Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI


PLANT SUPPORT EQUIPMENT DEPARTMENT

Oleh :
Gito Sumarno 1, Aris Winarso 2, Muhammad Fardhan 3

Magister Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta


Gito.Sumarno17@gmail.com
rswinarso@gmail.com
Danykagawa21@gmail.com

Abstrak
PT. Pama Persada merupakan salah satu perusahaan jasa pertambangan yang beroprasi di PT Adaro
Indonesia. Dari hasil audit SMKP di PT Pama Persada pada tahun 2017 medapatkan skor 89% yang
artinya mendapatkan predikat perak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi system
manajemen dan tingkat kematangan system manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara di Plant Support Equipment Departement sebagai sample area dari keseluruhan PT Pama
Persada. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif
menggunakan survey kuisioner sedangkan metode kualitatif menggunakan teknik observasi lapangan
dan dokumen perusahaan. Untuk kuisioner, sample responden yang diambil adalah 32 orang mengacu
pada ukuran sampel Gay&Diehl (1992). Hasil dari kuisioner menunjukan nilai 88.9% yang mana
masih mendekati total nilai audit SMKP PT Pama Persada. Data yang diperoleh akan diolah dengan
interpretasi data, analisa korelasi regresi dilanjutkan dengan analisa SWOT untuk rekomendasi usulan
perbaikan. Hasil dari tingkat kematangan sistem manajemen dan tingkat kematangan budaya QHSE
di Plant Maintenance masuk dalam kategori zona 3 dengan tingkat kematangan budaya 45% dari
100% atau rendah dan tingkat kematangan SMKP Minerba pada posisi 88% dari 100 % atau sesuai
dengan persyaratan terkait. Dalam penelitian ini koefisien penentuan didapat sebesar 0,65. Hal ini
berarti bahwa variasi naik turunya kegiatan operasional yang aman, efektif, efisien dan produktif (Y)
dipengarui oleh implementasi SMKP Minerba.

Kata Kunci: SMKP, kuantitatif, Kualitatif, korelasi regresi, kematangan.

1. Pendahuluan Di lokasi kerja PT. Adaro Indonesia mining area


terdapat 3 kontraktor utama yaitu PT
Industri pertambangan batubara mengandung Pamapersada Nusantara (PAMA), PT Sapta
potensi dan faktor bahaya dengan risiko tinggi. Indera Sejati (SIS) dan PT Bukit Makmur
Hal ini dapat menimbukan kerugian pada (BUMA). PT PAMA adalah kontraktor dengan
perusahaan baik kerusakan pada peralatan jumlah produksi terbesar dalam 1 bukaan
produksi, cidera pada pekerja maupun kerusakan tambang pada tahun 2016 dengan target 20.5
pada lingkungan kerja. Sumber-sumber bahaya MTon batubara dan 125Mbcm Overburden.
perlu dikelola dan dikendalikan untuk Dengan jumlah sebanyak itu maka jumlah A2B
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat yang bekerja juga sangat banyak dan sangat
kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber berpotansi mengalami kecelakan baik di area
bahaya maka sumber-sumber bahaya tersebut operasional maupun diarea Plant. Ditahun 2014
harus ditemukan dengan melakukan identifikasi pemerintah Indonesia melalui Kementerian
sumber bahaya potensial yang ada di tempat Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan
kerja.(Suma’mur 1993). Pemerintah Indonesia permen ESDM No. 38 tahun 2014 tentang
mengeluarkan undang-undang No.1 tahun 1970 penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan Pertambangan Mineral dan Batubara, dimana
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan sistem manajemen ini bersifat wajib untuk
keselamatanya dalam melakukan pekerjaan diterapkan. Sistem ini merupakan bagian dari
untuk kesejahteraan hidup dan produktifitas sistem perusahaan secara keseluruhan dalam
nasional. Pemerintah juga mengeluarkan rangka pengendalian risiko keselamatan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi pertambangan yang meliputi Keselamatan dan
No. 555K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
dan Kesehatan Kerja di Pertambangan Umum. Pertambangan. Dengan keluarnya permen ESDM
No. 38 tahun 2014 PT. Adaro Indonesia wajib

1
untuk menerapkan sistem manajemen Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai
keselamatan pertambangan Mineral dan batubara pengambilan ukuran dari sampel selama sampel
diarea kerja, dan mengintegrasikan dengan sudah mewakili karakteristik dari populasi.
sistem yang sudah ada. Namun dalam penelitian yang bersifat psikologi
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan seperti pada penelitian pendidikan, Semakin
analisis penerapan sistem manajemen keselamtan besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih
pertambangan mineral dan batubra beserta stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga
tingkat kematangannya serta malakukan harus mempertimbangkan jumlah data yang
identifikasi faktor penyebab terjadinya dibutuhkan untuk keperluan analisis statistik.
kecelakaan. Pada penelitian ini menggunakan Gay dan Diehl
(1992) pada kajian penelitian korelasi, jumlah
2. Metode sampel minimum adalah 30 subjek. Korelasi
sederhana merupakan suatu teknik statistik yang
Berdasarkan studi dokumen dan observasi dipergunakan untuk mengukur kekuatan
lapangan, kegiatan pertambangan di Pit South hubungan 2 variabel dan juga untuk dapat
Tutupan secara umum terbagi menjadi tujuh mengetahui bentuk hubungan antara 2 Variabel
Kegiatan utama yaitu Pembersihan lahan ( Land tersebut dengan hasil yang sifatnya kuantitatif.
Clearing), Pengupasan Tanah Pucuk ( Top Soil Kekuatan hubungan antara 2 variabel yang
Removal), Pengupasan batuan Penutup ( dimaksud disini adalah apakah hubungan
OverBurden Removal ), Pengambilan Batubara ( tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat
Coal Getting), Membawa Batubara Ke ROM ( sedangkan bentuk hubungannya adalah apakah
Coal haul) dan Pengolahan air limbah baik bentuk korelasinya linear Positif ataupun linear
limbah TSS maupun limbah B3. Plant Support negatif. Regresi linear adalah metode statistik
Equipment Department memiliki peran untuk yang berfungsi untuk menguji sejauh mana
memastikan bahwa semua peralatan pendukung hubungan sebab akibat antara variabel faktor
operasional tersedia, berjalan/beroperasi sesuai penyebab (X) terhadap variabel akibatnya. faktor
dengan standar yang sudah ditetapkan demi penyebab pada umumnya dilambangkan dengan
terjaganya kelangsungan proses produksi. X atau disebut juga dengan predictor sedangkan
Peralatan pendukung operasional disini adalah variabel akibat dilambangkan dengan Y atau
alat pendukung langsung maupun tidak langsung disebut juga dengan response. regresi linear
terhadap proses produksi. sederhana atau sering disingkat dengan SLR
Penelitian ini menggunakan pendekatan (Simple Linear Regression) juga merupakan
kuantitatif karena bermula dari melihat salah satu metode statistik yang dipergunakan
performance di Plant Support Equipment dalam produksi untuk melakukan peramalan
Department, dimana masih tidak sesuai dengan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas
target yaitu zero incident dan mengakibatkan maupun kuantitas. Regresi linear adalah metode
kerugian pada PT Pama Persada. Metode statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh
penelitian yang digunakan secara kuantitatif dan mana hubungan sebab akibat antara variabel
kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya.
teknik survey kuesioner, sedangkan metode faktor penyebab pada umumnya dilambangkan
kualitatif menggunakan teknik observasi dengan X atau disebut juga dengan predictor
lapangan, dan dokumen perusahaan. Penelitian sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan
ini mendiskripsikan dan menganalisis Y atau disebut juga dengan response. regresi
implementasi Sistem Manajemen Keselamatan linear sederhana atau sering disingkat dengan
Pertambangan di Plant Support Equipment SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan
Departement terhadap kinerja Keselamatan dan salah satu metode statistik yang dipergunakan
Kesehatan Kerja. dalam produksi untuk melakukan peramalan
Pembobotan untuk setiap elemen dalam SMKP ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas
Minerba dilakukan berdasarkan tingkat maupun kuantitas.
kepentingan dari masing-masing elemen yaitu
elemen Kebijakan, Perencanaan, organisasi dan 2.1 Metode Pengumpulan Data
personel, Implementasi, Evaluasi dan tindak
lanjut, Dokumentasi, dan Tinjauan Manajemen. Tempat penelitian dilakukan di PT. Pama
Skala Likert adalah sekala pengukuran yang Persada site PT Adaro Indonesia, Plant Support
digunakan untuk mengukur sikap seseorang, Equipment Department. Waktu yang yang
dengan menempatkan kedudukan sikapnya pada dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian
kesatuan perasaan kontinum yang berkisar dari tersebut adalah dari bulan October 2017 – Maret
sangat positif hingga ke sangat negative. Untuk 2018.
sample, 3.8.2. Ukuran Sampel Sampel untuk data kuantitatif dikumpulkan
dengan teknik proportionate stratified random
sampling. Sampel akan diambil secara

2
proporsianal berdasarkan jenjang jabatanya. manfaat yang dirasakan, hambatan yang
Jumlah karyawan di Plant Support Equipment dihadapi, dan tingkat kematangan sistem
Department sebanyak 107 orang. Jumlah manajemen serta budaya K3. Data yang
responden yang di ambil sebanyak 30 persen dari dianalisis dengan menggunakan pendekatan ini
total karyawan atau sebanyak 32 Orang. adalah hasil kuesioner. Analisis korelasi yang
mengacu pada ukuran sampel yang kemukakan digunakan adalah uji korelasi Pearson Product
oleh Gay dan Diehl (1992). berikutnya setelah Moment. Uji korelasi yang dalam formula/rumus
mendapatkan hasil kuesioner adalah dilambangkan dengan huruf “r” digunakan untuk
pengumpulan sampel data kualitatif diantaranya mengukur besarnya hubungan variabel bebas X
adalah studi dokumen perusahaan dan observasi (implemantasi sistem manajemen keselamatan
lapangan. Kegiatan pertama yang dilakukan pertambangan) terhadap variabel terikat Y
adalah memeriksa dokumen-dokumen terkait (kinerja operasioanal yang aman efektif, efisien
implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan produktif). Analisis regresi linear sederhana.
Pertambangan Miniral dan Batubara di Plant Analisis ini digunakan untuk mengetahui
Support Equipment Department. Dokumen- seberapa besar pengaruh variabel bebas X
dokumen tersebut berguna sebagai bahan (implemantasi sistem manajemen keselamatan
evaluasi tingkat implementasi SMKP Minerba. pertambangan) terhadap variabel terikat Y
Pengamatan ke lapangan juga dilakukan selain (kinerja operasioanal yang aman efektif, efisien
pemeriksaan dokumen perusahaan untuk dan produktif). Analisis SWOT dilakukan dari
mengkonfirmasi penerapan dokumen tersebut hasil survey lapangan dan hasil kuesioner terkait
dan hasil kuesioner. Data sekunder yang dengan implementasi sistem manajemen
diperlukan dalam penelitian ini adalah peta keselamatan pertambangan mineral dan batubara
lokasi penelitian, struktur organisasi perusahaan, serta hambatan dan manfaat yang dihadapi oleh
dolument K3LH, undang- undang no 1 tahun para karyawan di Plant Support Equipment
1970, PerMen ESDM no 38 tahun 2014 dan Department.
bahan ajar SMKP PT Adaro Indonesia.
3. Hasil dan Pembahasan
2.2 Metode Analisis Data
Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi
Pada penelitian tesis ini, instrument yang sistem manajemen keselamatan pertambangan
digunakan adalah kuesioner dengan mengajukan secara keseluruhan di Plant Support Equipment
sejumlah pertanyaan mengenai penerapan sistem Department berdasarkan perhitungan skala Likert
manajemen keselamatan pertambangan pada dengan nilai 88%. Akan dibahas elemen- elemen
kegiatan usaha pertambanga di Plant Support yang ketercapaiaanya dibawah 90%.
Equipment Department PT. Pama Persada. Jenis Permasalahan serta aksi perbaikan yang
pertanyaan dari kuesioner ini menggunakan jenis disarankan.
pertanyaan tertutup untuk mempermudah Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi
responden menjawab pertanyaan dan sistem manajemen keselamatan pertambangan
memfokuskan jawaban yang diharapkan penulis. elemen Perencanaan di Plant Support Equipment
Pertanyaan pada kuesioner diambil dari kriteria Department berdasarkan perhitungan skala Likert
elemen dan subelemen pada lampiran II dengan nilai 89%. Pada sub-bab 4.7.2. hasil
PERMEN ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang kuisioner pada elemen perencanaan dengan
penerapan SMKP Minerba. rerata 89% mempunyai nilai rendah pada 2
Metode penelitian yang digunakan untuk pernyataan. Yang pertama mendapatkan nilai
mengukur penerapan sistem keselamatan 86%. Dari sini kita dapat menilai bahwa pada
pertambangan (SMKP) pada aktifitas responden memperlihatkan untuk SMKP di PSE
pertambangan batubara Plant Support Equipment Departemen masih dapat ditingkatkan lagi.
Department PT. Adaro Indonesia adalah Skala Untuk SOP atpun JSA yang menjadi acuan
Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert bekerja di PSE masih dapat di parsialkan dan
(1995). Pertanyaan pada kuesioner yang diperbaharui sesuai dengan kondisi terbaru.
disebarkan menjadi indikator dalam menentukan Pernyataan “Perusahaan melakukan penelaahan
tingkat keberhasilan penerapan sistem awal sistem keselamatan pertambangan “
manajemen keselamatan pertambangan (SMKP) mendapatkan nilai 88%. Pernyataan ini berkaitan
untuk mencapai Zero Accident. Dalam penelitian dengan Tujuan, Sasaran dan Program K3LH (
ini menggunkan skala Likert lima tingkat yaitu TSP K3LH). Berdasarkan respon responden
sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju terkait dengan TSP mendapatkan respon sikap
dan sangat tidak setuju. Hasil dikalikan nilai sangat positif dengan skor nilai 88%, artinya TSP
bobot untuk skor 1000 dan mendapatkan pada sudah dilakukan dengan baik. Belum optimalnya
level mana ketercapaian SMKP hasil kuisioner. penerapan TSP berdasarkan pengamatan yang
Interpretasi data dilakukan untuk menjelaskan dilakukan oleh peneliti ada 4 (empat) hal yang
mengenai implementasi SMKP Minerba,

3
mengakhibatkanya, antara lain waktu, budget, tinjauan manajemen dan komunikasi terkait hasil
keterlibatan karyawan dan tingkat kejelasan TSP. tinjauan manajemen terhadap keselamatan
Ketercapaian fungsi berdasarkan TSP menjadi pertambangan kepada karyawan di Plant
keharusan agar fungsi tetap selarah dengan Maintenance sudah berjalan dengan baik dan
program K3LH efektif. Rasio respon positif yang lebih tinggi
Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi daripada resposn sangat positif ini
sistem manajemen keselamatan pertambangan mengindikasikan tidak semua karyawan
elemen organisasi dan peronel di Plant Support mendapatkan sosialisasi hasil tinjauan ulang
Equipment Department berdasarkan perhitungan manajemen dikarenakan sosialisasi hanya
skala Likert dengan nilai 89%. Pada Elemen ini dilakukan satu kali saja padahal tidak semua
dari tardapat perrnyataan yang nilainya rendah karyawan hadir pada kesempatan tersebut karena
mengenai organisasi dan personel yang masih karyawan tersebut sedang libur atau cuti. Sistem
rendah yaitu struktur organisasi dan tanggung kerja yang digunakan dengan roster 8 minggu 2
jawab, dikarenakan tidak lengkapnya personel minggu dan 10 minggu 2 minggu sehinga setiap
dan alokasi SDM yang masih mengerjakan harinya ada 28% karyawan yang libur. Hasil
pekerjaan dengan merangkap ke pekerjaan lain. temuan mengatakan bahwa pekerja merasa
Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi dihargai dan diapresiasi jika hasil tinjauan ulang
sistem manajemen keselamatan pertambangan manajemen ini dapat disosialisasikan kepada
elemen implementasi di Plant Support mereka. Hal ini dapat menjadi acuan meraka
Equipment Department berdasarkan perhitugan untuk menilai seberapa jauh kinerja mereka
skala Likert dengan nilai 89%. a. Berdasarkan dalam hal melakukan pekerjaan.
hasil evalusi responden terkait dengan Analisis korelasi dalam penelitian ini koefisien
komunikasi hanya mendapatkan nilai sebesar penentuan didapat sebesar 0,65 sehingga dapat
86%, berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikatakan adanya hubungan yang kuat. Analisis
oleh peneliti hal ini dikarenakan prosedur regresi yang digunakan adalah analisis regresi
mengenai komunikasi yang ada belum cukup linier sederhana. Dalam analisis regresi linier ini
komprehensif. Prosedur yang ada hanya berbunyi dengan menggunakan program MS. Excel
sosialisasi saja, sosialisasi seperti apa tidak didapat persamaan regresi linier sederhana
dijelaskan dengan rinci. Di dalam prosedur sebagai berikut Y = 36 + 0.0397X. dapat
komunikasi tidak ada pernyataan yang diartikan bahwa kenaikan nilai variable X
menyatakan dengan jelas bagaimana untuk (implementasi sistem manajemen keselamatan
memastikan bahwa komunikasi yang pertambangan mineral dan batubara) diikuti juga
disampaikan benar-benar disampaikan dan dengan kenaikkan variable Y. sebaliknya
dipahami ke level pekerja paling bawah. penurunan nilai variabel X juga diikuti dengan
Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi penurunan nilai variabel Y. Artinya apabila nilai
sistem manajemen keselamatan pertambangan variabel X naik, maka nilai variabel Y juga ikut
elemen dokumentasi di Plant Support Equipment naik. Dan apabila nilai variabel X turun, maka
Department berdasarkan perhitungan skala Likert nilai variabel Y juga turun.
dengan nilai 86%. Hal ini disebabkan oleh Tingkat kematangan sistem manajemen di Plant
lemahnya sosialisasi mengenai dokumen Support Equipment Department sebesar 88%.
perusahaan yang dilakukan oleh pengawas Mengacu pada gambar 3.6 mengenai zona
operasional. Kondisi ini mengakhibatkan para tingkat kematangan sistem manajemen dan
pekerja tidak mengetahui mereka memiliki budaya QHSE pada sub-sub bab 3.10 (ISO 9001
dokumen tersebut sehingga para pekerja atau Auditing Practices Group, 2009) dan (ISO
pengawas harus menanyakan dokumen tersebut 17021, 2006) maka tingkat kematangan sistem
kapada pengendali dokumen. Faktor penyebab manajemen di Plant Support Equipment
rendahnya penilaian terhadap elemen Department dapat dikategorikan dalam berada
dokumentasi juga diakhibatkan susahnya akses pada zona 3. Hal ini dikarenakan kebijakan,
untuk mendapatkan dokumen seperti SOP, JSA SOP, TSP,WI, JSA, manual dan lainya sudah
atau WI, karena dokumen tersebut masih cukup mencakup aspek mutu, lingkungan, K3
tersimpan didalam komputer atau tempat dan KO sesuai dengan persyaratan SMKP
penyimpanan pengawas belum ditempatkan pada Minerba. Tingkat kematangan budaya QHSE di
lokasi kerja masing-masing yang mudah diakses Plant Support Equipment Department sebesar
oleh semua pekerja. 45%. Berdasarkan gambar 3.4 mengenai zona
Hasil analisis kuesioner tingkat implementasi tingkat kematangan sistem manajemen dan
sistem manajemen keselamatan pertambangan budaya QHSE pada sub-sub bab 3.10 (ISO 9001
elemen tinjauan manajemen di Plant Support Auditing Practices Group, 2009) dan (ISO
Equipment Department berdasarkan perhitungan 17021, 2006) maka tingkat kematangan sistem
skala Likert dengan nilai 86%. Hal ini manajemen di Plant Support Equipment
menunjukan bahwa konsistensi pelaksanaan Department dapat dikategorikan dalam berada

4
pada zona 1 yaitu kualitas budaya dengan tingkat
kematangan rendah.

3.1 Tabel

Tabel1:Klasifikasikeberhasilan SMKP

Sumber: Permen 38 tahun 2014

Tabel2:Klasifikasikeberhasilan SMKP
Gambar 2. Tingkat Kematangan SMKP
(Hasil Penelitian)

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
untuk menjawab tujuan penelitian maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Sumber: hasil penelitian 1.Implementasi SMKP Minerba di Plant Support
Equipment Departemet telah berjalan cukup baik
Tabel3: Kualitas Budaya QHSE dan efektif. Hal ini didukung dengan hasil
analisis kuesioner yang dibagikan pada karyawan
dengan nilai total sebesar 88.9%. dengan kata
lain penerapan SMKP Minerba di Plant Support
Equipment Departemet dengan kategori perak.
2.Tingkat kematangan sistem manajemen dan
tingkat kematangan budaya QHSE di Plant
Support Equipment Departemet masuk dalam
kategori zona 3 dengan tingkat kematangan
budaya 45% dari 100% atau rendah dan tingkat
kematangan SMKP Minerba pada posisi 88%
dari 100% atau sesuai dengan persyaratan terkait.
3.Element yang harus segera di naikkan
pencapaiannya adalah elemen dokumentasi dan
tinjauan manajemen dimana kedua elemen ini
adalah penyumbang skor terendah dengan
Sumber: hasil penelitian masing masing 86%.
4.Efesiensi budget menjadi hal utama yang harus
3.2 Gambar disiasati karena dominan sub elemen yang
membutuhkan improvement terkendala adanya
penurunan aktivitas dikarenakan adanya program
efisiensi

Ucapan Terima Kasih


Atas selesainya penyusunan tesis ini, diucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc, Rektor
UPN “Veteran” Yogyakarta
2.Dr.Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ketua Program
Studi Magister Teknik Pertambangan FTM UPN
“Veteran” Yogyakarta
3. Dr. Ir. Waterman SB., MT, Pembimbing I
4. Dr. Edy Nursanto, ST, MT, Pembimbing II
5. Semua pihak yang telah membantu dalam
Gambar 1. Analisis Implementasi SMKP Minerba penyusunan Tesis.
(Hasil Penelitian)
Daftar Pustaka
1. Ating, Somantri, 2006, Aplikasi Statistika
Dalam, Penelitian, Bandung. Pustaka Setia.

5
2. Chen, Peter, 2014, Kajian Sistem Manajemen
Mutu, Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Menuju Pertambangan
yang Ramah Lingkungan di Indonesia,
Tesis, Juli 2014.

3. Firani, Marisca., dan Langi, Tjakra., Evaluasi


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Peningkatan
Fasilitas PT. Trakindo Utama Balikpapan”
Jurnal Sipil Statik vol.1 No.5, April 2013.

Anda mungkin juga menyukai