Anda di halaman 1dari 26

PRINSIP PENENTUAN

POSISI DENGAN GPS

Kelompok Kepakaran Geodesi


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

Penentuan Posisi Dengan GPS

  Posisi yang diberikan adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z) atau (L,B,h).
  Tinggi yang diberikan oleh GPS adalah tinggi ellipsoid.
  Datum dari posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic System)
1984 yang menggunakan ellipsoid referensi GRS 1980.
  Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor
yaitu : metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian
data, dan metode pengolahan data.
  Penentuan posisi dapat dilakukan dengan beberapa metode : absolute
positioning, differential positioning, static surveying, rapid static,
pseudo-kinematic dan kinematic positioning.
  Titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam maupun bergerak.
  Posisi titik dapat ditentukan terhadap pusat massa bumi ataupun
terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya.
  Spektrum ketelitian posisi yang diberikan berkisar dari sangat teliti
(orde : mm) sampai kurang teliti (orde : puluhan meter).
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
Prinsip Dasar
Penentuan Posisi dengan GPS (1)

GPS
Seandainya vektor dari pengamat ke
satelit GPS dapat diukur, maka vektor
posisi pengamat dapat dihitung sebagai
ρ (diperlukan)
berikut :
Pengamat
r (diketahui)
R = r - ρ"
R (dicari)

Pusat Bumi

Pada pengamatan dengan GPS, yang bisa diukur


hanyalah jarak dan bukan vektor.

GPS menyelesaikan problem di atas dengan


mengukur jarak ke beberapa satelit sekaligus !!
Hasanuddin Z. Abidin, 2004

Prinsip Dasar
Penentuan Posisi dengan GPS (2)

  Pengukuran jarak secara simultan ke beberapa


satelit yang telah diketahui koordinatnya

metode reseksi dengan jarak.

  Pada pengamatan posisi suatu titik dengan GPS


pada suatu epok, ada 4 parameter yang harus
ditentukan yaitu :

- 3 parameter koordinat (X,Y,Z atau L,B,h)


- 1 parameter kesalahan waktu yang disebabkan
oleh ketidaksinkronan antara jam (osilator) di
satelit dengan jam di receiver GPS.

  Untuk itu diperlukan minimal pengamatan jarak ke 4 (empat) satelit.


  Saat ini sudah dikenal beberapa metode penentuan posisi dengan GPS.

Hasanuddin Z. Abidin, 1994


Visualisasi Penentuan Posisi Absolut dengan GPS
(Dengan Kesalahan Jam Receiver)

Visualisasi Penentuan
Posisi Absolut dengan GPS
(Tanpa Kesalahan Jam Receiver)

http://www.go.ednet.ns.ca/~larry/gps/trnglate.gif http://www.nasm.si.edu/galleries/gps/
http://www.montana.edu/places/gps/1Basic/slide19.html

World Geodetic System (WGS) - 1984

  WGS 1984 didefinisikan dan dijaga oleh Defence Mapping Agency


Amerika Serikat sebagai datum global geodetik.
  WGS 1984 adalah sistem referensi untuk koordinat satelit GPS
(Broadcast Ephemeris).
  WGS-1984 adalah Sistem Koordinat Kartesian Terikat-Bumi dengan
karakteristik :
. pusatnya berimpit dengan pusat massa bumi
. sumbu-Z nya berimpit dengan sumbu putar bumi yang melalui CTP
(Conventional Terrestrial Pole).
. sumbu-X nya terletak pada bidang meridian nol (Greenwich)
yang didefinisikan BIH.
. sumbu-Y nya tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, membentuk
sistem tangan-kanan.
  Digunakan oleh GPS sejak tahun 1987.
Sebelumnya WGS-1972 yang digunakan.
  Ellipsoid yang digunakan adalah WGS 84 yang sangat mirip
GRS (Geodetic Reference System) 1980.
Hasanuddin Z. Abidin, 2004
Sistem Koordinat WGS - 1984

IERS Reference Pole (IRP)


IERS
Reference
Z WGS 84 Pusat massa bumi
Meridian
(IRM)

Y WGS 84

X WGS 84
Ellipsoid WGS84

Hasanuddin Z. Abidin, 1997

PARAMETER GRS 1980


Parameter Notasi Nilai Ketelitian (1σ)

Sumbu panjang a 6378137 m ±" 2 m

Koeffisien harmonik (zonal) C20 - 484.16685 x 10-6 ±" 1.30 x 10-9


derajad 2 yang telah
dinormalisasi.

Kecepatan sudut Bumi ω" 7292115 x 10-11 rad s-1 ±" 0.1500 x 10-11 rad s-1

Konstanta Gravitasi Bumi GM 3986005 x 108 m3 s-2 ±" 0.6 x 108 m3 s-2
(termasuk massa atmosfir
Bumi)

Dari 4 parameter utama tersebut, dapat dihitung beberapa parameter lainnya :


sumbu pendek : b = 6356752.3142 m,
penggepengan : f = 1/298.257223563, dan
eksentritas : e2 = 0.00669437999013.
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Realisasi WGS 84 (1)
  Datum WGS 84 direalisasikan dengan menggunakan koordinat dari
beberapa stasion penjejak (tracking stations) yang terdistribusi secara
global serta mempunyai ketelitian absolut sekitar 1-2 meter [Bock, 1996].

  Sejak
Januari 1987, Defense Mapping Agency (DMA) Amerika Serikat
mulai menggunakan WGS 84 dalam menghitung orbit teliti (precise
ephemeris) untuk satelit TRANSIT (Doppler).

  Orbit teliti ini selanjutnya bersama-sama dengan pengamatan Doppler


digunakan untuk menentukan posisi dari 10 stasion penjejak GPS milik
DoD. Kesepuluh stasion ini selanjutnya digunakan untuk menjejak
satelit GPS untuk menentukan parameter orbit dari satelit GPS.

  Untukmenyelaraskan sistem koordinat WGS 84 dengan sistem ITRF


yang lebih teliti serta banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi geodetik
pada saat ini, DoD telah menentukan kembali koordinat dari 10 stasion
penjejak tersebut pada epok 1994.0.

Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Realisasi WGS 84 (2)


  Penentuan kembali koordinat ini dilakukan dengan menggunakan data
GPS yang diamati di kesepuluh stasion tersebut serta di beberapa stasion
penjejak IGS (Internation GPS Service for Geodynamics), yang dalam
perhitungan ini koordinatnya dalam sistem ITRF 91 dianggap tetap.

  Kerangka koordinat WGS 84 yang telah ditingkatkan kualitasnya ini telah


dinamakan sebagai WGS 84 (G730). Huruf G menyatakan bahwa sistem ini
diturunkan menggunakan data GPS dan angka 730 menunjukkan nomor
minggu GPS (hari pertamanya adalah 2 Januari 1994) dimana sistem baru
ini digunakan oleh DMA dalam proses pengolahan orbit di kalangan mereka
[Bock, 1996].

  Dalam kaitannya dengan GPS, Air Force Space Command dari DoD telah
mengimplementasikan koordinat WGS 84 (G730) ini sejak 29 Juni 1994.

  Menurut [Swift, 1994] serta [Malys and Slater, 1994], tingkat kedekatan
antara ITRF (91 & 92) dengan WGS 84 pada saat ini adalah berada pada
orde sekitar 10 cm.

Hasanuddin Z. Abidin, 1997


Parameter Transformasi dari
Beberapa Datum Lokal di Indonesia
ke Datum WGS 84 [DMA, 1991]
Ellipsoid Referensi dan Parameter Transformasi
Datum Parameter Perbedaan
Lokal
Nama Δ"a (m) Δ"f x 104 Δ"X (m) Δ"Y (m) Δ"Z (m)
Batavia Bessel 1841 739.845 0.10037483 - 377 ±" 3 681 ±" 3 - 50 ±" 3
(Sumatera)
Bukit Rimpah Bessel 1841 739.845 0.10037483 - 384 664 -48
(Bangka, Belitung)
Gunung Segara Bessel 1841 739.845 0.10037483 - 403 684 41
(Kalimantan)
Datum Indonesia GRS 1967 -23 - 0.00114930 - 24 ±" 25 - 15 ±" 25 5 ±" 25
1974 (ID 74)

Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Parameter Transformasi ID74 ke WGS84

Ditentukan dengan menggunakan 38 buah titik sekutu


[Subarya & Matindas, 1996] :

!X $ !dX $ ! 1 RZ −RY $ ! X $
#Y & = #dY & + (1 + ds). #−RZ 1 RX &&. ##Y &&
# & # & #
#" Z &%WGS 84 #"dZ &% #" RY −RX 1 &% #" Z &% ID74

dX = - 1.977 ± 1.300 m
dY = -13.060 ± 1.139 m
dZ = - 9.993 ± 3.584 m
ds = - 1.037 ± 0.177 ppm
RX = - 0.364 ± 0.109
RY = - 0.254 ± 0.060
RZ = - 0.689 ± 0.042
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Ketelitian Posisi GPS
Faktor-faktor
Geometri Satelit
yang berpengaruh

Ketelitian Data

Metode
Strategi Penentuan Posisi
Pemrosesan Data

Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ketelitian Posisi GPS
  tipe data yang digunakan
  kualitas receiver GPS
Ketelitian Data
  level dari kesalahan dan bias

  jumlah satelit
Geometri Satelit   lokasi dan distribusi satelit
  lama pengamatan

  absolute & differential positioning


Metode
Penentuan Posisi   static, rapid static, pseudo-kinematic, stop-and-go, kinematic
  one & multi monitor stations

  real-time & post processing


Strategi   strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias
Pemrosesan Data   metode estimasi yang digunakan
  pemrosesan baseline & perataan jaringan
  kontrol kualitas
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
Spektrum Ketelitian Penentuan Posisi Dengan GPS

ABSOLUTE SPS with selective availability


POSITIONING 50 m
Sejak
SPS without selective availability 2 Mei
10 m 2000
PPS with anti-spoofing
5m

DIFFERENTIAL differential code


POSITIONING 3m
carrier-smoothed code
1m
ambiguity-resolved carrier phase
5 cm
static survey (carrier phase)
3 mm

1 mm 1 cm 10 cm 1m 10 m 100 m
SPS = Standard Positioning Service (for civilian).
PPS = Precise Positioning Service (for military and authorized users).
Hasanuddin Z. Abidin, 2002

Metode-Metode
Penentuan Posisi dengan GPS

ABSOLUTE DIFFERENTIAL
(satu receiver) (minimal 2 receiver)

STATIK
(obyek diam, receiver diam)

KINEMATIK
(obyek bergerak, receiver bergerak)

RAPID STATIK
(obyek diam, receiver diam (singkat))

PSEUDO-KINEMATIK
(obyek diam, receiver diam & bergerak)

STOP AND GO
(obyek diam, receiver diam & bergerak)

Hasanuddin Z. Abidin, 1994


Absolute Positioning
•  Dinamakan juga point positioning
•  Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 (terhadap pusat massa bumi)
•  Prinsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus
•  Hanya memerlukan satu receiver GPS
•  Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik)
•  Biasanya menggunakan data pseudorange
•  Data fase juga bisa digunakan kalau ambiguitas fasenya sudah diketahui ataupun
diestimasi bersama-sama dengan posisi
•  Ketelitian posisi yang Satelit GPS Satelit GPS
diperoleh sangat
tergantung pada tingkat
ketelitian data serta
geometri dari satelit.
•  Tidak dimaksudkan untuk
penentuan posisi posisi
yang teliti.
Statik Kinematik
•  Aplikasi utama : navigasi
Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Persamaan
Pengamatan
Penentuan
Posisi Absolut
dengan GPS

•  Posisi receiver GPS


yang dicari : (x,y,z)
•  Koordinat satelit diketahui
•  Jarak ke satelit diukur
http://www.math.tamu.edu/~dallen/physics/gps/gps.htm
Dilution of Precision (DOP)
ketelitian parameter = DOP . ketelitian data

•  DOP adalah bilangan yang digunakan untuk merefleksikan kekuatan


geometri dari konstelasi satelit.
•  Nilai DOP kecil geometri satelit kuat (baik)
Nilai DOP besar geometri satelit lemah (buruk)
•  Nilai DOP dihitung berdasarkan matrik ko-faktor dari parameter yang
diestimasi.
•  Nilai DOP akan tergantung pada jumlah, lokasi, dan distribusi dari
satelit serta lokasi dari pengamat sendiri.
•  Nilai DOP bervariasi secara spasial maupun temporal.
•  Beberapa jenis DOP :
. GDOP = Geometrical DOP (posisi-3D dan waktu)
. PDOP = Positional DOP (posisi-3D)
. HDOP = Horizontal DOP (posisi horisontal)
. VDOP = Vertical DOP (tinggi)
. TDOP = Time DOP (waktu) Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Dilution of Precision (DOP)


Nilai DOP ditentukan dari matriks ko-faktor :
" q q q q %
$ xx xy xh xt '
$ q q q '
$ '
yy yh yt A = Matrik Desain
Q = ( AT A) −1 = $ '
X $ q q '
$ '
$ hh ht '
$ simetri q '
$# tt '&

GDOP = q + q
+ q + q
xx hh yy
tt
PDOP = q + q + q
xx yy hh Perhitungan DOP untuk
HDOP = q + q
xx yy absolute positioning
VDOP = q dan differential positioning
hh adalah tidak sama
TDOP = q
tt
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
Variasi Nilai GDOP

GDOP besar GDOP kecil


(Volume Tetrahedron kecil) (Volume Tetrahedron besar)
Semakin banyak satelit yang diamati,
nilai GDOP akan semakin mengecil dan sebaliknya !
http://www.topconps.com/gpstutorial/

Contoh Hasil Penentuan Posisi


Absolut Dengan GPS
100
Lintang : 42 0 27 34 U
Bujur : 71 0 15 54 B
Waktu : 2 April 1997
50 Sampel : setiap 1 menit
Receiver : Ashtech GG24
Northing (m)

Jumlah satelit : 25

0 HDOP < 1 : 43%


1< HDOP< 2 : 51%
HDOP > 2 : 6%

-50 Kesalahan horisontal :


50% : 20. 1 m
95% : 52.5 m
99% : 73.8 m
-100
-100 -50 0 50 100
Easting (m)
Hasanuddin Z. Abidin, 1997
Penentuan
Posisi Absolut
Dengan GPS
Setelah SA
Ditiadakan

(1 Mei 2000)

Ref. : SNAP, School of Geomatics Eng. UNSW

Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS


Setelah SA Ditiadakan (KOMPONEN HORISONTAL)
100

80
SA On
60 SA Off

40
Latitude (m)

20

0 SA Off
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 3
-20 SA Off
2
-40
1
-60
0
-80 -3 -2 -1 0 1 2 3
-1
-100
-2
Longitude (m) -3
Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS
Setelah SA Ditiadakan (KOMPONEN TINGGI)
1200
SA On
SA Off
1100

1000
Meter

900

800

700

600
1 101 201 301 401
Ref. Lab. Geodesi - ITB Epoch

http://www.mercat.com/QUEST/

Penentuan
Posisi Absolut
SA On Dengan GPS
(1 Mei 2000,
Durasi : 30 menit)
http://www.mercat.com/QUEST/

Penentuan
Posisi Absolut
SA Off Dengan GPS
(2 Mei 2000,
Durasi : 3h 39m)

Basic Positioning: Today

6-10 m

•  C/A Code on L1
Before May 2000:
25-100 m
USC-USDC (2002)
Basic Positioning: Tomorrow

Better resistance to
interference

1-5 m Eliminates need for costly


DGPS in many non-safety
applications

•  C/A Code on L1
•  L2C Code on L2
•  New Code on L5 USC-USDC (2002)

Differential Positioning
•  Dinamakan juga relative positioning.
•  Memerlukan minimal 2 buah receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah
diketahui koordinatnya (monitor station).
•  Posisi titik ditentukan relatif terhadap monitor station.
•  Konsep dasar : differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi efek-efek
dari beberapa kesalahan dan bias.
•  Efektivitas dari differencing process sangat tergantung pada jarak antara monitor
station dengan titik yang akan ditentukan posisinya (semakin pendek semakin
efektif).
•  Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik)
•  Bisa menggunakan data pseudorange atau/dan data fase.
•  Ketelitian posisi yang
STATIK Satelit GPS Satelit GPS
diperoleh bervariasi dari
tingkat menengah
sampai tinggi.
•  Aplikasi utama : survai
Stasion
pemetaan, survai geodesi, Referensi
Stasion
Referensi
maupun navigasi Pengamat
berketelitian tinggi. Pengamat KINEMATIK

Hasanuddin Z. Abidin, 1994


Contoh Hasil Penentuan Posisi
Relatif Dengan GPS
10
Lintang : 420 27 34 U
Bujur : 710 15 54 B
Waktu : 2 April 1997
5 Sampel : setiap 1 menit
Receiver : Ashtech GG24
Northing (m)

Jumlah satelit : 25

0 HDOP < 1 : 20 %
1< HDOP< 2 : 75 %
HDOP > 2 : 5%

-5 Kesalahan horisontal :
50% : 1.5 m
95% : 3.8 m
DGPS 99% : 7.2 m
-10
-10 -5 0 5 10 Jarak ke Stasion Referensi : 140 km
Easting (m)

Hasanuddin Z. Abidin, 1997

http://www.mercat.com/QUEST/

Penentuan
Posisi Relatif
SA On Dengan GPS
(1 Mei 2000,
Durasi : 52 menit)
http://www.mercat.com/QUEST/

Penentuan
Posisi Relatif
SA Off
Dengan GPS
(2-3 Mei 2000,
Durasi : 13h 40m)

Sistem DGPS
!  Sistem DGPS (Differential GPS) adalah suatu
akronim yang sudah umum digunakan untuk
GPS
sistem penentuan posisi real-time secara
diferensial menggunakan data pseudorange.
!  Umumnya digunakan untuk penentuan posisi
obyek-obyek yang bergerak.
!  Untuk merealisasikan tuntutan real-time nya,
monitor station harus mengirimkan koreksi
diferensial ke pengguna secara real-time
menggunakan sistem komunikasi data tertentu.
Kapal !  Koreksi diferensial :
- koreksi pseudorange (RTCM SC-104)
Stasion - koreksi koordinat
Referensi !  Yang umum digunakan : koreksi pseudorange
Koreksi !  Ketelitian tipikal posisi : 1 - 5 m
Diferensial !  Aplikasi utama : survei-survei kelautan dan
navigasi berketelitian menengah.

Hasanuddin Z. Abidin, 1996


Sistem
DGPS

http://www.mercat.com/QUEST/DGPS.htm

Local & Wide Area DGPS

Tergantung wilayah cakupannya, sistem DGPS dapat dibedakan


atas Local Area DGPS (LADGPS) dan Wide Area DGPS (WADGPS)

LADGPS WADGPS

Jumlah stasion !  Satu stasion !  Beberapa


referensi referensi stasion referensi

Koreksi untuk !  Skalar (koreksi !  Vektor (koreksi jam satelit,


setiap satelit pseudorange) tiga komponen kesalahan
ephemeris, parameter-
parameter model ionosfir)

Validitas !  Lokal (< 100 km) !  Regional


koreksi

Hasanuddin Z. Abidin, 1996


Sistem RTK
!  Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang
sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real-time
secara diferensial menggunakan data fase.
!  Dapat digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang diam
maupun bergerak.
!  Untuk merealisasikan tuntutan real-time nya, monitor station
harus mengirimkan data fase ke pengguna secara real-time
menggunakan sistem komunikasi data tertentu.
!  Ketelitian tipikal posisi : 1 - 5 cm
!  Aplikasi utama : staking out, survai Satelit
kadaster, survai pertambangan, GPS
navigasi berketelitian tinggi.
data
Rover
fase

Monitor
Station
Hasanuddin Z. Abidin, 1996

Penggunaan Repeater

Satelit GPS
•  Memperluas cakupan sinyal
•  Untuk menangani adanya
obstruksi dari topografi

Pengguna
Repeater
(Rover)

4
Stasion
Referensi

Hasanuddin Z. Abidin, 2006


RTK Net (Sistem VRS)

Pengguna SR Utama
seolah-olah
menerima data
dari SR maya
Pengguna

SR utama
SR maya
mengirimkan
data SR maya
ke pengguna

SR (Stasion Referensi) sebenarnya

Hasanuddin Z. Abidin, 2006

Advanced Positioning: Tomorrow

Faster recovery 100+ km


following signal
interruptions
(ex., under bridges)
2 cm accuracy Fewer base
stations needed

•  L1 Code and Carrier


•  L2 Code and Carrier
•  L5 Code and Carrier
•  Data Link USC-USDC (2002)
Static Positioning

Satelit GPS
!  Titik (-titik) yang akan ditentukan
posisinya tidak bergerak.
!  Bisa berupa absolute ataupun
differential positioning.
Stasion
Referensi !  Bisa menggunakan data pseudorange
vektor baseline dan/atau fase.
!  Ukuran lebih pada suatu epok
Satelit GPS pengamatan biasanya banyak.
!  Keandalan dan ketelitian posisi yang
diperoleh umumnya tinggi (orde mm
sampai cm).
Stasion
Referensi !  Aplikasi : penentuan titik-titik kontrol
untuk survai pemetaan maupun survai
geodetik.
Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Perkembangan Ketelitian Survei GPS

100
Level Presisi
Komponen Horisontal
milimeter

10

1
1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993
Ref. : UNAVCO (1995) Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Perkembangan Ketelitian Survei GPS

50
Level Presisi
40 Komponen Vertikal
milimeter

30

20

10
5
0
1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993

Ref. : UNAVCO (1995) Hasanuddin Z. Abidin, 1996

!  Titik (-titik) yang akan Kinematic Positioning


ditentukan posisinya
bergerak (kinematik).
!  Selain posisi GPS juga bisa digunakan untuk GPS
menentukan kecepatan, percepatan & attitude.
!  Bisa berupa absolute ataupun differential positioning.
!  Bisa menggunakan data pseudorange dan/atau fase.
!  Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat
pengamatan (real-time) ataupun sesudah
pengamatan (post-processing)
!  Untuk real-time differentian positioning Monitor
diperlukan komunikasi data antara monitor station Station
dengan receiver yang bergerak.
!  Penentuan posisi kinematik secara teliti memerlukan penggunaan data fase.
Problem utamanya adalah penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly.
!  Ukuran lebih pada suatu epok pengamatan biasanya tidak banyak.
!  Ketelitian posisi : rendah sampai tinggi.
!  Aplikasi : navigasi, pemantauan (surveillance), guidance, fotogrammetri,
airborne gravimetry, survai hidrografi, dll.
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
!  Penentuan posisi titik-titik yang Precise Kinematic
bergerak secara teliti (tingkat
ketelitian berorde centimeter). Positioning
!  Harus berbasiskan differential positioning
yang menggunakan data fase.
!  Problem utama : penentuan ambiguitas fase secara GPS
on-the-fly, yaitu penentuan ambiguitas fase
pada saat receiver sedang bergerak
dalam waktu sesingkat mungkin.
!  Penentuan ambiguitas secara on-the-fly akan
meningkatkan ketelitian, keandalan, dan
fleksibilitas dari kinematic positioning.
!  Saat dikenal beberapa teknik penentuan Monitor
Station
ambiguitas fase secara on-the-fly.
!  Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat pengamatan
(real-time) ataupun sesudah pengamatan (post-processing)
!  Untuk real-time differentian positioning diperlukan komunikasi data antara
monitor station dengan receiver yang bergerak.
!  Aplikasi : sistem pendaratan pesawat, kalibrasi altimeter satelit, studi oseanografi
(arus, gelombang, pasut), dll.
Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Survei Statik Singkat (Rapid Static)


!  Survei Statik dengan sesi pengamatan yang lebih
singkat (5-20 menit ketimbang 1-2 jam).
!  Prosedur pengumpulan data di lapangan seperti
pada survei statik.
Titik Tetap
!  Lama pengamatan tergantung pada panjang
baseline, jumlah satelit, serta geometri satelit.
baseline
!  Berbasiskan differential positioning dengan
menggunakan data fase.
titik yang akan
ditentukan posisinya !  Persyaratan mendasar : penentuan ambiguitas
fase secara cepat.
!  Menuntut penggunaan piranti lunak pemroses data GPS yang andal dan canggih.
!  Memerlukan satelit geometri yang baik, tingkat bias dan kesalahan data yang relatif
rendah, serta lingkungan yang relatif tidak menimbulkan multipath.
!  Data dua-frekuensi lebih diharapkan.
!  Untuk meningkatkan keandalan, satu baseline umumnya diamati dalam dua sesi
pengamatan.
!  Ketelitian (relatif) posisi titik yang diperoleh adalah dalam orde centimeter.
!  Aplikasi utama : survai pemetaan (orde tidak terlalu tinggi), densifikasi titik, survai
rekayasa, dll.
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
Statik Singkat vs Statik
!  Statik singkat mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
survei statik, karena waktu pengamatan satu sesi relatif lebih singkat.
!  Metode survei statik memberikan ketelitian posisi yang relatif lebih tinggi
dibandingkan metode statik singkat .
!  Metode statik singkat memerlukan receiver GPS serta piranti lunak
pemroses data yang lebih canggih dan lebih modern.
!  Karena harus memastikan penentuan ambiguitas fase secara benar dengan
data pengamatan yang relatif lebih sedikit, metode statik singkat relatif
kurang fleksibel dibandingkan metode statik.
!  Metode survei statik singkat relatif lebih rentan terhadap efek dari kesalahan dan bias.
!  Skenario yang paling baik adalah dengan menggabungkan kedua metode tersebut,
dimana setiap metode digunakan secara fungsional sesuai dengan karakteristiknya masing-
masing.
Survai statik
Survai statik singkat
Titik tetap (kontrol)
Titik yang ditentukan posisinya
dengan metode statik
Titik yang ditentukan posisinya
dengan metode statik singkat

Hasanuddin Z. Abidin, 1995

Tinggi yang Diberikan GPS

Permukaan Bumi
  Ketinggian titik yang diberikan oleh
GPS adalah ketinggian titik di atas
Geoid H permukaan ellipsoid GRS 1980.
ε"
Ellipsoid h
  Tinggi ellipsoid (h) tersebut tidak
sama dengan tinggi orthometrik (H)
yang umum digunakan untuk
keperluan praktis sehari-hari yang
Pusat Bumi biasanya diperoleh dari pengukuran
sipat datar (levelling).

Tinggi orthometrik suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas geoid
diukur sepanjang garis gaya berat yang melalui titik tersebut.

Tinggi ellipsoid suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas ellipsoid
dihitung sepanjang garis normal ellipsoid yang melalui titik tersebut.
Hasanuddin Z. Abidin, 1994
Geoid dan Ellipsoid
  Geoid adalah salah satu bidang
Permukaan Bumi
ekuipotensial medan gaya berat Bumi.
Untuk keperluan praktis umumnya geoid
Geoid H
ε" dianggap berimpit dengan muka air laut
Ellipsoid h rata-rata (Mean Sea Level, MSL).
  Secara matematis, geoid adalah suatu
permukaan yang sangat kompleks yang
memerlukan sangat banyak parameter
untuk merepresentasikannya.
  Oleh karena itu untuk merepresentasikan
Pusat Bumi Bumi secara matematis digunakan suatu
ellipsoid referensi dan bukan geoid !

  Perhitungan matematis umumnya dilakukan pada ellipsoid referensi.


  Ketinggian geoid terhadap ellipsoid dinamakan undulasi geoid .
  Geoid dapat diindera oleh alat ukur, sedangkan ellipsoid tidak dapat.
  Geoid adalah bidang referensi untuk menyatakan tinggi orthometrik.

Hasanuddin Z. Abidin, 1994

Anda mungkin juga menyukai