Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS BEBAN KERJA PEGAWAI TAMBANG DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DEFENCE RESEARCH AGENCY


WORKLOAD SCALE (DRAWS)
M. YANI SYAFE’I1), RIZKY WAHYUNIARDI2), MULKI SULAIMAN3)
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr. Setiabudi
No. 193, Bandung, 40153, Indonesia

Abstrak
Secara umum pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian. PT. Alfa Granitama
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan (Galian C) yang berada dibawah naungan
Gandasari Group yang bergerak dibidang pertambangan batu split dengan kapasistas lahan bisnis seluas 112
ha dan kapasitas produksi untuk 1 mesin stone crusher sebesar 70.000kubik/bulan.
Pengukuran beban kerja didefinisikan sebagai suatu teknik untuk memperoleh informasi tentang
efisiensi dan efektifitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan melalui proses penelitian dan studi oleh
analisis, dengan menggunakan teknik analisis pekerjaan yang sistematis, teknik analisis beban kerja atau
teknik manajemen lainnya. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu Defence Workload Agency Scale
(DRAWS), metode pengukuran beban kerja ini adalah teknik pengukuran beban kerja secara subjektif yang
dikembangkan selama tiga tahun dalam program percobaan di DRA Farnborough, tujuannya adalah untuk
meneliti konsep beban kerja dan dimensi yang menjadi dasar dalam konsep beban kerja, serta untuk
mengembangkan dan menguji teknik penilaian beban kerja. Metode DRAWS memiliki empat dimensi beban
kerja yaitu input demand, central demand, output demand dan time pressure.
Pada penelitian diperlukan pengumpulan data, yang dimana pada penelitian ini data yang
dikumpulkan yaitu sejarah perusahaan, visi dan misi, produk, srruktur organisasi, data produksi, data jam
kerja dan lain sebagainya. Setelah pengumpulan data selesai, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data.
Pengolahan data pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang diperoleh dari responden dilapangan
PT. Alfa Granitama. Setelah kuesioner diselesaikan maka dilakukan rekapitulasi data agar mempermudah
dalam tahap pengolahan data dan penulisan laporan. Untuk tahap pengolahan data yang dilakukan yaitu
penilaian beban kerja terhadap variabel DRAWS, pembobotan terhadap tingkat kepentingan pada variabel
beban kerja DRAWS dan tahap penentuan nilai (score) beban kerja.
Pada operator excavator bucket terdapat 4 orang pegawai pada kategori optimal load, dengan rata-
rata score beban kerja 52,64% dan 3 orang pada kategori over load dengan score rata-rata 64,05%, dengan
demikian kategori beban kerja pada jabatan ini dapat distandarisasikan optimal load. Untuk operator
excavator breaker terdapat 10 orang pegawai kategori optimal load, dengan rata-rata score 54,40% dan 5
orang pada kategori over load dengan score rata-rata 65,36%, dengan demikian kategori beban kerja pada
jabatan ini dapat distandarisasikan optimal load. Untuk operator dan crew stone crusher tahap ke-1 terdapat
2 orang pada kategori over load dengan score rata-rata 62,90% dan 2 orang pada kategori optimal load
dengan score rata-rata 53,36%, pada jabatan ini beban kerja seimbang tetapi dari nilai rata-rata score beban
kerja 58,35 sehingga dapat distandarisasikan kategori optimal load. Untuk operator dan crew stone crusher
tahap ke-2 terdapat 4 orang pada kategori overload dengan score rata-rata 63,59% dan 1 orang pada
kategori optimal load dengan rata-rata 51,62%. Pada jabatan ini didominasi oleh pegawai dengan kategori
over load sebanyak 4 orang dari total pegawai sebanyak 5 orang, dengan demikian kategori beban kerja
dapat distandarisasikan menjadi over load.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata beban kerja yang diperoleh untuk Operator
Excavator Bucket (Penggali) sebesar 56,54% dengan kategori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling
dominan yaitu Central Demand sebesar 42,86%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Excavator Breaker
(Pemecah) sebesar 57,93% dengan kategori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu
Central Demand sebesar 38%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Stone Crusher tahap ke-1 sebesar
58,35% dengan ketegori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu Central Demand
sebesar 35%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Stone Crusher tahap ke-2 sebesar 63,59% dengan
ketegori Over Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu Central Demand 41%.

Keyword: Beban Kerja, Variabel Beban Kerja, Tingkat Beban Kerja Operator.
1. Pendahuluan
Secara   umum   pertambangan   adalah   rangkaian   kegiatan   dalam
rangka   upaya   pencarian,   penambangan   (penggalian),   pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi,
migas). Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yakni Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B
(bahan vital), dan Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan
Golongan   A   merupakan   barang   yang   penting   bagi   pertahanan,   keamanan
dan   strategis   untuk   menjamin   perekonomian   negara   dan   sebagian   besar
hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak,
uranium   dan   plutonium.   Sementara,   Bahan   Golongan   B   dapat   menjamin
hidup   orang   banyak,   contohnya   emas,   perak,   besi   dan   tembaga.   Bahan
Golongan   C   adalah   bahan   yang   tidak   dianggap   langsung   mempengaruhi
hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur dan
asbes. 
PT.   Alfa   Granitama   merupakan   anak   perusahaan   dari   Gandasari
Group yang bergerak dibidang pertambangan batu split. Lahan bisnis PT.
Alfa   Granitama   berada   didaerah   Puloampel   kabupaten   Serang   –   Banten,
untuk   memenuhi   kebutuhan   Market   dan   permintaan,   Gandasari   Group
mengembangkan   melalui   Perusahaan   Alfa   Granitama   dengan   kapasitas
lahan seluas 112 ha dengan Produksi untuk 1 mesin Stone Crusher kapasitas
70,000rb kubik/bulan. ( PT. Alfa Granitama, 2014 ).
Dalam   memenuhi   permintaan   pasar,   perusahaan   sering   melakukan
over time pada pegawai operator excavator dan operator stone crusher. Hal ini
mengakibatkan pada beban kerja yang tinggi, dengan demikian maka perlu
dilakukan penelitian tingkat beban kerja yang dirasakan pegawai tersebut.
Adapun data statistik produksi dapat dilihat pada Gambar.1 grafik target vs
capaian produksi.

Gambar.1 grafik target vs capaian produksi.

Penelitian tingkat beban kerja ini bertujuan untuk mengetahui nilai
beban kerja yang dialami operator excavtor dan operator stone crusher, selain
itu penelitian juga ditujukan untuk mengetahui variabel beban kerja yang
paling dominan dirasakan oleh pegawai tersebut.

2. Tinjauan Literatur
2.1 Metode DRAWS
Defence   Research   Agency   Workload   Scale  (DRAWS)   adalah   teknik
pengukuran   beban   kerja   secara   subjektif   yang   dikembangkan   selama   tiga
tahun   dalam   program   percobaan   di   DRA   Farnborough,   tujuannya   adalah
untuk meneliti konsep beban kerja dan dimensi yang menjadi dasar dalam
konsep   beban   kerja,   serta   untuk   mengembangkan   dan   menguji   teknik
penilaian beban kerja (Jordan, Farmer & Belyavin 1995). 
Manusia   sebagai   operator   dalam   melakukan   pekerjaannya   memiliki
keterbatasan.   Dengan   adanya   keterbatasan,   tidak   menutup   kemungkinan
akan   terjadinya   kesalahan   operator   dalam   melakukan   pekerjaannya.
Kesalahan ini dapat mengurangi hasil dari proses produksi yang merugikan
perusahaan. Kesalahan kerja yang terjadi  salah satu penyebabnya  adalah
karena adanya beban pekerjaan yang tidak dapat dikerjaan dengan baik oleh
operator atau melebihi kemampuan operator.
Perhitungan   beban   kerja   disuatu   perusahaan   merupakan   kegiatan
yang harus dilakukan perusahaan dalam menjaga kinerja pegawainya agar
tetap baik. Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah   dengan   menggunakan   metode   DRAWS   (Defence   Research   Agency
Workload Scale). Metode ini merupakan teknik untuk mengukur beban kerja
secara   subjektif   dengan   tujuan   untuk   mengetahui   beban   kerja   yang
didasarkan   pada   dimensi   yang   terbentuk.   Metode  DRAWS   ini   merupakan
teknik penilaian  beban kerja  multidimensional  yang  mirip dengan  metode
NASA­TLX (Jordan, Farmer & Belyavin, 1995) yang melibatkan responden
untuk dilakukan penilaian secara subjektif melalui pertanyaan dari empat
variabel yang berbeda untuk memperoleh skor workload secara keseluruhan
(Stanton,   2005:335),   yang   meliputi   yaitu  input   demand,  central   demand,
output   demand  dan  time   pressure.   Dari   keempat   variabel   ini   merupakan
rangkaian   yang   dirasakan   oleh   pekerja   yang   menimbulkan   beban   kerja
mental   pada   pekerjaan   yang   mereka   kerjakan.   Secara   umum   paradigma
model yang digunakan dalam pemecahan masalah ini dapat disajikan pada
gambar 2.
Sumber: Ilustrasi dari Beban Kerja Mental DRAWS dari Jordan, Farmer & Belyavin, 1995
Gambar 2 Konsep Beban Kerja Metode DRAWS

3. Metodologi
3.1 Kerangka Penelitian
Gambar   3   dibawah   ini   merupakan   kerangka   peneltian   untuk
pemecahan masalah dari mulai sampai dengan selesai.

Gambar .1 Flowchart pemecahan masalah
3.1.1 Tahap Penelitian
Penlitian dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah dan tahapan,
adapun tahapannya meliputi:
1. Menentukan objek yang diteliti, untuk objek yang diteliti yaitu operator
excavator dan operator stone crusher.
2. Penentuan   responden,   untuk   responden   yang   dijadikan   penelitian   ini
yaitu  operator excavator bucket  7 orang,  operator excavator breaker 15
orang,  operator   stone   crusher  tahap   ke­1   4   orang,   dan  operator   stone
crusher tahap ke­2 5 orang.
3. Mendeskripsikan pekerjaan terhadap variabel beban kerja DRAWS.
4. Penyebaran kuesioner.
5. Penilaian beban pekerjaan terhadap variabel DRAWS.
6. Pembobotan   terhadap  tingkat   kepentingan   pada  variabel   beban  kerja
DRAWS.
7. Penentuan   score   beban   kerja   pegawai   dengan   menggunakan   metode
DRAWS.
8. Melakukan analisis masalah.
4. Hasil Penelitian 
4.1 Analisis Penetapan Beban Kerja Pegawai
4.1.1 Analisis Beban Kerja untuk Operator Excavator Bucket.
Tabel  .2  Hasil Rekapitulasi  Score  Beban Kerja DRAWS pada Operator  excavator

Penggali
Dengan melihat tabel 5.1 hasil rekapitulasi perhitungan beban kerja
pada  Operator   Excavator  Penggali  yang   diperoleh   rata­rata   beban   kerja
sebesar   56.54%,   maka   kategori   beban   kerja   untuk  Operator   Excavator
Penggali  di   PT.   Alfa   Granitama   termasuk   kedalam   kategori   beban   kerja
optimal load  karena  score  beban  kerja  yang  diperoleh  40%  <  skor   ≤  60%.
Dengan dikethuinya  score  beban kerja pada operator tersebut menandakan
bahwa pekerjaan operator excavator bucket tidaklah berat ataupun ringan.
Optimal load  adalah beban kerja yang harus dipertahankan, bahkan
jika   bisa   ditingkatkan   supaya   beban   kerja   menjadi  Underload,   dalam
mempertahankan kinerja ini tidak lepas dari peran manajer yang memimpin
dan   mengatur   semua   pekerjaan   tersebut   dilapangan.  Manajer  adalah
seseorang   yang   bekerja   melalui   orang   lain   dengan   mengkoordinasikan
kegiatan­kegiatannya guna mencapai sasaran suatu organisasi. 
4.1.2 Analisis Beban Kerja untuk Operator Excavator Breaker 
Tabel.3  Hasil   Rekapitulasi  Score  Beban   Kerja   DRAWS   pada   Operator  Excavator
Breaker

Dengan   melihat   tabel   3   hasil   rekapitulasi   perhitungan   beban   kerja


pada  Operator   Excavator   Breaker  yang   diperoleh   rata­rata   beban   kerja
sebesar   57.93%,   maka   kategori   beban   kerja   untuk  Operator   Excavator
Breaker  di   PT.   Alfa   Granitama   termasuk   kedalam   kategori   beban   kerja
optimal load karena score beban kerja yang diperoleh 40% < skor ≤ 60%. 
Dengan   dikethuinya  score  beban   kerja   pada   operator   tersebut
menandakan   bahwa   pekerjaan  operator   excavator  penggali   tidaklah   berat
ataupun ringan,  score  operator ini tidak jauh berbeda dengan  score  beban
kerja operator excavator penggali. Hal ini pun bisa terjadi karena hasil kerja
keras dari manajer atau pengawas lapangan yang bisa menjalin kerja sama
dan   dapat   merangkul   para   bawahannya.   Dengan  score  beban   kerja   yang
optimal   diharapkan   dapat   memotivasi   untuk   lebih   meningkatkan
produktivitas   perusahaan.   Berdasarkan   hasil   penelitian,   dari   lima   belas
orang operator breaker terdapat lima orang yang memiliki beban kerja  over
load,   kebanyakan   yang   dirasakan   adalah   pada   variabel  central   demand,
output   demand  dan  time   pressure.   Hasil   kerja   operator  excavator   breaker
dapat berpengaruh pada bagian pekerjaan  stone crusher  tahap ke­1, hal ini
dikarenakan   hasil   pemecahan   yang   dilakaukan   oleh   operator  excavator
breaker selanjutnya akan diproses kembali oleh stone crusher tahap ke­1.
4.1.3 Analisis Beban Kerja untuk  Operator  dan  Crew Stone Crusher
tahap ke­1
Tabel.4 Hasil Rekapitulasi Score Beban Kerja DRAWS pada Operator dan Crew Stone
Crusher tahap ke­1
Dengan   melihat   tabel   4   hasil   rekapitulasi   perhitungan   beban   kerja
pada  operator  dan  crew  stone  crusher  tahap ke­1  yang  diperoleh rata­rata
beban   kerja   sebesar   58.35%,   maka   kategori   beban   kerja   untuk   pekerjaan
tersebut adalah optimal load karena score beban kerja yang diperoleh 40% <
skor ≤ 60%.
Pada bagian ini dihasilkan juga beban kerja optimal load, akan tetapi
hasil ini adalah rata­rata dari seluruh pegawai. Dibagian ini para pegawai
mempunyai   tugas   yang   berbeda­beda,   dengan   demikian   penilaian   tidak
cukup   dilihat   dari   hasil   rat­rata   saja.   Dari   empat   pegawai   terdapat   dua
pegawai yang memliki beban kerja yang over load, hal ini harus diperhatikan
untuk   menjaga   keseimbangan   produktivitas   hasil   produksi.   Dua   pegawai
yang memiliki beban kerja  over load  yaitu pengawas  hopper  dan pengawas
kun,   dua   jenis   pekerjaan   ini   membutuhkan   ketelitian   saat   prosesnya
berlangsung.
Dibutuhkannya   ketelitian   dan   konsentrasi   tinggi,   karena   jenis
pekerjaan   ini   memiliki   tingkat   kecelakaan   yang   fatal   jika   pegawai
melakukan kesalahan, kerja sama yang baik dalam melakaukan perkerjaan
ini sangatlah dibutuhkan. Terjalinnya kerja sama yang baik tidak akan lepas
dari arahan seorang kepala atau ketua tambang. Adapun jenis kecelakaan
yang   pernah   terjadi   pada   jenis   kecelakaan   ini   yaitu   terputusnya   lengan
tangan pegawai saat membersihkan alat  kun, penyebab dari kecelakan ini
yaitu   terjadinya   diskomunikasi   dengan   operator   pemegang   panel  stone
crusher pada saat membersihkan alat dari batu yang terjepit (Operator stone
crusher, 2014). Dampak dari kecelakaan ini yaitu proses produksi terhenti
selama beberapa hari, jika hal ini terulang maka tidak hanya pegawai saja
yang dirugikan melainkan pihak perusahaan juga akan merugi. 
4.1.4  Analisis Beban Kerja untuk  Operator  dan  Crew Stone Crusher
tahap ke­2
Tabel 5 Hasil Rekapitulasi Score Beban Kerja DRAWS pada Operator dan Crew Stone
Crusher tahap ke­2

Dengan   melihat   tabel   5   hasil   rekapitulasi   perhitungan   beban   kerja


pada  operator  dan  crew  stone  crusher  tahap ke­1  yang  diperoleh rata­rata
beban   kerja   sebesar   63.59%,   maka   kategori   beban   kerja   untuk   tersebut
termasuk kedalam kategori beban kerja  over load  karena  score  beban kerja
yang diperoleh >60%.
Beban kerja yang dirasakan operator dan crew stone crusher tahap ke­
2   adalah  over   load,   bahwa   untuk   beban   kerja  over   load  ini   berakibat
munculnya  stress  terhadap   pegawai   dengan   tanda­tanda   seperti  insomnia
(tidak   dapat   tidur),   lekas   marah,   kecanduan   alkohol,   kesalahan   yang
meningkat, hubungan yang tegang, ingatan kurang, pengunduran diri dan
lain­lain (Sehnert, 1981 dalam Manuaba, 2000:6).
Beban   kerja  over   load  menunjukkan   bahwa   dalam   melakukan
perkerjaan pada bagian ini membutuhkan suatu usaha yang sangat tinggi
untuk   dapat   menjalankan   dan   menyelesaikan   kegiatan   tersebut,   hal   ini
betujuan supaya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dengan tingginya
beban kerja pada operator dan crew stone crusher tahap ke­1 tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kelelahan fisik atau mental, kelelahan kerja akan
menurunkan   kinerja   dan   menambah   tingkat   kesalahan   kerja,   sedangkan
meningkatnya   kesalahan   kerja   akan   memberikan   peluang   terjadinya
kecelakaan kerja (Nurmianto, 1996:18).
4.2 Analisis Beban Kerja yang Dirasakan Pegawai
4.2.1   Analisis   Beban   Kerja   yang   Dirasakan  Operator   Excavator
Bucket.
Tabel   6   Nilai   rata­rata   dari   Penilaian   Beban   Kerja   terhadap   Variabel   DRAWS
untuk Operator Excavator Bucket (Penggali)
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh pegawai pada saat melakukan pekerjaannya adalah variabel
Central  Demand  yaitu   sebesar   42.86%  dengan   sebaran   kerja   fisik   sebesar
45%   dan   beban   kerja   mental   sebesar   55%,   dimana   central   demand
merupakan beban  kerja  yang terkait  dalam  penafsiran mental  dan proses
dalam   memutuskan   tindakan   terhadap   tugas.   Jadi   beban   kerja   yang
dirasakan lebih banyak oleh operator excavator bucket (penggali) di PT. Alfa
Granitama termasuk kedalam beban kerja mental dengan rata­rata beban
kerja   sebesar   55%,   artinya   jenis   pekerjaan   yang   dilakukan   operator   ini
didominasi oleh jenis kerja mental.
Beban kerja mental berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian
yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan suatu tugas. Dengan kata
lain, apabila beban kerja mental tinggi maka konsentrasi dan perhatian yang
dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas akan maksimal jumlahnya. Hal
tersebut   disebabkan   oleh   kompleksitas   tugas   dan   jumlah   informasi   yang
harus diproses rendah, sehingga karyawan dapat melakukan tugas tersebut
dengan baik (Purwaningsih & Sugianto, 2007:30). 
4.2.2   Analisis   Beban   Kerja   yang   Dirasakan  Operator   Excavator
Breaker.
Tabel   7   Nilai   rata­rata   dari   Penilaian   Beban   Kerja   terhadap   Variabel   DRAWS
untuk Operator Excavator Bucket (Penggali)
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh pegawai pada saat melakukan pekerjaannya adalah variabel
Central   Demand  yaitu   sebesar   38%   dengan   sebaran   kerja   fisik   sebesar
45.67%   dan   beban   kerja   mental   sebesar   54.33%,   dimana   central   demand
merupakan beban  kerja  yang terkait  dalam  penafsiran mental  dan proses
dalam   memutuskan   tindakan   terhadap   tugas.   Jadi   beban   kerja   yang
dirasakan   lebih   banyak   oleh   operator   tersebut  termasuk   kedalam   beban
kerja   mental   dengan   rata­rata   beban   kerja   sebesar   54.33%,   artinya   jenis
pekerjaan yang dilakukan operator ini didominasi oleh jenis kerja mental.
Setiap   aktivitas   mental   akan   selalu   melibatkan   unsur   persepsi,
interpretasi dan proses mental dari suatu keputusan atau proses mengingat
informasi   yang   lampau.   Penggunaan   fungsi   mental   berlebihan   yang   akan
menyebabkan   gejala   ini   seperti   kelelahan   pada   mental   disertai   dengan
perasaan   lelah   semuanya   bersifat   membosankan.   Kelelahan   mental
umumnya   memerlukan  kondisi   istirahat  untuk  kesembuhan,  latihan   pada
fisik   juga   akan   membantu,   beberapa   hal   yang   menyangkut   teknik
pengukuran   beban   mental   bisa   juga   diberlakukan   untuk   mengukur
kelelahan mental (Pulat, 1992:98).

4.2.3  Analisis Beban Kerja yang Dirasakan  Operator  &  Crew Stone


Crusher tahap ke­1.
Tabel   8   Nilai   rata­rata   dari   Penilaian   Beban   Kerja   terhadap   Variabel   DRAWS
untuk Operator dan Crew Stone Crusher tahap ke­1
Dari tabel 8 menunjukkan bahwa beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh pegawai pada saat melakukan pekerjaannya adalah variabel
Central   Demand  yaitu   sebesar   35%   dengan   sebaran   kerja   fisik   sebesar
37.50%   dan   beban   kerja   mental   sebesar   62.50%,   dimana   central   demand
merupakan beban  kerja  yang terkait  dalam  penafsiran mental  dan proses
dalam   memutuskan   tindakan   terhadap   tugas.   Jadi   beban   kerja   yang
dirasakan   lebih   banyak   oleh  pekerja   tersebut   adalah  beban   kerja   mental
dengan rata­rata beban kerja sebesar 62.50%, artinya jenis pekerjaan yang
dilakukan operator ini didominasi oleh jenis kerja mental.
Seperti yang diketahui pada tabel 8 perbandingan antara beban kerja
mental dengan beban kerja fisik sangat jauh, hal ini menunjukkan bahwa
dalam   melakukan  pekerjaan  ini   sangat   menguras   energi  pemikiran  (otak)
daripada   kelelahan   fisik.  Akibat   beban   kerja   mental   yang   tinggi   yaitu
terjadinya kesalahan dalam bekerja seperti human error yang sering terjadi. 
4.2.4  Analisis Beban Kerja yang Dirasakan  Operator  &  Crew Stone
Crusher tahap ke­2.
Tabel   9   Nilai   rata­rata   dari   Penilaian   Beban   Kerja   terhadap   Variabel   DRAWS
untuk Operator dan Crew Stone Crusher tahap ke­2

Dari tabel 9 menunjukkan bahwa beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh pegawai pada saat melakukan pekerjaannya adalah variabel
Central Demand  yaitu sebesar 41% dengan sebaran kerja fisik sebesar 43%
dan  beban  kerja   mental  sebesar 57%,  dimana  central   demand merupakan
beban   kerja   yang   terkait   dalam   penafsiran   mental   dan   proses   dalam
memutuskan   tindakan   terhadap   tugas.   Jadi   beban   kerja   yang   dirasakan
lebih  banyak  oleh  operator  dan  crew  stone  crusher  tahap ke­2  di   PT.  Alfa
Granitama termasuk kedalam beban kerja mental dengan rata­rata beban
kerja   sebesar   57%,   artinya   jenis   pekerjaan   yang   dilakukan   operator   ini
didominasi oleh jenis kerja mental.
Jika   dibandingkan   dengan   hasil   rata­rata   pada   operator   dan   crew
stone   crusher   tahap   ke­1   terlihat   lebih   rendah   selisih   antara   beban   kerja
mental   dengan   beban   kerja   fisik,   akan   tetapi   nilai   dominan   beban   kerja
mental tetap pada variabel  yang sama yaitu central demand dengan nilai
yang lebih tinggi yaitu sebesar 41%, sedangkan pada tahap ke­1 hanya 35%.
Hal   ini   menunjukkan,   jika   dilihat   dari   variabel   paling   dominan  central
demand  maka   beban   kerja  operator  dan  crew   stone   crusher  tahap   ke­2
memiliki beban kerja mental yang lebih tinggi.
5. Kesimpulan
Berdasarkan   hasil   rekapitulasi   perhitungan   beban   kerja   pada
operator excavator bucket di PT. Alfa Granitama menilai bahwa beban kerja
yang   dirasakan   adalah  optimal   load  dengan   rata­rata  score  beban   kerja
sebesar   56.54%.   Untuk  operator   excavator   breaker  beban   kerja   yang
dirasakan adalah  optimal load  dengan rata­rata  score  beban kerja sebesar
57.93%. Untuk  operator  operator dan  crew stone crusher tahap ke­1 beban
kerja yang dirasakan adalah optimal load dengan rata­rata score beban kerja
sebesar 58.35%. sedangkan untuk operator dan crew stone crusher tahap ke­2
beban kerja yang dirasakan adalah  over load  dengan rata­rata  score  beban
kerja sebesar 63.59%.
Dapat   diketahui   juga   variabel   beban   kerja   yang   paling   dominan
dirasakan   oleh   responden.   Untuk  operator   excavator   bucket  yaitu  central
demand  sebesar   42,86%,   untuk  operator   excavator   breaker  yaitu  central
demand sebesar 38%, untuk operator dan crew stone crusher tahap ke­1 yaitu
sebesar   35%   dan   untuk  operator  dan  crew   stone   crusher  tahap   ke­2   yaitu
central demand sebesar 41%. Penulis  menyadari bahwa laporan ini masih
jauh   dari   sempurna,   oleh   karena   itu   kritik   dan   saran   yang   membangun
sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto,  Eko,  2004,  Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya,  Edisi
Kedua, Guna Widya, Surabaya.
Stanton,   Neville,   2005,  Human   Factors   Methods:   A   Practical   Guide   for
Engineering and Design, Ashgate, Michigan University.
Manuaba,   A.   2000.  Participatory   Ergonomics   Improvement   at   the
Workplace. Jurnal Ergonomi Indonesia Vol. I No. 1. Juni 2000: 6­10
Mustafa,   Pulat,   B,   1992,  Fundamentals   Of   Industrial   Ergonomics,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Afrizanraja,   2013,   Peran   Manajer   Dalam   Perusahaan
https://afrizanraja.wordpress.com
Purwaningsih,   Sugianto,   2007.   Pengukuran   Beban   Kerja   Mental   vs   Kerja
Fisik

Anda mungkin juga menyukai