Jurnal - TA Mulki Sulaiman 08.10082
Jurnal - TA Mulki Sulaiman 08.10082
Abstrak
Secara umum pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian. PT. Alfa Granitama
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan (Galian C) yang berada dibawah naungan
Gandasari Group yang bergerak dibidang pertambangan batu split dengan kapasistas lahan bisnis seluas 112
ha dan kapasitas produksi untuk 1 mesin stone crusher sebesar 70.000kubik/bulan.
Pengukuran beban kerja didefinisikan sebagai suatu teknik untuk memperoleh informasi tentang
efisiensi dan efektifitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan melalui proses penelitian dan studi oleh
analisis, dengan menggunakan teknik analisis pekerjaan yang sistematis, teknik analisis beban kerja atau
teknik manajemen lainnya. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu Defence Workload Agency Scale
(DRAWS), metode pengukuran beban kerja ini adalah teknik pengukuran beban kerja secara subjektif yang
dikembangkan selama tiga tahun dalam program percobaan di DRA Farnborough, tujuannya adalah untuk
meneliti konsep beban kerja dan dimensi yang menjadi dasar dalam konsep beban kerja, serta untuk
mengembangkan dan menguji teknik penilaian beban kerja. Metode DRAWS memiliki empat dimensi beban
kerja yaitu input demand, central demand, output demand dan time pressure.
Pada penelitian diperlukan pengumpulan data, yang dimana pada penelitian ini data yang
dikumpulkan yaitu sejarah perusahaan, visi dan misi, produk, srruktur organisasi, data produksi, data jam
kerja dan lain sebagainya. Setelah pengumpulan data selesai, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data.
Pengolahan data pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang diperoleh dari responden dilapangan
PT. Alfa Granitama. Setelah kuesioner diselesaikan maka dilakukan rekapitulasi data agar mempermudah
dalam tahap pengolahan data dan penulisan laporan. Untuk tahap pengolahan data yang dilakukan yaitu
penilaian beban kerja terhadap variabel DRAWS, pembobotan terhadap tingkat kepentingan pada variabel
beban kerja DRAWS dan tahap penentuan nilai (score) beban kerja.
Pada operator excavator bucket terdapat 4 orang pegawai pada kategori optimal load, dengan rata-
rata score beban kerja 52,64% dan 3 orang pada kategori over load dengan score rata-rata 64,05%, dengan
demikian kategori beban kerja pada jabatan ini dapat distandarisasikan optimal load. Untuk operator
excavator breaker terdapat 10 orang pegawai kategori optimal load, dengan rata-rata score 54,40% dan 5
orang pada kategori over load dengan score rata-rata 65,36%, dengan demikian kategori beban kerja pada
jabatan ini dapat distandarisasikan optimal load. Untuk operator dan crew stone crusher tahap ke-1 terdapat
2 orang pada kategori over load dengan score rata-rata 62,90% dan 2 orang pada kategori optimal load
dengan score rata-rata 53,36%, pada jabatan ini beban kerja seimbang tetapi dari nilai rata-rata score beban
kerja 58,35 sehingga dapat distandarisasikan kategori optimal load. Untuk operator dan crew stone crusher
tahap ke-2 terdapat 4 orang pada kategori overload dengan score rata-rata 63,59% dan 1 orang pada
kategori optimal load dengan rata-rata 51,62%. Pada jabatan ini didominasi oleh pegawai dengan kategori
over load sebanyak 4 orang dari total pegawai sebanyak 5 orang, dengan demikian kategori beban kerja
dapat distandarisasikan menjadi over load.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata beban kerja yang diperoleh untuk Operator
Excavator Bucket (Penggali) sebesar 56,54% dengan kategori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling
dominan yaitu Central Demand sebesar 42,86%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Excavator Breaker
(Pemecah) sebesar 57,93% dengan kategori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu
Central Demand sebesar 38%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Stone Crusher tahap ke-1 sebesar
58,35% dengan ketegori Optimal Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu Central Demand
sebesar 35%. Untuk beban kerja rata-rata Operator Stone Crusher tahap ke-2 sebesar 63,59% dengan
ketegori Over Load, sedangkan variabel yang paling dominan yaitu Central Demand 41%.
Keyword: Beban Kerja, Variabel Beban Kerja, Tingkat Beban Kerja Operator.
1. Pendahuluan
Secara umum pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam
rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi,
migas). Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yakni Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B
(bahan vital), dan Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan
Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan, keamanan
dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar
hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak,
uranium dan plutonium. Sementara, Bahan Golongan B dapat menjamin
hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan
Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi
hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur dan
asbes.
PT. Alfa Granitama merupakan anak perusahaan dari Gandasari
Group yang bergerak dibidang pertambangan batu split. Lahan bisnis PT.
Alfa Granitama berada didaerah Puloampel kabupaten Serang – Banten,
untuk memenuhi kebutuhan Market dan permintaan, Gandasari Group
mengembangkan melalui Perusahaan Alfa Granitama dengan kapasitas
lahan seluas 112 ha dengan Produksi untuk 1 mesin Stone Crusher kapasitas
70,000rb kubik/bulan. ( PT. Alfa Granitama, 2014 ).
Dalam memenuhi permintaan pasar, perusahaan sering melakukan
over time pada pegawai operator excavator dan operator stone crusher. Hal ini
mengakibatkan pada beban kerja yang tinggi, dengan demikian maka perlu
dilakukan penelitian tingkat beban kerja yang dirasakan pegawai tersebut.
Adapun data statistik produksi dapat dilihat pada Gambar.1 grafik target vs
capaian produksi.
Gambar.1 grafik target vs capaian produksi.
Penelitian tingkat beban kerja ini bertujuan untuk mengetahui nilai
beban kerja yang dialami operator excavtor dan operator stone crusher, selain
itu penelitian juga ditujukan untuk mengetahui variabel beban kerja yang
paling dominan dirasakan oleh pegawai tersebut.
2. Tinjauan Literatur
2.1 Metode DRAWS
Defence Research Agency Workload Scale (DRAWS) adalah teknik
pengukuran beban kerja secara subjektif yang dikembangkan selama tiga
tahun dalam program percobaan di DRA Farnborough, tujuannya adalah
untuk meneliti konsep beban kerja dan dimensi yang menjadi dasar dalam
konsep beban kerja, serta untuk mengembangkan dan menguji teknik
penilaian beban kerja (Jordan, Farmer & Belyavin 1995).
Manusia sebagai operator dalam melakukan pekerjaannya memiliki
keterbatasan. Dengan adanya keterbatasan, tidak menutup kemungkinan
akan terjadinya kesalahan operator dalam melakukan pekerjaannya.
Kesalahan ini dapat mengurangi hasil dari proses produksi yang merugikan
perusahaan. Kesalahan kerja yang terjadi salah satu penyebabnya adalah
karena adanya beban pekerjaan yang tidak dapat dikerjaan dengan baik oleh
operator atau melebihi kemampuan operator.
Perhitungan beban kerja disuatu perusahaan merupakan kegiatan
yang harus dilakukan perusahaan dalam menjaga kinerja pegawainya agar
tetap baik. Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode DRAWS (Defence Research Agency
Workload Scale). Metode ini merupakan teknik untuk mengukur beban kerja
secara subjektif dengan tujuan untuk mengetahui beban kerja yang
didasarkan pada dimensi yang terbentuk. Metode DRAWS ini merupakan
teknik penilaian beban kerja multidimensional yang mirip dengan metode
NASATLX (Jordan, Farmer & Belyavin, 1995) yang melibatkan responden
untuk dilakukan penilaian secara subjektif melalui pertanyaan dari empat
variabel yang berbeda untuk memperoleh skor workload secara keseluruhan
(Stanton, 2005:335), yang meliputi yaitu input demand, central demand,
output demand dan time pressure. Dari keempat variabel ini merupakan
rangkaian yang dirasakan oleh pekerja yang menimbulkan beban kerja
mental pada pekerjaan yang mereka kerjakan. Secara umum paradigma
model yang digunakan dalam pemecahan masalah ini dapat disajikan pada
gambar 2.
Sumber: Ilustrasi dari Beban Kerja Mental DRAWS dari Jordan, Farmer & Belyavin, 1995
Gambar 2 Konsep Beban Kerja Metode DRAWS
3. Metodologi
3.1 Kerangka Penelitian
Gambar 3 dibawah ini merupakan kerangka peneltian untuk
pemecahan masalah dari mulai sampai dengan selesai.
Gambar .1 Flowchart pemecahan masalah
3.1.1 Tahap Penelitian
Penlitian dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah dan tahapan,
adapun tahapannya meliputi:
1. Menentukan objek yang diteliti, untuk objek yang diteliti yaitu operator
excavator dan operator stone crusher.
2. Penentuan responden, untuk responden yang dijadikan penelitian ini
yaitu operator excavator bucket 7 orang, operator excavator breaker 15
orang, operator stone crusher tahap ke1 4 orang, dan operator stone
crusher tahap ke2 5 orang.
3. Mendeskripsikan pekerjaan terhadap variabel beban kerja DRAWS.
4. Penyebaran kuesioner.
5. Penilaian beban pekerjaan terhadap variabel DRAWS.
6. Pembobotan terhadap tingkat kepentingan pada variabel beban kerja
DRAWS.
7. Penentuan score beban kerja pegawai dengan menggunakan metode
DRAWS.
8. Melakukan analisis masalah.
4. Hasil Penelitian
4.1 Analisis Penetapan Beban Kerja Pegawai
4.1.1 Analisis Beban Kerja untuk Operator Excavator Bucket.
Tabel .2 Hasil Rekapitulasi Score Beban Kerja DRAWS pada Operator excavator
Penggali
Dengan melihat tabel 5.1 hasil rekapitulasi perhitungan beban kerja
pada Operator Excavator Penggali yang diperoleh ratarata beban kerja
sebesar 56.54%, maka kategori beban kerja untuk Operator Excavator
Penggali di PT. Alfa Granitama termasuk kedalam kategori beban kerja
optimal load karena score beban kerja yang diperoleh 40% < skor ≤ 60%.
Dengan dikethuinya score beban kerja pada operator tersebut menandakan
bahwa pekerjaan operator excavator bucket tidaklah berat ataupun ringan.
Optimal load adalah beban kerja yang harus dipertahankan, bahkan
jika bisa ditingkatkan supaya beban kerja menjadi Underload, dalam
mempertahankan kinerja ini tidak lepas dari peran manajer yang memimpin
dan mengatur semua pekerjaan tersebut dilapangan. Manajer adalah
seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengkoordinasikan
kegiatankegiatannya guna mencapai sasaran suatu organisasi.
4.1.2 Analisis Beban Kerja untuk Operator Excavator Breaker
Tabel.3 Hasil Rekapitulasi Score Beban Kerja DRAWS pada Operator Excavator
Breaker
Dari tabel 9 menunjukkan bahwa beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh pegawai pada saat melakukan pekerjaannya adalah variabel
Central Demand yaitu sebesar 41% dengan sebaran kerja fisik sebesar 43%
dan beban kerja mental sebesar 57%, dimana central demand merupakan
beban kerja yang terkait dalam penafsiran mental dan proses dalam
memutuskan tindakan terhadap tugas. Jadi beban kerja yang dirasakan
lebih banyak oleh operator dan crew stone crusher tahap ke2 di PT. Alfa
Granitama termasuk kedalam beban kerja mental dengan ratarata beban
kerja sebesar 57%, artinya jenis pekerjaan yang dilakukan operator ini
didominasi oleh jenis kerja mental.
Jika dibandingkan dengan hasil ratarata pada operator dan crew
stone crusher tahap ke1 terlihat lebih rendah selisih antara beban kerja
mental dengan beban kerja fisik, akan tetapi nilai dominan beban kerja
mental tetap pada variabel yang sama yaitu central demand dengan nilai
yang lebih tinggi yaitu sebesar 41%, sedangkan pada tahap ke1 hanya 35%.
Hal ini menunjukkan, jika dilihat dari variabel paling dominan central
demand maka beban kerja operator dan crew stone crusher tahap ke2
memiliki beban kerja mental yang lebih tinggi.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan beban kerja pada
operator excavator bucket di PT. Alfa Granitama menilai bahwa beban kerja
yang dirasakan adalah optimal load dengan ratarata score beban kerja
sebesar 56.54%. Untuk operator excavator breaker beban kerja yang
dirasakan adalah optimal load dengan ratarata score beban kerja sebesar
57.93%. Untuk operator operator dan crew stone crusher tahap ke1 beban
kerja yang dirasakan adalah optimal load dengan ratarata score beban kerja
sebesar 58.35%. sedangkan untuk operator dan crew stone crusher tahap ke2
beban kerja yang dirasakan adalah over load dengan ratarata score beban
kerja sebesar 63.59%.
Dapat diketahui juga variabel beban kerja yang paling dominan
dirasakan oleh responden. Untuk operator excavator bucket yaitu central
demand sebesar 42,86%, untuk operator excavator breaker yaitu central
demand sebesar 38%, untuk operator dan crew stone crusher tahap ke1 yaitu
sebesar 35% dan untuk operator dan crew stone crusher tahap ke2 yaitu
central demand sebesar 41%. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, Eko, 2004, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi
Kedua, Guna Widya, Surabaya.
Stanton, Neville, 2005, Human Factors Methods: A Practical Guide for
Engineering and Design, Ashgate, Michigan University.
Manuaba, A. 2000. Participatory Ergonomics Improvement at the
Workplace. Jurnal Ergonomi Indonesia Vol. I No. 1. Juni 2000: 610
Mustafa, Pulat, B, 1992, Fundamentals Of Industrial Ergonomics,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Afrizanraja, 2013, Peran Manajer Dalam Perusahaan
https://afrizanraja.wordpress.com
Purwaningsih, Sugianto, 2007. Pengukuran Beban Kerja Mental vs Kerja
Fisik