Anda di halaman 1dari 74

Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai visi Indonesia Sehat
2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2005).
Untuk mencapai hal tersebut di atas, Indonesia telah melaksanakan
berbagai upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat
diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat (Depkes RI, 2009). Salah satu
upaya kesehatan tersebut adalah Program Pemberantasan Penyakit Menular. Di
dalamnya tercakup program tentang penyakit diare yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya diare dan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk yang lebih lanjut akibat penyakit diare (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, diare masih
menempati urutan ke-5 penyebab kematian di seluruh dunia, sebesar 3,7% dari
seluruh kematian dan membunuh sekitar 2.200.000 orang setiap tahunnya.
Kebanyakan yang meninggal adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Diare
merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia pada anak di bawah umur
lima tahun, dengan proporsi 17%. Pada tahun yang sama, diare di Asia Tenggara
juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima
tahun dengan proporsi 18% (WHO, 2008).
Di Indonesia, hingga saat ini angka kematian diare masih tinggi.
Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, dari 5.051 kasus
KLB diare yang terjadi, angka kematian akibat diare adalah sebanyak 127 orang
dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,51%. Jika dihubungkan dengan
kematian bayi, diare menempati peringkat ke-4 penyebab kematian bayi dengan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 2

persentase 9,1 %. Selain itu, diare juga menempati peringkat ke-2 penyebab
kematian balita dengan persentase 15,3 % (Depkes RI, 2007).
Selain angka kematian, angka kejadian diare pun masih tinggi di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Depkes RI yang menunjukkan bahwa
penyakit diare menempati peringkat pertama dari pola 10 penyakit terbanyak
pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia, dengan persentase 7,52%
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Sumatera Utara tahun 2007, diare
merupakan penyakit dengan frekuensi KLB yang cukup tinggi, bahkan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, dilaporkan terjadinya KLB diare
sebanyak 741 kasus dengan jumlah kematian 19 orang (CFR = 2,56%). Tercatat
182.922 penderita diare yang ditemukan melalui laporan rutin di sarana kesehatan
maupun laporan kader kesehatan. Dari jumlah tersebut, 96.033 kasus (52,5%)
adalah kasus balita (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2008).
Diare sebenarnya penyakit yang dapat sembuh dengan tuntas jika
dilakukan penanganan yang tepat dan cepat. Namun, jika penanganan terlambat
diberikan ataupun tidak sesuai, maka keadaan dapat memburuk akibat komplikasi
yang terjadi. Salah satu komplikasi diare yang paling sering adalah dehidrasi.
Menurut Simadibrata, dkk. (2006), kematian yang terjadi kebanyakan
berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak, termasuk balita. Hal ini
sehubungan dengan kesehatan pada usia tersebut yang rentan terhadap dehidrasi
sedang-berat.
Berdasarkan data di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang diare dan
penanganannya pada bayi dan balita di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara tahun 2011.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 3

Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang


diare dan penanganannya pada bayi dan balita di Desa Tanah Tinggi Kecamatan
Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang
diare dan penanganannya pada bayi dan balita di Desa Tanah Tinggi Kecamatan
Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare dan penanganannya
pada bayi dan balita.
b. Mengetahui sikap ibu tentang diare dan penanganannya pada bayi dan
balita.
c. Mengetahui tindakan ibu dalam diare dan penanganannya pada bayi dan
balita.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi penulis
Sebagai wadah pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama pendidikan
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutama di Departemen
Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan MAsyarakat/Ilmu Kedokteran
Pencegahan.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya mengenai diare
dan penanganannya.
3. Bagi masyarakat di Desa Tanah Tinggi
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat untuk menambah
pengetahuan tentang diare dan penanganannya.
4. Bagi Puskesmas Kecamatan Air Putih
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas setempat dalam melakukan kegiatan
promosi kesehatan, pencegahan, dan pengobatan diare.
5. PTC
Sebagai masukan bagi PTC Indrapura dalam melakukan kegiaan promosi
kesehatan, pencegahan, dan pengobatan.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 4

6. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan


Sebagai bahan masukan dan informasi guna perbaikan pelayanan kesehatan
terutama tentang diare dan penanganannya pada bayi dan balita.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku


Menurut Blum (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), setelah
faktor lingkungan, perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengeruhi
kesehatan perorangan, kelompok, dan masyarakat.

2.1.1 Pengertian Perilaku


Ditinjau dari segi biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas suatu organisme. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, kuliah, dan sebagainya. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 5

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak
dapat diamati langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Skiner, yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar. Perilaku
terjadi melalui suatu proses yakni adanya stimulus terhadap organisme kemudian
organisme tersebut akan memberikan reaksi. Oleh karena itu, teori Skiner ini
disebut juga sebagai teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons
(Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Bentuk Perilaku


Respon yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang diberikan
kepadanya adalah berbeda-beda. Hal ini tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Notoatmodjo (2003), faktor tersebut dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri
(eksternal). Faktor internal mencakup tingkat kecerdasan, emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk respons yang diberikan seseorang terhadap suatu
stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap suatu stimulus dalam
bentuk yang terselubung (covert). Respon atau reaksi ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
penerima stimulus, sehingga masih belum dapat diamati secara langsung oleh
orang lain. Oleh karena itu, perilaku ini dapat juga dikatakan sebagai perilaku
dalam bentuk pasif (Notoatmodjo, 2003). Contoh dari perilaku ini adalah
seorang ibu tahu bahwa bayi yang diare perlu diberikan cairan, seorang remaja
tahu bahwa seks bebas meningkatkan risiko tertular penyakit menular seksual,
dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 6

Perilaku terbuka respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan


nyata. Respon ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) dan
sudah dapat diamati dengan jelas oleh orang lain. Perilaku ini disebut juga
bentuk aktif (Notoatmodjo, 2003). Misalnya ibu pada contoh di atas, ketika
bayinya mengalami diare, ia memberikan cairan sesuai dengan kehilangan
cairan yang dialami oleh bayinya.

2.1.3 Domain Perilaku


Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia dalam 3 domain, yaitu
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan.
2.1.3.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
antara lain:
1. Tahu (know)
Tahu berarti mengingat materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Yang termasuk pada pengetahuan tingkat ini adalah menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Misalnya seorang
ibu yang telah mendapatkan penyuluhan dapat menyebutkan tanda-tanda
dehidrasi ringan pada balita yang diare.
2. Memahami (comprehension)
Memahami berarti mampu menjelaskan dan menginterpretasikan dengan
benar apa yang diketahui. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan,

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 7

memberikan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. Misalnya


dapat menjelaskan pentingnya terapi cairan pada balita yang diare.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari dalam situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam penghitungan hasil penelitian.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi menjadi
komponen-komponen yang masih berkaitan satu sama lain. Misalnya membuat
bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk formulasi baru
dari formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian-
penilaian terhadap sesuatu, baik dengan menggunakan kriteria sendiri, maupun
kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat menentukan derajat dehidrasi pada
anak yang mengalami diare.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara langsung ataupun
memberikan angket berisi pertanyaan mengenai materi yang ingin diukur dari
responden (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3.2 Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, hanya
dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
berupa suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi suatu tindakan.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 8

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan sebagai


suatu penghayatan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
Allport (1954), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyebutkan
bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama akan membentuk sikap yang
utuh. Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003). Misalnya, seorang
ibu telah mendapat informasi mengenai komplikasi diare dan cara mencegahnya.
Pengetahuan ini akan membuatnya berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak
sampai mengalami dehidrasi ketika terkena diare. Ketika berpikir, komponen
emosi dan keyakinan ibu tersebut turut berperan sehingga ibu tersebut berniat
memberikan terapi cairan apabila anaknya mengalami diare.

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain:


1. Menerima (receiving), yang berarti subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Misalnya sikap orang terhadap
pemberian terapi cairan sebagai penanganan diare dapat dilihat dari kesediaan
dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang diare.
2. Merespon (responding), yang dapat dilihat dari kemauan subjek untuk
menjawab pertanyaan ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan. Hal-hal tersebut merupakan indikasi dari sikap bahwa subjek
menerima ide tersebut (Notoatmodjo, 2003).
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seorang ibu yang mengajak tetangganya untuk menimbang anaknya ke
posyandu (Notoatmodjo, 2003).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 9

4. Bertanggung jawab (responsible), yang merupakan tingkatan sikap paling


tinggi. Pada tingkatan ini, subjek mampu mempertanggungjawabkan segala
sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya, ibu yang mau menjadi akseptor KB
meskipun ditentang mertuanya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo. pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
menanyakan pendapat responden. Misalnya, bagaimana pendapat Anda tentang
pelayanan di Puskesmas Medan Denai? Atau pertanyaan dapat pula berupa
menyatakan hipotesis-hipotesis, kemudian menanyakan pendapat responden.
Misalnya, anak yang mengalami diare harus diberikan cairan untuk mencegah
dehidrasi (sangat setuju, setuju, tidak setuju).
2.1.3.3 Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, kemudian memberikan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, maka selanjutnya ia
diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya. Inilah yang disebut dengan tindakan.

Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan memiliki beberapa tingkatan,


antara lain:
1. Persepsi (perception), yang tampak ketika subjek mampu mengenal dan
memilih tindakan yang akan dilakukan. Misalnya, seorang ibu yang mampu
memilih makanan yang bergizi tinggi bagi balitanya.
2. Respons terpimpin (guided response), yang dapat dilihat dari kemampuan
subjek untuk melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
contoh (Notoatmodjo, 2003).
3. Mekanisme (mechanism), apabila subjek telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau tindakan tersebut sudah menjadi kebiasaan.
Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur
tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi (adoption), merupakan tindakan yang sudah berkembang baik.
Maksudnya, tindakan tersebut sudah dimodifikasi sendiri oleh subjek tanpa

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 10

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu yang memasak


makanan bergizi untuk balitanya dengan menggunakan bahan yang murah dan
sederhana.
Tindakan dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak
langsung, dapat dilakukan dengan wawancara menanyakan kegiatan yang telah
dilakukan. Secara langsung, pengukuran dapat dilakukan dengan mengamati
tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat


Konsep yang dikemukakan Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
menyatakan bahwa ada 3 faktor utama yang mempengaruhi perilaku sehat.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Faktor ini juga
mencakup fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktik
swasta.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas, termasuk petugas kesehatan.
Undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor-faktor
penguat. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 11

perlu pengetahuan dan sikap positip serta dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
petugas kesehatan, dan juga undang-undang untuk memperkuat perilaku
masyarakat tersebut.

2.2 Diare
2.2.1 Definisi Diare
Hiswani (2003) mengemukakan bahwa diare didefenisikan sebagai
peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja. Istilah diare digunakan bagi
keadaan pengeluaran tinja dengan frekuensi yang tidak normal dengan konsistensi
yang lembek dan cair. Diare sering terjadi secara tiba-tiba dan perkembangannya
cepat sekali. Frekuensi buang air meningkat dengan cepat bahkan dapat mencapai
sampai dua puluh kali.
Pada saat diare, tinja dapat berbentuk cair atau setengah cair karena
kandungan airnya yang lebih banyak, biasanya lebih dari 200 gram/jam atau
200ml/jam. Frekuensinya bisa lebih dari 3 kali per hari (Simadibrata, dkk., 2006).
Selain konsistensinya yang encer, warna feses bisa menjadi hijau. Feses juga
dapat bercampur dengan darah, lendir, ataupun keduanya (Ngastiyah, 2005).
Menurut WHO (2009), dikatakan diare apabila pengeluaran tinja yang
encer atau cair sebanyak 3 kali atau lebih per hari, ataupun lebih sering daripada
yang biasanya. Biasanya ini merupakan gejala infeksi gastrointestinal, yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, ataupun parasit. Infeksinya tersebar
melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang
sebagai akibat hygiene yang buruk.

2.2.2 Klasifikasi Diare


Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang mempunyai onset yang tiba-tiba dan
berlangsung selama kurang dari 14 hari.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 12

b. Diare kronik (diare persisten), yaitu diare yang berlangsung selama lebih
dari 14 hari.
(Guandalini, et al., 2009)
2. Mekanisme patofisiologik
a. Diare osmotik, yaitu diare yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan
osmotik intralumen usus halus.
b. Diare sekretorik, yaitu diare yang disebabkan oleh diare yang disebabkan
oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit usus serta menurunnya
asbsorpsi.
(Simadibrata, dkk., 2006)
3. Penyebab
a. Infeksi
b. Non-infeksi
(Simadibrata, dkk., 2006)

2.2.3 Etiologi
Diare disebabkan oleh banyak banyak faktor, antara lain infeksi (bakteri,
parasit, dan virus), faktor makanan, faktor maldigesti, imunodefisiensi, dan faktor
psikologis.
1. Infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan. Faktor ini merupakan
penyebab utama infeksi pada anak.
 Bakteri: Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersenia
enterocolytica, Campilobacter jejuni, V. Parahemolicus, Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dan
lain-lain.
 Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Cytomegalovirus, Echovirus,
virus HIV, dan lain-lain.
 Parasit: protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Cryptosporodium parvum, Balantidum coli), parasit (A. Lumbricoides,

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 13

Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.stercoralis, cestodiasis, dan lain-


lain).
 Fungus: Candida albicans.
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan, seperti otitis
media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun
2. Faktor makanan:
 Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandunng logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin, seperti Clostridium pefringens,
B.cereus, S.aureus, dan sebagainya.
 Alergi : susu sapi, makanan tertentu.
3. Faktor malabsorpsi/ maldigesti: karbohidrat, monosakarida, disakarida, dan
lain-lain.
4. Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, defisiensi IgA, dan lain-lain.
5. Faktor psikologis, yaitu akibat rasa takut dan cemas. Hal ini jarang terjadi,
tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
(Simadibrata, dkk., 2006; Ngastiyah, 2005)

2.2.4 Epidemiologi
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal-oral antara lain
melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
a. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh pada 4-6 bulan pertama
kehidupan. Bayi yang tidak diberi ASI mempunyai risiko menderita diare lebih
besar daripada bayi yang diberi ASI secara penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar.
b. Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 14

c. Menyimpan makanan yang telah dimasak pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman
akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar. Air dapat tercemar dari sumbernya
ataupun pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi jika
tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Orang sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya padahal tinja bayi dapat
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang
dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti
Shigella dan V. cholerae
b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai
akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefesiensi/ imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimmune Deficiency
Syndrome). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
e. Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita ( 55 % )
3. Faktor lingkungan dan perilaku

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 15

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat dua faktor


lingkungan yang dominan mempengaruhi kejadian diare, yaitu sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar
kuman diare berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,
misalnya minum air tercemar, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare
(Depkes RI, 2000).

2.2.5 Patogenesis dan Patofisiologi


Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi berikut, antara lain:
1. Gangguan osmotik
Gangguan ini terjadi karena terdapat makanan atau zat yang tidak dapat
diserap sehingga tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi. Hal ini
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya,
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin, pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Secara klinis akan
ditemukan diare dengan volume yang sangat banyak. Selain itu, diare akibat
gangguan sekresi tidak berhenti meskipun telah dilakukan puasa makan dan
minum.
3. Gangguan motilitas usus
Iregularitas dan hipermotilitas usus akan menyebabkan absorpsi yang
abnormal di usus halus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya,
bila peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 16

4. Malabsorpsi asam empedu dan lemak


5. Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di enterosit
6. Gangguan permeabilitas usus
Permeabilitas usus yang abnormal dapat disebabkan oleh adanya kelainan
morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7. Inflamasi dinding usus
Proses inflamasi menyebabkan kerusakan mukosa usus halus sehingga
terjadi produksi mukus yang berlebihan, eksudasi air dan elektrolit ke dalam
lumen, dan gangguan absorpsi air dan elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus
dapat disebabkan oleh infeksi (misalnya disentri Shigella) ataupun non-infeksi
(kolitis ulseratif dan penyakit Crohn).
8. Infeksi dinding usus
Dari sudut kelainan usus, diare oleh karena infeksi dibedakan menjadi
non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa).
(Simadibrata, dkk., 2006; Ngastiyah, 2005)
Hiswani (2003) menjelaskan patogenesis diare berdasarkan
mikroorganisme yang menyebabkannya. Patogenesis diare yang disebabkan oleh
bakteri dan virus, antara lain:
1. Patogenesis diare yang disebabkan oleh virus
Menurut Hiswani (2003), penyakit diare pada anak biasanya sering
disebabkan oleh Rotavirus, yaitu sekitar 40-60% dari kasus diare pada bayi dan
anak. Patogenesis diare diawali ketika virus masuk ke dalam tubuh bersama
makanan dan minuman. Ketika virus sampai ke sel epitel dan jonjot-jonjot (villi)
usus halus, virus ini menyebabkan infeksi dan merusak sel epitel usus halus. Sel-
sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk
kuboid (sel epitel gepeng) yang belum matang sehingga fungsinya masih belum
baik. Ini menyebabkan villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi
cairan dan makanan dengan baik. Cairan makanan yang tidak terserap dan
tercerna akan meningkatkan tekanan osmotik cairan di usus. Akibatnya, terjadi
hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap
terdorong keluar usus melalui anus, mengakibatkan diare.
2. Patogenesis penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 17

Penyakit diare selain disebabkan oleh virus juga disebabkan oleh bakteri,
misalnya Vibrio cholera. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui
perantaraan makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Di dalam
lambung, bakteri dibunuh oleh pertahanan lambung, yakni asam lambung. Akan
tetapi, apabila jumlah bakteri cukup banyak, bakteri dapat lolos sampai ke dalam
usus dua belas jari (duodenum). Di dalam duodenum, bakteri berkembang biak
sehingga jumlahnya mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan
usus halus. Bakteri kemudian akan berhasil mencairkan lapisan lendir yang
menutupi permukaan sel epitel usus dengan memproduksi enzim mucinase,
sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran (dinding) sel epitel. Di dalam
membran, bakteri mengeluarkan toksin (racun) yang disebut sub unit A dan sub
unit B. Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan
bersentuhan dengan membran sel, serta merangsang produksi CAMP (Cyclic
Adenosine Monophosphate). CAMP berguna untuk merangsang sekresi cairan
usus di bagian kripta villi dan menghambat cairan usus di bagian apikal villi,
tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. Sebagai akibat rangsangan sekresi
cairan yang berlebihan tersebut, volume cairan di dalam lumen usus akan
bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus akan
meningkatkan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk
mengalirkan cairan ke usus besar.

2.2.6 Tanda dan Gejala


Secara klinis, anak yang mengakami diare akan tampak sering buang air
besar dengan konsistensi tinja yang cair atau encer. Tinja yang cair mungkin
disertai lendir, darah, atau keduanya. Warna tinja semakin lama dapat berubah
menjadi kehijauan karena bercampur dengan empedu. Tinja semakin asam akibat
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa tidak diabsorpsi oleh usus
selama diare. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
Anak terlihat cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, dan bisa juga terdapat keram abdominal. Anak

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 18

juga terlihat lemah dan pucat, serta dapat terjadi perubahan tanda-tanda vital yaitu
nadi dan pernafasan semakin cepat (Ngastiyah, 2005; Suriadi, dkk., 2001).

2.2.7 Komplikasi
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Hal
ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain: (Ngastiyah, 2005)
1. Renjatan hipovolemik
2. Hipokalemik
Gejalanya ialah meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, dan
perubahan elektrokardiogram.
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi sekunder
Komplikasi ini terjadi akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase.
5. Kejang
Kejang dapat terjadi pada terjadi pada dehidrasi hipertonik.
6. Malnutrisi energi protein
Muntah dan diare yang lama dan kronik dapat mengakibatkan terjadinya
malnutrisi pada anak.
7. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan komplikasi klinik terpenting dari diare dan
merupakan sasaran terapi (Juffrie, dkk., 2003). Dehidrasi dapat timbul jika diare
berat dan asupan oral terbatas karena muntah, terutama pada anak-anak
(Simadibrata, dkk., 2006).
Untuk seluruh anak yang mengalami diare, status dehidrasi harus
ditentukan apakah anak mengalami dehidrasi berat, dehidrasi ringan-sedang, atau
tanpa dehidrasi. Penetapan derajat dehidrasi akan menentukan terapi yang akan
diberikan.
Klasifikasi derajat dehidrasi, antara lain:
a. Dehidrasi berat

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 19

Anak yang menderita diare dikatakan mengalami dehidrasi berat apabila


terdapat dua atau lebih tanda dan gejala berikut:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan perut kembalinya sangat lambat ( > 2 detik )
 Berat badan berkurang lebih dari 10% berat badan sebelum diare
b. Dehidrasi ringan-sedang
Anak yang menderita diare dikatakan mengalami dehidrasi ringan-sedang
apabila terdapat dua atau lebih tanda dan gejala berikut:
 Gelisah, rewel/mudah marah
 Mata cekung
 Haus, minum dengan lahap
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
 Berat badan berkurang sebanyak 5-10 % berat badan sebelum diare
c. Tanpa dehidrasi
Anak yang menderita diare dikatakan tidak mengalami dehidrasi apabila
tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau
ringan-sedang (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 2004; WHO, 2005; Juffrie, 2003).

2.2.8 Terapi
Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. Anak
yang mengalami diare tidak boleh diberikan obat antidiare dan antimuntah karena
obat tersebut tidak mengobati diare dan beberapa diantaranya berbahaya. Obat-
obat berbahaya tersebut antara lain antispasmodik (codein, opium tinctur,
diphenoxylate, loperamide) atau obat untuk muntah (chlorpromazine). Di antara
obat tersebut ada yang dapat mengakibatkan lumpuhnya gerakan usus atau
mengakibatkan anak tidur terus secara tidak normal. Beberapa juga berakibat
fatal, terutama jika diberikan pada bayi. Obat antidiare lainnya, walaupun tidak
membahayakan tetapi tidak efektif untuk mengobati diare, misalnya kaolin,

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 20

attapulgite, smectite dan activated charcoal (norit). Pemakaian obat antidiare


dapat menunda penanganan dengan oralit.
Prinsip terapi yang dilakukan pada bayi atau balita yang menderita diare,
antara lain:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Pencegahan ini penting dilakukan terhadap semua anak diare tanpa
dehidrasi agar tidak sampai terjadi komplikasi berupa dehidrasi. Hal ini dilakukan
dengan Rencana Terapi A untuk penanganan diare di rumah. Prinsipnya adalah
memberikan cairan tambahan sebanyak yang diinginkan oleh anak.
Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan cara pemberian cairan
tambahan yang utama. Pada bayi yang mengalami diare, ASI diberikan lebih
sering dan lebih lama setiap kali pemberian. Pada anak yang masih mendapat ASI
eksklusif, oralit atau air matang diberikan sebagai tambahan. Jika anak tidak
mendapat ASI eksklusif, dapat diberikan oralit, larutan gula garam, cairan
makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang. Macam cairan yang dapat
digunakan akan tergantung pada :
 kebiasaan setempat dalam mengobati diare
 tersedianya cairan sari makanan yang cocok
 jangkauan pelayanan kesehatan
 tersedianya oralit
Jumlah cairan termasuk oralit yang harus diberikan pada anak saat diare
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya, antara lain:
 Untuk bayi (0-1 tahun), sebanyak 50 – 100 ml setiap kali buang air besar
 Untuk balita (1-5 tahun), sebanyak 100 – 200 ml setiap kali buang air besar
Cairan tersebut diberikan dengan jumlah sedikit-sedikit tetapi sering,
diberikan dari mangkuk atau cangkir ataupun gelas. Jika anak muntah, maka
pemberian cairan dihentikan sementara dan ditunggu sepuluh menit, kemudian
dilanjutkan lagi dengan lebih lambat. Pemberian cairan dilakukan sampai diare
berhenti.
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 21

Selain tanda dan gejala dehidrasi, penilaian terhadap tanda-tanda bahaya


umum juga penting dilakukan. Tanda bahaya umum tersebut antara lain:
 Anak tidak bisa minum atau menetek
 Anak selalu memuntahkan segalanya
 Anak mengalami kejang
Apabila anak dengan dehidrasi mempunyai tanda-tanda tersebut, maka anak harus
segera dirujuk ke rumah sakit. Selama dalam perjalanan, apabila anak masih bisa
minum, ASI atau larutan oralit tetap diberikan.
Jika tidak ada tanda bahaya umum, kepada anak yang mengalami dehidrasi
ringan-sedang diberikan cairan sesuai rencana terapi B dan tablet Zinc, sedangkan
pada anak dengan dehidrasi berat harus segera dilakukan rencana terapi C dan
diberikan tablet Zinc.
a. Rencana terapi B
Anak dengan dehidrasi ringan-sedang yang dibawa ke pelayanan
kesehatan harus diberikan oralit sesuai dengan yang dianjurkan selama tiga jam.
Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama, antara lain:
 Umur 0-4 bulan dengan berat badan < 6 kg diberikan cairan sebanyak 200-
400 ml.
 Umur 4-12 bulan dengan berat badan 6-10 kg diberikan cairan sebanyak 400-
700 ml.
 Umur 12-24 bulan dengan berat badan 10-12 kg diberikan cairan sebanyak
700-900 ml.
 Umur 2-5 tahun dengan berat badan 12-19 kg diberikan cairan sebanyak 900-
1400 ml.
Perhitungan jumlah cairan berdasarkan umur dilakukan hanya jika umur
anak tidak diketahui. Jumlah oralit yang diperlukan dapat dihitung dengan cara
berat badan (dalam kg) dikalikan 75 ml.
Jika anak menginginkan cairan oralit lebih banyak daripada pedoman yang
tersebut di atas, maka cairan diberikan sebanyak yang diinginkan oleh anak.
Kepada anak berumur kurang dari enam bulan yang tidak menyusui, diberikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Seperti juga pemberian cairan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 22

pada Rencana Terapi A, cairan diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering dari
mangkuk atau cangkir atau gelas. Jika anak muntah, pemberian cairan dihentikan
sementara dan ditunggu sepuluh menit, kemudian pemberian cairan dilanjutkan
dengan lebih lambat. Pemberian ASI tetap dilanjutkan selama anak
menginginkannya.
Setelah tiga jam, dilakukan penilaian ulang dan ditentukan kembali derajat
dehidrasi anak. Setelah itu, dipilih terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan. Jika bayi berumur kurang dari enam bulan, pemberian ASI
dilanjutkan selama bayi menginginkannya. Jika anak berumur enam bulan atau
lebih, pemberian makan dapat dimulai di klinik.
b. Rencana terapi C
Prinsip rencana terapi C adalah penanganan dehidrasi berat dengan cepat.
Untuk bayi, ASI sebaiknya tetap diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah pemberian cairan intravena secepatnya. Jika anak masih bisa minum, oralit
diberikan per oral sementara infus dipersiapkan. Kepada anak diberikan cairan
ringer laktat (jika tidak tersedia dapat diganti dengan cairan NaCl) sebanyak 100
ml/kg berat badan, dengan pedoman sebagai berikut:
 Untuk bayi (di bawah umur 12 bulan), pada 1 jam pertama diberikan
sebanyak 30 ml/kg, kemudian diberikan sebanyak 70 ml/kg selama 5 jam
berikutnya.
 Untuk balita (12 bulan sampai 5 tahun), pada 30 menit pertama diberikan
sebanyak 30 ml/kg, kemudian diberikan sebanyak 70 ml/kg selama 2 jam 30
menit berikutnya.
Setiap 1-2 jam, anak diperiksa kembali. Apabila status hidrasi belum
membaik, tetesan intravena diberikan lebih cepat. Selain itu, oralit juga tetap
diberikan (5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya setelah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak). Kemudian, pasien diperiksa lagi setelah enam jam
untuk bayi atau setelah 3 jam untuk anak, derajat dehidrasi kembali ditentukan
dan diberikan rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Apabila tidak ada yang dapat memberikan cairan intravena secepatnya
kepada anak yang mengalami dehidrasi berat, maka anak harus segera dirujuk ke

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 23

fasilitas kesehatan terdekat yang dapat ditempuh paling lama 30 menit. Jika anak
masih dapat minum, maka sepanjang perjalanan anak tetap diberikan cairan oralit.
Apabila tidak ada fasilitas kesehatan sebagai tempat rujukan yang dapat
ditempuh dalam 30 menit, maka yang dapat dilakukan adalah memasang pipa
nasogastrik untuk rehidrasi. Oralit diberikan diberikan per oral melalui pipa
nasogastrik sebanyak 20 ml/kg/jam selama enam jam (total 120 ml/kg). Anak
diperiksa kembali setiap 1-2 jam. Jika anak muntah terus menerus atau perut
makin kembung, cairan diberikan lebih lambat. Jika setelah tiga jam keadaan anak
membaik, maka anak segera dirujuk untuk mendapatkan pengobatan intravena.
Sesudah enam jam, anak diperiksa kembali dan diklasifikasikan derajat
dehidrasinya, lalu ditentukan rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan.
Apabila pemasangan pipa nasogastrik pun tidak mungkin dilakukan, maka
anak harus dirujuk segera untuk mendapatkan pengobatan intravena ataupun
pemasangan pipa nasogastrik.
3. Memberi makanan
Anak yang mengalami diare tetap diberikan makanan untuk memberikan
gizi pada anak dan agar anak tetap kuat dan pertumbuhannya tidak terganggu,
serta mencegah berkurangnya berat badan. Makanan diberikan sesuai dengan
yang dianjurkan.
Anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan
sehat, antara lain:
 Umur 0-6 bulan
ASI diberikan sesuai dengan keinginan anak, paling sedikit delapan kali
sehari, pada pagi, siang, dan malam hari. Sebaiknya anak tidak diberikan
makanan ataupun minuman lain selain ASI.
 Umur 6-9 bulan
Pemberian ASI tetap dilanjutkan. Selain itu, pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dapat dimulai. Makanan yang diberikan adalah
bubur susu, pisang, pepaya lumat halus, air jeruk dan air tomat saring. Secara
bertahap, sesuai pertambahan umur, diberikan bubur tim lumat ditambah telur/
ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 24

minyak. Makanan tersebut diberikan setiap hari dengan jumlah pemberian


sebagai berikut:
- Umur 6 bulan diberikan 2 kali sehari sebanyak 6 sendok makan peres
- Umur 7 bulan diberikan 2 – 3 kali sehari sebanyak 7 sendok makan peres
- Umur 8 bulan diberikan 3 kali sehari sebanyak 8 sendok makan peres
 Umur 9 – 12 bulan
Pemberian ASI tetap dilanjutkan. Anak juga diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang lebih padat dan kasar, seperti bubur nasi,
nasi tim, atau nasi lembik. Selain itu, ditambahkan juga telur/ ayam/ ikan/
tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak.
Makanan tersebut diberikan setiap hari sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang,
malam), dengan jumlah setiap kali memberikan sebagai berikut:
- Umur 9 bulan sebanyak 9 sendok makan peres
- Umur 10 bulan sebanyak 10 sendok makan peres
- Umur 11 bulan sebanyak 11 sendok makan peres
Selain itu, anak juga diberikan makanan selingan sebanyak 2 kali sehari di
antara waktu makan. Jenis makanan selingan yang dapat diberikan adalah
buah, biskuit, atau kue.
 Umur 12-24 bulan
ASI tetap diberikan sesuai keinginan anak. Secara bertahap, anak
diberikan makanan keluarga sesuai dengan kemampuan anak. Makanan
diberikan tiga kali sehari, sebanyak sepertiga dari porsi makanan orang dewasa.
Makanan terdiri nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Selain itu, kepada anak diberikan juga makanan bergizi sebagai selingan,
sebanyak dua kali sehari di antara waktu makan. Makanan yang diberikan
dapat berupa biskuit atau kue. Dalam pemberian makanan pada anak, variasi
makanan harus tetap diperhatikan.
 Umur 2 tahun atau lebih
Anak diberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga, sebanyak
sepertiga sampai setengah porsi makanan orang dewasa dan diberikan tiga kali
sehari. Makanan yang diberikan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 25

Selain itu, anak juga diberikan makanan yang bergizi sebagai selingan
sebanyak dan diberikan dua kali sehari di antara waktu makan.
4. Pemberian tablet Zinc
Semua anak diare harus mendapatkan tablet Zinc sesuai dosis dan waktu
yang telah ditentukan, kecuali bayi muda. Satu tablet mengandung 20 mg Zinc,
sehingga dosis untuk pemberian tablet Zinc, antara lain:
 Bayi berumur 2 – 6 bulan diberikan setengah tablet
 Bayi dan anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet
Untuk memberikan tablet Zinc pada anak, tablet dilarutkan dengan sedikit
air atau ASI dalam sendok teh. Setelah 30 detik, tablet akan larut dan segera
diberikan kepada anak. Apabila anak muntah setengah jam setelah pemberian
tablet Zinc, diulangi pemberiannya dengan cara memberikan potongan lebih kecil
yang dilarutkan dan diberikan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Pemberian
tablet Zinc dilakukan selama sepuluh hari, meskipun diare telah berhenti. Bila
anak mengalami dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tablet Zinc tetap
diberikan segera setelah anak bisa minum atau makan.
5. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi
(Depkes RI, 2000; Depkes RI, 2004; Depkes RI, 2008; WHO, 2005; Hidayat,
2005).

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 26

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan


desain cross-sectional, yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan,
sikap, dan tindakan ibu tentang diare dan penanganannya pada bayi dan balita.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian
Waktu dilakukannya penelitian mulai dari pemilihan judul hingga penyampaian
hasil adalah mulai 24 Januari 2011 hingga 5 Maret 2011.

3.3 Sasaran Penelitian


Para ibu mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu
tentang diare dan penanganannya pada bayi dan balita.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
atau balita, ataupun yang pernah mempunyai bayi atau balita di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara pada
tahun 2011.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi
atau balita, ataupun yang pernah mempunyai bayi atau balita di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara pada
bulan Februari tahun 2011.
Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling. Jumlah sampel
yang diteliti adalah 50 orang. Kriteria inklusi adalah ibu yang mempunyai bayi

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 27

atau balita, ataupun yang pernah mempunyai bayi atau balita. Kriteria ekslusi
adalah ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

3.5 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan pada bab 1, maka kerangka
konsep penelitian ini adalah :

Tingkat pengetahuan ibu


Diare dan penanganannya
Sikap ibu pada bayi dan balita

Tindakan ibu

Keterangan: Pada penelitian ini dicari gambaran pengetahuan, sikap dan


tindakan ibu tentang diare dan penanganannya di Desa Tannah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Propinsi
Sumatera Utara.

3.6 Definisi Operasional


a. Ibu
Ibu adalah wanita yang telah menikah dan mempunyai bayi dan/atau balita
b. Umur
Umur adalah usia responden (ibu) yang dihitung berdasarkan ulang tahun
terakhir.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan
oleh responden (ibu), diklasifikasikan menjadi :
1. SD
2. SLTP
3. SMA
4. Akademi/ perguruan tinggi (PT).
d. Pengetahuan ibu
Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui (hasil tahu) ibu
mengenai diare dan penanganannya.
e. Sikap ibu

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 28

Sikap ibu yaitu respon yang diberikan ibu terhadap informasi yang
didapatnya mengenai diare dan penanganannya.
f. Tindakan ibu
Tindakan ibu yaitu perbuatan yang dilakukan ibu kepada bayi atau
balitanya yang mengalami diare.

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen


Data telah dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, diperoleh melalui
wawancara langsung berdasarkan kueisioner.
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan mewawancarai responden berdasarkan
kueisoner. Kueisioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disesuaikan
dengan variabel-variabel yang telah dinilai, yaitu pengetahuan, sikap, dan
pengetahuan ibu tentang diare dan penanganannya pada bayi dan balita.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data mengenai diare yang telah
dipublikasikan baik dari sumber pustaka maupun internet serta data demografi dan
data geografis dari Kantor Kecamatan Air Putih, Puskesmas dan Kantor Kepala
Desa Tanah Tinggi.

3.8 Instrumen
Instrument yang digunakan adalah kueisioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tertutup, yang dibagi sebagai berikut:
a. 11 pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan responden tentang diare dan
penanganannya
b. 8 pertanyaan mengenai sikap responden tentang diare dan penanganannya
c. 8 pertanyaan mengenai tindakan ibu tentang diare dan penanganannya.

3.9 Teknik Penilaian

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 29

1. Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan tertutup dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 11 buah. Sistem skor dapat dilihat pada tabel 3.1.
Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 11 pertanyaan, maka jumlah
total nilai maksimal adalah 46, dengan klasifikasi menggunakan modifikasi skala
pengukuran Pratomo (1966) sebagai berikut:
 Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau total
nilai > 35
 Kategori sedang : apabila nilai yang diperoleh oleh responden 40% - 75%
atau total nilai 19 - 33
 Kategori buruk : apabila nilai yang diperoleh < 40% atau total nilai 0 – 18

Tabel 3.1 Sistem Skor untuk Kueisioner Pengetahuan


No. Skor
1. A=1 B=1 C=1 D=0
2. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
3. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
4. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
5. A=1 B=1 C=1 D=0
6. A=2 B=1 C=0
7. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
8. A=1 B=1 C=1 D=1 E=0
9. A=2 B=1 C=0
10. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
11. A=1 B=1 C=1 D=1 E=1 F=0
2. Sikap
Pengukuran sikap berupa pertanyaan tertutup dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 8 buah. Sistem skor dapat dilihat pada tabel 3.2.
Berdasarkan total nilai yang diperoleh, maka jumlah total nilai maksimal
adalah 16, dengan klasifikasi menggunakan modifikasi skala pengukuran Pratomo
(1966) sebagai berikut:
 Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau total
nilai > 12
 Kategori sedang : apabila nilai yang diperoleh oleh responden 40% - 75%
atau total nilai 7 - 11
 Kategori buruk : apabila nilai yang diperoleh oleh responden < 40% atau
total nilai < 6

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 30

Tabel 3.2 Sistem Skor untuk Kueisioner Sikap


No. Skor
1. Setuju = 0 Kurang setuju = 1 Tidak setuju = 2
2. Setuju = 0 Kurang setuju = 1 Tidak setuju = 2
3. Setuju = 2 Kurang setuju = 1 Tidak setuju =0
4. Setuju = 0 Kurang setuju = 1 Tidak setuju = 2
5. Setuju = 2 Kurang setuju = 1 Tidak setuju =0
6. Setuju = 2 Kurang setuju = 1 Tidak setuju =0
7. Setuju = 2 Kurang setuju = 1 Tidak setuju =0
8. Setuju = 2 Kurang setuju = 1 Tidak setuju =0

3. Tindakan
Pengukuran tindakan berupa pertanyaan tertutup dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 8 buah. Sistem skor dapat dilihat pada tabel 3.3.
Berdasarkan total nilai yang diperoleh, maka jumlah total nilai maksimal
adalah 8, dengan klasifikasi menggunakan modifikasi skala pengukuran Pratomo
(1966) sebagai berikut:
 Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau total
nilai > 6
 Kategori sedang : apabila nilai yang diperoleh oleh responden 40% - 75%
atau total nilai 4 - 5
 Kategori buruk : apabila nilai yang diperoleh oleh responden < 40% atau
total nilai < 3
Tabel 3.3 Sistem Skor untuk Kueisioner Tindakan
No. Skor
1. A=1 B=0
2. A=1 B=0
3. A=0 B=1
4. A=0 B=1
5. A=1 B=0
6. A=1 B=0
7. A=0 B=1
8. A=1 B=0

3.10 Pengolahan Data


Variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan berupa data kuantitatif (skor
hasil pengisian kuesioner) diubah menjadi data kualitatif (baik, sedang, dan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 31

kurang) dengan bantuan program komputer Statistical Product and Service


Solution (SPSS). Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk narasi dan
tabel distribusi frekuensi.

3.11 Langkah- Langkah Penelitian


Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam diare dan penanganannya di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara, adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Proposal Penelitian, termasuk di dalamnya penyusunan
instrumen. Hal ini dilakukan selama 14 hari, yakni 24 Januari 2011 hingga
5 Februari 2011.
2. Survey lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitian
yang dilakukan tanggal 7 dan 8 Januari 2011, antara lain:
a. Melapor ke Kepala Puskesmas Desa Tanah Tinggi dan
mengumpulkan data Sekunder.
b. Melapor ke Camat/perwakilannya di Kecamatan Air Putih dan
mengumpulkan data sekunder.
c. Melapor ke Kepala Desa Tanah Tinggi dan mengumpulkan data
sekunder.
3. Melakukan wawancara berdasarkan kuesioner kepada masyarakat
setempat pada tanggal 9-10 Januari 2011 di Desa Tanah Tinggi Kecamatan
Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara Propinsi Sumatera
Utara.
4. Memberikan penyuluhan tentang diare di Balai Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara.
5. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.

3.12 Jadwal kegiatan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 32

Kegiatan Hari ke :
Kegiatan Hari ke:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrumen
3. Persiapan Lapangan
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
6. Analisa data
7. Penyusunan laporan

BAB 4
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PROGRAM PUSKESMAS

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian


4.1.1. Data Geografis Desa
Wilayah penelitian terletak di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara dengan Batas Wilayah:
 Sebelah utara berbatas dengan Desa Tanjung Muda
 Sebelah Barat berbatas dengan Desa Kabupaten Simalungun
 Sebelah Timur berbatas dengan Desa Tanah Merah
 Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Sukaraja
Luas wilayah Desa Tanah Tinggi± 399 Ha .

4.1.2. Data Demografis Desa


Desa Tanah Tinggi memiliki 12 dusun dengan jumlah penduduk 4422 jiwa
dengan 1162 kepala keluarga.
Distribusi penduduk Desa Tanjung Harapan berdasarkan jenis kelamin:
Laki-laki : 2120 jiwa

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 33

Perempuan : 2302 jiwa


Jumlah : 4422 jiwa
Jumlah kepala keluarga: 1162 jiwa

Tabel 4.1.
Distribusi Penduduk di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batu Bara Tahun 2010
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 2120 47,94
2 Perempuan 2302 52,06
Jumlah 4422 100
Sumber: Data Profil Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara tahun
2010

4.1.3. Data Geografis Kecamatan


1. Letak dan Batas Kecamatan
Kecamatan Air Putih adalah merupakan salah satu dari 7 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Batu Bara, dengan batas kecamatan sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatas dengan Sei Suka
 Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Simalungun
 Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Sei Suka
 Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh

2. Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah


Wilayah Kecamatan Air Putih ± 8.228 Ha yang dibagi dalam 1
Kelurahan dan 12 Desa yaitu :
 Kelurahan Indrapura : 72 Ha
 Desa Limau Sundai : 500 Ha
 Desa Tanjung Kubah : 240 Ha
 Desa Tanah Tinggi : 399 Ha
 Desa Tanjung Muda : 650 Ha
 Desa Tanah Harapan : 630 Ha
 Desa Sipare-pare : 900 Ha
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 34

 Desa Pasar Lapan : 1160 Ha


 Desa Sukaraja : 383 Ha
 Desa Aras : 792 Ha
 Desa Tanah Merah : 730 Ha
 Desa Pematang Panjang : 1000 Ha
 Desa Sukaramai : 772 Ha
 Jumlah : 8228 Ha

3. Pemerintahan Desa dan Kelurahan


 Desa : 12 buah
 Kelurahan : 1 buah
 Lingkungan / Dusun : 95 buah
 Rukun Warga ( RW ) : - buah
 Rukun Tetangga ( RT ) : - buah
 Desa / Kelurahan : 13 buah

a. Desa Swadaya : 1 buah


b. Desa Swakarya : - buah
c. Desa Swasembada : 11 buah

4.1.4. Data Demografis Kecamatan


Tabel 4.2.
Desa dan Kelurahan di Kecamatan Air Putih

No Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah Dusun


1 Kelurahan Indrapura 1174 7
2 Limau Sundai 465 6
3 Tanjung Kubah 1379 8
4 Tanah Tinggi 1162 12
5 Tanjung Muda 401 7
6 Tanjung Harapan 421 5

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 35

7 Sipare-Pare 1295 6
8 Pasar Lapan 1020 6
9 Sukaraja 711 6
10 Aras 904 9
11 Tanah Merah 671 4
12 Pematang Panjang 1055 12
13 Sukaramai 463 7
J U M LA H 11.121 95

A. Pemerintahan Kecamatan
1. Jumlah Pegawai Kantor Kecamatan : 19 pegawai
a. Pegawai Golongan IV : 1 pegawai
b. Pegawai Golongan II : 5 pegawai
c. Pegawai Golongan II : 13 pegawai
d. Pegawai Golongan I : - pegawai

B. KEPENDUDUKAN
1. Jumlah Kepala Keluarga : 11.121 KK
2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
2.1. Jumlah laki-laki : 24.281 orang
2.2. Jumlah perempuan : 24.249 orang
3. Penduduk Menurut Kewarganegaraan
3.1. WNI
- laki-laki : 23.836 orang
- perempuan : 23.925 orang
3.2. WNA
- laki-laki : - orang
- perempuan : - orang
4. Penduduk Menurut Agama
4.1. Islam : 33.148 orang
4.2. Katholik : 4.163 orang

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 36

4.3. Protestan : 10.450 orang


4.4. Hindu : 96 orang
4.5. Budha : 673 orang
4.6. Penganut aliran kepercayaan : - orang

4.2. Program Puskesmas Pematang Panjang


4.2.1. Program Pokok Puskesmas
Adapun kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Pematang Panjang
adalah meliputi usaha-usaha okok atau Basic Health Service yang dilakukan ada
18 program seperti yang tercantum dalam program kesehatan nasional yaitu:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Upaa Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Lingkungan
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Usaha Kesehatan Olahraga
10. Kesehatan Kerja
11. Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Kesehatan Jiwa
13. Kesehatan Mata
14. Laboratorium Sederhana
15. Kesehatan Masyarakat
16. Perawatan Lanjut Usia
17. Pengobatan Tradisional
18. Perencanaan dan Pelaporan Data

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 37

Pada era desentralisasi, program kesehatan dibedakan menjadi program kesehatan


pengembangan. Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus
dilaksanakan oleh tiap Puskesmas, yang dikemas dalam Basic Seven, yaitu:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak
4. Perbaikan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan
7. Pencatatan dan Pelaporan

Program Pokok Puskesmas Pematang Panjang terdiri atas 7, yaitu:


 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Imunsisasi
- Tuberculosis
- Surveilance
- Malaria / DBD
- ISPA dan Diare
 Peningkatan Kesehatan
- Bidan
- Gizi
- Kesehatan Ibu dan Anak
- Keluarga Berencana
- Poli Umum
 Pemulihan Kesehatan dan Rujukan
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Rujukan
 Kesehatan Lingkungan Penyuluhan
- Kesehatan Lingkungan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 38

- Lansia
- Promosi Kesehatan
- Unit Kesehatan Sekolah
 Perawatan
 Penunjang
- Laboratorium
- Farmasi
 Pencatatan dan Pelapor

A. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Pada topik bahasan ini, masalah diare termasuk program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular.

1. Pengertian
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari
orang atau hewan sakit dari reservoir benda-benda yang mengandung bibit
penyakit lainnya ke manusia sehat.

2. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat.

3. Tujuan
1. Mencegah terjangkitnya penyakit
2. Meningkatkan kesehatan yang optimal
3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan

B. Pemberantasan Penyakit Menular atau P2M dilaksanakan karena:

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 39

 Banyaknya kejadian penyakit menular yang berhubungan dengan higienis


sanitasi yang buruk, misalnya: diare, disentri, infeksi mata dan cacing.
 terdapatnya penyakit menular melalui perantara vektor, misalnya: malaria
dan demam berdarah, masih tingginya jumlah penderita penyakit menular
yang ditularkan secara langsung, misalnya : TBC, ISPA dan lain-lain.

Kegiatan
 Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan
 Memberi penyuluhan di daerah wabah sekitar puskesmas
 Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, campak
 Langkah-langkah yang dilakukan dalam Pengamatan dan Pemberantasan
Penyakit.
 Mengumpulkan dan menganalisis data tentang penyakit
 Melaporkan penyakit menular
 Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk,
menembus kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularannya.
 Tindakan untuk memutuskan rantai penularannya
 Menyembuhkan penderita hingga sehat
 Pendidikan kesehatan

4.2.2. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Pematang Panjang


Berdasarkan data dari Puskesmas Indrapura didapati penyakit terbanyak di
Puseksemas Indrapura adalah ISPA yaitu sebanyak 409 orang. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.
Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara Propinsi Sumatera Utara Desember 2010

No Nama Jenis Penyakit Dewasa Anak Jumlah


1. Infeksi akut saluran nafas atas 211 198 409
2. Penyakit tekanan darah tinggi 126 16 126
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu
Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 40

Penyakit pada otot dan jaringan 96 - 96


3. pengikat(penyakit tulang
belulang, radang sendi, rematik)
4. Diare 40 37 77
5. Gasteritis 69 2 71
6. Infeksi penyakit usus yang lain 64 4 68
7. Penyakit Kulit Infeksi 38 5 43
8. DM 41 - 41
9. Asma 26 1 27
10. Penyakit pada Saluran Kencing 25 1 26
Jumlah 736 248 984

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Data


Dari hasil penelitian telah dilakukan di Desa Tanjung Harapan Kecamatan
Air Putih Kabupaten Batu Bara, dari 81 responden data dikumpul dan disajikan
dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden
Tabel dan Diagram 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Usia N %
1. 24-26 tahun 3 6.0
2. 27-29 tahun 16 32.0
3. 30-32 tahun 10 20.0
4. 33-35 tahun 7 14.0
5. 36-38 tahun 6 12.0

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 41

6. 39-41 tahun 2 4.0


7. 42-44 tahun 6 12.0
Total 50 100

Keterangan: Tabel dan diagram di atas menunjukkan berdasarkan kelompok


umur mayoritas responden berumur 27-29 tahun yaitu sebesar 32%
Tabel dan Diagram 5.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Pendidikan N %
1. SD 23 46.0
2. SMP 18 36.0
3. SMA 9 18.0
4. Akademi/Perguruan Tinggi 0 0
Total 50 100.0

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 42

Keterangan: Dari tabel dan diagram diketahui bahwa berdasarkan tingkat


pendidikan mayoritas responden merupakan tamatan SD yaitu
sebesar 46%.

b. Pengetahuan
Variabel pengetahuan dalam penelitian ini didasarkan pada 11 pertanyaan
dalam kuesioner mengenai pemahaman responden mengenai diare dan
penanganannya.

Tabel dan Diagram 5.3


Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Pengertian Diare di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1. Memilih salah satu pilihan jawaban 21 42.0
2. Memilih dua dari pilihan jawaban 21 42.0
3. Memilih ketiga pilihan jawaban 7 14.0
4. Tidak tahu 1 2.0
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 43

Keterangan: Tabel dan diagram di atas menunjukkan pada pertanyaan mengenai


pengertian diare, 42% responden memilih salah satu jawaban dan
memilih dua dari pilihan jawaban berak yang encer atau cair, berak
cair yang lebih dari tiga kali sehari, atau berak cair yang bisa
bercampur lendir/ darah/ keduanya.
Tabel dan Diagram 5.4
Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Penyebab Diare Di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase


(%)
1 Memilih salah satu pilihan jawaban 21 42.0
2 Memilih dua dari pilihan jawaban 13 26.0
3 Memilih tiga dari pilihan jawaban 2 4.0
4 Memilih empat dari pilihan jawaban 5 10.0
5 Memilih kelima pilihan jawaban 6 12.0
6 Tidak tahu 3 6.0
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 44

Keterangan: Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan pada


pertanyaan mengenai penyebab diare, 42% responden memilih
salah satu dari pilihan jawaban bakteri, virus, jamur, makan
makanan yang basi atau beracun, atau alergi makanan.

Tabel dan Diagram 5.5


Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Faktor-Faktor yang
Meningkatkan Resiko Diare Di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1 Memilih salah satu pilihan jawaban 14 28.0
2 Memilih dua dari pilihan jawaban 19 38.0
3 Memilih tiga dari pilihan jawaban 4 8.0
4 Memilih empat dari pilihan jawaban 6 12.0
5 Memilih kelima pilihan jawaban 6 12.0
6 Tidak tahu 1 2
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 45

Keterangan: Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan pada


pertanyaan mengenai faktor-faktor yang meningkatkan resiko
diare, 38% responden memilih 2 dari pilihan jawaban tidak
memberikan ASI eksklusif, air minum tercemar/tidak bersih, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar/sesudah membuang tinja
anak/sebelum makan/menyuapi anak, kurang gizi, dan kekebalan
tubuh yang berkurang.
Tabel dan Diagram 5.6
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tanda dan Gejala Diare Di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1 Memilih salah satu pilihan jawaban 13 26.0
2 Memilih dua dari pilihan jawaban 11 22.0
3 Memilih tiga dari pilihan jawaban 8 16.0
4 Memilih empat dari pilihan jawaban 6 12.0
5 Memilih kelima pilihan jawaban 11 22.0
6 Tidak tahu 1 2
Total 96 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 46

Keterangan: Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukan pada


pertanyaan mengenai tanda dan gejala diare, 26% responden
memilih salah satu dari pilihan jawaban tinja (kotorannya)
encer/banyak mengandung air, buang air besar lebih sering (lebih
dari tiga kali sehari), tidak selera makan, lemah/ pucat, atau
demam.

Tabel dan Diagram 5.7


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Komplikasi Diare Di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Airputih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1 Memilih salah satu dari pilihan jawaban 20 40.0
2 Memilih dua dari pilihan jawaban 19 38.0
3 Memilih ketiga dpilihan jawaban 10 20.0
4 Tidak tahu 1 2
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 47

Keterangan: Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa pada pertanyaan


mengenai komplikasi diare, 40% responden memilih salah satu
dari pilihan jawaban dehidrasi, kurang gi`zi, atau kematian.

Tabel dan Diagram 5.8


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kegunaan Oralit Di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Responden Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Untuk mencegah dehidrasi 20 40.0
2 Untuk menyembuhkan diare 25 50.0
3 Tidak tahu 5 10
Total 96 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 48

Keterangan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada mengenai kegunaan


oralit, 40% responden memilih jawaban untuk mencegah dehidrasi.

Tabel dan Diagram 5.9


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tanda-Tanda Dehidrasi di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Memilih salah satu pilihan jawaban 18 36
2. Memilih dua dari pilihan jawaban 10 20
3. Memilih tiga dari pilihan jawaban 8 16
4. Memilih empat dari pilihan jawaban 3 6
5. Memilih kelima pilihan jawaban 3 6
6. Tidak tahu 8 16
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 49

Keterangan : Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa pada pertanyaan


mengenai tanda-tanda dehidrasi, 36% responden memilih salah
satu dari pilihan jawaban kesadaran menurun, selalu merasa
haus,tidak bisa minum atau malas minum, gelisah/cengeng/ mudah
marah, atau turgor kulit lambat/ sangat lambat)

Tabel dan Diagram 5.10


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penanganan Anak Diare di Rumah
di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Memilih salah satu dari pilihan jawaban 20 40
2. Memilih dua dari pilihan jawaban 9 18
3. Memilih tiga dari pilihan jawaban 4 8
4. Memilih keempat pilihan jawaban 14 28
5. Tidak tahu 3 6
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 50

Keterangan : Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa pada pertanyaan


mengenai penanganan diare pada anak di rumah, 40% responden
memilih 1 dari pilihan jawaban memberikan banyak cairan,
memberikan oralit ataupun larutan gula garam, tetap melanjutkan
ASI, atau memberikan makanan.

Tabel dan Diagram 5.11


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penggunaan Oralit di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Setiap kali berak, sampai
22 44
diare berhenti
2. Setiap kali berak, 1-2 kali saja 24 48
3. Tidak tahu 4 8
4. Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 51

Keterangan : Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa pada pertanyaan


mengenai penggunaan oralit, mayoritas responden (44%) memilih
jawaban setiap kali berak sampai diare berhenti.

Tabel dan Diagram 5.12


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengganti Oralit di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Memilih salah satu pilihan jawaban 24 48
2. Memilih dua pilihan jawaban 11 22
3. Memilih tiga pilihan jawaban 5 10
4. Memilih empat pilihan jawaban 1 2
5. Memilih kelima pilihan jawaban 6 12
6. Tidak tahu 3 6
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 52

Keterangan : Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa pada pertanyaan


mengenai oralit 48% responden memilih salah satu dari pilihan
jawaban larutan gula garam, air tajin, kuah sayur, kuah sup, atau air
matang.

Tabel dan Diagram 5.13


Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kapan Anak Harus Segera Dibawa
Ke Puskesmas, Klinik Atau Rumah Sakit di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Memilih salah satu pilihan jawaban 19 38
2. Memilih dua pilihan jawaban 13 26
3. Memilih tiga pilihan jawaban 3 6
4. Memilih empat pilihan jawaban 1 2
5. Memilih kelima pilihan jawaban 11 22
6. Tidak tahu 3 6
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 53

Keterangan : Tabel dan diagram di atas menunjukkan pada pertanyaan kapan


anak harus dibawa ke puskesmas, klinik atau rumah sakit, 38%
responden memilih salah satu dari pilihan jawaban apabila anak
tidak bisa minum/ menetek, anak selalu muntah, anak kejang, anak
dehidrasi, atau tidak ada perbaikan setelah diberikan cairan dan
makanan.

Tabel dan Diagram 5.14


Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Diare dan
Penanganannya di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Air Putih Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Pengetahun baik 7 14.0
2. Pengetahuan sedang 19 38.0
3. Pengetahuan buruk 24 48.0
Total 50 100.0

Keterangan: Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa mayoritas


responden mempunyai pengetahuan buruk yaitu sebanyak 24
orang (48%).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 54

c. Sikap
Variabel sikap dalam penelitian ini adalah pandangan responden terhadap
diare dan penanganannya. Pengukuran dari variabel sikap didasarkan pada 8
pertanyaan.

Tabel dan Diagram 5.15


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Diare Berbahaya dan
Tidak Perlu Diobati di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 16 32
2. Kurang Setuju 13 26
3. Tidak Setuju 21 42
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 55

Keterangan: Berdasarkan tabel dan diagram di atas, masih ada 32% responden
yang menyatakan setuju dengan pernyataan sikap bahwa diare
berbahaya dan tidak perlu diobati.

Tabel dan Diagram 5.16


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Semua Anak Diare
Harus Diberikan Antidiare atau Antibiotik di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 49 98
2. Kurang Setuju 0 0
3. Tidak Setuju 1 2
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 56

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa mayoritas


responden sebanyak 49 orang (98%) menyatakan setuju dengan
pernyataan sikap bahwa semua anak diare harus diberikan antidiare
atau antibiotik.

Tabel dan Diagram 5.17


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Diare Dapat
Menyebabkan Kematian di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 46 92
2. Kurang Setuju 2 4
3. Tidak Setuju 2 4
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 57

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagam di atas, diketahui bahwa mayoritas


responden sebanyak 46 orang (92%) menyatakan setuju dengan
pernyataan sikap bahwa diare dapat menyebabkan kematian.

Tabel dan Diagram 5.18


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Anak yang Diare
Tidak Boleh Terlalu Banyak Mendapat Cairan di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 19 38
2. Kurang Setuju 17 34
3. Tidak Setuju 14 28
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 58

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, menunjukkan bahwa


mayoritas responden sebanyak 19 orang (38 %) menyatakan setuju
dengan pernyataan sikap bahwa diare dapat menyebabkan
kematian.

Tabel dan Diagram 5.19


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Air Tajin, Kuah
Sayur, Air Sup, Larutan Gula Garam atau Air Matang dapat Digunakan
Sebagai Pengganti Oralit di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 42 84
2. Kurang Setuju 3 6
3. Tidak Setuju 5 10
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 59

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dodapatkan bahwa


mayoritas responden sebanyak 42 orang (84 %) menyatakan setuju
dengan pernyataan sikap bahwa apabila tidak tersedia oralit, boleh
diberikan air tajin, kuah sayur, air sup, larutan gula garam atau air
matang sebagai penggantinya.

Tabel dan Diagram 5.20


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Saat Diare, ASI
Harus Tetap Diberikan di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju 46 92
2. Kurang Setuju 3 6
3. Tidak Setuju 1 1
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 60

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, menunjukkan bahwa


mayoritas responden sebanyak 46 orang (92 %) menyatakan setuju
dengan pernyataan sikap bahwa saat diare, ASI harus tetap
diberikan.

Tabel dan Diagram 5.21


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Anak Diare Yang
Telah Mendapat Cairan, Maka Ia Harus Mendapat Makanan Lunak di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju
46 92
2. Kurang Setuju
4 8
3. Tidak Setuju
0 0
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 61

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, menunjukkan bahwa


mayoritas responden sebanyak 46 orang (92 %) menyatakan setuju
bahwa saat diare, ASI harus tetap diberikan.

Tabel dan Diagram 5.22


Distribusi Sikap Responden terhadap Pernyataan Bahwa Apabila Tidak Ada
Perbaikan, Anak Harus Segera Dibawa ke Puskesmas Atau Dokter
Terdekat di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Setuju
48 96
2. Kurang Setuju
1 2
3. Tidak Setuju
1 2
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 62

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, menunjukkan bahwa


mayoritas responden sebanyak 48 orang (96 %) menyatakan setuju
bahwa apabila tidak ada perbaikan, anak harus segera dibawa ke
puskesmas atau dokter terdekat.

Tabel dan Diagram 5.23


Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Diare dan Penanganannya
di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Sikap Baik 27 54.0
2. Sikap Sedang 23 46.0
3. Sikap Buruk 0 0
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 63

Keterangan: Berdasarkan tabel 5.23 di atas, diketahui bahwa mayoritas


responden mempunyai sikap yang baik yaitu sebanyak 27 orang
(54%).

d. Tindakan
Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah perbuatan yang dilakukan
ibu kepada bayi atau balitanya yang mengalami diare. Pengukuran dari variabel
tindakan didasarkan pada 8 pertanyaan.

Tabel dan Diagram 5.24


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Cairan
Lebih Banyak daripada Biasanya pada Anak Diare di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Ya 41 82
2 Tidak 9 18
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 64

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden menjawab memberikan cairan lebih
banyak daripada biasanya saat anak diare, yaitu sebanyak 41
orang (82%).

Tabel dan Diagram 5.25


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Oralit pada
Anak yang Mengalami Diare di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Ya 44 88
2 Tidak 6 12
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 65

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden memberikan oralit pada anak diare, yaitu
sebanyak 44 orang (88%).

Tabel dan Diagram 5.26


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Oralit
Sampai Diare Berhenti di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 1-2 kali saja 23 46
2 Sampai diare berhenti 27 54
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 66

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa 27


responden memberikan oralit sampai diare berhenti (54%).

Tabel dan Diagram 5.27


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Air Tajin,
Kuah Sayur, Air Sup, Larutan Gula Garam atau Air Matang
Sebagai Pengganti Oralit di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Membiarkan saja 6 12
2 Member cairan penganti 44 88
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 67

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden menjawab memberi cairan penganti bila
tidak tersedia oralit, yaitu sebanyak 44 orang (88%).

Tabel dan Diagram 5.28


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Tetap Memberikan ASI
pada Anak yang Diare di Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 ya 46 92
2 tidak 4 8
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 68

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden menjatetap memberikan ASI saat anak
diare, yaitu sebanyak 46 orang (92%).

Tabel dan Diagram 5.29


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Makanan
pada Anak Diare yang Telah Diberikan Cairan di Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Ya 44 88
2 Tidak 6 12
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 69

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden memberikan makanan pada anak diare
yang telah diberikan cairan, yaitu sebanyak 44 orang (88%).

Tabel dan Diagram 5. 30


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Memberikan Antidiare
Dan/Atau Antibiotik Kepada Anak Diare Tanpa Resep Dokter di Desa Tanah
Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Ya 24 48
2 Tidak 26 52
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 70

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa 26


orang responden tidak memberikan antodiare dan/atau antibiotik
kepada anak diare tanpa resep dokter (52%).

Tabel dan Diagram 5.31


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Akan Membawa Anak Ke
Dokter Atau Puskesmas Terdekat Apabila Tidak Ada Perbaikan di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Ya 49 98
2 Tidak 1 2
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 71

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa


mayoritas responden membawa anak ke dokter atau puskesmas
terdekat bila tidak ada perbaikan, yaitu sebanyak 49 orang
(98%).

Tabel dan Diagram 5.32


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penanganan Diare di Desa
Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011

Persentase
No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang)
(%)
1. Tindakan Baik 40 80.0
2. Tindakan Sedang 8 16.0
3. Tindakan Buruk 2 4.0
Total 50 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 72

Keterangan : Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diketahui bahwa mayoritas


responden mempunyai tindakan yang baik yaitu sebanyak 40 orang
(80%).

5.2. Permasalahan dan Pemecahan Masalah


5.2.1. Permasalahan
1. Rendahnya pengetahuan responden tentang diare dan penangannya, yaitu
sebanyak 24 responden (48%).
2. Mayoritas responden (98%) masih setuju bahwa semua bayi dan balita yang
diare harus mendapatkan antidiare dan antibiotik.
3. Mayoritas responden (84%) masih setuju bahwa bayi dan balita yang diare
tidak boleh mendapat banyak cairan.

5.2.2. Pemecahan Masalah


Memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa Tanah Tinggi
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara secara
berkala.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 73

BAB 6
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Mayoritas pengetahuan responden mengenai diare dan penanganannya
pada bayi dan balita masih buruk yaitu sebanyak 24 orang (48%),
2. Mayoritas sikap responden mengenai diare dan penanganannya pada
anak dan balita tergolong baik yaitu sebanyak 27 orang (54%),
3. Mayoritas tindakan responden mengenai diare dan penanganannya
pada anak dan balita tergolong baik yaitu sebanyak 40 orang (80%)

6.2. Saran
1. Untuk lebih menambah wawasan kepada masyarakat setempat
mengenai diare dan penanganannya, maka perlu diadakan promosi
kesehatan berupa penyuluhan, baik dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun peneliti lain yang hendak melakukan penelitian di desa
tersebut.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura 74

2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan perbaikan


sanitasi lingkungan yang dapat dilakukan dengan kerja sama antara
pemerintah, yaitu Puskesmas, masyarakat, dan swasta (perusahaan
obat, LSM, dan sebagainya).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu


Kedokteran Komunitas
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai