Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah hipertensi masih dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang serius yang dapat mengakibatkan kematian
dan kesakitan karena merupakan penyebab utama meningkatnya risiko penyakit
stroke, jantung, dan ginjal. Enam persen dari kematian penduduk dewasa di dunia
disebabkan hipertensi (Kaufmann, 2005). Berdasarkan Data dari National Health
and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa data dari tahun
1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang
berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15
juta dari data NHANES III tahun 1988-1991 (Yogiantoro, 2006).

Menurut RISKESDA 2007, prevalensi terbanyak penderita hipertensi di


Indonesia berada di pulau jawa, dengan jumlah tertinggi pada provinsi Jawa
Timur, yaitu sebanyak 37,4%. Sedangkan Sumatera Utara memiliki prevalensi
sebanyak 26,3%. Dari profil Dinas Kesehatan Kota Medan (2001) dalam Irza
(2009), penyakit hipertensi menduduki peringkat kedua di kota Medan dengan
jumlah penderita 423.656 orang.

Tingkat pengetahuan penderita tentang hipertensi bervariasi. Sebagian


penderita kurang memahami penyakit hipertensi, gejala, serta faktor resikonya.
Sebagian lagi sudah memiliki pengetahuan yang baik namun dalam tindakannya
masih sulit meninggalkan kebiasaan yang justru memperparah penyakit tersebut,
seperti pola makan yang tidak terkontrol dan suka merokok. Padahal, pemberian
obat hipertensi dan modifikasi gaya hidup adalah cara yang paling cepat dalam
menurunkan tekanan darah atau menghindari kejadian hipertensi (Kaplan, 2008).
Dari wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat yang berusia di atas 40
tahun di lima wilayah kerja Puskesmas Belawan diketahui bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang hipertensi masih sangat rendah. Beberapa
masyarakat sering mengalami keluhan namun hanya sebagian yang mencari
2

pengobatan ke unit pelayanan kesehatan dan selebihnya membiarkan keluhan


tersebut (Irza, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Marpaung (2005),
tentang perilaku pegawai di Deli Serdang terhadap pencegahan penyakit diketahui
bahwa 42,56% pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi
namun hanya 24,39% yang memiliki tindakan yang baik dalam mencegah
penyakit tersebut.
Kontrol hipertensi yang buruk telah dilaporkan di berbagai populasi
diseluruh dunia . Salah satu masalah utama dalam mengontrol hipertensi adalah
kemampuan pasien untuk patuh terhadap tenaga masyarakat. Berdasarkan data
WHO menunjukkan bahwa 60% dari penderita hipertensi yang benar-benar
mengikuti petunjuk petugas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian kohort yang
dilakukan selama 3 tahun yaitu sejak tahun 1988-2000 menunjukkan persentase
penderita hipertensi yang berobat teratur di perkotaan (18,9%) dan di pedesaan
(10,9%) (Kusmana, 2007).
Berdasarkan uraian diatas, hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran pengetahuan hipertensi dan tindakan pengobatan
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Lima Puluh Kecamatan Lima
Puluh.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan
pernyataan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana gambaran pengetahuan hipertensi dan tindakan pengobatan


hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Lima Puluh, Kecamatan Lima
Puluh.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
3

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan hipertensi dan tindakan


pengobatan hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Lima Puluh,
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengertian, gejala,
efek, hingga komplikasi hipertensi pada penderita hipertensi di
Puskesmas Lima Puluh, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara
2. Untuk mengetahui gambaran tindakan pengobatan hipertensi, seperti
pencarian pertolongan obat-obatan, pola makan, hingga latihan fisik,
pada penderita hipertensi di Puskesmas Lima Puluh, Kecamatan
Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara.

1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan, khususnya puskesmas, sebagai
masukan data tentang pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi dan
tindakan pengobatan hipertensi pada masyarakat.
2. Bagi PTC Indrapura, sebagai proses pembelajaran bagi para ko-asisten.
3. Bagi masyarakat, sebagai masukan informasi dan wawasan tentang
pengetahuan hipertensi dan tindakan pengobatan hipertensi.
4. Bagi Fakultas Kedokteran, sebagai syarat untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas.
5. Bagi penulis, dapat menerapkan metodologi penelitian dalam penelitian
yang sebenarnya dan sebagai proses pembelajaran dalam menghadapi
masyarakat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)


2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
4

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Keraf, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (kognitif) merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo, (2005) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni :
2.1.1.1 Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2.1.1.2 Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
2.1.1.3 Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya)
2.1.1.4 Trial, orang mulai mencoba perilaku baru
2.1.1.5 Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stumulus.

2.1.2. Tingkat pengetahuan


Dari teori BLUM yang dikutip dari Notoatmodjo, pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

2.1.2.1 Tahu (know)


Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (comprehension)


Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.

2.1.2.3 Aplikasi (aplication)


Aplikasi biartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari. Pada situasi suatu kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
5

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan


sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.1.2.4 Analisis (analysis)


Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.

2.1.2.5 Sintesis (synthesis)


Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.

2.1.2.6 Evaluasi (evaluation)


Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.

2.2. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaaan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Di samping itu faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan
(support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua sangat
penting untuk mendukung praktek keluarga berencana. Parktek atau tindakan
memiliki beberapa tingkatan, yaitu :

a) Persepsi, dengan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan


tindakan yang diambil merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu
dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

b) Respon Terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu dapat
6

memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-
motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

c) Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara


otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai
praktik tingkat tiga. Misalnya seorang ibu sudah biasa mengimunisasikan bayi
pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d) Adaptasi, merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang


dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

2.3. Hipertensi
2.3.1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana ukuran tekanan darah saat
diperiksa menunjukkan angka ≥140 mmHg pada sistol dan atau ≥90 mmHg pada
diastol, atau pasien mengkonsumsi obat-obatan hipertensi (Wyatt et al, 2003).
Sedangkan menurut Hasan (2006) hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah signifikan yang berkaitan dengan kerusakan secara mendadak terhadap
target organ maupun tidak. Nilai tekanan darah sering dihubungkan dengan
diastolik diatas 120 mmHg.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Commitee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2003),
tekanan darah normal ialah tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan diastolik
<80 mmHg. Dengan demikian, disebut hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. JNC VII dan ESH/ESC 2007
dalam Konsesus perhimpunan Hipertensi Indonesia (2009), menyebutkan bahwa
definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur diatas 18 tahun.

2.3.2. Etiologi
Sherwood (2001), berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2
bagian. Yang pertama ialah hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya. Namun diperkirakan beberapa faktor yang berperan
dalam hipertensi primer, yaitu genetik, peranan dari curah jantung, konsumsi
garam yang berlebih, retensi sodium ginjal, sistem renin-angiotensin, stres,
7

resisten perifer, gangguan pada tingkat membran sel, disfungsi endotel, obesitas,
resistensi insulin dan hiperinsulinemia, faktor lain ialah rokok, kafein,
prostaglandin, dan alkohol.
Yang kedua ialah hipertensi sekunder, hipertensi yang penyebab dan
patofisiologinya diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan
ataupun pembedahan. Penyebab hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi 4
kategori.
Pertama ialah hipertensi kardiovaskuler, biasanya berkaitan dengan
peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan oleh aterosklerosis.
Kedua ialah hipertensi ginjal, dapat terjadi akibat dua defek ginjal. Oklusi
parsial arteri renalis (menyebabkan aliran darah berkurang ke ginjal) dan penyakit
jaringan ginjal itu sendiri (ginjal sakit dan tidak mampu mengeliminasi beban
garam normal).
Ketiga ialah hipertensi endokrin, terjadi akibat sedikitnya dua gangguan
endokrin. Seperti feokromositoma (suatu tumor medula adrenal yang
mengeluarkan epineprin dan norepineprin dalam jumlah berlebihan) dan sindrom
Conn (berkaitan dengan peningkatan pembentukan aldosteron oleh korteks
adrenal).
Keempat ialah hipertensi neurogenik yang terjadi akibat lesi saraf.
Selain itu, kahamilan dan obat-obatan disebutkan sebagai faktor penyebab
terjadinya hipertensi sekunder (Kotchen, 2008)
2.3.3. Klasifikasi Tekanan darah
Tekanan darah dapat diklasifikasikan menurut JNC VII (The Seventh Report
of The Joint National Commitee on Prevention, detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure) dalam Chobanian et al (2003) pada tabel 2.1
dan ESH-ESC (European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology ) dalam Mencia & Grassi (2005) pada tabel 2.2.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Darah (mmHg) (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Pra hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99


8

Hipertensi
Kategori derajatdarah
tekanan 2 ≥ 160(mmHg)
Sistolik Atau ≥ (mmHg)
Diastolik 100
Optimal <120 dan <80
Normal 120–129 dan 80–84
Normal tinggi 130–139 atau 85–89
Hipertensi
Derajat 1 (ringan) 140–159 atau 90–99
Derajat 2 (sedang) 160–179 atau 100–109
Derajat 3 (berat) 180 atau 110

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah ESH-ESC


(European Society of Hypertension-European Society of Cardiology )

2.3.4. Faktor Resiko Hipertensi


Kenaikan tekanan darah dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Mutasi genetik yang spesifik bertanggung jawab dalam terjadinya suatu
hipertensi, secara relatif sebagai riwayat keluarga yang kadang diabaikan, tetapi
seharusnya tidak diabaikan (Guttmacher et al, 2004).
Taller et al (2004) dalam Kaplan (2006), peningkatan curah jantung
ditemukan pada usia muda. Peningkatan curah jantung secara logika dapat
meningkat melalui 2 jalan. Baik melalui peningkatan volume cairan ataupun dari
kontraktilitas yang dirangsang oleh jantung. Namun, walaupun curah jantung
terlibat secara langsung dalam peningkatan tekanan darah, peningkatan curah
jantung tidak selalu menetap. Dalam suatu peningkatan tekanan darah, curah
jantung bisa dalam keadaan normal dan kadang rendah, namun total tahanan
perifer selalu meningkat.
Folkow et al (1970) dan Safar (2004) dalam Kaplan (2006), menyebutkan
bahwa total tahanan perifer sering terjadi akibat peningkatan penebalan dinding
arteri-rasio diameter lumen pembuluh darah, meningkatnya stres dinding
pembuluh darah, dan penekanan intraluminal yang akhirnya menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
9

Untuk faktor usia, tekanan darah sistolik meningkat seiring dengan


bertambahnya umur. Peningkatannya disebabkan oleh usia yang berhubungan
dengan kekakuan dinding arteri besar (Bupppit. Rajkumar. Beckett, 1999).
Namun, berbeda dengan diastolik. Peningkatan tekanan darah diastolik seiring
pertambahan usia hanya terjadi sampai sekitar usia 55 tahun (Konsensus
Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2009).
Obesitas, merupakan peningkatan massa tubuh karena jaringan lemak yang
berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen
secara menyeluruh, sehingga mengakibatnya curah jantung bertambah dan terjadi
peningkatan tekanan darah (Rasmaliah et al, 2004).
Khaw et al (2004), Beard et al (1997), Stamler et al (1996) dan Cailar et al
(2004) dalam Kaplan (2006), terdapat korelasi yang kuat antara peningkatan
asupan garam dengan peningkatan tekanan darah yang ditemukan pada suatu
populasi luas. Menurut Budistio, M (2001) dalam Rasmalia et al (2004), jika
terjadi asupan garam yang tinggi mengakibatkan tubuh meretensi cairan yang
dapat meningkatkan volume darah dan juga dapat mengecilkan diameter dalam
arteri sehingga jantung harus mampu memompakan darah lebih keras pada ruang
yang sempit, akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan darah.
Stres, dapat berupa fisik dan mental yang menyebabkan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan cepat
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu
dan produksi adrenalin meningkat (Rasmaliah et al, 2004).
Menurut Dekker (1996) dalam Rasmaliah et al (2004), rokok dapat
mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan juga mengakibatkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin,
akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul peningkatan tekanan darah.
Jenis kelamin, peningkatan tekanan darah lebih banyak terjadi pada pria
daripada wanita. Diperoleh data pada beberapa negara di dunia (US, Canada,
Spain, England, Germany, Greece, Italy, Sweden, Australia, Japan) bahwa
peningkatan tekanan darah terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Yaitu pada
usia 40-49 tahun, pria memiliki prevalensi 32,6% dan wanita 23,3%. Kemudian
pada usia 60 tahun prevalensi berbalik, wanita meningkat menjadi 61,3% dan pria
60,3%. Disebutkan juga dalam suatu studi cross-sectional yang melibatkan 278
10

wanita premenopause dan 184 wanita postmenopause, ditemukan hipertensi 105


dari wanita premenopause dan 40% pada wanita postmenopause . Alasannya
belum dapat dibuktikan, tetapi diduga adanya pengaruh estrogen pada wanita
muda yang mempengaruhi penurunan tekanan darah (Kauffmann, 2005).
Menurut Marmot MG et al (1994) dan Macmahon S (1987) dalam
Kaufmann (2005), pada uji cross-sectional diperlihatkan bahwa prevalensi
hipertensi meningkat pada individu yang mengkonsumsi alkohol. Dalam suatu
Randomized contolled trial memperlihatkan hasil efek dari penurunan konsumsi
alkohol pada penurunan tekanan darah (Cushman, 1999). Ukuran standar
meminum alkohol didefenisikan 14 g etanol.
Kurang olahraga, hasil penelitian yang dikemukakan oleh Paffenbarger
tahun 1988 dikutip oleh Darmojo (2001) dalam Rasmaliah et al (2004) yang
mengemukakan bahwa di Amerika insiden rate hipertensi adalah 20-40% lebih
rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam
perminggu dibandingkan mereka yang kurang aktif berolah raga. Blumental et al
(2000) dalam Kaplan (2006), orang yang aktif secara fisik dan fit kurang
mendapat hipertensi dan orang yang telah mendapat hipertensi dapat menurunkan
tekanan darahnya dengan melakukan latihan isotonik secara regular.
Hartley et al (2004) dalam Kaplan (2006), konsumsi kafein sebanyak 3
cangkir kopi dapat meningkatkan tekanan darah rata-rata 4/3 mmHg.

2.5. Pengobatan Hipertensi


2.5.1. Pengobatan Nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus mengubah gaya hidup.
Disamping dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, modifikasi
gaya hidup juga dapat mangurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada
pasien-pasien prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan
tekanan darah adalah (Ayu, 2008; Sani, 2008):
a. Mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas atau gemuk.
b. Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah
natrium.
11

c. Mengkonsumsi alkohol seperlunya saja.


d. Olahraga aerobik secara teratur minimal 30 menit/hari seperti jogging,
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda. Pasien harus
konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga mana yang
terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
e. Berhenti merokok.
f. Mempelajari cara mengendalikan diri/stres seperti melalui relaksasi
atau yoga.

2.5.2. Pengobatan Farmakologi


Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Hal yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan
lansia (Ayu, 2008).
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi adalah (Ayu,
2008; Sani, 2008 dan Rahardja, 2002):
a. Diuretik
Diuretik tiazid merupakan terapi lini pertama yang diberikan untuk
menobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah dan juga menyebabkan pelebaran pembuluh
darah. Di sisi lain diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air
kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan
kalium. Diuretik sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,
kegemukan, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.
Contoh: hidroklortiazid, indapamid, dan klortalidon.
b. Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa
bloker, beta bloker dan alfa-beta bloker, yang menghambat efek sistem
saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan
12

tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah beta-bloker, yang


efektif diberikan pada penderita usia muda, penderita yang pernah
mengalami serangan jantung, pebderita dengan denyut jantung yang cepat,
angina pektoris (nyeri dada) dan sakit kepala migrain. Sedangkan golongan
alfa blocker yang sering digunakan adalah prazosin, doxazosin, dan
terazosin. Selain itu penghambat adrenergik juga ada obat-obat golongan
agonis alfa yang biasa digunakan seperti klonidin, reserpin, dan guanfasin.
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
ACE-inhibitor menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia
muda, penderita gagal jantung, penderita dengan protein dalam air
kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit
ginjal diabetik, pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari
obat lain. Beberapa contoh obat ini adalah kaptopril, analapril maleat,
benazepril, imidapril, dan silazapril.
d. Angiotensin-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor. Contoh: losartan, valsartan, irbesartan, dan
kandesartan.

e. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada
orang kulit hitam, lanjut usia, penderita angina pektoris (nyeri dada),
denyut jantung yang cepat, sakit kepala migrain. Contoh: amlodipin
maleat, amlodipin busilat, diltiazem HCl, nifedipin, felodipin, dan
nimodipin.
f. Vasopdilator
Vasodilator langsung mnyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti
hipertensi lainnya. Contoh obat golongan ini adalah minoksidil, hidralazin,
dan dihidralazin.

2.6. Komplikasi Hipertensi


13

Penyakit serebrovaskular dan penyakit arteri koroner merupkan penyebab


kematian paling sering pada penderita hipertensi (Kumar et al, 2005). Hipertensi
dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah:
a. Jantung
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Angina atau infark miokardium
3) Gagal jantung
b. Otak (stroke atau Transient Ischemic Attack)
c. Penyakit ginjal kronis
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya antibodi
terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari
ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam
berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi Transforming
Growth factor-β (TGF-β).
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan
pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi.
Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan
oleh timbulnya penyakit kardiovaskular (Yugiantoro, 2006).

2.7. Prognosis Hipertensi


Berdasarkan prognosis, penelitian Systolic Hypertension Elderly Program
(SHEP) yang menggunakan diuretik, menghasilkan parameter, survival dan
kejadian klinik lebih baik pada yang termasuk obesitas, dibandingkan yang
mempunyai Indeks Massa Tubuh normal. Sudah lama diketahui bahwa pasien
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang gemuk mempunyai prognosis lebih
baik dibandingkan yang kurus. Salah satu penjelasannya adalah bahwa pada
pasien hipertensi gemuk, peningkatan tekanan darah terutama diakibatkan oleh
14

volume plasma, sedangkan pada pasien hipertensi yang tidak gemuk diakibatkan
peningkatan sistem simpatis dan sistem renin-angiotensin (Konsensus
Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2009).

BAB 3
METODE PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Metode Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan
tingkat pengetahuan mengenai hipertensi dan tindakan pengobatan yang dilakukan
penderita hipertensi di Puskesmas Lima Puluh, Kecamatan Limapuluh.
Pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan
dalam satu waktu (Sastroasmoro, 2008).

3.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu, yaitu pada tanggal 31 Januari
sampai 13 Maret 2011 dan pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu, yaitu
pada tanggal 14 - 25 Februari 2011.
Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Lima Puluh, Kecamatan Lima
Puluh, Kabupaten Batubara.

3.1.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi yang
datang ke Puskesmas Lima Puluh. Sampel adalah seluruh penderita hipertensi
yang datang ke Puskesmas Lima Puluh selama masa pengumpulan data.
Pemilihan sampel menggunakan teknik accidental sampling, dengan kriteria
sebagai berikut ini :
Kriteria inklusi :
15

1. Penderita hipertensi yang datang berobat ke Puskesmas Lima Puluh selama


masa pengumpulan data.
2. Responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kriteria eksklusi :
1. Responden tidak dapat berbahasa Indonesia.
2. Responden tidak bersedia untuk berpartisipasi.
3.1.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan
wawancara terpimpin untuk mengetahui pengetahuan tentang hipertensi dan
tindakan pengobatan hipertensi. Data sekunder diperoleh dari data puskesmas
yang meliputi jumlah penderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Lima Puluh
dan denah wilayah kerja puskesmas.

3.1.5 Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan data dilakukan secara manual melalui beberapa tahapan, tahap
pertama editing, yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data
responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.
Tahap kedua coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner
untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga entry,
yaitu memasukan data dari kuesioner kedalam program komputer. Tahap keempat
adalah melakukan cleaning, yaitu mengecek kembali data yang telah di entry
untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan ditampilkan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS.

3.2. Kerangka Konsep


Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :

- Pengetahuan Hipertensi dan Pengobatan


- Tindakan
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional


3.2.1 Variabel
16

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang


hipertensi dan tindakan pengobatan hipertensi.
3.2.2 Definisi Operasional
a. Pengetahuan hipertensi adalah segala sesuatu yang diketahui penderita
mengenai penyakit hipertensi.
b. Tindakan pengobatan hipertensi adalah hal-hal yang dilakukan penderita
hipertensi dalam pengobatan penyakit hipertensi.
c. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana ukuran tekanan darah saat
diperiksa menunjukkan angka ≥140 mmHg pada sistol dan atau ≥90
mmHg pada diastol, atau pasien mengkonsumsi obat-obatan hipertensi.

3.3 Skala Pengukuran


3.3.1 Pengukuran Pengetahuan Hipertensi
Pengetahuan mengenai hipertensi ini diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi 12 pertanyaan. Hasil akhir penilaian tingkat pengetahuan
hipertensi menggunakan skala ordinal yang dikategorikan dengan tingkat
pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Kriteria penilaian dalam penelitian
mengacu pada pendapat Nursalam (2003), yaitu :
- Berpengetahuan baik, jika jawaban benar 76-100%.
- Berpengetahuan cukup, jika jawaban benar 56-74%.
- Berpengetahuan kurang, jika jawaban benar dibawah 56%.

Tabel 3.1. Skala Pengukuran Pengetahuan Hipertensi


Variabel Σ Bobot skor Kategori Skor Skala ukur
pertanyaan maksimal
Baik 76 – 100 %

Pengetahuan 12 36 Cukup 56 – 75 % Ordinal


hipertensi
Kurang < 56 %

3.3.2 Pengukuran Tindakan Pengobatan


Tindakan pengobatan hipertensi diukur dengan menggunakan kuesioner
dengan model checklist yang berisi 9 pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki 2
pilihan jawaban, setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah
diberi nilai 0. Hasil pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori,
17

yaitu tindakan baik dan kurang baik. Seperti dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini.

Tabel 3.2. Skala Pengukuran Tindakan Pengobatan


Variabel Σ Bobot skor Kategori Skor Skala ukur
pertanyaan maksimal
Tindakan 9 9 Baik 75 – 100 % Ordinal
Hipertensi Kurang < 75 %

BAB 4
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PROGRAM PUSKESMAS

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian


4.1.1. Data Demografis
Wilayah penelitian terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara Provinsi Sumatera Utara dengan batas wilayah :
 Sebelah Utara : Kecamatan Air Putih
 Sebelah Selatan : Kecamatan Talawi dan Kabupaten Simalungun
 Sebelah Barat : Kabupaten Simalungun
 Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Tiram
Luas wilayah Kecamatan Lima Puluh adalah 957 Ha dimana Puskesmas
Lima Puluh terpilih untuk dilakukan penelitian.

4.1.2. Data Demografis


Kecamatan Lima Puluh memiliki 26 desa dan 1 kelurahan dengan jumlah
penduduk 85.239 jiwa dengan 21.150 kepala keluarga.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lima


Puluh Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
18

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Presentasi (%)


1 Laki-laki 42.432 49,78
2 Perempuan 42.807 50,22
Jumlah 85.239 100
Sumber : Baku Statistik Tahunan Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Keterangan Tabel 4.1 :


Dari tabel di atas didapatkan bahwa penduduk Kecamatan Lima Puluh adalah
mayoritas penduduk Islam.

Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten


Batu Bara Provinsi Sumatera Utara
No. Sarana Kesehatan Jumlah (jiwa)
1 Puskesmas 1
2 Praktek Dokter 2
3 Praktek Bidan 1
Jumlah 4

Sumber: Buku Statistik Tahunan Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara


Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Keterangan Tabel 4.2 :


Dari tabel di atas didapatkan bahwa penduduk Kecamatan Lima Puluh terdapat
satu puskesmas, dua praktek dokter, dan satu praktek bidan.

4.2 Program Pokok Puskesmas Lima Puluh


Adapun kegiatan pokok yang dilaksanakan di puskesmas yang sempurna
yaitu meliputi usaha-usaha pokok atau Basic Health Service yang dilakukan pada
18 program seperti yang tercantum dalam program kesehatan nasional yang
meliputi:
1. Kesehatan Ibu-ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Kesehatan Olahraga
10. Kesehatan Kerja
19

11. Kesehatan Gigi dan Mulut


12. Kesehatan Jiwa
13. Kesehatan Mata
14. Laboratorium Sederhana
15. Kesehatan Masyarakat
16. Perawatan Lanjut Usia
17. Pengobatan Tradisional (Batra)
18. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
Pada era desentralisasi, program Puskesmas dibedakan menjadi program
kesehatan pengembangan. Program kesehatan dasar adalah program minimal yang
harus dilaksanakan oleh tiap Puskesmas yang dikemas dalam Basic Six, yaitu:
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB)
4. Perbaikan gizi
5. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan
Pada Puskesmas Lima Puluh, usaha-usaha pokok atau Basic Health Service
yang dilakukan meliputi 14 program yaitu:
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan Ibu-ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)
3. Peningkatan Gizi Keluarga
4. Upaya Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
10. Laboratorium Sederhana
11. Perawatan Lanjut Usia
12. Usaha Kesehatan Sekolah
13. Kesehatan Mata
14. Pencatatan dan Pelaporan
Dari 18 program puskesmas hanya 14 program yang dilaksanakan, terdapat 4
program pokok Puskesmas yang belum dilaksanakan di antaranya:
1. Kesehatan Olah Raga
2. Kesehatan Kerja
3. Kesehatan Jiwa
4. Pengobatan Tradisional (Batra)

4.2.1 Promosi Kesehatan


Tujuan:
 Agar individu, kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan
perilaku hidup sehat
20

 Agar individu, kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya


kesehatan, ikut dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu.
Perencanaan:
Jadwal kegiatan promosi kesehatan dilakukan setiap kegiatan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara.
Kegiatan:
 Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan
lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, Posyandu dan sebagainya.
 Mengadakan ceramah dan diskusi dengan menggunakan poster dan brosur

4.2.2 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Pengertian:
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang
atau hewan sakit dari reservoir ataupun benda-benda yang mengandung bibit
penyakit lainnya ke manusia sehat.
Sasaran:
Seluruh lapisan masyarakat

Tujuan:
 Mencegah terjangkitnya penyakit
 Meningkatkan kesehatan yang optimal
 Menurunkan angka kesakitan dan kematian
Pemberantasan Penyakit Menular atau P2M dilaksanakan karena:
 Banyaknya kejadian penyakit menular yang berhubungan dengan higienitas
dan sanitasi yang buruk, misalnya diare, disentri, scabies, infeksi mata dan
kecacingan.
 Terdapat penyakit menular melalui vector, misalnya malaria dan demam
berdarah.
 Masih tingginya jumlah penderita menular yang ditularkan secara langsung,
misalnya TBC, ISPA, dan lain-lain.
Kegiatan:
 Mencari kasus baru sedini mungkin untuk melakukan pengobatan
 Memberikan penyuluhan kesehatan daerah wabah di puskesmas.
 Mengadakan imunisasi, antara lain BCG, DPT, campak
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan pemberantasan penyakit:
 Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
 Melaporkan penyakit menular
 Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk,
menentukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularannya.
21

 Menyembuhkan penderita hingga sehat


 Pemberian imunisasi
 Pemberantasan vektor nyamuk
 Pendidikan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2006. Rate of Blood Pressure Control Improving in


The United State.
Available from :
http://americanheart.mediaroom.com/index.php?s=43&item=540 [accesed
23 November 2009]

Ayu, E.S., 2008. Hipertensi. Available from :


http://egha_chan_wordpress.com/hipertensi/ [accesed 5 February 2011]

Bulpitt,C. Rajkumar, C. Beckett, N. 1999. The Pathophysiology of Hypertension :


Hypertension and The Elderly. London: Science press.

Chobanian, Aram V et al. 2003. The Seventh Report of the Joint National Comitte
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
in : Jurnal American Association. 2560-2572.
22

Cushman, William C. 1999. Alcohol Use and Blood Pressure in : Izzo and Black.
Hypertension Primer Second Edition. American Heart Association. USA:
Lippincot Williams and Wilkins.

Hasan, R. 2006. Hypertension Urgency and Emergency dan Abstract &


Procceding 1111 NCIHA and 15 th
ASHIMA. Department of Cardiology,
Medical School USU Medan.

Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari
Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.

Kaplan, NM., 2006. Kaplan’s clinical Hypertension Ninth Edition. Philadelphia:


Lippincot Williams and Willkins.

Kaufmann, Gilbert F. 2005. Epidemiology of Hypertension in: Battegay, Edouard


J. Lip,George Y.H. Bakris, George L. Hypertension Principles and Practice.
USA: Taylor and Francis. 3 : 23-38

Keraf, A. Sonny, Mikhael Dua, 2001. Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan


Filosofis. Yogykarta : Kanisius

Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2009. Penatalaksanaan Hipertensi


pada Keadaan Khusus : Hipertensi pada lanjut Usia. Perhimpunan
Hipertensi Indonesia

Kotchen, Theodore A. 2008. Hypertension in : Fauci et al. Harrrison’s Principlles


of Internal Medicine Volume Two. Seventeenth Edition. USA: McGraw-Hill

Kumar, et al. 2005. Clinical Medicine. Systemic Hypertension. Edisi 6. USA:


British Library.

Kushner, Robert F. 2008. Obesity in : Fauci et al. Harrrison’s Principlles of


Internal Medicine Volume One. Seventeenth Edition. USA: McGraw-Hill

Kusmana, Dede. 2007. Mana yang Harus Dipantau, Hipertensi atau Tekanan
Darah. Universitas Indonesia.
23

Mancia, Guiseppe. Grassi, Guido. 2005. Defenition and Classification of


Hypertension in Battegay, Edouard J. Hypertension Principles and Practice.
USA: Taylor and Francis.2: 15-22

Mark et al. 1999. Obesity Induced- Hypertension new Concepts from The
Emerging Biology of Obesity.
Available from:
http://hyper.ahajournals.org/cgi/reprint/33/1/537-obesitas induced obesity
[ accesed 28 February 2009 ]

Marpaung, N., 2005. Perilaku Pegawai Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten


Deli Serdang Terhadap Penyakit Hipertensi Tahun 2005. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

___________________, 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :


Rineka Cipta.

Rasmaliah. Siregar, Fazidah Aguslina. Jemadi. 2004. Gambaran Epidemiologi


Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kota
Medan Provinsi Sumatera Utara. Dalam: Info kesehatan Masyarakat. 2005.
Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan: 101-108

Riskesdas, 2007. Hipertensi di Indonesia


Available from :
007.http://www.litbang.depkes.go.id/Simnas4/Day_2/HIPERTENSI.pdf.
[accesed 25 Maret 2009.

Sani, A. 2008. Hypertension, Current Perspective. Medya Crea. Jakarta. Hal26-


28.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood, Laurelee., 2001. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah dalam :
Fisiologi manusia dari sel ke Sistem. Jakarta. EGC.
24

Yogiantoro, Muhammad, 2006. Hipertensi Esensial dalam: Sudoyo.Setiadi .alwi,


Simadibrata. Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 143:610-614

Widyastuti, Subagio, 2006. Hubungan Beberapa Indikator Obesitas dengan


Hipertensi pada Perempuan.
Available from :
http://www.mediamedika.net/modules.php?
name=Jurnal&file=index&a1=jurnal&a2=16&sort=&recstart= [ accesed 20
October 2009 ]

Wyatt, et al, 2003. Oxford Handbook of Accidental and Emergency Medicine.


Hypertensive Crises. New York; Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai