Di Susun Oleh:
Atika Kiki Wardani
A. DEMOGRAFI PASIEN
Nama Pasien : Ny. N-Amr
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor Rekam Medik : 28133
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Alergi :-
Tanggal Masuk RS : 24 Februari 2021
Tanggal Keluar RS : 14 Maret 2021
Diagnosa : ADHF, efusi pleura, AKI dd acut on CKD, hipertensi
emergensi, DM, hipoalbuminemia
Keluhan : Seluruh badan semakin bengkak sejak 2 minggu, perut
semakin bengkak, sesak nafas kurang lebih 1 minggu,
mual dan sulit makan, BAB tidak lancar.
Riwayat Penyakit : DM, hipertensi
Riwayat Penggunaan Obat : NTG 50 mcg iv, Lasix 10 mg iv, Ramipril 2,5 po
B. HASIL PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal
Pemeriksaan Nilai
normal 24/2 25/2 26/2 27/2 28/2 1/3 2/3 3/4 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3 9/3 10/3 11/3 12/3 13/3 14/3
Suhu 36,5-37 36,5 36,2 36,5 36,2 36,3 36,1 36,2 36, 37 36, 37 36, 36, 36 38,5 37 36,2 36,4 36,5
7 5 5 2
Pernafasan 24-40 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Tek darah 120/80 187/ 159/ 178/ 170/ 156/ 141/ 140/ 99/ 155 153 120 120 158/ 146/ 162/ 100/ 125/ 134/ 130/
132 99 94 87 53 89 80 68 /95 /94 /70 /70 92 82 85 87 87 80 85
C. DATA LABORATORIUM
Pemeriksaan Nilai normal Tanggal
24/2 27/2 2/3 3/3 5/3 8/3 9/3 12/3
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7-15.5 g/dl 10,8 9.7
Leukosit 3.60-11.00 x10 3/ul 5,03 11.80
Hematokrit 35-47 % 32 28
Trombosit 140-440 x10 3/ul 197 157
HITUNG JENIS
Eosinophil 2-4 % 3
Batang 3-5 % 0
Segmen 50-70 % 70
Limfosit 25-40 % 18
Basofil 0-1 % 0
Monosit 2-8 % 9
KARBOHIDRAT
Glukosa darah <180 mg/dL 202 147
sewaktu
FUNGSI GINJAL
Ureum 0-50 mg/dL 55 53 65 72 92 172
Creatinine 0,0-1,1 mg/dL 2.2 2.3 2.6 2.6 2.7 4.0
ELEKTROLIT
Natrium 135-147 mEq/L 145 139 131
Kalium 3,5-5,0 mEq/L 4.8 3.1 3.8
Chloride 96-105 mEq/L 105 103 93
Serum Iron (SI) 37.0-145.0 mg/dl 26.5
Pemeriksaan Nilai normal Tanggal
24/2 27/2 2/3 3/3 5/3
SWAB ANTIGEN
Antigen SARS- Negatif Negatif
CoV-2
TIROID
FT4 0,70-1,8 ng/dL 1.81
TSH 0,32-5,00 IU/L 1.96
KIMIA FUNGSI
HATI
Albumin 3.4-4.8 g/dl 2.9 2.8
Sucralfat 500 mg/5 ml tukak lambung dan 3x10 cc tukak lambung dan tukak konstipasi, diare, mual, Obat
duodenum serta gastritis duodenum gangguan pencernaan, sesuai
kronis, 2 g 2 kali sehari gangguan lambung,
(pagi dan sebelum tidur mulut kering, ruam,
malam) atau 1 g 4 kali reaksi hipersensitifitas,
sehari 1 jam sebelum nyeri punggung, pusing,
makan dan sebelum sakit kepala, vertigo, dan
tidur malam, diberikan mengantuk.
selama 4-6 minggu atau
pada kasus yang
resisten, bisa hingga 12
minggu; maksimal 8 g
sehari.
Nama obat Kandungan Regimen dosis menurut Dosis Indikasi Parameter monitoring Penilaian
literatur dalam efektivitas dan ESO
resep
Clopidogrel 75 mg sekali sehari 1x75 mg menurunkan kejadian Dispepsia, nyeri perut, Obat
aterosklerotik (infark diare; perdarahan
dengan atau tanpa sesuai
miokardia, stroke, dan (termasuk perdarahan
makanan. saluran cerna dan
kematian vaskuler) pada
intrakranial); lebih
pasien dengan riwayat jarang mual, muntah,
aterosklerosis yang ditandai gastritis, perut kembung,
dengan serangan stroke yang konstipasi, tukak
baru terjadi, infark miokardia lambung dan usus besar,
yang baru terjadi atau sakit kepala, pusing,
penyakit arteri perifer yang paraestesia, leukopenia,
platelet menurun (sangat
menetap.
jarang trombositopenia
berat), eosinofilia, ruam
kulit, dan gatal; jarang
vertigo; sangat jarang
kolitis, pankreatitis,
hepatitis, vaskulitis,
kebingungan, halusinasi,
gangguan rasa,
gangguan darah,
sindrom Steven Johnson
Propiltioura Dosis propiltiourasil untuk 1x100 hipertiroid leukopenia, cutaneous Obat
sil dewasa adalah 200-400 mg vasculitis,
sesuai
mg/hari, dosis ini trombositopenia, anemia
dipertahankan sampai aplastik,
pasien mencapai keadaan hipoprotrombinemia,
eutiroid, lalu dosis hepatitis, enselopati,
diturunkan secara nekrosis hati, nefritis,
berangsur-angsur sampai gejala seperti lupus
mencapai dosis eritematosus.
pemeliharaan 50-150
mg/hari.
Nama obat Kandungan Regimen dosis menurut Dosis Indikasi Parameter monitoring Penilaian
literatur dalam efektivitas dan ESO
resep
Kalium 600 mg Bila garam kalium 3x1 tab Untuk indikasi kehilangan mual dan muntah (bila Obat
Klorida kalsium berat dapat merupakan
diberikan untuk sesuai
tanda obstruksi) ulserasi
mencegah hipokalemia, esofagus atau usus kecil.
dosis kalium klorida
oral 2-4 g (kira-kira 25-
50 mmol) tiap hari
Diatab Attapulgit 2 tablet atau 1,2 gram 2 tab/diare Diare Sembelit, mual, perut Obat
kembung, nyeri perut
hingga 1,5 gram sesuai
dengan dosis maksimal
12 tablet atau 8,4 gram
per hari. Dikonsumsi
setelah setiap buang air
besar.
Nama obat Kandungan Regimen dosis Dosis Indikasi Parameter monitoring Penilaian
menurut dalam efektivitas dan ESO
literatur resep
Paracetamo l paracetamo l 1 gram setiap 4–6 prn Antipiretika, nyeri ringan Penggunaan jangka Terapi
inf 10 mg/ml jam, maksimum 4 sampai sedang, nyeri panjang dan dosis sesuai
gram per hari, dewasa sesudah operasi cabut gigi, berlebihan atau
dan anak– anak pireksia overdosis dapat
dengan berat badan10 menyebabkan
-50 kg, 15 mg/kg bb kerusakan hati,
setiap 4–6 jam,
maksimum 60 mg/kg
bb
per hari.
Ceftriaxone Ceftriaxone pemberian secara 1x1 g infeksi bakteri gram positif Diare, colitis, mual, Obat
injeksi intramuskular dan gram negatif muntah, sakit kepala, sesuai
dalam, bolus intravena reaksi alergi berupa
atau infus. 1 g/hari ruam, demanafilaksis,
dalam dosis tunggal. sindroma Stevens-
Pada infeksi berat: 2-4 Johnson, gangguan
g/hari dosis tunggal. fungsi hati, gangguan
Dosis lebihdari 1 g tidur, hiperaktivitas,
diberikan pada dua bingung, hipertonia dan
tempat atau lebih. pusing, nervous.
Nama obat Kandungan Regimen dosis menurut Dosis Indikasi Parameter monitoring Penilaian
literatur dalam efektivitas dan ESO
resep
Heparin Pengobatan trombosis 2x5000 pengobatan trombosis vena- perdarahan (lihat Obat
vena-dalam dan embolisme dalam dan embolisme paru, keterangan di atas),
dan naik sesuai
paru, secara injeksi angina tidak stabil, profilaksis nekrosis kulit,
intravena, dosis muatan menjadi pada bedah umum, infark trombositopenia (lihat
5000 unit (10.000 unit pada miokard. keterangan di atas),
2x7500
embolisme paru yang berat) hiperkalsemia (lihat
diikuti dengan infus keterangan di atas),
berkesinambungan 15-25 reaksi hipersensitivitas
unit/kg bb/jam atau secaara (urtikaria, angiodema,
injeksi subkutan 15.000 dan anafilaksis);
unit setiap 12 jam osteoforisis setelah
(pemantauan laboratorium penggunaan jangka
penting sekali sebaiknya panjang (dan jarang
setiap hari). terjadi alopesia).
Humalog Insulin Dosis pemeliharaan 3x4 UI Diabetes melitus hipoglikemia Obat
lispro harian : 0.5-1 sesuai
unit/kg/hari dalam dosis
yang terbagi
Omeprazole 40 mg diberikan selama 5 menit 2x40 tukak lambung dan tukak paraesthesia, vertigo, Dosis
duodenum, tukak lambung alopesia, ginekomastia,
atau melalui infus mg lebih
dan duodenum yang terkait impotensi, stomatitis,
intravena; profilaksis dengan AINS, lesi lambung ensefalopati pada
dan duodenum, regimen penyakit hati yang parah,
aspirasi asam, 40 mg
eradikasi H. pylori pada tukak hiponatremia, bingung
harus telah diberikan peptik, refluks esofagitis, (sementara), agitasi dan
Sindrom Zollinger Ellison. halusinasi pada sakit
seluruhnya, 1 jam
yang berat, gangguan
sebelum operasi. Refluks penglihatan dilaporkan
pada pemberian injeksi
gastroesofagal, tukak
dosis tinggi.
duodenum dan tukak
lambung, 40 mg sekali
sehari hingga pemberian
oral dimungkinkan.
NTG Gliseril Infus intravena, 10-200 50 profilaksis dan pengobatan hipotensi berat, mual dan sesuai
angina; gagal jantung kiri. muntah, diaforesis, kuatir,
trinitrate mcg/menit. mcg/
gelisah, kedutan otot,
menit palpitasi, nyeri perut,
sinkop; pemberian jangka
panjang disertai dengan
methemoglobinemia.
G. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Tanggal Keterangan
25/2/2021 A ADHF, HT emergensi, AKI dd acute on CKD, ascites, hipoalbumin
Berdasarkan lembar konsultasi P NTG drip 50 mcg/menit, lasix extra 4 ampul lanjut drip 20 mg/jam,
konfirmasi dari dr. SPJP ramipril 1x2.5 mg, total cairan 1200 cc/24 jam
Berdasarkan konfirmasi dr. SpPD A ADHF, HT emergensi, ascites, AKI dd acute on CKD, hipoalbumin
P Venflon, KDGH 3xsehari untuk cordos humalog, lasix
bolus 40 mg -> drip 10 mg/jam, USG abdomen di ruangan
Berdasarkan konfirmasi dari dokter spesialis A ADHF, HT emergensi, ascites, AKI dd acute on CKD
paru
28/2/2021 S Pasien diare > 4x hari ini, mulas (+), sesak berkurang, edema
dr. SPPD O TD 156/53, CRT < 2 detik
A GEA, edema anasarka, DM, CKD, hipoalbuminemia
P Terapi DPJP lanjut, new diatab 2 tab setiap kali BAB cair/diare
1/3/2021 S Sesak berkurang, edema
dr. SPPD & dr. Nauli O TD 141/89, urin = 8000cc/24 jam, intake = 400
A Edema anasarka, DM, CKD, hipoalbuminemia
P Terapi lanjut, humalog 3x4unit
9/3/2021 S Bengkak menurun, sedikit pelo saat berbicara, tidak nafsu makan,
lemas, badan tidak enak, rasa tidak enak pada perut
SPPD & dr. Nauli O TD 130/71, HR 83, urine =2000, FT4=1.81
A Edema, penurunan curah jantung, gangguan keseimbangan cairan
P VIP albumin 3x1, Humalog 3x6 unit, omeprazole 2x40 mg iv,
sucralfate syrup 3x10cc, heparin 2x7500 IU, CPG 1x75 mg, lasix 2x2
ampul, lasix tab 2-1-0, candesartan 2x16 mg, samsca 1x7.5 mg (p),
KSR stop, Adalat oros 1x30 mg (m), Vblock 2x3.125 mg, SF 2x1 tab,
HCT 1x50 mg -> naik menjadi 1x100 mg (p), Aldactone 1x25 (m),
PTU stop, ceftriaxone 1x1 g IU
Tanggal Keterangan
10/3/2021 S Bengkak, demam,
Dari dokter SPPD & dr. Nauli O TD 168/85, HR=96
A edema
P Terapi lanjut, lasix injeksi 2x1 ampul
12/3/2021 S Lemas, bila berbaring pusing, tangan kanan dan badan sisi kanan
bengkak.
Dari dokter SPPD & dr. Nauli O TD 120/75, HR 80
A edema
P Ekstra putih telu 4 butir/hari, candesartan 2x16 mg, Vblock 2x3.125
mg, samsca 1x7.5 mg (p), HCT 1x100 mg (p), Adalat oros 1x30 mg
(p), SF 2x1 tab, lasix tab 2-1-0, Aldactone 1x25 mg (m), CPG 1x75
mg, lasix extra 4 ampul setiap hari, heparin 2x7500 IU, fisioterapi
aktif -> miring kanan dan miring kiri, cek Ur, Cr, elektrolit
O TD 134/80
A ADHF, efusi pleura, AKI dd acute on CKD, hipertensi emergensi,
DM, hipoalbuminemia
P Candesartan 2x16 mg, Vblock 2x3.125 mg, Adalat oros 1x30 mg,
HCT 1x100 mg, lasix tab 2-1-0, sucralfate 3x15 cc, Aldactone 1x25
mg, SF 2x1 tab
H. ANALISIS DRP MENURUT CIPOLLE
4 Interaksi obat Penggunaan nifedipine dan tolvaptan secara bersamaan Monitoring efek samping yang terjadi
dapat menyebabkan efek samping seperti kesulitan
menelan, sukar dalam berbicara, kesulitan dalam
mengontrol pergerakan tubuh
No DRP Masalah Rekomendasi
5 Terapi tanpa Penggunaan ceftriaxon dengan indikasi yang tidak jelas Ceftriaxone dapat distop, dan pemberian
Pemberian samsca dari tanggal 27 Februari dengan
indikasi samsca dapat dimulai pada tanggal 12
indikasi yang tidak jelas karena hasil lab pasien baru
menunjukkan hyponatremia tanggal 12 Maret setelah hasil lab menunjukkan pasien
mengalami hiponatremia
6 Membutuhkan Penggunaan SF kurang mampu untuk menaikkan Hb Penggunaan dialifer untuk terapi
terapi tambahan selain SF
tambahan
7 Indikasi tanpa Tidak diberikannya terapi untuk gula darah pasien yang Pemberian Humalog sejak awal
tinggi dari awal pengobatan padahal hasil lab sejak tanggal
terapi pengobatan dan pemberian KSR dimulai
24 menunjukkan hasil diatas normal.
Ada indikasi hipokalemia pada tanggal 3 Maret namun dari tanggal 3 Maret
terapi baru diberikan di tanggal 5 Maret
8 Dosis lebih Pemberian dosis omeprazole yang berlebih yaitu 2x40 mg Dosis diturunkan menjadi 40 mg sekali
yang berdasarkan literatur seharusnya hanya 40 mg sehari
sehari
PEMBAHASAN
Pasien Ibu N-Amr umur 46 tahun dengan berat badan 63 kg dan tinggi 160 cm datang ke
IGD tgl 25 Februari dengan riwayat penyakit DM yang tidak terkontrol datang dengan keluhan
seluruh badan semakin bengkak sejak 2 minggu, perut semakin bengkak, sesak nafas kurang lebih
1 minggu. Pemeriksaan fisik pertama dilakukan di IGD dimana diperoleh keadaan umum nya
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (bereaksi segera dengan orientasi sempurna),
Glasgow coma scale (GCS) diperoleh hasil E4M6V5 yang berarti pada saat membuka mata pasien
terdapat respon spontan disertai respon motorik yang sesuai demgan perintah dan respon verbal
berorientasikan baik, suhu 36,50C, TD 187/132 dan mendapat terapi yaitu NTG i.v 50 mcg, lasix
10 mg iv dan ramipril 2.5 mg (po).
Pengobatan pertama yang diberikan adalah NTG 50 mcg/menit, pemberian NTG ini
bertujuan untuk membentuk nitrat oksida (NO), yang merangsang guanylate cyclase dalam sel otot
polos vaskular yang menghasilkan relaksasi otot polos. NTG mengurangi permintaan oksigen
jantung dengan mengurangi preload dan dapat mengurangi afterload, melebarkan pembuluh darah
jantung dan meningkatkan aliran kolateral ke daerah iskemik. Dosis NTG yang diberikan sudah
sesuai dengan PIONAS yaitu 100-200 mcg/menit. Selanjutnya diberikan lasix (furosemide) 10
mg/jam yang ditujukan sebagai diuretic pada pasien N-Amr sehingga dapat menurunkan kondisi
edema atau pembengkakan yang terjadi. Dosis pemberian lasix juga sudah sesuai dengan PIONAS
yaitu 10-20 mg/jam. Selanjutnya diberikan ramipril 2.5 mg po yang mempunyai mekanisme kerja
yaitu menghambat hormon yang merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II
merupakan zat yang membuat pembuluh darah menyempit. Dengan tidak terbentuknya angiotensin
II, otot pembuluh darah lemas dan pembuluh darah akan lebih lebar, sehingga darah dapat mengalir
lebih lancar dan tekanan darah turun. Ramipril yang diberikan dosisnya sudah sesuai dengan
PIONAS.
Pada tanggal 24 didapat hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan beberapa hasil yang
abnormal seperti Hb yang dibawah normal yaitu 10,8, Hematokrit dibawah normal yaitu 32,
limfosit, dan batang dibawah normal dengan hasil yaitu 18 dan 0, monosit diatas normal yaitu 9.
Hasil GDS juga menunjukkan angka melebihi normal yaitu 202. Kadar ureum dan kreatinin juga
menunjukkan angka diatas normal yaitu 55 dan 2,2. Kadar albumin juga sangat rendah yaitu 2.9.
Setelah hasil lab keluar, terjadi DRP yaitu indikasi tanpa terapi yaitu tidak langsung diberikannya
terapi Humalog setelah hasil lab keluar dan baru diberikan di tanggal 26 sebanyak 4 UI dan baru
diberikan lagi ditanggal 1 Maret 2021.
Pemberian ramipril distop pada tanggal 26 dan diganti dengan pemberian candesartan 2x16
mg. Penggantian ini dapat mengendalikan tekanan darah pasien dengan lebih karena tekanan darah
menunjukkan hasil yang makin stabil setelah diganti dengan candesartan. Candesartan bekerja
sebagai agen antihipertensi dengan mengikat reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) di berbagai
jaringan, sehingga angiotensin II tidak dapat mengikat AT1. Hal ini dapat mengurangi
vasokonstriksi dan reabsorbsi air/garam akibat aktivitas angiotensin II, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Pemberian candesartan sudah sesuai dengan literatur yaitu maksimal 32 mg per hari.
Pemberian VIP albumin dengan dosis 3x1 digunakan untuk terapi hipoalbumin yang dialami
pasien. Pemberian lasix drip 10 mg/jam juga diharapkan dapat mengurangi edema yang terjadi pada
pasien. Furosemide bekerja pada bagian segmen tebal pars asendens lengkung henle dengan
menghambat kotransporter Na+/K+/Cl- (disebut NKCC2) pada membran luminal tubulus. Kerja
NKCC2 mereabsorpsi ketiga elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Paska reabsorpsi via NKCC2,
kadar ion K+ berlebihan di dalam sel sehingga ion kalium berdifusi kembali ke lumen tubular. Hal
ini memicu reabsorpsi kation (Mg2+, Ca2+) ke dalam cairan interstisial via jalur paraselular.
Akibatnya pemberian furosemide akan menghambat reabsorpsi natrium, kalium, dan klorida.
Selain meningkatkan ekskresi NaCl, obat ini juga meningkatkan ekskresi magnesium dan
kalsium. Penurunan reabsorpsi tersebut akan meningkatkan konsentrasi zat terlarut yang
dihantarkan ke bagian distal nefron serta penurunan osmolaritas interstisium medula ginjal.
Penurunan osmolaritas medulla ginjal mengakibatkan reabsorpsi cairan pada duktus koligentes
menurun serta memicu penurunan absorpsi air dari pars desenden ansa henle. Pada akhirnya tak
hanya ekskresi ion-ion tersebut yang meningkat tetapi eksresi air dalam urin juga meningkat
sehingga penumpukan cairan akan menurun. Pemberian lasix juga sempat ditingkatkan menjadi 20
mg yang kemudian diturunkan menjadi 15 mg hinggal 10 mg dikarenakan kondisi edema pada
pasien yang cukup berat.
Pemberian Vblock (karvedilol) dengan dosis 2x3.125 mg yang dimulai pada tanggal 2 Maret
bekerja menghambat adrenoseptor beta (beta bloker) menghambat adrenoreseptor beta di jantung,
pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati dan memiliki tambahan mekanisme kerja
vasodilatasi arteriol dengan mekanisme yang berbeda, sehingga dapat menurunkan resistensi
perifer. Pasien juga mengeluhkan diare lebih dari 4x dan mengeluh mulas sehingga diberikan diatab
(attapulgite) bekerja dengan cara memperlambat gerakan usus besar, membantu agar tinja lebih
padat, dan mengurangi kram perut pada orang yang sedang mengalami diare.
Terdapat DRP pada pengobatan pasien N. Amr yaitu terapi tanpa indikasi pada pemberian
samsca (tolvaptan) mulai tanggal 27 Februari tidak tepat karena kadar natrium dalam darah pasien
masih dalam range normal dan tidak diperlukan terapi untuk hiponatremia. Kadar natrium baru
menunjukkan angka dibawah normal pada tanggal 12 Maret.
Pemberian SF kepada pasien N-Amr dimulai pada tanggal 4 Maret ditujukan untuk
meningkatan Hb pasien. Pemberian SF dengan dosis 2x1 tablet ini sudah sesuai dengan dosis pada
literatur 300-325 mg sekali sehari , namun tidak menunjukkan hasil yang efektif bagi pasien karena
hasil lab menunjukkan pasien masih rendah Hb nya. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk
menggunakan dialifer sebagai terapi tambahan selain SF.
Pasien diberikan HCT mulai tanggal 5 Maret sebagai terapi tambahan untuk mengatasi
edema pasien. HCT yang diberikan 1x50 mg sampai dengan tanggal 9 Maret dan dosis dinaikkan
menjadi 1x100 mg mulai dari tanggal 10 Maret karena pasien masih mengalami edema.
Hydrochlorothiazide menginhibisi transport Na+/Cl- pada tubulus kontortus distal ginjal. Hal ini
menyebabkan lebih banyak natrium dan cairan diekskresikan oleh ginjal. Selain itu,
hydrochlorothiazide juga menyebabkan peningkatan ekskresi kalium dan bikarbonat.
Pasien juga mendapat terapi adalat oros dengan dosis 1x30 mg yang diindikasikan sebagai
tambahan terapi hipertensi. Adalat oros merupakan obat dengan bentuk sediaan tablet lepas lambat
yang menggunakan formulasi sistem terapeutik gastrointestinal. Obat ini mengandung nifedipine,
yang bekerja dengan cara merelaksasi otot-otot jantung dan pembuluh darah. Obat ini mencegah
ion kalcium memasuki sel di jantung dan pembuluh darah. Penghambatan ini menyebabkan
vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah perifer dan koroner. Dengan demikian, maka akan
meningkatkan suplai oksigen dan darah pada otot jantung, merelaksasi pembuluh darah sehingga
darah dapat mengalir lebih mudah sekaligus menurunkan beban kerja jantung, dan menurunkan
tekanan darah.
Pada tanggal 3 Maret didapat hasil lab pasien yang menunjukkan FT4 pasien lebih tinggi
dari hasil normal (0.70-1.81) dengan hasil yaitu 1,81. Pasien ADHF menurut literatur memang
biasanya kondisi klinis nya mengalami hipertiroid sehingga diberikan PTU 1x100 mg. Mekanisme
kerja golongan obat ini adalah menghambat oksidasi dan organifikasi iodine melalui inhibisi enzim
tiroid peroksidase dan menghambat proses coupling iodotirosin menjadi T4 dan T3. Khusus
propylthiouracil mempunyai keuntungan lainnya yakni mampu mengurangi konversi T4 menjadi
T3 di jaringan perifer. Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis literatur yaitu 200-400
mg/hari, dosis ini dipertahankan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid, lalu dosis diturunkan
secara berangsur-angsur sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-150 mg/hari.
Pada tanggal 9 Maret pasien diberikan terapi sucralfate 3x10 cc dan Aldactone 1x25 mg
karena pasien mengeluhkan perut yang tidak enak dan tidak nafsu makan serta penambahan
Aldactone yang diindikasikan sebagai terapi tambahan kondisi edema pada pasien yang masih
terjadi walaupun sudah berkurang. Sukralfat bekerja dengan cara membentuk kompleks polimer
yang dapat melapisi jaringan tukak dengan cara mengikat eksudat protein pada lokasi ulkus.
Kompleks polimer yang terbentuk berfungsi sebagai sawar/barrier yang mencegah keluarnya asam,
pepsin dan asam empedu/bile salts, sehingga dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan
lebih lanjut. Spironolactone termasuk ke dalam jenis obat diuretik hemat kalium. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat penyerapan garam (natrium) berlebih ke dalam tubuh dan menjaga kadar
kalium dalam darah agar tidak terlalu rendah, sehingga tekanan darah dapat diturunkan dan edema
pasien dapat menurun. Dosis sucralfate dan spironolactone yang diberikan sudah sesuai dengan
dosis pada literatur.
Pasien juga mendapatkan terapi CPG 1x75 mg menghambat secara selektif terjadinya ikatan
antara Adenosine Difosfat (ADP) dengan platelet reseptor P2Y12, kemudian mengaktivasi
glikoprotein GPIIb / IIIa kompleks sehingga mengurangi agregasi trombosit. Clopidogrel adalah
obat yang digunakan untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke pada orang-orang yang
berisiko tinggi, termasuk pasien yang memiliki riwayat infark miokard dan gejala lain dari sindrom
koroner akut, stroke, dan orang-orang yang menderita penyakit arteri perifer. Dosis yang diberikan
sudah sesuai.
Pasien mendapat terapi Humalog yang diindikasikan untuk mengatasi kadar GDS dalam
darah pasien yang melebih 180. Dosis Humalog yang diberikan yaitu 3x4 unit. Pasien juga
mendapat terapi heparin dengan dosis awal yaitu 2x5000 yang kemudian ditingkatkan menjadi
2x7500. Sebagai antikoagulan alami yang diproduksi sel basofil dan sel mast, heparin bekerja
dengan meningkatkan efek serine protease inhibitor (serpin) antitrombin (AT) yang merupakan
kofaktor utama heparin dalam menginhibisi trombin dan protease koagulasi lain, terutama faktor
Xa dan IIa. Heparin berikatan dengan inhibitor enzim AT melalui sekuens pentasakarida sulfat yang
berafinitas tinggi dan terdapat dalam polimer heparin. Selain itu, heparin harus berikatan dengan
enzim koagulasi dan antitrombin untuk menghambat trombin. Kompleks antara trombin,
antitrombin, dan heparin akan menyebabkan inaktivasi enzim prokoagulan sehingga menghambat
pembentukan trombin. Saat protease terinaktivasi, heparin yang berikatan dengan antitrombin akan
dilepaskan sehingga dapat berikatan lagi dengan serpin bebas lainnya. Heparin tidak memiliki efek
fibrinolitik sehingga tidak dapat menghancurkan klot yang sudah terbentuk.
Pasien mendapat terapi OMZ inject dengan dosis 2x40 mg. Dosis yang diberikan berlebih
dibanding dengan dosis yang tertera pada literatur yaitu 40 mg sekali sehari. Omeprazole
merupakan golongan protomp pump inhibitor. Mekanisme kerja obat ini adalah dengan mengontrol
sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentransfer ion H+ keluar dari sel
pariental lambung.
Pasien mendapat terapi PCT infus dikarenakan pasien sempat mengeluh demam pada
tanggal 10 Maret. Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin dengan
mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem
syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida
tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat
paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam.
Setelah dilakukan pemantauan terapi obat pada pasien N-Amr ditemukan beberapa DRP
lainnya yaitu terjadinya interaksi obat pada penggunaan potassium chloride (KSR) dan candesartan
secara bersamaan dapat meningkatkan kadar potassium dalam darah. Selain itu terdapat interaksi
obat lainnya yaitu pada penggunaan candesartan bersamaan dengan tolvaptan dapat meningkatkan
kadar potassium dalam darah yang dapat berkembang ke kondisi hyperkalemia sehingga harus
selalu memonitor kadar kalium dalam darah.
Selain itu, terjadi interaksi obat lainnya pada penggunaan furosemid dengan sucralfat yang
dapat menurunkan efek furosemide sehingga pemberian kedua obat tersebut direkomendasikan
harus diberikan jarak setidaknya 2 jam.
Interaksi obat juga terdapat pada penggunaan nifedipine dan tolvaptan secara bersamaan
dapat menyebabkan efek samping seperti kesulitan menelan, sukar dalam berbicara, kesulitan dalam
mengontrol pergerakan tubuh. Pasien telah mengalami beberapa tanda atau gejala yang
kemungkinan merupakan efek samping dari interaksi kedua obat tersebut yaitu pasien mengeluhkan
kesulitan dalam berbicara (pelo) dan juga sulit dalam menggerakkan tubuh sehingga harus selalu
dilakukan monitoring efek samping pada pasien N-Amr.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan yang diterima pasien An. N-Amr selama dirawat sesuai dengan keluhan,
guideline terapi dan diagnosa. Pemberian terapi pengobatan yang diberikan kepada
pasien An. N-Amr berdasarkan Cipolle masih terdapat permasalahan seperti dosis
kurang, indikasi tanpa terapi, dosis berlebih dan terapi tanpa indikasi.
B. Saran
Peneliti selanjutnya dapat menganalisa lebih jauh terkait kasus ini dan menghasilkan
rekomendasi atau saran yang lebih baik terkait masalah yang ada pada pasien.