I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. SS
Ruang : Baugenvil 4/Kamar 4
Umur : 70th
Tanggal MRS : 14 November 2012
Tanggal KRS : -
Diagnosa : CKD stage V
CHF cf III ec HHD
HT stage II
Ascites
DM2NO
CAP
Ulkus Decubitus
Jaminan : ASKES
LDL <100 49
HDL >40 40
CKD stage V Obyektif : • CaCO3 3x1 CaCo3 untuk menghindari - Monitoring kadar Cr,
Awal masuk • Asam Folat 3x1 hiperfosfatemia yang dapat BUN, phosfat, kalium
RS : mengakibatkan terjadinya
BUN = 43 osteodistrofi, karena pada pasien
Cr = 3,57 dengan CKD terjadi gangguan
metabolisme fosfat dan kalium
karena produksi vitamin D di
ginjal berkurang (Ferreira et al,
2008)
Azitromicin secara
konservatif pengobatan
dilakukan selam 7 hari tetapi
untuk kombinsi dapat
dipersingkat sampai 3 hari
(Francisca, 2007)
DM2NO Obyektif : - - Belum Pemberian insulin kerja
GDS :160 diterapi cepat (rapid acting
GDP : 150 insulin).
2JPP :171
Monitoring ketat kejadian
hipoglikemi.
Ulkus Decubitus Subyektif : Peningkatan status Memperbaiki keadaan umum Monitoring keadaan
Lecet dan kesehatan pasien penderita. Seperti mengatasi peradangan
peradangan di hipoalbumi dan DM.
bagian Mengurangi/memeratakan faktor
pinggul,bokon tekanan yang mengganggu aliran
g dan siku darah Alih posisi/alih
baring/tidur selang seling, paling
lama tiap dua jam, Kasur khusus
untuk lebih membagi rata
tekanan yang terjadi pada tubuh
penderita, misalnya; kasur
dengan gelembung tekan udara
yang naik turun, kasur air yang
temperatur airnya dapat diatur.
Catatan: (profil obat)
No Nama obat Indikasi Mekanisme & dosis Efek samping Monitoring
1 Furosemid Edema karena Furosemida adalah suatu derivat Efek samping jarang terjadi dan relatif Monitoring
gangguan jantung, asam antranilat yang efektif ringan seperti : mual, muntah, diare,
keseimbangan
ganguan ginjal dan sebagai diuretik. Mekanisme kerja ruam kulit, pruritus dan penglihatan
sirosis hati. furosemida adalah menghambat kabur, pemakaian furosemida dengan elektrolit
penyerapan kembali natrium oleh dosis tinggi atau pemberian dengan
sel tubuli ginjal. jangka waktu lama dapat
menyebabkan terganggunya
Furosemida meningkatkan keseimbangan elektrolit.
pengeluaran air, natrium, klorida,
kalium dan tidak mempengaruhi
tekanan darah yang normal.
2. Irbesartan Penanganan ARB menghambat angiotensin II Sakit kepala, nyeri musculoskeletal Monitoring tekanan
hipertensi. berkaitan dengan reseptornya dan trauma, pusing, lemes, diare, darah
(AT1) yang memiliki efek buruk batuk, mual, muntah, nyeri dada,
seperti vasokonstriksi, sekresi dyspepsia, edema, nyeri abdomen,
aldosteron, pembebasan takikardi.
katekolaion, proliferasi dan
hipertrofi.Penurunan aldosteron
akan menurunkan retensi natrium
dan air.
3. Asam Folat Menurunkan kadar Munurunkan asam amino yang Pusing, mual, muntah, gangguan Monitoring kadar
homosistein mengandung sulfur yang pencernaan seperti diare. phosfat dan kalium
berhubungan erat dengan
methionin dan sistein. Penimbunan
asam amino yang mengandung
sulfur akan menyebabkan
sitotoksik dan berakibat pada
peningkatan penyakit
kardiovaskuler (Darmajaya &
Ketut, 2006)
4 CaCO3 Penanganan Menurunkan hiperfosfatemia yang Pusing, mual, muntah, gangguan Monitoring kadar
hiperphosfatemia dapat mengakibatkan terjadinya pencernaan ringan seperti diare, phosfat dan kalium
pada CKD osteodistrofi, karena pada pasien kadang terjadi konstipasi.
dengan CKD terjadi gangguan
metabolisme fosfat dan kalium
karena produksi vitamin D di
ginjal berkurang (Ferreira et al,
2008)
5 Atorvastatin Menurunkan LDL Zat aktif penurun kolesterol darah Trombositopenia, reaksi alergi
& Chol,menaikkan golongan statin dengan (termasuk anafilaksis), ruptur tendon,
HDL. Pemberian penghambat/inhibitor HMG-CoA mialgia, kenaikan berat badan,
statin pada pasien reduktase, yaitu senyawa yang hypoesthesia, amnesia, pusing,
dengan dan tanpa dapat menghambat konversi enzim sindrom Stevens-Johnson, toxic
hiperkolesterol HMG-CoA reduktase menjadi epidermal necrolysis, erythema
menurunkan resiko mevalonat sehingga menghambat multiforme, bullous rashes,
relativ major pembentukan kolesterol endogen. rhabdomyolysis, nyeri punggung,
coronary event nyeri dada, edema perifer dan
sampai 30 % dan kelelahan.
memberikan
keuntungan yang
lebih besar pada
pasien dengan
resiko yang tinggi
(Sajinadiyasa &
Anwar, 2008)
6 Ceftriaxone Ceftriaxone Efek bakterisida ceftriaxone Gangguan GI, reaksi kulit, Monitoring sesak
(antibiotic) dihasilkan akibat penghambatan hematologi, sakit kepala, pusing, nafas
digunakan untuk sintesis dinding kuman. reaksi anafilaktik, nyeri di tempat
pengobatan CAP. Ceftriaxone mempunyai stabilitas suntik (IM), flebitis (IV). Reversibel.
yang tinggi terhadap beta-
laktanase, baik terhadap
penisilinase maupun
sefalosporinase yang dihasilkan
oleh kuman gram-negatif, gram-
positif.
7 Azitromicyn Antibiotik, terapi Azitromisin beraksi menghambat Mual, rasa tidak nyaman di perut, Monitoring sesak
kombinasi sintesis protein mikroorganisme muntah, kembung, diare, gangguan nafas
penanganann dengan mengikat ribosom subunit pendengaran, nefritis interstisial,
infeksi saluran 50S. Azitromisin tidak mengusik gangguan ginjal akut, fungsi hati
nafas. pembentukan asam nukleat. abnormal, pusing/vertigo, kejang, sakit
Azitromisin aktif terhadap kepala.
mikroorganisme berikut
berdasarkan in vitro dan infeksi
klinis.
8 Albumin Penanganan Merupakan protein serum dengan Keluhan yang mungkin timbul : Monitoring kadar
hipoalbumin jumlah paling besar memiliki demam, nausea, menggigil, dan albumin, segera
beberapa fungsi penting. Albumin urtikaria, toksisitas aluminium pada hentikan apabila
menjaga tekanan onkotik koloid gagal ginjal, hipokalsemia karena sudah mencapai
plasma sebesar 75-80 % dan albumin mengikat kalsium, kadar Alb yang
merupakan 50 % dari seluruh Hipervolemia dan gangal jantung diinginkan
protein tubuh. Jika protein plasma kongestif, bila albumin berlebihan.
khususnya albumin tidak dapat
lagi menjaga tekanan osmotic
koloid akan terjadi
ketidakseimbangan tekanan
hidrostatik yang akan
menyebabkan terjadinya edema.
V. Pembahasan
Terapi lain yang diperoleh adalah atorvastatine dan furosemid. Furosemid pada pasien CHF
dengan gangguan fungsi ginjal dimulai dari dosis 40 mg-80 mg dan dapat ditingkatkan 160 mg
(Feldman, 2006). Diuretik dikombinasi dengan ARB atau ACEI pada HT II dengan komplikasi
CKD+CHF. Atorvastatin digunakan pada pasien dengan dan tanpa hiperkolesterol yang dapat
menurunkan resiko relativ major coronary event sampai 30 % dan memberikan keuntungan
yang lebih besar pada pasien dengan resiko yang tinggi (Sajinadiyasa & Anwar, 2008) Hal ini
juga sesuai pada guideline ACC/AHA Unstable Angina Guideline Update.
Problem medic lain yang dialami pasien adalah ascites yang ditandaai dengan perut
membesar dan terasa membeseseg, dan dari hasil USG abdomen terdapat kelebihan cairan
ascites. Untuk mengatasi ascitesnya diberikan terapi furosemid untuk mengeluarkan kelebihan
cairan. Kondisi terjadi karena hipoalbumin yang juga dialami oleh pasien yang juga ditandai
dengan kadar Albumin pasien rendah yaitu 1,84 dan mendapatkan terapi trans.Albumin 20 %.
Albumin diberikan selain untuk pengatasan hipoalbumin sampai kadar albumin ≥ 2,5 juga
diberikan untuk menarik cairan ke dalam sel untuk kemudian dikeluarkan oleh diuretik.
Diagnosa lain dari Ny.SS adalah CAP (Community acquired pneumonia) yang ditandai
dari hasil pemeriksaan thorax yang menunjukkan adanya Ronki (RAB +) dan vesikuler (+).
Terapi yang diberikan untuk pasien CAP adalah inj.Ceftriaxon yang diberikan 1gram/12 jam
secara i.v atau dosisnya ditingkatkan 2g/hari untuk kasus infeks berat dan usia > 65 tahun. Hal
ini sesuai dengan DIH 2009. Antibiotik lain yang diperoleh untuk CAP adalah azitromicyn
dengan dosis 1x250 mg selama 3 hari. Secara konservatif pengobatan dengan azitromicyn
dilakukan selam 7 hari tetapi untuk kombinsi dapat dipersingkat sampai 3 hari (Francisca, 2007).
Pada kasus ini pasien yang memiliki riwayat DM sejak 5 tahun dengan riwayat penggunaan
insulin Novomix dengan dosisi 6-0-4 tetapi tidak secara rutin. Di rumah sakit didiagnosa
DM2NO dimana nilai GDP :150,GDS:160, dan 2JPP : 171 dan dengan nilai seperti itu
menunjukkan nilai yang diatas normal sejak awal masuk rumah sakit sampai seterusnya. Tetapi
untuk diagnose ini belum diterapi, maka disarankan untuk pemberian insulin kerja cepat (rapid
acting insulin) dengan monitoring hipoglikemi secara ketat.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit pasien mengalami ulcus decubitus yaitu
kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat, ditandai dengan Lecet dan peradangan di
bagian pinggul,bokong dan siku. Untuk masalah ini cukup diatasi dengan peningkatan status
kesehatan pasien dengan memperbaiki keadaan umum penderita. Seperti mengatasi hipoalbumi
dan DM. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah (alih
posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam). Kasur khusus untuk lebih
memambagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung
tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. Selain itu dilakukan
perawatann luka/peradangan untuk menghindari terjadinya infeksi pada bagian yang meradang.
Daftar Pustaka
Anonim, 2004, The Sevent Report of the Joint National Commite on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, U.S. Department of Health and
Humand Services. 2004.
Darmaja, I.M., dan Ketut, S. 2006, Perbandingan efek Asam Folat Dosis Standar dengan Dosis
Tinggi terhadap Hiperhomosisteinemia pada Gagal Ginjal dengan Homodialisis
Reguler, J.Penyakit Dalam, 7; 92-101.
Feldman, A.M, 2006, Heart Failure Pharmacologic Management, Blackwell Publishing Inc,
Massachusetts.
Ferreira, A., Joao, M.F., Marie, C.M., Celia, G., Jose, G., Carlos, O., et al. 2008, “Effect of
Savelamer Hydrocloride and Calcium Carbonate on Renal Osteodystrophy in
Hemodialysis Patients,” J Am Soc Nephrol, 19; 405-412
Lacy, C.F., Lora, L.A., Morton, P.G., Leonard,L.L. 2012, Drug Information handbook A
Comprehensive Resource for All Clinicians and healthcare Professionals, 21th ed,
Lexi-Comp Inc, Ohio
McMurray, J.J.V., Stamatis, A., Stefa, D.A., Angelo, A., Michael, B., Kenneth, D., et al. 2012, “
ESC Guidelines for The Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart
Failure,” Ear Heart J, 33;1787-1847.
Perkeni, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia,
Pekumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta.
Sanjinadiyasa dan Anwar, S, 2008. “ Efektivitas Obat Penurun Kolesterol Statin dalam
Menurunkan Kejadian Kardiovaskuler pada Sindrom Koroner Akut,” J Penyakit
Dalam, 9;66-74.
Tatro, D.S. 2009. Drug Interaction Facts; The Authority on Drug Interactions, Wolters Kluwer
Health Inc, California