Anda di halaman 1dari 3

MATA LUKA SENGKON KARTA

Cipt. Peri Sandi Huicze


2012

Pupuh mengantarkan wejangan hidup


Kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pupuh dan kecapi membalut nyeri
Menyatu dalam suara yang genting

Manusia memiliki akal budi


Didampingi kondrat hewani
Mencapai jalan ilahi

Inilah maskumambang yang melayang


Menyelinap ke dasar sanubari
Menembus dunia fana nan abadi

Terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka


menganga akbiat ulah manusia
Manusia yang menjalankan cerita
Tuhan yang menentukan akhirnya

Terangah-engah dalam tabung dan selang


Aku seorang petani Bojongsari
Menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri
Kesederhanaan panutan hidup dapat untung
dilipat dan ditabung

1974 tanah air yang kucinta berumur


dua puluh sembilan tahun
Waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
Lambang Garuda dasarnya Pancasila dan
Undang-Undang Dasar empat lima
Merajut banyak peristiwa

Peralihan kepemimpinan yang mendesak


Bung Karno diganti Pak Harto
dengan dalih keamanan negera

Pembantaian enam jenderal satu perwira


Enam jam dalam satu malam
Mati di lubang tak berguna
Tak ada dalam perang Mahabarata
Bahkan di sejarah dunia
Hanya di sejarah Indoneesia

Pemusnahan golongan kiri


PKI wajib Mati

Pemimpin otoriter
REPELITA
Rencana Pembangunan Lima Tahun
Bisa jadi
Rencana Pembantaian Lima Tahun

Di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
Tak ada salah apalagi benar
Taa da hukum negara

Pembantaian di mana-mana
Diburu sampai di got dorr
Di mulut didorr
Di kepala diikat tali
Dikafani karung
Penguasa punya tahta
Yang tidak ada bisa diada-ada

Aaaaaahhhhhhhhhhh

Akulah sengkon yang sakit


Berusaha mengenang setiap luka
Di dada, di punggung, di kaki
Di batuk yang berlapis Tuberkolosis

Malam Jum’at dua satu November 1974


Setiap malam Jum’at
Yasin dilantunkan dengan khidmat
Bintang-bintang berdzikir di kedipannya
Suara-suara binatang
Melengkingkan pujian untuk tuhan

Isteriku masih mengenakan mukena


Mengambilkan minum dari dapur
Di kejauhan terdengar warga desa gaduh

“aaa adili saja keluarga rampok itu”


“ya…usir dari kampung ini”
“bakar saja rumahnya”
“betull’

Anda mungkin juga menyukai