Anda di halaman 1dari 2

Desa Toyomarto Sentra Perajin

Cobek Batu
Published on Friday, 01 December 2017 20:24

SINGOSARI – Dusun Petung Wulung Desa Toyomarto Kecamatan Singosari hingga kini
merupakan salah satu penghasil kerajinan cobek batu. Kerajinan yang sudah turun temurun
itu kini masih dipertahankan 30 orang warga setempat. Banyaknya peralatan dapur modern
yang diproduksi secara masal menjadi tantangan bagi para perajin cobek batu untuk tetap
menjaga kualitasnya.
Salah satu perajin cobek batu, Ahmad Tajid (64) mengatakan, hampir mayoritas warga yang
tinggal di Dusun Petung Wulung adalah perajin cobek. “Pada tahun 1990 an masih tercatat
ratusan warga di desa yang memenuhi kebutuhan ekonominya dari membuat cobek. Berbeda
dengan saat ini yang semakin menyusut akibat peralatan dapur modern yang lebih mudah
didapat,” ujar Tajid kepada Malang Post.
Diceritakan Tajid, dengan keadaan perajin cobek batu yang semakin hari semakin tingga;
sedikit tersebut, tidak membuatnya putus asa. Bahkan tidak terpikir untuk mencari pekerjaan
lainnnya. Karena ia sangat yakin kerajinan cobek batu yang dibuatnya memiliki kualitas dan
ketahanan lebih lama dibandingkan peralatan dapur modern.
“Saya sudah menggeluti kerajinan ini sejak usia 20 tahun, yang dulunya merupakan
kerajinan turun menurun dari keluarga. Sehingga saya yakin dan bisa mempertahankan
kerajinan cobek batu ini,” terangnya.
Tajid mengungkapkan, sebagai perajin cobek batu, ia bisa menghasilkan empat buah cobek
setiap harinya. Setiap bulan ia bisa membuat cobek sekitar 120 cobek untuk dijual ke
tungkalak. Ukurannya bervariasi, mulai dari cobek kecil yang memiliki diameter 15cm yang
dijualnya dengan harga Rp 10 ribu dan cobek besar dengan diameter 20cm yang dijualnya
seharga Rp 25 ribu. Sedangkan bahan dasarnya, ia membeli Rp 400 ribu setiap pikap yang
diambil dari lereng gunung Arjuno.
Untuk pemasaran cobek buatan dusun setempat ini, sudah didistribusikan ke berbagai daerah.
“Untuk pasar, hampir seluruh perajin cobek di sini menyuplai wilayah Malang Raya dan
beberpa kota lainnya, seperti Batu dan Surabaya. Sedang untuk pengiriman luar pulau telah
mencapai Kalimantan dan Bali,” bebernya.
Saat ini, meski perajin cobek batu semakin berkurang, mereka terus melakukan inovasi untuk
tetap bertahan di pasaran. Apalagi dengan beragam jenis cobek yang ada. Mulai dari cobek
dari bahan dasar plastik, cobek campuran semen pasir, hingga cobek beton. Namun Tajid
menyakini, jika perajin di Dusun Petung Wulung yang masih mempertahankan produksi
cobek batu akan tetap bertahan karena kualitasnya.

Anda mungkin juga menyukai