok
tidak terdapat rongga ataupun besi. Untuk
warna merah dan biru terletak pada
(a) (b)
kedalaman yang sangat tinggi jauh melebihi
Gambar 4(a) Hasil interpretasi secara 2D
ketebalan tembok, sehingga diperkirakan
probe horizontal untuk dinding luar sisi
anomali tersebut muncul karena adanya pada kedalaman 0,3 meter (sesuai ketebalan
barang barang di ruangan di sebelah tembok. tembok) seluruhnya berwarna hijau (Gambar
6).

Warna biru yang mengindikasikan


rongga ataupun lapisan dengan densitas
rendah muncul pada kedalaman 3 meter yang
mengindikasikan adanya ruangan disebelah
Gambar 5 tembok. (Gambar 6)

Warna biru yang mengindikasikan Sedangkan anomali warna kuning


rongga ataupun lapisan dengan densitas muncul pada kedalaman 5.8 meter (Gambar
rendah muncul pada kedalaman 2.2 meter 6). Karena kami tidak memiliki akses ke
yang mengindikasikan adanya ruangan ruangan dibalik tembok maka kami tidak bisa
disebelah tembok. (Gambar 5) mengetahui benda apa yang menyebabkan
munculnya anomali tersebut.
Sedangkan anomali warna kuning
muncul pada kedalaman 7.73 meter (Gambar Line 3 (Tiang Dalam)
5). Karena kami tidak memiliki akses ke
ruangan dibalik tembok maka kami tidak bisa
mengetahui benda apa yang menyebabkan
munculnya anomali tersebut.

Line 2 (Tembok kiri)

Gambar 7

Hasil visualisasi line 3 (tiang beton)


dengan probe vertical, menunjukkan bahwa
pada kedalaman 0,3 meter (sesuai ketebalan
tiang) seluruhnya berwarna hijau (Gambar
Gambar 6 7).

Hasil visualisasi line 2 (tembok) Warna biru yang mengindikasikan


dengan probe vertical, menunjukkan bahwa rongga ataupun lapisan dengan densitas
rendah muncul pada kedalaman 0.9 meter. (Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa
(Gambar 7) pada tembok terdapat rongga ataupun air.
Untuk warna merah dan biru terletak pada
kedalaman yang sangat tinggi jauh melebihi
ketebalan tembok, sehingga diperkirakan
anomali tersebut muncul karena adanya
barang barang di ruangan di sebelah tembok.

Gambar 8

Di mode set view pada gambar 8


diatas, terlihat warna biru mendominasi di
sebelah samping karena tiang yang kami scan
Gambar 9
ini terletak di samping tangga sehingga
kemungkinan warna biru yang mendominasi Warna hijau yang mengindikasikan
tersebut muncul karena keberadaan jalan tanah muncul pada kedalaman 2.9 meter yang
untuk tangga naik. mengindikasikan adanya ruangan disebelah
tembok. (Gambar 9)
Sedangkan anomali warna kuning
muncul pada kedalaman 9.30 meter (Gambar Sedangkan anomali warna kuning
8) yang terletak ditengah. Karena tiang yang muncul pada kedalaman 12.3 meter (Gambar
kami ukur bersambung dengan tembok 9). Karena kami tidak memiliki akses ke
dibelakangnya, maka warna kuning dan ruangan dibalik tembok maka kami tidak bisa
orange bisa jadi menunjukkan adanya besi di mengetahui benda apa yang menyebabkan
tembok paling ujung sebagai rangka gedung. munculnya anomali tersebut.

Hasil Probe Horizontal Line 2 (Tembok kiri)


Line 1 (Tembok kanan)
Hasil visualisasi line 1 (tembok)
dengan probe horizontal, menunjukkan
bahwa pada kedalaman 0,3 meter (sesuai
ketebalan tembok) seluruhnya berwarna biru
Gambar 10 Gambar 11

Hasil visualisasi line 2 (tembok) Hasil visualisasi line 3 (tiang beton)


dengan probe horizontal, menunjukkan dengan probe horizontal, menunjukkan
bahwa pada kedalaman 0,3 meter (sesuai bahwa pada kedalaman 0,3 meter (sesuai
ketebalan tembok) dominan berwarna hijau ketebalan tiang) dari bawah ke atas berwarna
namun dibagian tengah terdapat warna biru, merah, kuning, biru tua dan biru muda,
namun pada daerah tembok seharusnya tidak namun pada saat dilihat data secara samping
terdapat rongga dibagian tengah akusisi, hal data memiliki bentuk yang tidak sesuai
ini dimungkinkan karena pada saat dengan kedataran tembok, dan yang
pengambilan data probe diambil dengan jarak didapatkan berbentuk seperti bukit, hal ini
antara probe dan tembok tidak konstan dapat terjadi diperkirakan karena
(Gambar 10). ketidaktahuan pada saat menggunakan probe
horizontal dibagian mana sensor tersebut
Warna biru yang mengindikasikan
berada (Gambar 11).
rongga ataupun lapisan dengan densitas
rendah muncul pada kedalaman 4 meter yang Warna biru yang mengindikasikan
mengindikasikan adanya ruangan disebelah rongga ataupun lapisan dengan densitas
tembok. (Gambar 10) rendah muncul pada kedalaman 3.3 meter.
(Gambar 11)
Sedangkan anomali warna kuning
muncul pada kedalaman 9 meter (Gambar
10). Karena kami tidak memiliki akses ke
KESIMPULAN DAN SARAN
ruangan dibalik tembok maka kami tidak bisa
mengetahui benda apa yang menyebabkan Kesimpulan

munculnya anomali tersebut. Hasil pendeteksian tembok dan tiang

Line 3 (Tiang Dalam) di Gedung Atsiri menunjukkan tidak adanya


retakan atau rongga di dalamnya. Hal ini
ditunjukkan dengan homogenitas warna hijau
pada range kedalaman 0.3 - 0.4 meter (sesuai
ketebalan tembok). Warna hijau yang
memanjang melebihi 0.3 – 0.4 bisa jadi
karena tembok atau tiang yang diukur
menyambung dengan tembok yang ada tembok yang memiliki tingkat ketebalan
dibelakangnya. Warna biru diindikasikan yang tipis. Dari data terlihat bahwa hasil 3D
merupakan ruangan dibalik tembok, yang merepresentasikan tembok hanya
sedangkan warna merah dan orange mencangkup 10-15 persen dari keseluruhan
merupakan benda – benda metal di dalam data. Sisanya diperkirakan menunjukkan
ruangan tersebut. sesuatu dibalik tembok itu sendiri.

Berdasarkan hasil akuisisi yang Saran


diperoleh berdasarkan perbandingan gambar
Dalam penggunaan metode GPR
penelitian, maka penggunaan probe vertical
disarankan sesuai dengan kemampuan dari
hasilnya lebih dapat dipercaya atau lebih
tipe GPR yang digunakan. Dan disarankan
dianjurkan daripada probe horizontal untuk
sebelum melakukan akuisisi metode GPR
akuisisi yang dilakukan pada permukaan
membaca prinsip kerja dari alat GPR yang
vertical, dikarenakan pada saat interpretasi
akan digunakan.
hasil GPR menggunakan probe vertical
visualisasi data probe vertical lebih realistis DAFTAR PUSTAKA

sesuai dengan visual pada daerah penelitian. Daniel, D.J. 2004. Ground Penetrating Radar.

Dari hasil penelitian ini dapat IEEE Radar Series, London.

disimpulkan untuk penggunaan tipe GPR Heteren, V.S., Fitzgerald, D.M., McKinlay,
yang digunakan dalam penelitian tidak P.A., and Buynevich, I.V. 1998. Radar
direkomendasikan untuk memeriksa kondisi Facies of Paraglacial Barrier System.
pada tembok yang tipis karena GPR memiliki Coastal New England, USA. Sedimentology
daya tembus gelombang yang lumayan tinggi
Knight, R. 2001. Ground Penetrating Radar
sehingga jika digunakan pada tembok maka
For Environmental Applications, Annu. Rev.
data dari tembok itu sendiri tidak akan
Earth Planet. Sci.,29(1),pp.229–255.
banyak tervisualisasikan. Tingkat daya
tembus gelombang yang tinggi ini L.P. Ligthart, E.E. Ligthart. 2004. Lecture
diperkirakan karena pada saat pengambilan Notes for The Intensive Course on Ground
data GPR meggunakan potensial daya Penetrating Radar.
sebesar 12v, sehingga daya tembus yang
Topp, G.C., J.L.Davis, and A.P. Annan.
terlalu dalam tidak cocok digunakan pada
1980. Electromagnetic Determination Of Soil
Water Content: Measurements In Coaxial
Transmission Lines, Water Resour. Res.,
16(3), pp.574–582.

Anda mungkin juga menyukai