Oleh
Kelompok 4 Reg 2 :
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “RUU Permusikan Bastasi
Kreativitas Musisi Indonesia”, suatu permasalahan yang saat ini menjadi polemik
di masyarakat yang tidak setuju dengan pembuatan RUU permusikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Teori dan Landasan Pembentukan Undang-Undang............................. 3
2.2 RUU Permusikan Melanggar HAM ...................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................7
3.1 Penolakan RUU Permusikan ................................................................. 7
3.2 Pemaksaan RUU Permusikan ................................................................8
BAB IV PENUTUP .................................................................................................9
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 9
4.2 Saran .......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Awal mula RUU Permusikan ini sudah dimulai pada awal 2015, hal ini datang
dari organisasi-organisasi musik Indonesia yang terlihat menyampaikan
kegelisahannya terhadap industri musik di Indonesia. Selanjutnya pada tahun
2017 gerakan KAMI Musik Indonesia bertemu dengan DPR untuk menyampaikan
kegelisahannya dan inisiatif dari RUU Permusikan ini datang dari DPR. Namun
RUU Permusikan ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga banyak yang
menolak RUU Permusikan ini terutama dari kalangan musisi.
1
3. Bagaimana solusi yang cocok untuk menangani masalah RUU
Permusikan?
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam konsiderens suatu undang-undang haruslah memuat norma hukum yang
baik, yang menjadi landasan keberlakuan undang-undang tersebut. Undang-
undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
pemerintahan yang lainnya. Sebelum disahkan, undang-undang disebut sebagai
rancangan undang-undang. Undang-undang berfungsi untuk digunakan sebagai
otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan (dana), untuk
menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk membatasi
sesuatu. Suatu undang-undang biasanya diusulkan oleh anggota badan legislatif
(misalnya anggota DPR), eksekutif (misalnya presiden), dan selanjutnya dibahas
diantara anggota legislatif.
4
DPR bersama dengan pemerintah, yaitu yang sudah disahkan secara material dala
m rapat paripurna DPR-
RI sebagai tanda dicapainya persetujuan bersama antara DPR dan Presiden atas
rancangan undang-undang yang bersangkutan.
1
Putu Setia, “RUU Permusikan”, Kolom Tempo, diakses dari
https://kolom.tempo.co/read/1173771/ruu-permusikan, pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 7.30
5
Permusikan mempermasalahkan Pasal 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 18, 19, 20, 21,
31, 32, 33, 42, 49, 50, dan 51. Pasal-pasal tersebut dinilai menimbulkan pasal
karet dan menyudutkan industri musik independen. Seperti yang terdapat dalam
Pasal 5 dan Pasal 32. Dalam Pasal 5, khususnya huruf f dan g, pemusik dalam
proses kreasi dilarang membawa pengaruh negatif budaya asing dan merendahkan
harkat dan martabat manusia. Lalu, di Pasal 32, setiap pemusik yang diakui
sebagai profesi menurut tolok ukur pemerintah harus memiliki sertifikat uji
kompetensi, termasuk pemusik yang bermusik secara autodidak. Sebagian
masyarakat mengungkapkan bahwa ada banyak cara untuk mengangkat harkat dan
kesejahteraan tak harus Undang-Undang tersendiri. Ada Undang-Undang tentang
hak cipta yang didalamnya mengatur masalah royalti, pembajakan, dan
seterusnya. Mereka mengharapkan supaya pemerintah lebih memfokuskan
pembuatan atau perencanaan Undang-Undang yang lain yang lebih penting seperti
contoh Undang-Undang Hukum Pidana yang sampai saat ini belum juga selesai
6
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam RUU Permusikan ada pasal karet yang terselip dalam rancangan
aturan. Salah satunya ada di pasal 5. Di Pasal 5 RUU Permusikan disebutkan,
seorang musisi dilarang menciptakan lagu yang menista, melecehkan, menodai,
dan memprovokasi. Dilihat dari Pasal 5 ini membuka ruang bagi kelompok
penguasa utnuk mempersekusi proses kreasi yang tidak mereka sukai. Selain itu,
pasal ini bertolak belakang dengan semangat kebebasan berekspresi dalam
berdemokrasi yang dijamin oleh konstitusi NKRI yaitu UUD 1945. Dalam
konteks ini, penyusun RUU Permusikan telah menabrak logika dasar dan etika
konstitusi dalam negara demokrasi.
7
pula pada Pasal 13 tentang kewajiban menggunakan label bahasa Indonesia dalam
sebuah musik yang seharusnya tidak perlu diatur2.
Selain pasal 5, terdapat pasal lain yang dianggap sebagai pasal karet pada
rancangan aturan, yaitu pasal 32. di Pasal 32 dikatakan bahwa; (1) Untuk diakui
sebagai profesi, Pelaku Musik yang berasal dari jalur pendidikan atau autodidak
harus mengikuti uji kompetensi; (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan berdasarkan standar kompetensi profesi Pelaku Musik yang
didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman; dan (3) Standar
kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disusun dan ditetapkan oleh
Menteri dengan memperhatikan usulan dari organisasi profesi.
Pasal itu sangat jelas dan tidak menimbulkan banyak interpretasi. Jika
seseorang ingin berprofesi sebagai Pelaku Musik, maka ia harus mengikuti uji
kompetensi. Kemungkinan perdebatan yang muncul tentang latar belakang
pendidikan musik seseorang pun sudah dipertimbangkan jawabannya. Tak peduli
apakah kamu berlatar belakang pendidikan musik maupun autodidak, kamu harus
mengikuti uji kompetensi.
2
Syailendra Persada, “Empat Poin Kritik RUU Permusikan dari Koalisi Nasional”, Nasional
Tempo, diakses dari https://nasional.tempo.com/read/1171927/empat-poin-kritik-ruu-permusikan-
dari-koalisi-nasional, pada tanggal 23Februari 2019 pukul 11.15
3
Andika Aditia, “Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan: 19 Pasal Bisa Menghambat Proses
Berkarya”, Entertainment Kompas, diakses dari
https://entertainent.kompas.com/read/2019/02/04/121033510/koalisi-nasional-tolak-ruu-
permusikan-19-pasal-bisa-menghambat-preses-berkarya, pada tanggal 24 Februari 2019 pukul
14.00
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Banyak pasal yang rancu dan tidak pas dalam RUU Permusikan yang
dapat membatasi kreativitas musisi Indonesia. Hal ini lah yang
menimbulkan penolakan dari banyak pihak terutama musisi Indonesia.
Ada 19 Pasal yang menjadi masalah. Diantara 19 Pasal itu, Pasal 5 dan
32 lah yang banyak menuai kontra.
2. Di Pasal 5 RUU Permusikan disebutkan, seorang musisi dilarang
menciptakan lagu yang menista, melecehkan, menodai, dan
memprovokasi. Dalam pasal ini dapat membuka ruang bagi kelompok
penguasa utnuk mempersekusi proses kreasi yang tidak mereka sukai.
Dan juga hal ini bertolak belakang dengan semangat kebebasan
berekspresi dalam berdemokrasi yang dijamin oleh konstitusi NKRI
yaitu UUD 1945. Lalu pada Pasal 32 mengatur bahwa apabila ingin
diakui sebagai profesi maka, pelaku musik yang berasal dari jalur
pendidikan atau autodidak harus mengikuti uji kompetensi. Disini dapat
dilihat bahwa mengikuti ujian kompetensi sebagai syarat sertifikasi,
adalah sebuah pemaksaaan kehendak dan metode diskriminasi yang
sangat berbahaya.
3. Karena banyaknya pasal yang rancu dan tidak pas dalam RUU
Permusikan, bahkan menuai banyak kecaman, solusi untuk menangani
masalah RUU permusikan adalah dengan mencabutnya. Dikarenakan
peraturan-peraturan yang dijelaskan pada RUU permusikan sebenarnya
telah diatur dalam UUD secara jelas dan merinci.
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10