Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SELPIANI ASTUTI

NO. STAMBUK : 11762091

KELAS :B

KONSTIPASI
Hampir setiap orang suatu saat akan mengalami konstipasi.

Penyebab terbanyak adalah diet yang kurang baik dan kurang olah raga.

Pada sebagian besar kasus, konstipasi biasanya hanya bersifat

sementara, dan tidak berbahaya. Sebagian besar penderita konstipasi

dapat diobati secara medik, menghasilkan perbaikan keluhan.

Perbandingan atara laki : perempuan sekitar 1 : 3. Konstipasi dapat terjadi

pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat

frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami

masalah dengan keluhan konstipasi ini.

Defenisi :

Secara umum konstipasi didefenisikan sebgai berkurangnya

frekuensi pembuangan/pengeluaran tinja dari kolon sigmoid melintasi

rektum, yang ditandai tinja (keras-kering) saat melintas rektum, kadang

disertai rasa nyeri atau tidak nyeri. Kriteria baku untuk menentukan ada

tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari

beberapa keluhan berikut yang diderita penderita. Keluhan ini meliputi :

1. Tinja yang keras

2. Mengejan pada saat defekasi

3. Perasaan kurang puas setelah defekasi


4. Defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.

5. Perasaan defekasi yang terhalang

Selain itu gejala konstipasi juga dapat berupa anoreksia, lesu, sakit

kepala, nyeri pinggang, dan distensi abdominal.

Etiologi (Penyebab) :

Penyebab konstipasi biasanya multifaktor utamanya untuk mereka yang

lanjut usia, paling sering disebabkan oleh :

1. Kurang konsumsi serat dan air.

Mereka yang lanjut usia biasanya kurang berminat untuk makan

dan lebih senang memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya

rendah. Selain itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa mereka

lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses dengan

kadar serat yang rendah.

2. Kurang olahraga

Olahraga adalah hal yang jarang dilakukan oleh mereka yang lanjut

usia, hal ini dapat menyebabkan terjadinya sembelit/konstipasi.

3. Proses penuaan

Proses penuaan menyebabkan menurunnya proses metabolisme

pada intestinal dan pada tonus otot.

4. Konsumsi obat-obatan tertentu.

Antasida (aluminium, senyawa kalsium), “calcium channel blockers”

/bagi pasien hipertensi (verapamil), OAINS (ibuprofen, diclofenac),


simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan

stimulans jangka panjang

5. Penyakit tertentu

Diabetes, gangguan saluran pencernaan dan sroke.

Patofisiologi Konstipasi :

Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan

membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon

akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja

akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja

yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap

terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu

perlahan-lahan menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.

Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau

pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer,

penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar

penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.

Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun

pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila

peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau

pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan

oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di


kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan .Kelainan

pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.

Terapi :

1. Non farmakologi (Tanpa laksatif)

 Mengkonsumsi makanan berserat

Menarik air sehingga tinja menjadi lebih empuk, besar &

berat---buang air

 Masukan air yang cukup

Tinja banyak mengandung air sehingga lunak dan mudah

keluar

 Olah raga teratur

Memperbaiki tonus otot terutama otot perut sehingga

dorongan kolon menjadi lancar.

2. Farmakologi (Laksatif)

 Bulk forming

Bisa menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini

akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang

berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan.

Bulk forming bekerja perlahan dan merupakan obat yang

paling aman untuk merangsang buang air besar yang

teratur.
Ex: metilselulosa, gandum, psylium

 Emolient

Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan

tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air

menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih

lunak.

Ex:docusate sodium

 Lubrikant

Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya

keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan

penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak.

Ex : Parafin

 Salin

Adanya kation/anion dapat menarik air ke usus sehingga

tekanan intraluminal meningkat terjadi stimulus mekanik

sehingga motilitas usus meningkat yang menyebabkan

pengeluaran feses. Senyawa ini dapat diberikan secara oral

atau melalui rektal, pergerakan usus terjadi dalam beberapa

jam setelah pemberian peroral dan dalam 1 jam atau kurang

setelah pemberian secara rektal.

 Bahan-bahan osmotik

Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke

dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah


dilepaskan.

Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus

besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung

garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula

(laktulosa dan sorbitol).

 Stimulan

Misalnya Bisakodil. Mekanisme kerjanya yaitu :

Iritasi pleksus senyawa mucosal menyebabkan motilitas

usus meningkat dan gerakan masa meningkat.

Sintesis Prostaglandin mukosal meningkat  menurunkan

aktivitas Na-K ATP-ase kolon & jejunum  mengurangi

absorbsi air & elektrolit, meningkatkan sekresi menyebabkan

akumulasi cairan .
BATUK

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme

pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu

penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya

lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk terjadi karena

rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran

pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat

syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal

kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga

terjadilah batuk.

Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang

merangsang reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada

keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan

yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal

ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin

juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen

toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.

MEKANISME BATUK

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase,

yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain

membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi,

dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara,

kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat
yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan

ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari

sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka.

Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar

antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian

lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari

tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama

dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan

memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi

yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan

memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret

akan lebih mudah.


Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan
tekanan subglotis selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi
batuk

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis

akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan

abdomen akan meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis

merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver

ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda.

Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih

besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga

dapat terjadi tanpa penutupan glotis.


Gambar 2. Fase Batuk

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase

ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas

serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal.

Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050

detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang

menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000

sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai

pengurangan diameter trakea sampai 80%.

KOMPLIKASI

Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan

lemah, anoreksia, mual dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-

komplikasi yang lebih berat, baik berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal

atau gejala-gejala lain.


Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan

subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan

terjadinya henti jantung. Batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan

terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan

bahkan fraktur iga.

Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah

Cough syncope atau Tussive syncope. Keadaan ini biasanya terjadi

setelah batuk-batuk yang paroksismal dan kemudian penderita akan

kehilangan kesadaran selama ± 10 detik. Cough syncope terjadi karena

peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan

tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.

Gambar 3. Komplikasi Batuk

Anda mungkin juga menyukai