Anda di halaman 1dari 86

PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI MAHASISWA

SEMESTER IV TENTANG PEMAHAMAN PENGISIAN


PARTOGRAF DI AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kebidanan di Yayasan Pendidikan Konawe

OLEH :

ARIE AFRIANI
AK. 214.004

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI MAHASISWA SEMESTER IV


TENTANG PEMAHAMAN PENGISIAN PARTOGRAF DI
AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN
PENDIDIKAN KONAWE
TAHUN 2017

DIAJUKAN OLEH :
ARIE AFRIANI
AK.214.004

Telah disetujui, diperiksa dipertahankan dan siap diuji dihadapan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Penelitian Akademi Kebidanan Konawe

Unaaha, 30 Oktober 2017

Pembimbing,

MURTI WURYANI, S.SiT.,M.Kes


NIDN. 0906058804

Mengetahui
Direktur Akademi Kebidanan Konawe,

dr. YAYAT HIDAYATULLAH SAFRUL


NUPN : 9909926006

HALAMAN PENGESAHAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI MAHASISWA SEMESTER IV
TENTANG PEMAHAMAN PENGISIAN PARTOGRAF DI
AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN
PENDIDIKAN KONAWE
TAHUN 2017

Telah diuji, dan dipertahankan


Oleh Tim Penguji :

1. dr. Yayat Hidayatullah Safrul Penguji I (……………………)

2. Arni Evayanti, S.ST Penguji II (……………………)

3. Murti Wuryani, S.SiT., M.Kes Penguji III (……………………)

Direktur,
Akademi Kebidanan
Yayasan Pendidikan Konawe

dr. YAYAT HIDAYATULLAH SAFRUL


NUP : 9909926006
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama : ARIE AFRIANI
2. NIM : AK.214.044
3. Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 08 April 1996
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
7. Alamat : Desa Andoolo Utama, Kec. Buke, Kab.
Konsel

B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Andoolo Utama : Tahun 2005 – 2010

2. SMP Negeri 1 Andoolo Utama : Tahun 2010 – 2012

3. SMK Tunas Husada Kendari : Tahun 2012 – 2014

4. AKBID Konawe : Tahun 2014 – Sekarang


NTISARI

ARIE AFRIANI (Ak.214.004) “Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Mahasiswa


Semester IV tentang Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi Kebidanan
Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017” dibimbing oleh Murti Wuryani,
S.SiT.,M.Kes.
Latar belakang : Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Akademik
Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe mahasiswa semester IV
berjumlah 115 mahasiswa. Dari hasil survey awal yang dilakukan di Akademi
Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe terhadap 10 orang mahasiswi semester
IV program studi DIII Kebidanan tentang pemahaman pengisian partograf terkait
kala 1, didapat bahwa hanya 4 orang (40 %) yang mengetahui pengisian partograf.
Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui pengetahuan, sikap dan motivasi
mahasiswa semester IV tentang pemahaman pengisian partograf di Akademi
Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua semua mahasiswi semester IV pada periode bulan
Januari – Mei 2017 di Kampus Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe
dengan jumlah sampel yaitu 54 responden menggunakan tehnik Purposive
Sampling.
Hasil penelitian : Dari 54 responden terdapat 32 (59,3%) mahasiswa yang setuju
tentang pemahaman pengisisan partograf. Dari 54 responden responden diperoleh
pengetahuan baik berjumlah 45 (83,3%). Dari 54 responden sebagian responden
yang diperoleh sikap setuju berjumlah 48 (88,9%) responden. Dan dari 54
responden yang diperoleh termotivasi berjumlah 49 (90,7%) responden.
Kesimpulan : Dari 54 responden terdapat 32 (59,3%) mahasiswa yang setuju
tentang pemahaman pengisisan partograf. Dari 54 responden responden diperoleh
pengetahuan baik berjumlah 45 (83,3%). Dari 54 responden sebagian responden
yang diperoleh sikap setuju berjumlah 48 (88,9%) responden. Dan dari 54
responden yang diperoleh termotivasi berjumlah 49 (90,7%) responden.

Pustaka : 26 Literatur (2000-2016)


Kata Kunci : Pemahaman Pengisian Partograf, Pengetahuan, Sikap dan
Motivasi.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya walaupun hanya dalam bentuk
sederhana karena Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan di Yayasan Pendidikan Konawe
dengan Judul : “Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Mahasiswa Semester IV
Tentang Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi Kebidanan Yayasan
Pendidikan Konawe Tahun 2017”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa walaupun telah berusaha
semaksimal mungkin, namun sebagai manusia biasa yang tak luput dari
kekurangan-kekurangan sehingga kemungkinan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, seperti yang diharapkan. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis
dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
kepada Murti Wuryani, S.SiT., M.Kes, selaku pembimbing, yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran serta segala kemampuan dan
keikhlasannya telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi harapan Bapak
Direktur Akademi Kebidanan Konawe dan Bapak/Ibu Dosen pembimbing
sehingga dapat menjadi bahan acuan dan bermanfaat bagi mahasiswa yang akan
datang khususnya mahasiswa Akademi Kebidanan Konawe.
Selanjutnya tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Weni, M.Kes selaku Ketua Yayasan Akaemi Kebidanan
Konawe.
2. Bapak dr. Yayat Hidayatullah Safrul selaku Direktur Akademi Kebidanan
Konawe
3. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Konawe yang telah banyak
membimbing dan membagi Ilmu selama Penulis mengikuti Proses dibangku
kuliah dan telah banyak membantu hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
4. Kepala Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe beserta
staf yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data.
5. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda ”Selamet Sudiro” dan
Ibunda ”Sumiatun” yang hingga sampai detik ini dapat membesarkan dan
mendidik serta memberikan doa dan restunya hingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan ini, dan Saudaraku Ageng Bachtiar.
6. Ucapan terima kasihku teman-teman kampusku tercinta Akademi Kebidanan
Konawe Angkatan Ke-IX Tahun 2017 yang telah banyak membantu penulis
menyelesaikan pendidikan pada Akademi. Semoga kebersamaan ini dapat
menjadi awal yang baik untuk kita melangkah, dan segenap pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
dan harapan penulis semoga karya tulis ini dapat berguna bagi yang
membutuhkan. Amin

Unaaha, November 2017

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
INTISARI ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemahaman ................................................. 10
B. Tinjauan Tentang Partograf ....................................................... 13
C. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................................. 26
D. Tinjauan tentang Sikap .............................................................. 32
E. Tinjauan tentang Motivasi......................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 40
D. Variabel Penelitian ................................................................... 42
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................. 42
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
G. Instrumen Penelitian ................................................................. 44
H. Pengolahan Data ....................................................................... 44
I. Analisis Data ............................................................................ 45
J. Penyajian Data .......................................................................... 46
K. Etika Penelitian ......................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 47
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................... 60
B. Saran................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep ........................................................................... 39
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. ............................................................ 42
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemahaman Pengisian
Partograf. ............................................................................................................... 49
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan..................... ..................................................................................... 50
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Sikap.................................................................................. ........ 50
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Motivasi.................................................................................. ........ 51
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemahaman
Pengisian Partograf ..................... .......................................................................... 52
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap tentang Pemahaman Pengisian
Partograf................ ................................................................................................ 53
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi tentang Pemahaman
Pengisian Partograf................ ................................................................................ 54
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Planing of Action (POA)


Lampiran 2. Master Tabel
Lampiran 3. Frekuensi Hasil SPSS
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Akademi Kebidanan Konawe
Lampiran 5. Surat Izin penelitian dari Badan Kesbang Politik dan Linmas
Kabupaten Konawe
Lampiran 6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Akademi
Kebidaanan Yayasan Pendidikan Konawe
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat

ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta

kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode

sebelumnya (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status

gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu pilar

paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam

pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat,

penguatan pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan continuum of care

dan intervensi berbasis risiko kesehatan dan jaminan kesehatan nasional


dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan

kendali biaya (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Melihat kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini

masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 22 per 1.000

kelahiran hidup, dan Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup (SUPAS, 2015).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015,

Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tenggara berjumlah 3 per 1.000

kelahiran hidup dan khususnya di Kabupaten Konawe terdapat 1 kematian

bayi. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Sulawesi Tenggara berjumlah

131 per 100.000 kelahiran hidup dan khususnya di Kabupaten Konawe

terdapat 5 kematian ibu (Dinkes Sultra, 2015).

Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan

persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan

(28%), infeksi (11%), dan eklampsi (24%). Angka kematian maternal dan

perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan

perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan

terlambatnya melakukan rujukan. Penerapan partograf dengan memperhatikan

garis waspada dan garis tindakan sebagai titik tolak evaluasi pertolongan
persalinan sehingga partus terlantar atau partus lama semakin berkurang dan

dapat menurunkan angka kematian maternal dan perinatal (Manuaba, 2010).

Sebagian besar penyebab kematian maternal dan neonatal dapat

dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam

persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,

mengevaluasi dan menatalaksanakan persalinan. Dalam menolong persalinan

bidan harus mengguakan partograf untuk mendeteksi dini masalah dan

penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksanakan

masalah atau merujuk ibu dalam kondisi optimal, sehingga dapat menekan

AKI dan AKB. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari

pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes

RI, 2008).

Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian

maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu

menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.

Kenyataannya keterampilan petugas tenaga kesehatan maupun penolong

persalinan dalam penggunaan partograf masih kurang efektif diterapkan

karena sebagian besar bidan mengisi partograf sesudah melakukan

pertolongan persalinan dan sebagian besar bidan mengisi partograf sebagai

dokumentasi pribadi dan syarat untuk pengajuan biaya persalinan

(Kusumawardani, 2015).
Bagi calon tenaga kesehatan terutama mahasiswa institusi pendidikan

kesehatan perlu dipersiapkan sedini mungkin untuk menguasai dan

mengaplikasikan kemampuan partograf. Dengan harapan mahasiswa dapat

mengetahui dan memahami tentang pemahaman pengisian partograf sebagai

bahan pengetahuan dalam meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap

profesionalisme ketika terjun di masyarakat. Jenjang pendidikan Akademik

Diploma III merupakan jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima

informasi dan semakin luas pengetahuannya (Notoadmojo, 2003).

Dalam hal ini motivasi menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Motivasi adalah dorongan atau

kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu

berbuat baik atau bertindak, dengan kata lain bertingkah laku. Seperti halnya

ketika mahasiswa kebidanan mempunyai persepsi yang baik terhadap profesi

bidan, maka mereka akan termotivasi untuk belajar guna membentuk sikap

dan perilaku yang baik, salah satunya yaitu mahasiswa bisa menerapkan

partograf (Sardiman, 2007).

Selain motivasi diatas, sikap juga mempengaruhi seseorang dalam

bertingkah laku karena sikap menentukan bagaimana individu bereaksi

terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam

kehidupannya. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dengan perasaan


positif dan negative. Seperti halnya, mahasiswa yang memiliki sikap positif

tentang partograf maka akan mampu menumbuhkan sikap profesionalisme

dalam memantau dan menilai keadaan ibu dan janin sampai proses persalinan

(Niven, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Akademik Akademi

Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe mahasiswa semester IV berjumlah

115 mahasiswa. Dari hasil survey awal yang dilakukan di Akademi Kebidanan

Yayasan Pendidikan Konawe terhadap 10 orang mahasiswi semester IV

program studi DIII Kebidanan tentang pemahaman pengisian partograf terkait

kala 1, didapat bahwa hanya 4 orang (40 %) yang mengetahui pengisian

partograf dengan jawaban bahwa partograf hasil periksa dalam dimulai dari

fase aktif dengan memberikan tanda “X” di garis waspada, mencatat waktu

pecahnya ketuban, waktu mulai kontraksi, DJJ diisi pada kotak setiap 30 menit

untuk 1 kotak terhitung 30 menit, mengetahui kondisi air ketuban, waktu

pemeriksaan dan sebagainya. Sedangkan 6 orang lainnya (60 %) kurang

mengetahui pengisian partograf yaitu pengisian partograf bukan dimulai pada

garis waspada saat persalinan memasuki fase aktif kala 1 namun pada awal

kotak partograf, kurang mengetahui durasi kontraksi uterus, kesalahan mengisi

kotak waktu pemeriksaan dan sebagainya.

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Mahasiswa

Semester IV tentang Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi Kebidanan

Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengetahuan, sikap dan motivasi

mahasiswa semester IV tentang pemahaman pengisian partograf di Akademi

Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017 ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengetahuan, sikap dan motivasi mahasiswa semester

IV tentang pemahaman pengisian partograf di Akademi Kebidanan

Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa semester IV tentang

pemahaman pengisian partograf di Akademi Kebidanan Yayasan

Pendidikan Konawe Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui sikap mahasiswa semester IV tentang pemahaman

pengisian partograf di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan

Konawe Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa semester IV tentang

pemahaman pengisian partograf di Akademi Kebidanan Yayasan

Pendidikan Konawe Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Sebagai suatu wadah untuk mengaplikasikan ilmu dan teori untuk

menambah wawasan atau pengalaman dan memperluas cakrawala

pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang pendidikan

kesehatan. Sehingga dengan menggunakan partograf sebagai alat bantu

mengobservasi kemajuan persalinan, membuat keputusan klinis, serta

mendeteksi komplikasi dapat membantu menurunkan angka kematian

maternal dan neonatal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Merupakan rangkaian kegiatan yang menambah wawasan

dan pengalaman berharga mengenai beberapa hal terkait

pemahaman pengisian partograf. Dan sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan program Diploma III Kebidanan.

b. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi di

perpustakaan Akademi Kebidanan Konawe. Selain itu dapat

meningkatkan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai partograf,

serta dapat dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian
1. Rosmeri Bukit (2013), dengan judul penelitian “Hubungan Pengetahuan,

Sikap dan Motivasi Mahasiswa Semester IV dengan Pemahaman

Pengisian Partograf di Program Studi DIII Kebidanan STIKes Prima

Tahun 2013”. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional, besar sampel sebanyak 30 orang diambil

dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian memperlihatkan

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan mahasiswa dengan

pemahaman pengisian partograf (p < 0,05), Terdapat hubungan yang

bermakna antara sikap mahasiswa dengan pemahaman pengisian partograf

(p < 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi mahasiswa

dengan pemahaman pengisian partograf (p < 0,05). Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sekarang yaitu jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian.

2. Dewi Yulia Widyaningtias (2014), dengan judul penelitian “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang Partograf dengan Praktik

Pengisian Partograf pada Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Semester IV di

STIKes Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2014”. Jenis penelitian ini bersifat

kuantitatif dengan pendekatan survey analitik, besar sampel sebanyak 103

responden menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian

menunjukkan sebanyak 54 responden (52,4%) memiliki pengetahuan baik,

41 responden (39,8%) memiliki pengetahuan cukup baik, dan 8 responden

(7,8%) memiliki pengetahuan kurang baik. Pada praktik pengisian

partograf, responden tidak lulus 52 responden (52,2%), dan responden


lulus yaitu 51 responden (49,5%). Dengan α = 5% diperoleh nilai p-value

(0,036) < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan

mahasiswa tentang partograf dengan pengisian partograf. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu variabel penelitian, jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian.

3. Fitria Wulandari (2014), dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf

pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”. Jenis penelitian ini

menggunakan deskriptif korelatif menggunakan pendekatan cross

sectional. Besar sampel sebanyak 28 sampel dengan tehnik sampling

jenuh. Hasil penelitian uji statistik Chi-Square menunjukkan nilai p-value

0,061 > α 0,05 ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf. Sedangkan hasil uji

statistik Chi-Square menunjukkan nilai p-value 0,025 < α 0,05 ini berarti

ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan

partograf. Berdasarkan hasil uji Fisher’ Exact menunjukkan nilai p-value

0,016 < α 0,05 ini berarti ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan

bidan terhadap penggunaan partograf. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sekarang yaitu variabel penelitian, jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemempuan

untuk menyerap dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman

menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima,

menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang

ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil

penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan (Susanto, 2013).

Menurut Carin dan Sund dalam Sudiyono (2009), pemahaman

adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahap kemampuan, dan

dikategorikan dalam beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai

berikut :

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan

mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia

terima.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas

mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah

dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu

10 dan penjelasan yang lebih luas dan


memberikan gambaran, contoh,
memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yang dinamis.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing

taham mempunyai kemampuan tersendiri seperti, menterjemahkan,

menginterprestasikan, aplikasi, ananlisis, sistesis, dan evaluasi.

2. Indikator Pemahaman

Dalam pembelajaran, pemahaman sebagai kemampuan siswa

untuk dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan

kata lain, pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran.

Pembelajaran yang mengarahkan pada upaya pemberian pemahaman

pada siswa adalah pembelajaran yang mengarahkan agar siswa

memahami apa yang mereka pelajari, tahu kapan, di mana, dan bagaimana

menggunakannya (Sunaryo, 2012).

Pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung

makna indikator lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan

pengetahuan, siswa belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud

secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap

makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan

pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang

dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap

makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari
pelajaran tersebut. Siswa dapat dikatakan memahami suatu materi

beberapa indicator (Sunaryo, 2012).

3. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan

yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi,

serta fakta yang diketahuinya. Alam hal ini siswa tidak hanya hafal

secara verbalistis, tapi memahami konsep dari masalh atau fakta yang

ditanyakan (Sudjana, 2010).

Menurut Sudjana (2010), Pengetahuan komprehensi dapat

dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

a. Pengetahuan komprehensi terjemahan, seperti dapat menjelaskan

arti Bhinneka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun

bagi suatu tanaman.

b. Pengetahuan komprehensi penafsiran, seperti dapat

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian dari grafik

dengan kejadian, atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan

pokok.

c. Pengetahuan komprehensi ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi

seseorang diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau

dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat

memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau

masalahnya. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat


keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan dalam pembelajaran.

B. Tinjauan Tentang Partograf

1. Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat

keputusan klinik (Maternity, 2016).

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes,

2008).

Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan

observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan.

Pencatatn ini sangat penting, khususnya untuk membuat keputusan klinik

selama kala I persalinan. Partograf adalah suatu alat untuk memantau

kemajuan persalinan, memantau kondisi ibu dan janin, serta mendeteksi

adanya kelainan (Lockhart, 2014).

2. Tujuan Utama Penggunaan Partograf

Menurut Depkes (2008), tujuan utama dari penggunaan partograf

adalah untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.


b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan

dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

3. Penggunaan Partograf

Prawirohardjo (2000), mengatakan bahwa partograf dapat

digunakan pada :

a. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan

elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan

untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf

sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan

dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis

Obstetri, Bidan, Dokter umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).


d. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu

dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat

waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka.

4. Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan

Depkes (2008), kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu

fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks. Mengenai

hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm

b. fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan

harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan

kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil.

Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama

fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama,

yaitu:

a. Denyut jantung janin: setiap 30 menit

b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit

c. Nadi: setiap 30 menit

d. Pembukaan serviks: setiap 4 jam

e. Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam

f. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam


g. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan

bayi harus lebih sering dilakukan. Bila tidak ada tanda-tanda

kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk

kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan

frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah,

penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan

bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Rujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

5. Mencatat Temuan Pada Partograf

Menurut Prawirohardjo (2000), temuan yang harus dicatat

dalam partograf meliputi :

a. Informasi Tentang Ibu

b. Kondisi Janin

c. Kemajuan persalinan

d. Jam dan waktu

e. Kontraksi uterus

f. Obat - obatan dan cairan yang diberikan

g. Kondisi ibu

Selanjutnya, temuan yang harus dicatat dalam partograf dapat

dijelaskan sebagai berikut :


a. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai :

jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

b. Kondisi Janin

Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut

jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).

c. Denyut Jantung Janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih

sering jika ada tanda -tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas

partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom

paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik

pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.

Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan

garis tegas dan bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada

partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya,

penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120

atau diatas 160. Tindakan penanggulangan segera harus dilakukan

jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang

dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi

partograf.
d. Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai

warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan

dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambing

sebagai berikut :

U : Untuk selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi

(kering).

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya

gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama

untuk mengenali tanda -tanda gawat janin selama proses persalinan.

Jika ada tanda -tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau

>180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk, tetapi jika

terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang

memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan

bayi baru lahir.

e. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin

f. Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala

bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang)


panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang -

tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko Cepalo Pelvic

Disproportion (CPD). Lakukan tindakan pertolongan awal yang

sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD)

ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam,

nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan

yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan

lambang sebagai berikut :

0 : Untuk tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi

1 : Untuk tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : Untuk tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipisahkan

3 : Untuk tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan.

g. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0–10 yang tertera di kolom paling kiri

adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan

besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati

lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan

lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi

serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat


penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai

dengan metode perlimaan (menentukan penurunan janin). Setiap kotak

segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk

pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus

dan frekuensi nadi ibu.

1) Pembukaan serviks

Lakukan penilaiaian dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam

(lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu

berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf

setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda harus

dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya

pembukaan serviks.

Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati, pada

pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu dalam fase aktif.

Pembukaan serviks dicatat di garis waspada dan waktu

pemeriksaan ditulis dibawahnya.

17.00

Gambar 1. Cara penulisan pembukaan serviks


2) Penurunan bagian terbawah janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih

sering (jika ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil

pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan

seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga

panggul. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang

sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi

kepala di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda

‘O’di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap

pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

Contoh : catatan penurunan kepala pada partograf untuk bu Rohati:

yaitu pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5 dan pukul 21.00

penurunan kepala 1/5

Gambar 2. Cara penulisan penurunan kepala

3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir

pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju


pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif

persalinan harus dimulai di kanan garis waspada. Jika pembukaan

serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan

kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya

penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau

inersia uteri hipotonik, dll).

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat

yang diperlukan, misalnya: persiapan rujukan ke fasilitas

kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki

kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat

obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan

(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah

melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal

ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan

persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan

sebelum garis bertindak terlampaui.

4) Jam dan waktu

a) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.

Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan.
b) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian

Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera

kotak- kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan

dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan

berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang

berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan

serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu

di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,

cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian

catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang

sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan

pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00,

cantumkan tanda ‘X’ digaris waspada yang sesuai dengan

lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan

catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur

pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

5) Kontraksi uterus

Dibawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan

tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri.

Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba

dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang

terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak


kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang

mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.

Nyatakan lamanya kontraksi dengan bila kontraksi lamanya

kurang dari 20 detik, bila kontraksi yang lamanya 20-40 detik,

dan bila kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak

untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV (Intra

Vena). Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan

setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume

cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit. Obat-obatan lain

dan cairan IV catat semua pemberian obat-obatan tambahan

dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

7) Kondisi Ibu

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan

partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondi si

kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan. Nilai dan

catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih

sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada

kolom waktu yang sesuai, nilai dan catat tekanan darah ibu setiap

4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga

adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom


yang sesuai, nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika

terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi).

setiap 2 jam catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai dan

ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam

(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu

berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.

8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup : jumlah

cairan per oral yang diberikan, keluhan sakit kepala atau

penglihatan (pandangan) kabur, konsultasi dengan penolong

persalinan lainnya (Obgyin, bidan, dokter umum), persiapan

sebelum melakukan rujukan, upaya, jenis dan lokasi fasilitas

rujukan, serta pencatatan pada lembar belakang partograf.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,

serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala

IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai

catatan persalinan. Dokumentasi ini sangat penting, terutama

untuk membuat keputusan klinik (misalnya, pencegahan

perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan persalinan

(lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau

sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan

bersih telah dilakukan. Berbeda dengan pengisian halaman depan


(harus segera diisi di setiap akhir pemeriksaan), pengisian data di

lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh

proses persalinan selesai satu jam berikutnya.

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang

sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa

alam dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010). Dengan pengetahuan yang

menjadi modal dasar memberikan tuntutan manusia dalam berperilaku,

antara lain :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut, menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus/obyek tertentu disini sikap

subyek sudah mulai timbul.


c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah tidak baik lagi.

d. Trial, dimana subyek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki.

e. Adopsi, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Jadi pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang

menjadi modal dasar tuntutan manusia dalam berperilaku.

2. Tahapan Pengetahuan

Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S.Bloom dalam Budiman

dan Agus Riyanto (2013), ada enam tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya termaksud diantaranya adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat


menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analsis (analysis)

Analsis dilakukan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi untuk suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.


f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek, misalnya dapat

membandingkan, menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab

suatu kejadian.

3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010).

Tes yang digunakan adalah pilihan ganda (multiple choice) terdiri

dari suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang

belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari

beberapa kemungkinan jawaban atau alternative yang telah disediakan.

Option ini terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban benar dan

beberapa pengecoh (Notoatmodjo, 2010).

4. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Budiman dan Agus Riyanto (2013),

membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan

yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik” jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat pengetahuan kategori “Cukup” jika nilainya 56 -74%

c. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang” jika nilainya < 55%


Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga

dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat

umum, yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik” jika nilainya > 50%

b. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang Baik” jika nilainya ≤ 50%

Namun jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka

presentasenya akan berbeda.

a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik” jika nilainya > 75%

b. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang Baik” jika nilainya ≤ 75%

5. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Agus Riyanto (2013), faktor yang

mempengaruh pengetahuan yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik

formal dan nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan

adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan


bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

b. Informasi

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada

pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Selain itu informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu tehnik

untuk mengumpulkan, menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik.


e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang diahadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

D. Tinjauan Tentang Sikap

Sikap adalah “reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek”. Sikap seseorang terhadap objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Selain itu “sikap juga

merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu” (Notoatmodjo, 2010).

Sikap terdiri tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen

kognitif, komponen aktif (afective) dan komponen konatif. Komponen-

komponen sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010), bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek


3. Kecenderungan untuk bertindak (Trend to behave)

Sikap menurut Notoatmodjo (2010), terdiri dari berbagai tingkatan

antata lain :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulasi yang

diberikan objek.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan atau menyelesaikan

tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu vang telah dipilihnya dengan

segala resiko.

Apabila individu merasakan adanya tekanan maka apa yang

diekspresikan individu sebagai perilaku lisan atau tulisan itu sangat mungkin

tidak sejalan dengan sikap hati nuraninya, bahkan sangat bertentangan dengan

apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan (belief). Ancaman fisik yang

timbul akibat dinyatakannya sikap murni secara terbuka dapat berupa

hukuman fisik langsung, permusuhan, tersingkirkan dari pergaulan sosial,

pengrusakan atau bentuk-bentuk perlakuan lain yan diterima dari sesama

anggota masyarakat atau dari penguasa. Ancaman mental dapat berupa rasa
malu yang diderita, perasaan tidak dianggap ikut konforitas sosial.

Kekhawtiran dianggap bodoh, rasa takut kehilangan simpati dari orang lain

dan semacamnya (Notoatmodjo, 2010).

E. Tinjauan Tentang Motivasi

1. Pengertian

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan

dari dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan

atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang

mendasarinya (Uno, 2008).

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan

(Iskandar, 2009).

Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah

seperti needs, drives, wants, insterests, desires. Motivasi merupakan

perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud

perilaku mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi merupakan

kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan, seperti:

a. Keinginan yang hendak dipenuhinya

b. Tingkah laku
c. Tujuan

d. Umpan balik.

Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic

motivations process) (Uno, 2008).

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Menurut Iskandar (2009), motivasi belajar adalah daya

penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar

untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.

Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan

memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa

sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai

prestasi.

2. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Uno (2008), macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Motif-motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi ini tanpa dipelajari.

2) Motif-motif yang dipelajari, maksudnya motif-motif yang

timbul karena dipelajari


b. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti refleks, instink, otomatis,

nafsu. Sedangkan yang termasuk motif rohaniah, yaitu kemauan

(Iskandar, 2009).

c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

Motivasi instrinsik merupakan suatu bentuk motivasi yang

menggerakkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu tetapi tidak

meminta imbalan. Di sisi lain, motivasi ekstrinsik berarti suatu

bentuk motivasi yang menggerakkan seseorang untuk

mengerjakan sesuatu dengan mengharapkan suatu imbalan

(Iskandar, 2009).

Selanjutnya kedua jenis motivasi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan

orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam

bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju yang

ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin

mendapat pengetahuan. Dorongan yang menggerakkan itu

bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan

keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan


berpengatahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari

kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan

sekedar simbol.

2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya

karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar

yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu

ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik

dan tidak penting. Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu

dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen

lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik

bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

3. Peranan Motivasi dalam Proses Pembelajaran

Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan

pembelajaran dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran.

Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran menurut Iskandar (2009),

adalah sebagai berikut:

a. Peran motivasi sebagi motor penggerak atau pendorong kegiatan

pembelajaran. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor

penggerak utama bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam

dirinya (internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan

proses pembelajaran.
b. Peran motivasi memperjelas tujuan pembelajaran. Motivasi

bertalian dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan maka tidak ada

motivasi seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting

dalam mencapai hasil pembelajaran menjadi optimal. Dengan

demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi

siswa yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut.

c. Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Disini motivasi dapat

berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa apa yang harus

dikerjakan guna mencapai tujuan. Contoh: untuk menghadapi ujian,

supaya lulus dan mendapat hasil yang baik maka siswa harus mampu

menyisihkan waktu yang optimal untuk kegiatan belajar dan tidak

menyia-nyiakan waktu untuk menonton TV, membaca novel, bermain

karena tidak sesuai dengan tujuan.

d. Peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. Dalam

kegiatan pembelajaran, motivasi internal biasanya muncul dari

dalam diri siswa dan motivasi eksternal umumnya di dapat dari guru

(pendidik). Jadi dua motivasi ini harus disinergikan dalam kegiatan

pembelajaran, apabila siswa ingin meraih hasil yang baik.

e. Peran motivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran.

Seorang siswa yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan

berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun, dengan

harapan mendapat hasil yang baik dan lulus.


F. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan

Sikap Pemahaman
Pengisian Partograf

Motivasi

Gambar 3. Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

maksud untuk mendeskripsikan mengenai suatu keadaan secara obyektif

(Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kampus Akademi Kebidanan

Yayasan Pendidikan Konawe pada bulan September Tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi semester IV

periode Januari – Mei Tahun 2017 sebanyak 115 mahasiswi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi semester IV periode

Januari – Mei Tahun 2017. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive

Sampling yakni teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya, Untuk menentukan sampel

pada penelitian ini maka digunakan teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2010) dengan rumus sebagai berikut :

40
N
n =
1 + N (d2)
Keterangan :

N = Besar Populasi (mahasiswi semester IV )

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan (10%)

Dengan menggunakan rumus di atas dapat diambil jumlah sampel sebagai

berikut:

115
n =
1 + 115 (0,12)

115
n =
1 + 115 (0,01)

115
n =
1 + 1.15

115
n = 2.15 = 53.48

n = 54 orang

Jadi, jumlah sampel penelitian ini berjumlah 54 responden

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi merupakan karakteristik umum subjek

penelitian pada populasi target dan sumber (Arikunto, 2007).

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :


1) Mahasiswi semester IV di Akademi Kebidanan Konawe

2) Mahasiswi yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Merupakan kriteria dari subjek penelitian yang tidak boleh

ada dan jika subjek mempunyai kriteria eksklusi maka subjek harus

dikeluarkan dari penelitian (Arikunto, 2007).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang

tidak hadir saat penelitian dilakukan.

D. Variable Penelitian

1. Variable terikat (dependent) yaitu Pemahaman Pengisian Partograf

2. Variable bebas (independent) yaitu Pengetahuan, Sikap dan Motivasi

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kriteria Objektif Skala

1. Dependent
Pemahaman Pemahaman pengisian Kuesioner a. Paham : bila Nominal
Pengisian partograf adalah responden dapat
Partograf pemahaman mengenai menjawab benar
alat bantu untuk dengan skor ≥75 dari
memantau kemajuan total skor.
persalinan, asuhan, b. Kurang Paham : bila
pengenalan penyulit responden dapat
dan informasi untuk menjawab benar
membuat keputusan dengan skor < 75%
klinik (Maternity, dari total skor
2016).
2. Independent
Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner a. Baik : bila Nominal
merupakan hasil responden dapat
“tahu” setelah orang menjawab benar
mengadakan dengan skor ≥75%
poenginderaan dari total skor.
terhadap suatu obyek b. Kurang : bila
tertentu yaitu responden dapat
pengetahuan menjawab benar
mahasiswa mengenai dengan skor < 75%
penggunaan partograf dari total skor.
(Notoatmodjo, 2010). (Agus Riyanto, 2013)

3. Sikap Sikap adalah reaksi Kuesioner a. Setuju: bila Nominal


atau respon yang responden dapat
masih tertutup dari menjawab benar
seseorang terhadap dengan skor ≥80%
suatu stimulus atau dari total skor.
objek yaitu sikap b. Tidak Setuju : bila
mahasiswa dalam responden dapat
menggunakan menjawab benar
partograf dengan skor < 80%
(Notoatmodjo, 2010). dari total skor.
(Sugiono, 2000)

4. Motivasi Motivasi adalah Kuesioner a. Termotivasi : bila Nominal


dorongan dasar yang responden dapat
menggerakkan menjawab benar
seseorang bertingkah dengan skor ≥80%
laku yaitu motivasi dari total skor.
mahasiswa b. Kurang termotivasi:
menggunakan bila responden dapat
partograf (Uno, menjawab benar
2008). dengan skor < 80%
dari total skor.
(Sugiono, 2000)

F. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahapan dalam proses penelitian

yang penting untuk memperoleh data (Arikunto, 2010). Tehnik pengumpulan

data terbagi dalam 2 jenis data yaitu :

1. Data Primer
Penelitian secara keseluruhan adalah data primer yang diperoleh

dengan menggunakan kuesioner pada setiap responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diambil dari kampus Akademi

Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe, melalui buku registrasi

mahasiwi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yaitu suatu bentuk instrument pengumpulan data yang sangat

fleksibel dan relatif mudah dipergunakaan. Kuesioner ini menggunakan skala

Guttmant di mana setiap pertanyaan dalam kuesioner ini diberi skor yaitu

“Baik” dengan skor 1 dan “kurang” dengan skor 2 (Arikunto, 2010).

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data diolah secara manual dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan

editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan

konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan.

b. Coding
Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan.

c. Tabulasi data

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses

pengolahan. Dalam hal ini setelah data tersebut di koding kemudian di

tabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk

distribusi frekuensi.

d. Processing adalah memproses data agar data yang sudah di entri dapat

dianalisis

e. Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri

apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa data

Setelah data diperoleh dari lapangan, maka dilakukan pengolahan

data dengan cara manual menggunakan kalkulator. Selanjutnya data

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan rumus:

n
X = x K
Σ

Keterangan :

X = Persentase variabel yang diteliti

n = Jumlah variabel yang diteliti

K = Konstanta (100 %)

Σ = Jumlah keseluruhan sampel (Notoatmodjo, 2010)


I. Penyajian Data

Data disajikan secara sederhana dalam bentuk distribusi frekuensi dan

tabel 2 x 2 disertai dengan penjelasan dan dinarasikan secara deskriptif.

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Cofidentiality (Kerahasiaan)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan

dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kampus Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe terletak di

Jalan Letjen. DII. Panjaitan No. 217 Kelurahan Tuoy, Kecamatan Unaaha,

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Di bangun di atas tanah

seluas 5000 m2 dengan luas bangunan 2 Ha, dimana berbatasan sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Parauna

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konawe

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Toriki

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Anggaberi

2. Sarana Fisik

a. Ruang kelas/belajar teori : 6 ruangan

b. Laboratorium : 3 ruangan

c. Perpustakaan : 1 ruangan

d. Ruangan Dosen : 2 ruangan

e. Ruang Ketua Yayasan : 1 ruangan

f. Ruang Direktur : 1 ruangan

g. Ruang Pembantu Direktur : 3 ruangan

h. Ruang Tata Usaha : 1 ruangan

i. Ruang Bagian Umum : 1 ruangan


j. Ruang Rapat : 1 ruangan

k. Ruang BEM : 1 ruangan

l. Ruang UKM : 1 ruangan

m. Ruang Foto Copy : 1 ruangan

n. Aula : 1 ruangan

o. Musholah : 1 ruangan

p. Kamar mandi Siswa : 12 ruangan

q. Halaman : 1 buah

r. Kantin : 1 buah

s. Parkiran : 1 buah

t. Sarana olahraga : 2 buah

u. Pos jaga : 1 buah

3. Jumlah Pegawai/Dosen

a. Jumlah Dosen Tetap : 29 dosen

b. Jumlah Dosen Tidak Tetap : 20 dosen

c. Jumlah Pegawai : 23 pegawai

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan

Konawe bulan September 2017 dengan memberikan kuesioner kepada setiap

mahasiswa tingkat II yang menjadi responden. Lalu hasil kuesioner dari

masing-masing responden dikumpulkan untuk di tabulasi.


1. Pemahaman Pengisian Partograf

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap materi

atau bahan yang dipelajari (Bloom, 2009). Partograf adalah alat bantu

untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan

informasi untuk membuat keputusan klinik (Maternity, 2016).

Hasil pengolahan data tentang distribusi frekuensi pengetahuan,

sikap dan motivasi mahasiswa semester IV tentang pemahaman pengisian

partograf di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe, dapat dilihat

pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemahaman


Pengisian Partograf Semester IV di Akademi Kebidanan
Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017
Jumlah
No Pemahaman Pengisian Partograf
n %
1. Paham 32 59,3
2. Kurang Paham 22 40,7
Jumlah 54 100
Sumber : Data Primer, diolah September 2017

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dari 54 responden

terdapat 32 (59,3%) mahasiswa yang paham tentang pemahaman pengisisan

partograf dan 22 (40,7%) mahasiswa yang kurang paham tentang

pemahaman pengisian partograf.

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2010).


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Semester IV di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan
Konawe Tahun 2017
Jumlah
No Pengetahuan
n %
1. Baik 45 83,3
2. Kurang 9 16,7
Jumlah 54 100
Sumber : Data Primer, diolah September 2017

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 54 responden

sebagian besar responden diperoleh pengetahuan baik berjumlah 45 (83,3%)

responden sedangkan pengetahuan kurang berjumlah 9 (16,7%) responden.

3. Sikap

Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada suatu objek (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Semester


IV di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe
Tahun 2017
Jumlah
No Sikap
n %
1. Setuju 48 88,9
2. Tidak Setuju 6 11,1
Jumlah 54 100
Sumber : Data Primer, diolah September 2017

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 54 responden

sebagian responden yang diperoleh sikap setuju berjumlah 48 (88,9%)

responden sedangkan sikap yang tidak setuju berjumlah 6 (11,1%)

responden.
4. Motivasi

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku yaitu motivasi mahasiswa menggunakan partograf (Uno,

2008).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi


Semester IV di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan
Konawe Tahun 2017
Jumlah
No Termotivasi
n %
1. Termotivasi 49 90,7
2. Kurang Termotivasi 5 9,3
Jumlah 54 100
Sumber : Data Primer, diolah September 2017

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 54 responden

sebagian responden yang diperoleh termotivasi berjumlah 49 (90,7%)

responden sedangkan yang tidak termotivasi berjumlah 5 (9,3%) responden.

5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pemahaman


Pengisian Partograf

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Mahasiswa


Tentang Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi
Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017
Pemahaman Pengisian Partograf
No Pengetahuan Paham Kurang Paham Jumlah
n % n %

1 Baik 29 53,7 16 29,6 45

2 Kurang 3 5,6 6 11,1 9

Jumlah 32 59,3 22 40,7 54


Sumber Data : Data Primer diolah September 2017
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, memberikan gambaran bahwa dari 45

responden yang pengetahuan baik terdapat 29 (53,7%) responden yang

paham mengenai pemahaman pengisian partograf dan 16 (29,6%) responden

yang kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan

dari 9 responden yang pengetahuan kurang terdapat 3 (5,6%) responden

yang paham mengenai pemahaman pengisian partograf dan 6 (11,1%)

responden yang kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.

6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Mengenai Pemahaman


Pengisian Partograf

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Mahasiswa Tentang


Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi Kebidanan
Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017
Pemahaman Pengisian Partograf
No Sikap Paham Kurang Paham Jumlah
n % n %

1 Setuju 30 55,6 18 33,3 48

2 Tidak Setuju 2 3,7 4 7,4 6

Jumlah 32 59,3 22 40,7 54


Sumber Data : Data Primer diolah September 2017

Berdasarkan tebel 4.6 diatas, memberikan gambaran bahwa dari 48

responden yang sikap setuju terdapat 30 (55,6%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 18 (33,3%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan dari 6

responden yang sikap tidak setuju terdapat 2 (3,7%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 4 (7,4%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.


7. Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Mengenai Pemahaman
Pengisian Partograf

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Mahasiswa


Tentang Pemahaman Pengisian Partograf di Akademi
Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe Tahun 2017
Pemahaman Pengisian Partograf
No Motivasi Paham Kurang Paham Jumlah
n % n %

1 Termotivasi 31 57,4 18 33,3 49

2 Kurang Termotivasi 1 1,9 4 7,4 5

Jumlah 32 59,3 22 40,7 54


Sumber Data : Data Primer diolah September 2017

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, memberikan gambaran bahwa dari 49

responden yang termotivasi terdapat 31 (57,4%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 18 (33,3%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan dari 5

responden yang kurang termotivasi terdapat 1 (1,9%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 4 (7,4%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.

C. Pembahasan

Setelah melakukan pengelolahan data sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan di Kampus Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe tentang

Pemahaman Pengisian Partograf, yang berlangsung sejak tanggal 4 – 9

September 2017 maka secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat dibahas

berdasarkan variabel yang diteliti.


1. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pemahaman Pengisian Partograf

Berdasarkan hasil penelitian memberikan gambaran bahwa dari 45

responden yang pengetahuan baik terdapat 29 (53,7%) responden yang

paham mengenai pemahaman pengisian partograf dan 16 (29,6%) responden

yang kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan

dari 9 responden yang pengetahuan kurang terdapat 3 (5,6%) responden

yang paham mengenai pemahaman pengisian partograf dan 6 (11,1%)

responden yang kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.

Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah diterima (Susanto,

2013).

Penggunaan partograf menurut Prawirohardjo (2000), mengatakan

bahwa partograf dapat digunakan pada Semua ibu dalam fase aktif kala

satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.

Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun

patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam

memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik

persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,

klinik bidan swasta, rumah sakit, dll). Secara rutin oleh semua penolong

persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses


kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter umum, Residen dan

Mahasiswa Kedokteran). Penggunaan partograf secara rutin dapat

memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,

adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang

dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Fungsi partograf menurut Manuaba (2008), yaitu dapat mengamati

dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa kondisi

janin, keadaan ibu dan kemajuan persalinan. Mendapatkan tindakan medis

sesuai dengan keadaan dan ditangani secara tepat.

Tujuan utama penggunaan partograf menurut Depkes (2008), tujuan

utama dari penggunaan partograf adalah untuk Mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa

dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya

partus lama. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua

itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan

bayi baru lahir.

Tingkat pengetahuan mahasiswa semester IV dikategorikan

dalam kategori yang pengetahuan tinggi sebagian besar responden telah

memahami dan menguasai pengetahuan tentang partograf, karena


responden memperhatikan dosen pada saat proses pembelajaran yang

berhubungan dengan mata kuliah atau materi persalinan. Dan sebagian

kecil responden dikategorikan pengetahuan kurang dikarenakan belum

mengerti dengan metode pembelajaran yang kurang tepat, dengan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat maka akan mendorong

pengetahuan mahasiswa menjadi lebih mudah.

Pemahaman responden tentang pengisian partograf masih banyak

yang belum paham mengenai pengisian partograf, karena ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam mengisi

partograf yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman, pemahaman dan

kurang berlatih dalam mengisi partograf. Kemampuan mengisi partograf

tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya kemauan dan kesadaran

yang baik pada mahasiswa, maka mahasiswa perlu meningkatkan

pengetahuan dan kemampuannya dalam mengisi partograf sehingga

mahasiswa dapat melakukan pengisian partograf dengan baik dan benar.

Karena itu, mahasiswa masih bingung dan kurang mengerti sehingga

mempengaruhi keterampilan atau kemampuan mereka dalam mengisi

partograf sehingga mahasiswa masih sering salah dalam pengisian

partograf.

Pengetahuan tentang pengisian partograf sangat erat kaitannya

dengan pemahaman pengisian partograf dimana diharapkan seseorang

dengan pengetahuan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula


pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

pengetahuan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian, Rosmeri Bukit (2013),

tentang Pemahaman Pengisian Partograf. Hasil penelitian memperlihatkan

terdapat dari 30 mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik 17 orang

(56,7%), cukup baik 13 orang (43,3%). Untuk kemampuan mengisi

partograf mahasiswa yang memiliki kemampuan baik 20 orang (66,7%),

cukup baik 10 orang (33,3%).

2. Sikap Mahasiswa Tentang Pemahaman Pengisian Partograf

Berdasarkan hasil penelitian, memberikan gambaran bahwa dari 48

responden yang sikap setuju terdapat 30 (55,6%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 18 (33,3%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan dari 6

responden yang sikap tidak setuju terdapat 2 (3,7%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 4 (7,4%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.

Sikap adalah “reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek”. Sikap seseorang terhadap objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung

atau tudak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Selain itu “sikap juga

merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu” (Notoatmodjo, 2010).


Setiap mahasiswa mempunyai sikap yang berbeda-beda, bervariasi

dan sulit ditebak dan berbagai hal yang dipertimbangkan memiliki

karakteristik yang bervariasi, yang dapat menentukan atau mengarahkan

sikap seseorang atau individu. Mengerti atau memahami tentang partograf

oleh mahasiswa ditentukan oleh sikap yang mendukung perilaku mahasiswa

semester IV sebagian besar sikap mahasiswa setuju terhadap pengisian

partograf dikarenakan sikap mahasiswa lebih efisien, tetapi ada sebagian

sikap mahasiswa tidak setuju terhadap pengisian partograf dilihat dari sikap

mahasiswa kita sudah ketahui bahwa mahasiswa masih rendah pola

berfikirnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian, Dewi Yulia Widyaningtias

(2014), tentang Pengetahuan Mahasiswa tentang Partograf dengan Praktik

Pengisian Partograf. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54 responden

(52,4%) memiliki sikap positif, 41 responden (39,8%) memiliki sikap

negatif, dan 8 responden (7,8%). Pada praktik pengisian partograf,

responden tidak lulus 52 responden (52,2%), dan responden lulus yaitu 51

responden (49,5%). Dengan α = 5% diperoleh nilai p-value (0,036) < 0,05

yang berarti ada hubungan antara sikap mahasiswa tentang partograf dengan

pengisian partograf.
3. Motivasi Mahasiswa Tentang Pemahaman Pengisian Partograf

Berdasarkan hasil penelitian, memberikan gambaran bahwa dari 49

responden yang termotivasi terdapat 31 (57,4%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 18 (33,3%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf. Sedangkan dari 5

responden yang kurang termotivasi terdapat 1 (1,9%) responden yang paham

mengenai pemahaman pengisian partograf dan 4 (7,4%) responden yang

kurang paham mengenai pemahaman pengisian partograf.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Menurut Iskandar (2009), motivasi belajar adalah daya penggerak dari

dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh

karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan

mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-

sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. Bagi mahasiswa semester IV ada motivasi

untuk belajar mengenai pemahaman pengisian partograf. Bagi siswa

motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa

kearah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan,

kesulitan serta menanggung resiko belajar.


Penelitian ini sesuai dengan penelitian, Fitria Wulandari (2014)

tentang Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada

Pertolongan Persalinan. Hasil penelitian ini terdapat 6 bidan (33,3%)

menerapkan partograf dalam persalinan dan 12 bidan (66,7%) tidak

menerapkan partograf dalam persalinan. Hal ini disebabkan karena motivasi

bidan yang baik (77,8%) tentang partograf sedangkan bidan yang kurang

motivasi sebanyak (22,2%).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis menyimpulkan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Dari 54 responden terdapat 32 (59,3%) mahasiswa yang paham tentang

pemahaman pengisisan partograf dan 22 (40,7%) mahasiswa yang paham

setuju tentang pemahaman pengisian partograf.

2. Dari 54 responden sebagian besar responden diperoleh pengetahuan baik

berjumlah 45 (83,3%) responden sedangkan pengetahuan kurang

berjumlah 9 (16,7%) responden.

3. Dari 54 responden sebagian responden yang diperoleh sikap setuju

berjumlah 48 (88,9%) responden sedangkan sikap yang tidak setuju

berjumlah 6 (11,1%) responden.

4. Dari 54 responden sebagian responden yang diperoleh termotivasi

berjumlah 49 (90,7%) responden sedangkan yang tidak termotivasi

berjumlah 5 (9,3%) responden.


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang penulis

sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Responden

a. Diharapkan kepada mahasiswa semester IV di Prodi D III Kebidanan

Yayasan Pendidikan Konawe bahwa mahasiswa harus pro aktif dalam

mencari berbagai pengetahuan dan sumber-sumber lain yang dapat

menambah pengetahuan, seperti dari buku-buku materi tentang

partograf.

b. Motivasi belajar memiliki peranan penting dalam meningkatkan

prestasi belajar, oleh karena itu tugas dosen (pendidik) dalam

mengelola kelas harus memahami kemampuan dan dorongan

mengikuti pembelajaran yang dimiliki oleh mahasiswanya.

c. Materi perkuliahan khususnya materi pemahaman pengisian partograf

di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe lebih banyak

materi aplikasi nyata praktik kebidanan, sehingga pemilihan metode

pembelajaran oleh dosen sebaiknya mempertimbangkan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan kemampuan dosen serta saran dan

prasarana yang ada, sehingga mahasiswa memperoleh metode

pembelajaran yang lebih cepat.

2. Bagi Peneliti Lain

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian

yang berbeda, variabel yang berbeda, jumlah populasi dan sampel yang

lebih banyak, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.


3. Bagi Institusi (Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

khusunya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan

acuan penelitian yang akan datang dan bahan bacaan bagi institusi

pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Budiman dan Riyanto, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-
KR.

Dewi Yulia, W. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang


Partograf dengan Praktik Pengisian Partograf Pada Mahasiswa DIV
Bidan Pendidik Semester IV di STIKes Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2014.

Dinkes Sultra. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015. Kendari :
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Fitria, W. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan


Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. STIKes Ngudi Waluyo Ungaran.

Hidayat, A.A.A. 2014. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data Contoh Aplikasi Studi Kasus Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta : Gaung


Persada Press

Kemenkes. 2015. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.


Jakarta : Kemenkes RI.

Kusumawardani, W.N. 2015. Gambaran Pengetahuan Bidan dalam


Mengaplikasikan Partograf di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo,
Sragen, Jawa Tengah. Yogyakarta : STIKes Ahmad Yani.

Lokhart, A. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Fisiologis dan Patologis.


Tangerang Selatan : Binarupa Aksara.

Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Maternity, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Tangerang Selatan :


Binarupa Aksara.
Niven, N. 2013. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:


Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rosmeri B. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Mahasiswa


Semester IV dengan Pemahaman Pengisian Partograf di Program Studi
DIII Kebidanan STIKes Prima Tahun 2013.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


Press.

Sudiyono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
.
Sudjana, N. 2010. Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta.

Sunaryo, W. 2012. Taksonomi Kognitif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

SUPAS. 2015. Profil Penduduk Indonesia Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


PT Fajar Interpratama Mandiri.

Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksa
PLANNING OF ACTION (POA)
KEGIATAN PENELITIAN TAHUN 2017

Waktu Kegiatan
April Juni Juli Agustus September Oktober Nov
No Kegiatan Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2 1 2 3 Mg 4 2 3 4 1
Pengajuan judul
1 proposal
2 Pengambilan data
3 Penyusunan Proposal
4 Bimbingan proposal
5 Ujian proposal
6 Revisi Proposal
7 Penelitian
7 Pengolahan data
8 Ujian KTI
MASTER TABEL
PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI MAHASISWA SEMESTER IV
TENTANG PEMAHAMAN PENGISIAN PARTOGRAF DI AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE TAHUN 2017

Pemahaman Pengetahuan Sikap Motivasi


No Nama
Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori
1 Nn. P 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
2 Nn. R 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
3 Nn. R 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 2 Tidak termotivasi
4 Nn. L 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
5 Nn. SS 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
6 Nn. ST 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
7 Nn. R 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
8 Nn. SA 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
9 Nn. IP 1 Paham 1 Baik 2 Tidak Setuju 1 Termotivasi
10 Nn. WSW 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
11 Nn. NN 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
12 Nn. GAS 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
13 Nn. J 2 Tidak Paham 2 Kurang 2 Tidak Setuju 1 Termotivasi
14 Nn. MM 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
15 Nn. A 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
16 Nn. YF 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
17 Nn. MP 1 Paham 2 Kurang 1 Setuju 1 Termotivasi
18 Nn. WP 1 Paham 2 Kurang 1 Setuju 1 Termotivasi
19 Nn. S 2 Tidak Paham 2 Kurang 1 Setuju 1 Termotivasi
20 Nn. FJ 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
21 Nn. EH 2 Tidak Paham 2 Kurang 1 Setuju 1 Termotivasi
22 Nn. HM 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
23 Nn. YT 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
24 Nn. RH 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 2 Tidak termotivasi
25 Nn. NY 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
26 Nn. EW 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
27 Nn. M 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
28 Nn. IY 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
29 Nn. A 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
30 Nn. RH 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
31 Nn. AN 1 Paham 2 Kurang 1 Setuju 1 Termotivasi
32 Nn. AN 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
33 Nn. CP 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
34 Nn. AN 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
35 Nn. HY 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
36 Nn. DN 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
37 Nn. AN 2 Tidak Paham 2 Kurang 2 Tidak Setuju 2 Tidak termotivasi
38 Nn. A 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
39 Nn. SM 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
40 Nn. IF 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
41 Nn. NA 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
42 Nn. ML 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
43 Nn. ILSB 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
44 Nn. EA 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
45 Nn. NR 2 Tidak Paham 2 Kurang 2 Tidak Setuju 2 Tidak termotivasi
46 Nn. I 2 Tidak Paham 2 Kurang 2 Tidak Setuju 2 Tidak termotivasi
47 Nn. RS 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
48 Nn. SH 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
49 Nn. HW 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
50 Nn. NF 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
51 Nn. A 1 Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
52 Nn. AF 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
53 Nn. YF 2 Tidak Paham 1 Baik 1 Setuju 1 Termotivasi
54 Nn. TN 1 Paham 1 Baik 2 Tidak Setuju 1 Termotivasi
Frequency Table

Pemahaman

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid paham 32 59.3 59.3 59.3

kurang paham 22 40.7 40.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 45 83.3 83.3 83.3

kurang 9 16.7 16.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 48 88.9 88.9 88.9

tidak setuju 6 11.1 11.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Motivasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid termotivasi 49 90.7 90.7 90.7

kurang termotivasi 5 9.3 9.3 100.0

Total 54 100.0 100.0


Pengetahuan * Pemahaman Crosstabulation

Pemahaman

paham kurang paham Total

Pengetahuan baik Count 29 16 45

% of Total 53.7% 29.6% 83.3%

kurang Count 3 6 9

% of Total 5.6% 11.1% 16.7%

Total Count 32 22 54

% of Total 59.3% 40.7% 100.0%

Sikap * Pemahaman Crosstabulation

Pemahaman

paham kurang paham Total

Sikap setuju Count 30 18 48

% of Total 55.6% 33.3% 88.9%

tidak setuju Count 2 4 6

% of Total 3.7% 7.4% 11.1%

Total Count 32 22 54

% of Total 59.3% 40.7% 100.0%

Motivasi * Pemahaman Crosstabulation

Pemahaman

paham kurang paham Total

Motivasi termotivasi Count 31 18 49

% of Total 57.4% 33.3% 90.7%

kurang termotivasi Count 1 4 5

% of Total 1.9% 7.4% 9.3%

Total Count 32 22 54

% of Total 59.3% 40.7% 100.0%

Anda mungkin juga menyukai