Anda di halaman 1dari 16

1.

Micardis 80 (Telmisartan 80 mg)


 Indikasi: Pengobatan hipertensi esensial.
 Kontra indikasi: Hamil, laktasi, gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat,
sirosis hati, obstruksi saluran empedu, intoleransi fruktosa herediter.
 Dosis: Oral: Dosis awal: 40 mg sekali sehari, pemeliharaan Dosis umum: 20-80
mg / hari.
 Cara penggunaan: bersama atau tanpa makanan.
 Perhatian: Kardiopati iskemik atau penyakit jantung iskemik, anak < 18 tahun,
hipertensi renovaskular, gangguan fungsi ginjal, transplantasi ginjal, deplesi vol
intravaskular, gagal jantung kongestif, aldosteronisme primer, stenosis karup
aorta dan mitral, kardiopati hipertrofi obstruktif, hiperkalimia, gangguan fungsi
hati, tukak lambung atau tukak duodenum atau kelainan patologis lain pada GI.
Meningkatkan efek hipotensi dengan antihipertensi lain.
 Efek samping: Gangguan Gi, artralgia, berkeringat banyak, gangguan
penglihatan, vertigo, infeksi saluran napas atas, cemas, eksema, kram atau
nyeritungkai, tenditinitis, gejala influenza, batuk, nyeri dada dan punggung,
milgia.
 Cara penyimpanan: Simpan di suhu ruangan, jauhkan dari suhu tinggi dan
tempat lembab
 Bila lupa minum obat: Minum obat itu jika memungkinkan. Tapi jika sudah
mendekati waktu untuk dosis selanjutnya, lewatkan saja dosis yang terlupakan
itu
 Interaksi Obat : Digoksin, amlodipine, litium, anatagonis reseptor angiotensin
II, warfarin, hidroklorotiazid, glibenklamid, ibuprofen, parasetamol, simvastatin.
Aspirin mengurangi efek telmisartan secara farmakodinamik. Signifikan – Perlu
pemantauan ketat. NSAID mengurangi sintesis prostaglandin vasodilatasi ginjal,
dan dengan demikian mempengaruhi homeostasis cairan dan dapat mengurangi
efek antihipertensi. Perlu jedah waktu minum obat.
2. Beta One (Bisoprolol Fumarat)
 Indikasi: Penatalaksanaan Hipertensi
 Kontra indikasi: Gagal jantung, sinus bradikardia, syok kardiogenik, blok
jantung derajat 2 dan 3.
 Dosis:
Oral : Dosis awal 2,5 mg/hari, batas maksimum 10 mg/hari.
1
 Cara penggunaan: Diberikan sebelum atau sesudah makan.
 Perhatian:
Hamil, laktasi, anak, hipoglikemia spontan, diabetes yang mendapat insulin atau
agen hipoglikemik oral, kerusakan renal atau hepatik, penyakit arteri koronaria.
 Efek samping:
Jarang, karam perut, diare, pusing, sakit kepala, nausea, disfungsi ereksi,
bradikardi, hipotensi, baal, parestesi, ekstremitas dingin, radang tenggorokan,
sesak nafas atau mengi

 Cara penyimpanan: suhu ruangan.


 Interaksi : Antagonis Ca seperti verapamil dan diltiasem, rifampisin, β-bloker,
guanetidin, klonidin
Bisoprolol + Telmisartan : Meningkatkan kalium serum,perlu pemantauan
yang ketat.
Aspirin+Bisoprolol : Aspirin mengurangi efek bisoprolol.

3. Simvastatin 10 mg
 Indikasi: Menurunkan kolesterol LDL dan kolesterol total pada
hiperkolesterolemia primer dan sekunder bila pengaturan pola makan (diet) dan
tindakan non-farmakologikal lainnya tidak mencukupi.
 Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen obat. Penyakit hati aktif
atau peningkatan transaminase serum menetap yang tidak dapat dijelaskan.
 Dosis:
Diawali dengan 10 mg sekali sehari pada sore hari.
Hiperkolesterolemia ringan sampai sedang : 5 mg sekali sehari. Maksimal : 40
mg/hari. Pasien yang hanya membutuhkan pengurangan moderat LDL-
kolesterol: Bisa dimulai pada 10 mg sekali sehari
 Cara penggunaan: Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak.
 Perhatian:
Monitor profil lemak tiap 3 bulan pada penggunaan jangka panjang.
Hiperkolesterolemia familial homozygosa, hipertrigliseridemia, penyakit hati,
banyak mengkonsumsi alkohol..
 Efek samping: Nyeri perut, susah buang air besar, peregangan perut, astenia
(lemah/tidak bertenaga), sakit kepala, miopati, rabdomiolisis.

2
 Cara penyimpanan: disimpan pada suhu 25oC
 Interaksi Obat :
meningkatkan efek antikoagulan Koumarin. Resiko miopati dan rabdomiolisis
meningkat dengan obat-obat imunosupresif.
Simvastatin+amlodipin : amlodipine meningkatkan kadar simvastatin. Termasuk
kategori yang serius – Gunakan Alternatif. Manfaat terapi kombinasi harus hati-
hati ditimbang terhadap potensi risiko kombinasi. Potensi peningkatan risiko
miopati / rhabdomyolysis. Batasi dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg / hari
bila digunakan secara bersamaan. Saran : Jangan diminum bersamaan.
 Bila lupa minum obat: Minum obat itu jika memungkinkan. Tapi jika sudah
mendekati waktu untuk dosis selanjutnya, lewatkan saja dosis yang terlupakan
itu. Untuk obat yang sekali sehari, minum pada hari berikutnya.

4. Aspilet 80
 Indikasi: Pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan infar miokardium.
 Kontra indikasi: Gangguan pendaraha, asma,ulkus peptikum.
 Dosis: 1 tablet/hari
 Cara penggunaan: Diberikan sesudah makan.
 Perhatian: Dispepsia, disfungsi ginjal dan hati, forfiria, hamil, laktasi dan
anak.
 Efek samping: Kadang-kadang dapat terjadi: iritasi lambung, mual, muntah.
Pemakaian jangka panjang dapat terjadi: perdarahan lambung, tukak lambung.
 Interaksi Obat :
Aspirin+Bisoprolol : Aspirin mengurangi efek bisoprolol.

 Cara penyimpan: Simpan di tempat sejuk dan kering (15 - 25 derajat C).
5. Lansoprazole
 Indikasi : Pengobatan jangka pendek pd ulkus duodenum,ulkus gaster jinak &
refluks esofagitis
 Dosis :
Ulkus duodenum : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu.

Benign ulkus gastrik : 30 mg sekali sehari selama 8 minggu.

Refluk esofagitis : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu.

3
Untuk mencapai efek penghambatan yang optimal, lansoprazole diberikan sekali
sehari pada pagi hari sebelum makan. Kapsul harus ditelan sekaligus, jangan
digerus atau dikunyah.
Untuk dosis > 120 mg perhari harus dibagi 2 kali sehari.
 Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap Lansoprazole.
 Perhatian :
Seperti umumnya terapi anti ulkus, kemungkinan keganasan harus disingkirkan
apabila dicurigai menderita ulkus gastrik, karena pemberian obat akan
meredakan gejala dan memperlambat diagnosa.

Penggunaan lansoprazole pada wanita hamil, wanita menyusui dan anak–anak


sebaiknya dihindari karena belum ada data yang cukup.
 Efek samping :

Selama penelitian klinis dilaporkan kadang-kadang terjadi efek samping seperti :

sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut kering,

sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, dan pruritus.

Terjadi kenaikan nilai-nilai fungsi hati dilaporkan pernah terjadi, hal tersebut
bersifat sementara dan akan normal kembali, hubungannya dengan terapi
lansoprazole belum diketahui.

Dilaporkan pernah terjadi arthalgia, edema perifer, depresi, dan perubahan


hematologik (trombositopenia, eosinofilia, lekopenia), walaupun jarang.

 Interaski Obat : Lansoprazole dimetabolisme di hati dan merupakan


penginduksi lemah dari sitokrom P-450. Interaksi dengan obat-obat lain yang
dimetabolisme di hati kemungkinan dapat terjadi. Terutama harus hati-hati bila
diberikan bersama dengan obat-obatan kontrasepsi oral, fenitoin, teofilin atau
warfarin. Tidak ada efek klinik yang signifikan terapi lansoprazole dengan
NSAIDs atau diazepam. Antasida dan sukralfat dapat menurunkan
bioavailabilitas lansoprazole, oleh karena itu antasida dan sukralfat diberikan 1
jam setelah pemberian lansoprazole. Lansoprazole mengganggu penyerapan
obat-obat yang absorbsinya dipengaruhi pH lambung seperti ketokonazole,
ampicillin dan zat besi.

4
 Cara Minum : Dikonsonsumsi 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan
(pada saat perut kosong)
 Cara Penyimpanan : Simpan di tempat kering, pada suhu 15–30oC

6. Sohobion (Vitamin B1, B6, B12)


 Indikasi : gejala neurotropik karena defisiensi vitamin, gangguan neurologic.
 Dosis : 1 tablet/hari atau bias ditingkatkan sampai 2 tablet,dosis maksimal kalau
perlu
 Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Oxcarbazepin, Blok AV. Riwayat
depresi sumsum tulang dan porfiria akut intermitten, gangguan fungsi ginjal.
 Perhatian : Tidak dianjurkanuntuk pasien yang mendapat terapi levodopa
 Efek samping : Sindrom neuropati (penggunaan dosis besar dalam jangka
panjang)
 Interaksi Obat : Efek obat akan menurun jika diberikan bersamaan levodopa.
 Cara Minum : Dikonsumsi bersamaan atau tidak dengan makanan.
 Cara Penyimpanan : Simpan obat ini di kemasan aslinya, tutup dengan rapat
dan diluar jangkauan anak-anak. Simpan di suhu ruangan, jauhkan dari suhu
tinggi dan tempat lembab (jangan simpan di kamar mandi).

7. Metformin 500 mg
 Indikasi : Pasien NIDDN dan kelebihan BB yang kadar gula darahbya tidak
dapat dikendalikan hanya dengan diet saja. Monoterapi atau terapi dengan
sulfonylurea. Terapi penunjang IDDM.
 Dosis :

Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.

 Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat


mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai
sampai dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat
dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari). Bila gejala diabetes
telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan.
 Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea, mula-mula diberikan 1 tablet
Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol
optimal. Dosis sulfonilurea dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan

5
tidak perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan metformin
sebagai obat tunggal.
 Apabila diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk ini :

1.Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan diberikan satu tablet
metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-
angsur (4 unit setiap 2–4 hari). Dosis Metformin dapat ditambah setiap
interval mingguan.
2. Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya
menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang
demikian harus diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah
pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk (1).

 Kontra Indikasi :

 Koma diabetik dan ketoasidosis.


 Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama
dieksresi melalui ginjal.
 Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme,
keadaan penyakit kronik atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan.
Keadaan yang berhubungan dengan laktat asidosis seperti syok, insufisiensi
pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai dengan
hipoksemia.
 Hipersensitif tehadap obat ini.
 Kehamilan dan menyusui.

 Perhatian :
 Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
 Tidak dianjurkan penggunaan pada kondisi dimana menyebabkan
dehidrasi atau pada penderita yang baru sembuh dari infeksi serius atau
taruma.
 Dianjurkan pemeriksaan berkala kadar B12 pada penggunaan jangka
panjang.
 Oleh karena adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada
penggunaan kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula dalam darah
harus dimonitor.
 Pada pengobatan kombinasi Metformin dan insulin, sebaiknya dilakukan
di rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi pada kedua obat dengan
mantap.
 Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai gangguan
fungsi ginjal.
 Tidak direkomendasikan penggunaan pada anak-anak

 Efek samping :
 Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit
gangguan gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini
umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama
6
makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya
efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.
 Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak
perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut
akan hilang pada penggunaan selanjutnya.
 Anoreksia, mual, muntah, diare.
 Berkurangnya absorbsi vitamin B12

 Interaksi Obat :
 Kemungkinan terjadi interaksi antara Metformin dan antikoagulan tertentu.
Dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosisi antikoagulan.
 Terjadi penurunan kliren ginjal Metformin pada penggunaan bersama dengan
simetidin, maka dosis harus dikurangi.

 Cara Minum : Dikonsumsi setelah makan atau setelah makan


 Cara Penyimpanan : Simpan obat ini di kemasan aslinya, tutup dengan rapat
dan diluar jangkauan anak-anak. Simpan di suhu ruangan, jauhkan dari suhu
tinggi dan tempat lembab.
 Jika Lupa Minum Obat : Minum obat itu jika memungkinkan. Tapi jika sudah
mendekati waktu untuk dosis selanjutnya, lewatkan saja dosis yang terlupakan
itu. Jangan menambah dosis sendiri, kecuali jika disarankan dokter.

8. Gensia 5 (Amlodipin 5 mg)


 Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil
kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine
dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat
antihipertensi dan antiangina lain.
 Dosis : Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi
dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis
maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan
waktu 7-14 hari.
Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan
pada
awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi
dengan antihipertensi lain, dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.

7
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina
vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut
dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan
tiazida, ACE inhibitor, β-bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
 Kontra Indikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang
hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.
 Perhatian : Pasien dengan gangguan fungsi hati : Waktu paruh amlodipine
menjadi lebih panjang, sehingga perlu pengawasan.
 Efek samping :

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek
samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang
sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema, sakit kepala.
Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine
pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila
keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum
diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena
keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya
amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.
Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.

 Cara Minum : Diberikan sebelum atau sesudah makan.


 Cara Penyimpanan : Simpan di suhu ruangan, jauhkan dari suhu tinggi dan
tempat lembab

9. Fitbon (Glukosamin HCl)


 Indikasi : Suplement makanan untuk memelihara kesehatan dan fungsi
persendian.
 Dosis : 1 kaplet 2-3 kali sehari.
 Kontra Indikasi : -
 Perhatian : Diabetes, ulkus peptikum,ketergantungan alcohol, hamil dan
laktasi..
 Efek samping : muntah, rasa terbakar di dada, diare, konstipasi.

8
 Interaksi Obat :-
 Cara Minum : Dikonsumsi bersamaan dengan makanan.
 Cara Penyimpanan : Simpan di suhu ruangan, jauhkan dari suhu tinggi dan
tempat lembab
10. Rhemacox
 Indikasi : Meloxicam adaiah obat anti-inflamasi non-steroid yang diindikasikan
untuk:terapi simptomatis jangka pendek eksaserbasi osteoartritis akut.
terapi simptomatis jangka panjang artritis reumatoid (poliartritis kronik).
 Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terfiadap Meloxicam atau zat
tambahan lainnya yang terdapat pada MELOXIN®. Meloxicam jangan
diberikan pada penderita yang menunjukkan gejala-gejala asma,polip di hidung,
angioedema atau urtikaria bila diberikan Acetylsalicylic acid atau obat-obat
NSAID lainnya. Ulkus lambung yang aktlf.

 Dosis Terapi
 Rhematoid Artritis : 15 mg/hari, dapat diturunkan 7,5 mg/hari.
 Pasien dengan gagal ginjal berat dengan dialysis dosis maks 7,5 mg/hari.
 Cara Penggunaan
Tablet harus diminum dengan air atau cairan lain bersama dengan makanan.
 Efek Samping : Efek samping yang pemah dilaporkan dengan pemberian
Meloxicam dapat dilihat di bawah ini.Frekuensi yang
tertera di bawah ini sesuai yang terjadi pada percobaan klinis tanpa melihat
hubungan penyebabnya. Keterangan di bawah ini berdasarkan uji kiinis yang
melibatkan 3750 pasien yang diterapi Meloxicam dengan dosis oral tablet
perhari 7,5 mg atau 15mgselama 18 bulan (lama terapi rata-rata adaiah 127hari).
 Peringatan dan Perhatian
Dosis Meloxicam tidak boleh melebihi 7,5 mg untuk penderita dengan gagal

ginjal stadium terakhir yang dirawat dengan hemodialisis.Tidak diperlukan

penurunan dosis pada penderita dengan gangguan ginjal ringan atau sedang

(yaitu pada penderita dengan pembersihan kreatinin lebih besar dari 25

ml/menit).Seperti pada kebanyakan obat-obat NSAID,telah dilaporkan kadang-

kadang terjadi peningkatan serum transaminase,bilirubin serum, atau parameter

9
lain dari fungsi hati.Pada kebanyakan kasus, peningkatan ini hanya sedikit di

atas normal dan bersifat sementara.Bila ketidaknormalan ini berbeda nyata dan

bertahan lama,maka pembenan Meloxicam harus dihentikan dan dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

11. Methylprednisolon 16 mg

 Indikasi : Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau

cortisone merupakan pilihan pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan

mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal hiperplasia kongenital; tiroid non-

supuratif; hiperkalemia yang berhubungan dengan penyakit kanker.

 Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek

pada arthritis sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut

dan subakut, non spesifik tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis

post-trauma, dan epikondilitis.

 Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan

sistemik dermatomitosis (polymitosis).

 Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme

yang berat (Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides,

psoriaris, dan dermatitis seboroik .

 Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronkhial,

reaksi hipersensitif terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopik.

 Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster opthalmikus,

konjungtivitis alergi, keratitis, chorioretinitis, neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis.

 Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan

atau diseminasi.

10
 Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder

pada orang dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipolastik anemia

kongenital.

 Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan

lympoma pada orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.

 Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik.

 Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis.

 Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis.

 Lain-lain : meningitis tuberkulosa.

 Kontra Indikasi : Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur

sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap komponen obat.

 Dosis

 Dosis awal bervariasi antara 4–48 mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya

penyakit, serta respon penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang

memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif minimal untuk

pemeliharaan.

Pada situasi klinik yang memerlukan methylprednisolone dosis tinggi

termasuk multiple sklerosis : 160 mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan

menjadi 64 mg/hari selama 1 bulan menunjukkan hasil yang efektif.

Jika selama periode terapi yang dianggap wajar respon terapi yang diharapkan

tidak tercapai, hentikan pengobatan dan ganti dengan terapi yang sesuai.

Setelah pemberian obat dalam jangka lama, penghentian obat sebaiknya

dilakukan secara bertahap. Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day

Therapy) : adalah rejimen dosis untuk 2 hari diberikan langsung dalam 1 dosis

11
tunggal pada pagi hari (obat diberikan tiap 2 hari sekali). Tujuan dari terapi ini

meningkatkan farmakologi pasien terhadap pemberian dosis pengobatan

jangka lama untuk mengurangi efek-efek yang tidak diharapkan termasuk

supresi adrenal pituitari, keadaan :”Cushingoid”, simptom penurunan

kortikoid dan supresi pertumbuhan pada anak.

 Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada penderita usia lanjut,

khususnya dengan jangka lama harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat

resiko yang besar dari efek samping kortikosteroid pada usia lanjut, khususnya

osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

 Pada anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus didasarkan pada respon

klinis dan kebijaksanaan dari dokter klinis. Pengobatan harus dibatasi pada

dosis minimum dengan periode yang pendek, jika memungkinkan, pengobatan

harus diberikan dalam dosis tunggal secara ADT.

 Cara Penggunaan
 Untuk sediaan bentuk cairan, hendaknya dikocok dengan baik terlebih
dahulu setiap akan gunakan untuk menjamin keseragaman dosis. Gunakan
alat ukur yang akurat (sendok takar/cup takar yang disertakan pada
kemasan obat) untuk memastikan anda menerima jumlah obat yang benar.
Tanyakan kepada dokter atau apoteker anda jika anda memiliki pertanyaan
tentang bagaimana mengukur dosis anda.
 Sediaan kapsul extended-release harus diminum 1 tablet utuh, jangan
dibagi, dikunyah, atau dihancurkan. Jangan meminum kapsul yang telah
berubah warna.
 Tablet kunyah harus terlebih dahulu dikunyah dengan seksama sebelum
ditelan atau anda mungkin dapat menelannya langsung tanpa mengunyah.
 Lama Penggunaan : Dokter anda akan mulai pemberian obat fenitoin pada
dosis rendah dan secara bertahap dosis akan ditingkatkan, namun tidak akan
lebih dari sekali peningkatan dosis dalam jangka waktu 7-10 hari.

12
 Efek Samping :
Efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-

hal yang tercantum di bawah ini tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang

spesifik telah diteliti dengan menggunakan formula khusus.

 Gangguan pada cairan dan elektrolit : Retensi sodium, retensi cairan, gagal

jantung kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia

alkalosis, hipertensi.

 Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik,

keretakan tulang belakang, keretakan pathologi.

 Saluran pencernaan : ulserasi peptik dengan kemungkinan perforasi dan

perdarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan

gastrik, kembung perut. Peningkatan Alanin Transaminase (ALT, SGPT),

Aspartat Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline Phosphatase telah

diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini biasanya

kecil, tidak berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat reversibel

apabila pemberian obat dihentikan.

 Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang

rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat.

 Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang negatif sehubungan dengan

katabolisme protein. Urtikaria dan reaksi alergi lainnya, reaksi anafilaktik

dan reaksi hipersensitif. dilaporkan pernah terjadi pada pemberian oral

maupun parenteral.

 Neurologi : Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor

cerebri, dan epilepsi.

 Endokrin : Menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan „cushingoid“,

supresi pada pitutary-adrenal axis, penurunan toleransi karbohidrat,


13
timbulnya gejala diabetes mellitus laten, peningkatan kebutuhan insulin

atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes, menghambat pertumbuhan

anak, tidak adanya respon adrenokortikoid sekunder dan pituitary,

khususnya pada saat stress atau trauma, dan sakit karena operasi.

 Mata : Katarak posterior subkapsular, peningkatan tekanan intrakranial,

glaukoma dan eksophtalmus.

 Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi

oportunistik, reaksi hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan

reaksi pada test kulit.

 Peringatan dan Perhatian


 Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak

subkapsular, glaukoma, dan sekunder infeksi okular yang berhubungan

dengan jamur dan virus.

 Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan

tekanan darah, retensi garam dan air, peningkatan ekskresi kalium dan

kalsium, serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri

dan virus

 Penderita yang mendapat terapi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi

cacar. Vaksinasi lain hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang

mendapat terapi methylprednisolone dosis tinggi karena adanya

kemungkinan bahaya dari komplikasi neurologik dan berkurangnya respon

antibodi.

 Pemberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberkulin,

harus disertai observasi lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktivasi dari

14
penyakit tersebut. Selama terapi jangka panjang, pasien harus diberi

khemoprofilaksis.

 Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan

besarnya manfaat dibandingkan resikonya.

 Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek

kortikosteroid.

 Interaksi Obat

 Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek

penghambatan metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.

 Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin,

rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat

meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan

respon obat yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.

 Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme

methylprednisolone, sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi

pengukuran terhadap dosis harus dilakukan untuk menghindari toksisitas

steroid.

 Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi,

sehingga menurunkan kadar serum salisat.

 Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien

hipoprothrombin.

 Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat

menurunkan efek dari antikoagulan.

 Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular

seperti pankuronium dengan reversi parsial dari blok neuromuskular.

15
 Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek

yang diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi

dan diuretik antagonis dengan kortikosteroid dan efek hipokalemia dari

acetazolamide, loop diuretic, thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi

meningkat

 Cara Penyimpanan: Simpan obat dalam wadah yang menyertai obat tersebut

(kemasannya), dalam kondisi tertutup rapat, dan jauh dari jangkauan anak-anak.

Disimpan pada suhu kamar dan jauh dari panas tinggi dan kelembaban

16

Anda mungkin juga menyukai