Anda di halaman 1dari 90

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
PUTUSAN

a
No. 133 PK/Pid/2011

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG

ne
ng
memeriksa perkara pidana dalam Peninjauan Kembali telah memutuskan

do
gu
sebagai berikut dalam perkara Terpidana :
Nama : POLLYCARPUS BUDIHARI

In
A
PRIYANTO;
Tempat lahir : Solo;
ah

lik
Umur/tanggal lahir : 44 tahun / 26 Januari 1961 ;
Jenis kelamin : Laki-laki;
am

ub
Kebangsaan : Indonesia ;
Tempat tinggal : Jalan Pamulang Permai I Blok B No.
1, RT.01/22, Pamulang Barat,
ep
k

Tangerang;
ah

Agama : Katolik;
R

si
Pekerjaan : Pilot Garuda;
Mahkamah Agung tersebut;

ne
ng

Membaca surat dakwaan Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri


Jakarta Pusat sebagai berikut :

do
gu

KESATU :
Bahwa Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO baik bertindak
In
A

secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama dengan YETI SUSMIARTI dan


OEDI IRIANTO (dalam berkas terpisah) pada hari Senin tanggal 6 September
ah

lik

2004 sampai dengaan Selasa tanggal 7 September 2004 atau setidak-tidaknya


ada suatu waktu tertentu dalam bulan September 2004 bertempat di dalam
Pesawat Garuda Indonesia Airways Nomor Penerbangan GA-974 tujuan Jakarta
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Singapura yang berdasarkan Pasal 3 KUHP juncto Pasal 86 KUHAP, Pengadilan

a
Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, telah

si
melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan dengan
sengaja dan direncanakan terlebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain yaitu

ne
ng
jiwa korban MUNIR, S.H. yang dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai
berikut :

do
gu
Bahwa Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang sejak
tahun 1999 telah melakukan berbagai kegiatan dengan dalih untuk menegakkan

In
A
Negara Kesatuan Republik Indonesia melihat korban MUNIR, SH sebagai Ketua
Dewan Pengurus Kontras dan Direktur Eksekutif Imparsial, yang sering
ah

lik
mengidentifikasikan dirinya penggerak dan pelopor pembangunan demokrasi,
membela Hak Asasi Manusia dan tidak jarang bahkan terbiasa mengkritisi
program Pemerintah, melakukan kritik sosial, komentar, tanggapan yang
am

ub
bernada negatif serta kegiatan lainnya, yang dinilai oleh Terdakwa maupun pihak
tertentu telah sangat mengganggu dan menjadi halangan atau kendala bagi
ep
k

terlaksananya program pemerintah, mengakibatkan adanya pihak, termasuk


ah

Terdakwa sendiri yang tidak dapat menerimanya;


R

si
Berlatar belakang anggapan dan penilaian tersebut mendorong Terdakwa
merasa perlu harus menghentikan kegiatan korban MUNIR, SH. dengan

ne
ng

merencanakan cara-cara yang sangat matang untuk menghilangkan jiwa korban


MUNIR, SH;

do
gu

Guna mewujudkan rencananya menghilangkan jiwa korban MUNIR, SH


mulailah Terdakwa memonitor kegiatan MUNIR, SH. Baik secara langsung
In
maupun tidak langsung, hingga diketahuinya rencana korban MUNIR, SH. yang
A

akan berangkat ke Belanda untuk melanjutkan study;


Selanjutnya untuk memastikan tentang kepastian keberangkatan MUNIR,
ah

lik

SH. tersebut pada tanggal 4 September 2004 Terdakwa telah berusaha


menelepon MUNIR, SH. melalui Handphone milik MUNIR, SH., yang ternyata
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
diterima oleh saksi SUCIWATI (istri MUNIR, SH,) dengan maksud menanyakan

a
kapan keberangkatan MUNIR, SH, ke Belanda yang dijawab oleh saksi

si
SUCIWATI bahwa MUNIR, SH., akan berangkat hari Senin tanggal 6 September
2004 ;

ne
ng
Setelah mengetahui kepastian tanggal keberangkatan MUNIR, SH., maka
Terdakwa lalu mencari peluang agar bisa berangkat bersama-sama dengan

do
gu
MUNIR, SH., pada tanggal 6 September 2004, dimana Terdakwa meminta
perubahan tugas penerbangan sebagai extra crew sedangkan sesuai jadwal

In
A
tugasnya Terdakwa pada tanggal 5 September 2004 sampai dengan 9
September 2004 seharusnyalah berangkat ke Peking China namun kemudian
ah

lik
dirubah pada tanggal 6 September 2004 menjadi ke Singapura. Perubahan
tersebut tertuang dalam Nota Perubahan Nomor : OFA/219/04 tanggal 6
September 2004 yang dibuat oleh ROHAINIL AINI dengan alasan yang
am

ub
dikemukakan Terdakwa saat itu adalah karena adanya tugas dari saksi
RAMELGIA ANWAR selaku Vice President Corporate Security PT. Garuda
ep
k

Indonesia yang untuk selanjutnya dalam pelaksanaannya akan menghubungi


ah

Chief Pilot KARMAL FAUZA SEMBIRING. Padahal penugasan tersebut


R

si
sebenarnyalah tidak pernah ada, namun karena alasan tersebut maka
diterbitkanlah General Declaration bagi keberangkatan Terdakwa ke Singapura

ne
ng

sebagai Extra Crew dinyatakan untuk melaksanakan tugas Aviation Security


sementara tugas Aviation Security tersebut bukanlah merupakan spesialisasi

do
gu

tugas Terdakwa yang tugas pekerjaannya di Iingkungan PT.Garuda Indonesia


adalah sebagai Pilot atau setidak-tidaknya Terdakwa tidak mempunyai surat
In
khusus sebagai Aviation Security;
A

Selanjutnya pada tanggal 6 September 2004 Terdakwa berangkat ke


Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk terbang ke Singapura dengan
ah

lik

menumpang pesawat Garuda Indonesia Airways dengan nomor penerbangan


GA-974, pesawat yang sama yang ditumpangi oleh MUNIR, SH;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Setelah melakukan check in, Terdakwa kemudian berjalan menuju

a
pesawat melalui koridor yang menghubungkan ruang tunggu dengan pintu

si
pesawat. Saat itu Terdakwa melihat MUNIR, SH. sedang berjalan menuju pintu
pesawat;

ne
ng
Terdakwa kemudian menghampiri MUNIR, SH. sambil menyapa dan
menanyakan tempat duduk yang oleh MUNIR, SH., ditunjukkan seat numbernya

do
gu
yakni nomor 40 G di kelas ekonomi ;
Seianjutnya MUNIR, SH. yang menanyakan di mana letak seat tersebut

In
A
dijawab oleh Terdakwa adanya di belakang. Namun saat itu Terdakwa
menawarkan tempat duduknya di Bisnis Class nomor 3 K kepada MUNIR, SH.,
ah

lik
hal mana dimaksudkan dan dengan tujuan untuk mempermudah Terdakwa
melaksanakan rencananya untuk menghilangkaan nyawa MUNIR, SH., karena
pada kelompok seat 3 K di kelas bisnis hanya terdapat 18 tempat duduk;
am

ub
Bahwa untuk menghilangkan kecurigaan orang lain, Terdakwa kemudian
memberitahukan kepada saksi BRAHMANIE HASTAWATI selaku Purser
ep
k

pesawat tersebut perihal perubahan fasilitas tempat duduk Terdakwa di Bisnis


ah

Class kepada MUNIR, SH., yang selanjutnya saksi BRAHMANIE HASTAWATI


R

si
mendatangi MUNIR, SH. dan menyalaminya;
Setelah itu saksi BRAHMANIE HASTAWATI mempersilahkan Terdakwa

ne
ng

untuk duduk di Premium Class dan beberapa saat kemudian sebelum pesawat
tinggal landas, saksi OEDI IRIANTO sebagai pramugara pun melaksanakan

do
gu

tugasnya menyiapkan Welcome drink kepada para penumpang termasuk


MUNIR, SH. Bahwa pada saat saksi OEDI IRIANTO menyiapkan Welcome drink
In
tersebut, Terdakwa segera beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju
A

Pantry dekat bar premium. Pada saat mana kiranya maksud Terdakwa untuk
memasukkan sesuatu ke dalam minuman orang juice yang akan dihidangkan
ah

lik

kepada MUNIR,SH. yang sesuai hasil pemeriksaan laboratorium Kementerian


Kehakiman Lembaga Forensik Belanda tanggal 13 Oktober 2004, ditandatangani
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
oleh dr. ROBBERT VISSER, dokter dan patolog bekerjasama dengan dr. B.

a
KUBAT dipastikan adalah racun arsen dalam jumlah yang mematikan ;

si
Bahwa Terdakwa memasukkan racun arsen ke dalam minuman orange
juice tersebut karena Terdakwa tahu MUNIR, SH. tidak minum alkohol,

ne
ng
sedangkan minuman yang disajikan sebagai welcome drink hanyalah orange
juice dan wine;

do
gu
Selanjutnya saksi YETI SUSMIARTI sebagai pramugari mengambil dua
gelas berisi wine dan dua gelas berisi orange juice dimana khusus dua gelas

In
A
orange juice telah dimasukkan racun arsen dan diatur dalam nampan secara
selang-seling masing-masing dua gelas di depan berisi wine dan orange juice
ah

lik
yang telah dimasukkan racun arsen tersebut serta dua gelas di belakang dengan
komposisi yang sama. Selanjutnya saksi YETI SUSMIARTI menuju ke empat
duduk 3 K kelas bisnis tempat MUNIR, SH., duduk untuk menyajikan minuman.
am

ub
Setelah berada di depan MUNIR, SH., saksi YETI SUSMIARTI menawarkan
minuman tersebut kepada saksi LIE KHIE NGIAN yang duduk di sebelah
ep
k

MUNIR, SH. lebih dahulu dan yang diambil adalah minuman wine;
ah

Bahwa saat menawarkan minuman tersebut, baik Terdakwa, saksi OEDI


R

si
IRIANTO dan saksi YETI SUSMIARTI tahu dan dapat memastikan bahwa saksi
LIE KHIE NGIAN yang adalah warga Belanda akan memilih Wine;

ne
ng

Setelah itu saksi YETI SUSMIARTI menyajikan minuman kepada


MUNIR,SH. ,yang nampaknya tanpa rasa curiga lalu mengambil orange juice

do
gu

yang disajikan paling depan, dan minuman itulah yang telah dicampur dengan
racun arsen;
In
Pada saat yang sama apa yang dilakukan Terdakwa adalah mengawasi
A

kegiatan saksi YETY SUSMIARTI ketika menyajikan minuman kepada MUNIR,


SH. mengamati MUNIR, SH. yang duduk ditempatnya, saat meminum orange
ah

lik

juice dalam gelas yang ada ditangannya, dan Terdakwa mondar-mandir di depan
pantry dekat bar Bisnis Class. Dan setelah Terdakwa meyakini bahwa MUNIR,
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
SH. telah meminum habis orange juice yang telah dimasukkan racun arsen

a
tersebut, Terdakwa barulah kemudian naik ke premium class upperdeck dan

si
sempat menuju ke ruang pilot untuk berbicara dengan saksi PANTUN
MATONDANG selaku pilot;

ne
ng
Setelah penerbangan selama kurang lebih 120 (seratus dua puluh) menit,
maka pada pukul 23.32 WIB pesawat Garuda Indonesia Airways Nomor

do
gu
Penerbangan GA-974 mendarat di Bandara Changi Singapura dan kemudian
seluruh crew pesawat termasuk Terdakwa pun turun untuk dilakukan

In
A
penggantian crew, dimana crew dari Jakarta yang baru turun selanjutnya
menginap di Novotel Hotel Singapura;
ah

lik
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Belanda di bandara Changi
MUNIR,SH. menunggu selama kurang lebih 1 jam 13 menit untuk transit.
Selanjutnya MUNIR, SH. yang kembali naik pesawat tersebut harus duduk pada
am

ub
seatnya sendiri nomor 40 G Economy Class dan pada pukul 00.45 WIB tanggal
7 September 2004 pesawat tinggal landas dari bandara Changi Singapura.
ep
k

Selang 15 menit setelah take off, MUNIR, SH. mulai merasa mules sebagai
ah

akibat mulai bereaksinya racun arsen di dalam tubuhnya disusul selanjutnya


R

si
korban muntah-muntah hingga muntahnya mengenai kaos dan celana yang
dikenakan korban pada saat itu;

ne
ng

3 (tiga) jam kemudian setelah take off dari Singapura tersebut saksi
PANTUN MATONDANG selaku pilot mendapat laporan dari purser MADJIB

do
gu

NASUTION bahwa korban MUNIR, SH. sakit dan sudah ditangani oleh dokter
Tarmizi. Selanjutnya saksi PANTUN MATONDANG lalu memerintahkan purser
In
MADJIB R. NASUTION untuk memonitor perkembangannya. Saat itu korban
A

MUNiR, SH., diputuskan dibawa ke bisnis class untuk dibaringkan dan oleh saksi
Dr. TARMIZI diberikan 2 (dua) butir tablet New Diatabs ; 1 (satu) butir Zantac ; 1
ah

lik

(satu) butir Promag dan juga diberikan suntikan Primperam dan Diazepam
sehingga korban MUNIR, SH. terlihat menjadi tenang;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Namun 2 (dua) jam sebelum mendarat, saksi PANTUN MATONDANG

a
kembali menerima laporan dari purser MADJIB NASUTION bahwa korban

si
MUNIR, SH. telah meninggal dunia, yang selanjutnya saksi PANTUN
MATONDANG selaku pilot segera mengundang dokter TARMIZI untuk mendapat

ne
ng
penjelasan bahwa saudara MUNIR, SH. menderita sakit perut dan muntaber
yang beberapa saat setelah mendapat laporan bahwa korban MUNIR, SH.

do
gu
meninggal dunia, lalu dibuatkan surat kematian;
Berdasarkan hasil visum et repertum yang dibuat pro justitia dari

In
A
Kementrian Kehakiman lembaga Forensik Belanda tanggal 13 Oktober 2004
yang ditandatangani oleh dr. ROBERT VISSER, dokter dan patolog bekerjasama
ah

lik
dengan dr. B. KUBAT, menerangkan tentang telah dilakukannya pemeriksaan
atau otopsi mayat atas nama MUNIR, SH. berlangsung dari tanggal 8 September
2004 sampai dengan tanggal 13 Oktober 2004 dengan kesimpulan bahwa pada
am

ub
MUNIR, usia 38 tahun, terjadinya kematian dapat dijelaskan disebabkan oleh
karena pada pemeriksaan toksikologi ditemukan "konsentrasi arsen sangat
ep
k

meningkat" di dalam darah konsentrasi arsen "meningkat" di dalam urin dan


ah

konsentrasi arsen "sangat meningkat" di dalam isi lambung;


R

si
Selanjutnya pakaian korban MUNIR, SH. yang terkena muntahan pada
saat di atas pesawat, setelah dilakukan pemeriksaan di Pusat Laboratorium

ne
ng

Forensik Badan Reserse Kriminal Polri, berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan


Laboratorium Kriminalistik Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal

do
gu

Polri Nomor LAB: 3952/KTF/2002 tanggal 14 Juli 2005, pemeriksaan terhadap


barang bukti : kaos lengan pendek warna abu-abu dan biru, celana panjang
In
jeans warna hitam, kaos kaki warna biru dan celana dalam warna coklat milik
A

alm. MUNIR, S.H. dapat disimpulkan bahwa barang bukti berupa 1 (satu) potong
kaos lengan pendek warna abu-abu dan biru serta 1 (satu) potong celana
ah

lik

panjang jeans warna hitam positif mengandung arsen;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Perbuatan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut

a
diatur dan diancam pidana berdasarkan Pasal 340 KUH Pidana jo. Pasal 55 ayat

si
(1) ke-1 KUH Pidana ;
DAN

ne
ng
KEDUA
Bahwa Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO baik bertindak

do
gu
secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama dengan RAMELGIA ANWAR dan
DHANIL AINI (dalam berkas terpisah) pada hari Senin tangal 6 September 2004

In
A
bertempat di Kantor PT. Garuda Indonesia Airways Bandara Soekarno Hatta
Cengkareng yang berdasarkan Pasal 84 ayat 2 KUHAP Pengadilan Negeri
ah

lik
Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, telah
melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan dengan
sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah asli, dan
am

ub
pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian, perbuatan mana dilakukan
Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :
ep
k

Bahwa Terdakwa pada tanggal 6 September 2004 sekira pukul 15.00 Wib
ah

sampai dengan 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada sore hari telah menelpon
R

si
saksi ROHANIL AINI, dimana saat itu Terdakwa menanyakan keberadaan
Capten, yang kemudian dijawab oleh saksi ROHANIL AINI "untuk apa ? ;

ne
ng

Selanjutnya Terdakwa mengatakan bahwa Terdakwa ditugaskan oleh


saksi RAMELGIA ANWAR untuk ke Singapura dan akan on board dengan

do
gu

GA-974, padahal Terdakwa tahu bahwa saksi RAMELGIA ANWAR sedang


berada di luar kota. Mendengar permintaan itu saksi ROHANIL AINI kemudian
In
rnenanyakan bagaimana dengan pale KARMAL (saksi Capt. KARMAL FAUZA
A

SEMBIRING) selaku atasan dari Terdakwa dan dijawab oleh Terdakwa bahwa
saksi RAMELGIA ANWAR akan menelpon Pak KARMAL. Kemudian saksi
ah

lik

ROHANIL AINI sebelurn menutup telepon sempat mengatakan "Saudara janji


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
pak RAMELGIA harus menghubungi Capt.KARMAL" dan dijawab oleh Terdakwa

a
"ya" ;

si
Berdasarkan hasil pembicaraan tersebut, saksi ROHANIL AINI menjadi
percaya dan yakin karena status Terdakwa sebagai pilot senior Garuda sehingga

ne
ng
akhirnya saksi ROHANIL AINI membuat Nota Perubahan Schedule Nomor :
OFA/219/04 saat itu juga yang ditandatangani sendiri oleh saksi ROHANIL AINI

do
gu
padahal saksi ROHANIL AINI tidak berwenang untuk itu. Nota perubahan
tersebut sebagai perubahan atas nota OFA/210/ 04 tanggal 31 Agustus 2004

In
A
yang berisikan pembatalan schedule pemberangkatan Terdakwa sebagai extra
crew ke Peking. Keyakinan saksi ROHANIL AINI juga didasarkan pada surat
ah

lik
Dirut Garuda Nomor : DZ/2270/04 tanggal 11 Agustus 2004 dimana dalam surat
tersebut Terdakwa ditugaskan sebagai staf perbantuan di Coorporate Security/IS
yang dipimpin oleh saksi M. RAMELGIA ANWAR;
am

ub
Berdasarkan Nota Perubahan schedule Nomor OFA/219/04 tertanggal 6
September 2004 yang ternyata palsu karena sesungguhnya sebelum Nota .
ep
k

perubahan tersebut dibuat, tidak pernah ada perintah dari saksi RAMELGIA
ah

ANWAR yang menugaskan Terdakwa ke Singapura, namun Terdakwa kemudian


R

si
berangkat ke Singapura seolah-olah sebagai extra crew untuk melaksanakan
tugas Aviation Securty Garuda dengan menggunakan pesawat Garuda Boeing

ne
ng

747-400 dengan nomor penerbangan GA-974 ;


Bahwa setelah sekembalinya Terdakwa dari Singapura ke Indonesia,

do
gu

ternyata perjalanan ke Singapura tersebut telah menimbulkan beban biaya


antara lain untuk biaya transportasi dan akomodasl. Oleh karena itu saksi Capt.
In
KARMAL FAUZA SEMBIRING memanggil Terdakwa dan meminta Terdakwa
A

untuk melaporkannya kepada saksi RAMELGIA ANWAR. Selanjutnya Terdakwa


meminta kepada saksi RAMELGIA ANWAR untuk membuat surat penugasan
ah

lik

bagi Terdakwa yang kemudian saksi RAMELGIA ANWAR pun membuat dan
menandatangani surat penugasan Nomor : . IS/1177/04 tanggal 15 September
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
2004 lalu menyerahkannya kepada Terdakwa. Adapun tujuan dari pembuatan

a
surat penugasan tersebut adalah agar supaya beban biaya yang harus

si
dikeluarkan untuk perjalanan Terdakwa menjadi tanggungjawab saksi
RAMELGIA ANWAR dan bukan tanggungjawab saksi Kapten KARMAL FAUZA

ne
ng
SEMBIRING ;
Mengingat Terdakwa yang melakukan perjalanannya ke Singapura pada

do
gu
tanggal 6 September 2004, dinyatakan sebagai surat extra crew maka untuk
melengkapi bahwa seolah-olah tugas itu benar dilakukannya Terdakwa kembali

In
A
meminta kepada saksi RAMELGIA ANWAR untuk membuat surat penugasan
tertanggal sebelum 6 September 2004, yang berdasarkan permintaan tersebut,
ah

lik
akhirnya saksi RAMELGIA ANWAR membuat pula surat penugasan dengan
nomor dan ,isi yang sama yaitu surat Nomor : IS/1177/04 tertanggal 4 September
2004;
am

ub
Selanjutnya dengan dasar surat palsu Nomor : IS/1177/04 tertanggal 4
September 2004 yang dibuat seakan-akan asli tersebut, akhirnya PT.Garuda
ep
k

Indonesia menanggung segala biaya yang timbul akibat perjalanan Terdakwa


ah

sehingga PT. Garuda Indonesia menjadi rugi setidak-tidaknya sebesar ongkos


R

si
pesawat Jakarta Singapura pulang pergi ditambah biaya akomodasi berupa
sewa hotel selama Terdakwa berada di Singapura ;

ne
ng

Perbuatan Terdakwa.diatur dan diancam pidana berdasarkan Pasal 263


ayat (2) K.U.H. Pidana jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUH.Pidana;

do
gu

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum tanggal 1 Desember
In
2005 sebagai berikut :
A

1. Menyatakan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO terbukti


secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
ah

lik

"Pembunuhan berencana dan menggunakan surat palsu" sebagaimana


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dimaksud dalam Pasal 340 KUH.Pidana jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

a
dan Pasal 263 ayat (2) KUH.Pidana jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

si
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO dengan pidana penjara selama seumur hidup, dengan

ne
ng
perintah agar Terdakwa tetap ditahan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :

do
gu
1. 1 (satu) lembar asli Surat dengan Kop Garuda Indonesia Nomor :
GARUDA/DZ-2270/04 tanggal 11 Agustus 2004 perihal Surat

In
A
Penugasan yang ditujukan kepada Terdakwa POLLYCARPUS
BUDIHARI PRIYANTO/522659 Unit Flight Operation (JKTOFGA)
ah

lik
dan ditandatangani oleh INDRA SETIAWAN (Direktur Utama
PT.Garuda Indonesia) ;
2. 1 (satu) lembar asli Surat Interoffice Correspondence dengan Kop
am

ub
Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS/1177/04
tanggal 4 September 2004 Penugasan yang ditandatangani oleh M.
ep
k

RAMELGIA ANWAR (Vide Corporate Security) ;


ah

3. 1 (satu) asli lembar Surat Interoffice Correspondence dengan Kop


R

si
Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref. : IS/1177/04
tanggal 15 September 2004 perihal Penugasan yang ditandatangani

ne
ng

oleh M. RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) dengan No.


seri 00781 ;

do
gu

4. 3 (tiga) lembar asli surat tanggal 8 September 2000 yang


ditandatangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO BHP
In
yang ditujukan kepada Bapak VP Corporate Security PT. Garuda
A

Indonesia;
5. 2 (dua) lembar asli surat tanggal 8 September 2004 yang
ah

lik

ditandatangani oIeh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
ditujukan kepada Manager Operasi Penerbangan PT. Garuda

a
Indonesia;

si
6. 1 (satu) bundel asli Surat tanggal 8 September 2004 yang ditujukan
kepada Bapak VP. Corporate Security PT. Garuda Indonesia yang

ne
ng
ditandatangani oleh Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO/522659 tentang Laporan Penugasan PDZ-2270104 ;

do
gu
7. 1 (satu) lembar asli Tax Invoice Novotel Apollo Singapore atas nama
Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO F/O Garuda GA

In
A
826 Room No. 1618 tiba tanggal 6 September 204 berangkat tanggal
7 September 2004 ;
ah

lik
8. Monthly Schedule Original atas nama Terdakwa POLLYCARPUS
BUDIHARI PRIYANTO tanggal 1 Agustus sampai dengan 26
September 2004;
am

ub
9. 1 (satu) buah ID Card asli atas nama POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO No. 522659 Jabatan Aviation Security dikeluarkan pada
ep
k

tanggal 16 Juni 2004 yang ditandatangani oleh VP. HR.


ah

MANAGEMENT DAAN ACHMAD ;


R

si
10. 1 (satu) eksemplar asli General Declaration penerbangan Singapura
Amsterdam tanggal 7 September 2004 ;

ne
ng

11. 1 (satu) lembar foto cpy Surat dari Chief Pilot A. 330 yang
ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/210/04 tanggal 31

do
gu

Agustus 2004 perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule


Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
In
PRIYANTO;
A

12. 1 (satu) lembar foto copy Surat dari Chief Pilot A. 330 yang
ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/219/04 tanggal 6
ah

lik

September 2004 perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI

a
PRIYANTO;

si
13. 1 (satu) Bundel asli Kininklijke Merechaussee Distric Schiphol
Algemene Recherche, Dossieer Onderzoek Niet Batuurlijke Dood

ne
ng
Munir Gebaren : 08-12-1965 te Malang, Indonesia;
14. Copy surat "Verslag betreffende een niet natuurlijke dood", yang

do
gu dikeluarkan oleh HB. Dammen selaku "de Officer van Justitle in het
aroondissement Haarlem", 7 September 2004 ;

In
A
15. Surat "Voorlopige Bevindungen" yang dikeluarkan oleh dr. R.
VISSER selaku Patholoog dari Menisterie van Justitle-Nederlands
ah

lik
Forensich Instituut, di Rijkwijk 8 September 2004 ;
16. 16 (enam belas) halaman berisikan toto-toto jenasah MUNIR selama
Sectie tanggal 8 September 2004 ;
am

ub
17. Surat dari dr. R. VISSER dari NFI kepada Mr. E. VISSER pejabat
Arrondissementsparket Haarlem tanggal 13 Oktober 2004 ;
ep
k

18. Surat hasil pemeriksaan postmortem Pro Justitie No. 04-419/R.102


ah

dibuat oleh dr. R. VISSER dari Ministerie van Justitle- Nederlands


R

si
Forensisch Intituut tanggal 13 Oktober 2004 ;
19. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh

ne
ng

dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitie-


Nederlands Forensisch Intituut, Zaaknumrner 2004.09.08.036, Uw

do
gu

kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :


2004419, tanggal 1 Oktober 2004 ;
In
20. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh
A

dr. K.J. LUSTHOV, apotheker-toxicoloog dari Ministerie van Justitie


kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :
ah

lik

2004419, tanggal 4 Nopember 2004 ;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
21. Copy Surat Tanda Penyerahan berkas yang sudah di legalisir dari

a
Ministerie van justitie kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia

si
tanggal 25 Nopember 2004 ;
22. 1 (satu) eksemplar foto cpy dilegalisir General Declaration

ne
ng
penerbangan Jakarta Singapura tanggal 6 September 2004 ;
23. 1 (satu) buah buku Memo Pad milik Terdakwa POLLYCARPUS

do
gu BUDIHARI PRIYANTO;
24. 1 (satu) buah Hand Phone merek NOKIA casing coklat hitam berikut

In
A
nomor kartu (Sim Card) nomor 081596690617 ;
25. Hand Phone Merek Nokia 9210. CE 168 type RAE.3N ;
ah

lik
26. Simcard Nomor Telkomsel No. 6210100013006566 ;
27. Pakaian yang dikenakan korban MUNIR, SH. pada penerbangan
Jakarta-Singapura-Amsterdam ;
am

ub
28. Note Book Merek Acer Travel Mate seri 4000 Model ZLI berikut
tasnya;
ep
k

Dikembalikan ke Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat untuk dijadikan barang


ah

bukti dalam perkara lain;


R

si
4. Menetaplan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.500,-
(dua ribu Iima ratus rupiah) ;

ne
ng

Membaca putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 1361/Pid.B/2005/


PN.Jkt.Pst tanggal 20 Desember 2005 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

do
gu

1. Menyatakan Terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto terbukti secara sah


dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana "Turut melakukan
In
pembunuhan berencana" dan "Turut melakukan pemalsuan surat" ;
A

2. Menghukum Terdakwa oleh karena perbuatan tersebut dengan hukuman


penjara selama 14 (empat belas) tahun ;
ah

lik

3. Menetapkan lamanya masa tahanan Terdakwa yang telah dijalani,


dikurangkan seluruhnya dari jumlah hukuman yang dijatuhkan ;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan ;

a
5. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,- (Iima

si
ribu rupiah) ;
6. Menetapkan barang bukti berupa :

ne
ng
1. 1 (satu) lembar Asli Surat dengan Kop Garuda Indonesia Nomor
GARUDAlDZ-2270104 tanggal 11 Agustus 2004 perihal Surat

do
gu Penugasan, yang ditujukan kepada POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO/522659 Unit Flight Operation (JKTOFGA) dan

In
A
ditandatangani oleh INDRA SETIAWAN (Direktur Utama PT. Garuda
Indonesia) ;
ah

lik
2. 1 (satu) lembar foto copy Surat dan Chief Pilot A. 330 yang
ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFAl21 0104 tanggal 31
Agustus 2004 perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule
am

ub
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO ;
ep
k

3. 1 (satu) lembar foto copy Surat dari Chief Pilot A.330 yang
ah

ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/219/04 tanggal 6


R

si
September 2004 perihal mohon perubahan atas perubahan Schedule
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI

ne
ng

PRIYANTO;
4. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop

do
gu

Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : ISI/1177/04


tanggal 4 September 2004 Penugasan yang ditandatangani oleh
In
M.RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) ;
A

5. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop


Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS/1177/04
ah

lik

tanggal 15 September 2004 perihal Penugasan yang ditandatangani


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
oleh RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) dengan No. seri

a
00781 ;

si
6. 3 (tiga) lembar surat asli tanqqal 8 September 2004 yang ditanda-
tangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO BHP yang

ne
ng
ditujukan kepada Bapak VP Corporate Security PT. Garuda
Indonesia;

do
gu
7. 2 (dua) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-
tangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang ditujukan

In
A
kepada Manager Operasi Penerbangan PT. Garuda Indonesia;
8. 1 (satu) Bundel Asli Surat tanggal 8 September 2004 yang ditujukan
ah

lik
kepada Bapak VP. CORPORATE SECURITY PT. GARUDA
INDONESIA yang ditandatangani oleh Terdakwa POLLYCARPUS
BUDIHARI PRIYANTO BHP/522659 tentang Laporan Penugasan
am

ub
PDZ-2270/04; .
9. 1 (satu) buah ID Card An. POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO
ep
k

No. 522659 Jabatan Aviation Security dikeluarkan pad a tanggal 16


ah

Juni 2004 yang ditandatangani oleh VP. HR. MANAGEMENT DAAN


R

si
ACHMAD ;
10. 1 (satu) lembar Asli Tax Invoice Novotel Apollo Singapore An.

ne
ng

Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO F/O Garuda GA


826 Room No. 1618 tiba tanggal 6 September 2004 berangkat

do
gu

tanggal 7 September 2004 ;


11. Monthly Schedule Original atas nama Terdakwa POLLYCARPUS
In
BUDIHARI PRIYANTO tanggal 1 Agustus sampai dengan 26
A

September 2004;
12. 1 (satu) Bundel asli Kininklijke Merechaussee Distric Schiphol
ah

lik

Algemene Recherche, Dossier Onderzoek Niet Batuurlijke Dood


MUNIR Geboren : 08-12-1965 te Malang, Indonesia;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
13. Copy surat "Verslag betreffende een niet natuurlijke dood", yang

a
dikeluarkan oleh HB Dammen selaku "de Officer van Justitie in het

si
Arrondissement Haarlem", 7 September 2004 ;
14. Surat "Voorlopige Bevindugen" yang dikeluarkan oleh dr. R. VISSER

ne
ng
selaku Patholoog dari Ministerie van Justitie-Nederlands Forensich
Instituut, di Rijkwijk 8 September 2004 ;

do
gu
15. 16 (enam belas) halaman berisikan foto-foto jenazah Mr. MUNIR
selama Sectie tanggal 8 September 2004 ;

In
A
16. Surat dari dr. R. VISSER dari NFI kepada Mr. E. VISSER pejabat
Arrondissementsparket Haarlem tanggal 13 Oktober 2004 ;
ah

lik
17. Surat hasil pemeriksaan postmortem Pro Justitia No. 04-419/R 102
dibuat oleh dr. R. VISSER dari Ministerie van Justitie - Nederlands
Forensich Instituut tanggal 13 Oktober 2004 ;
am

ub
18. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh
dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitie-
ep
k

Nederlands Forensicht Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw


ah

kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :


R

si
2004419, tanggal 1 Oktober 2004 ;
19. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh

ne
ng

dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicolooq dari Ministerie van Justitie-


Neederlands Forensisch Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw

do
gu

Kenmerk BPS/XPOL Nummer PL278C/04-08133, Sectie


Nummer :2004419, tanggal 4 Nopember 2004 ;
In
20. Copy Surat Tanda Penyerahan berkas yang sudah dilegalisir dari
A

Ministerie van Justitie kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia


tanggal 25 Nopember 2004 :
ah

lik

21. 1 (satu) buah Hand Phone merek NOKIA casino coklat hitam berikut
nomor kartu (Sim Card) nomor : 081596690617 ;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
22. 1 (satu) eksemplar foto copy dilegalisir General Declaration

a
penerbangan Jakarta-Singapura tanggal 6 September 2004 ;

si
23. 1 (satu) eksemplar asli General Declaration penerbangan Singapura-
Amsterdam tanggal 7 September 2004 ;

ne
ng
24. 1 (satu) buah buku Memo Pad milik Terdakwa POLLYCARPUS ;
25. Note Book Merek Acer Travel Mate seri 4000 Model ZL I berikut

do
gu tasnya ;
26. Hand Phone Merek Nokia 9210, CE 168 type RAE-3N ;

In
A
27. Simcard Nomor Telkomsel No. 621010 0013006566;
28. Pakaian yang dikenakan korban MUNIR, SH pada penerbangan
ah

lik
Jakarta - Singapura - Amsterdam;
Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dijadikan barang bukti
dalarn perkara lain;
am

ub
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 16/PID/2006/PT.DKI
tanggal 27 Maret 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
ep
k

- Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Urnum dan Terdakwa;


ah

si
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 20
Desember 2005 No. 1361/Pid/B/2005/PN.Jkt.Pst, yang dimintakan

ne
ng

banding tersebut ;
- Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

do
gu

- Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa pada kedua tingkat


peradilan yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 5.000,- (lima
In
ribu rupiah) ;
A

Membaca putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1185 K/Pid/2006 tanggal


3 Oktober 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
ah

lik

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : Jaksa/Penuntut


Umum: pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tersebut;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II/Terdakwa :

a
POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut ;

si
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 16/PID/2006/
PT.DKI, tanggal 27 Maret 2006 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri

ne
ng
Jakarta Pusat No. 1361/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst, tanggal 20 Desember 2005 ;
MENGADILI SENDIRI

do
gu
1. Menyatakan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

In
A
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Kesatu ;
2. Membebaskan Terdakwa dari dakwaan Kesatu tersebut ;
ah

lik
3. Menyatakan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
"Menggunakan Surat Palsu" ;
am

ub
4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun ;
ep
k

5. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum putusan


ah

ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari


R

si
pidana penjara yang dijatuhkan ;
6. Menetapkan barang bukti dikembalikan kepada Jaksa/Penuntut Umum

ne
ng

untuk dijadikan barang bukti dalam perkara lain, berupa :


1. 1 (satu) lembar Asli Surat dengan Kop Garuda Indonesia Nomor

do
gu

GARUDA/DZ-2270/04 tanggal 11 Agustus 2004 perihal Surat


Penugasan, yang ditujukan kepada POLLYCARPUS BUDIHARI
In
PRIYANTO/522659 Unit Flight Operation (JKTOFGA) dan
A

ditandatangani oleh INDRA SETIAWAN (Direktur Utama PT. Garuda


Indonesia) ;
ah

lik

2. 1 (satu) lembar foto copy Surat dan Chief Pilot A. 330 yang ditanda-
tangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/210/04 tanggal 31 Agustus
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
2004 perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule

a
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI

si
PRIYANTO ;
3. 1 (satu) lembar toto copy Surat dari Chief Pilot A. 330 yang ditanda-

ne
ng
tangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/219/04 tanggal 6 September
2004 perihal mohon perubahan atas perubahan Schedule

do
gu Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO ;

In
A
4. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop
Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref :
ah

lik
IS1/1177/04 tanggal 4 September 2004 Penugasan yang
ditandatangani oleh M. RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate
Security) ;
am

ub
5. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop
Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS/1177/04
ep
k

tanggal 15 September 2004 perihal Penugasan yang ditandatangani


ah

oleh RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) dengan No. seri


R

si
00781 ;
6. 3 (tiga) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-

ne
ng

tangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO BHP yang


ditujukan kepada Bapak VP Corporate Security PT. Garuda

do
gu

Indonesia;
7. 2 (dua) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-
In
tangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang ditujukan
A

kepada Manager Operasi Penerbangan PT. Garuda Indonesia;


8. 1 (satu) Bundel Asli Surat tanggal 8 September 2004 yang ditujukan
ah

lik

kepada Bapak VP. CORPORATE SECURITY PT. GARUDA


INDONESIA yang ditandatangani oleh Terdakwa POLLYCARPUS
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
BUDIHARI PRIYANTO BHP/522659 tentang Laporan Penugasan

a
PDZ-2270/04 ;

si
9. 1 (satu) buah ID Card An. POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO
No. 522659 Jabatan Aviation Security dikeluarkan pada tanggal 16

ne
ng
Juni 2004 yang ditandatangani oleh VP. HR. MANAGEMENT DAAN
ACHMAD;

do
gu
10. 1 (satu) lembar Asli Tax Invoice Novotel Apollo Singapore An.
Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO F/O Garuda GA

In
A
826 Room No. 1618 tiba tanggal 6 September 2004 berangkat
tanggal 7 September 2004 ;
ah

lik
11. Monthly Schedule Original atas nama Terdakwa POLLYCARPUS
BUDIHARI PRIYANTO tanggal 1 Agustus sampai dengan 26
September 2004 ;
am

ub
12. 1 (satu) Bundel asli Kininklijke Merechaussee Distric Schiphol
Algemene Recherche, Dossier Onderzoek Niet Batuurlijke Dood
ep
k

MUNIR Geboren : 08-12-1965 te Malang, Indonesia;


ah

13. Copy surat "Verslag betreffende een niet natuurlijke dood", yang
R

si
dikeluarkan oleh HB Dammen selaku "de Officer van Justitle in het
Arrondissement Haarlem", 7 September 2004 ;

ne
ng

14. Surat "Voorlopige Bevindugen" yang dikeluarkan oleh dr. R. VISSER


selaku Patholoog dari Ministerie van Justitie-Nederlands Forensich

do
gu

Instituut, di Rijkwijk 8 September 2004 ;


15. 16 (enam belas) halaman berisikan foto-foto jenazah Mr. MUNIR
In
selama Sectie tanggal 8 September 2004 ;
A

16. Surat dari dr. R. VISSER dari NFI kepada Mr. E. VISSER pejabat
Arrondissementsparket Haarlem tanggal 13 Oktober 2004 ;
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
17. Surat hasil pemeriksaan postmortem Pro Justitia No. 04-419/R 102

a
dibuat oleh dr. R. VISSER dari Ministerie van Justitie - Nederlands

si
Forensich Instituut tanggai 13 Oktober 2004 ;
18. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh

ne
ng
dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitie
- Nederlands Forensicht Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw

do
gu kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :
2004419, tanggal 1 Oktober 2004 ;

In
A
19. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh
dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitia-
ah

lik
Neederlands Forensisch Intituut, Zaaknurnrner 2004.09.08.036, Uw
Kenmerk BPS/XPOL Nummer PL278C/04-08133, Sectie Nummer:
2004419, tanggal4 Nopember 2004;
am

ub
20. Copy Surat Tanda Penyerahan berkas yang sudah dilegalisir dari
Ministerie van Justitie kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia
ep
k

tanggal 25 Nopember 2004 ;


ah

21. 1 (satu) buah Hand Phone merek NOKIA casing coklat hitam berikut
R

si
nomor kartu (Sim Card) nomor : 081596690617 ;
22. 1 (satu) eksemplar foto copy dilegalisir General Declaration

ne
ng

penerbangan Jakarta-Singapura tanggal 6 September 2004 ;


23. 1 (satu) eksemplar asli General Declaration penerbangan Singapura-

do
gu

Amsterdam tanggal 7 September 2004 ;


24. 1 (satu) buah buku Memo Pad milik Terdakwa POLLYCARPUS ;
In
25. Note Book Merek Acer Travel Mate seri 4000 Model ZL I berikut
A

tasnya ;
26. Hand Phone Merek Nokia 9210, CE 168 type RAE-3N ;
ah

lik

27. Simcard Nomor Telkomsel No. 6210100013006566 ;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
28. Pakaian yang dikenakan korban MU,NIR, SH pada penerbangan

a
Jakarta- Singapura-Amsterdam ;

si
Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)

ne
ng
Membaca putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI Nomor : 109
PK/Pid/2007 tanggal 25 Januari 2008 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

do
gu
Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh
Pemohon Peninjauan Kembali : Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

In
A
Jakarta Pusat tersebut ;
Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI tanggal 3 Oktober 2006,
ah

lik
Nomor : 1185 K/Pid/2006 yang telah membatalkan putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta tanggal 27 Maret 2006, Nomor : 16/PID/2006/PT.DKI, yang telah
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 20 Desember
am

ub
2005, Nomor : 1361/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst;
MENGADILI KEMBALI:
ep
k

Menyatakan Terpidana : POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut


ah

di atas terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak
R

si
pidana :
1. Melakukan Pembunuhan Berencana;

ne
ng

2. Melakukan Pemalsuan Surat;


Menghukum oleh karena itu Terpidana dengan pidana penjara selama :

do
gu

20 (dua puluh) tahun;


Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terpidana dikurangkan
In
seluruhnya dari hukuman yang dijatuhkan;
A

Menetapkan barang-barang bukti berupa :


1. 1 (satu) lembar Asli Surat dengan Kop Garuda Indonesia Nomor
ah

lik

GARUDA/DZ-2270/04 tanggal 11 Agustus 2004 perihal Surat Penugasan,


yang ditujukan kepada POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO/522659
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Unit Flight Operation (JKTOFGA) dan ditandatangani oleh INDRA

a
SETIAWAN (Direktur Utama PT. Garuda Indonesia) ;

si
2. 1 (satu) lembar foto copy Surat dan Chief Pilot A. 330 yang ditanda-
tangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/210/04 tanggal 31 Agustus 2004

ne
ng
perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule Penerbangan atas
nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO ;

do
gu
3. 1 (satu) lembar toto copy Surat dari Chief Pilot A. 330 yang ditanda-
tangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/219/04 tanggal 6 September 2004

In
A
perihal mohon perubahan atas perubahan Schedule Penerbangan atas
nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO ;
ah

lik
4. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop Garuda
Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS1/1177/04 tanggal 4
September 2004 Penugasan yang ditandatangani oleh M. RAMELGIA
am

ub
ANWAR (Vice Corporate Security) ;
5. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop Garuda
ep
k

Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS/1177/04 tanggal 15


ah

September 2004 perihal Penugasan yang ditandatangani oleh RAMELGIA


R

si
ANWAR (Vice Corporate Security) dengan No. seri 00781 ;
6. 3 (tiga) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-tangani

ne
ng

oleh POLL YCARPUS BUDIHARI PRIYANTO BHP yang ditujukan kepada


Bapak VP Corporate Security PT. Garuda Indonesia;

do
gu

7. 2 (dua) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-tangani


oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang ditujukan kepada
In
Manager Operasi Penerbangan PT. Garuda Indonesia;
A

8. 1 (satu) Bundel Asli Surat tanggal 8 September 2004 yang ditujukan


kepada Bapak VP. CORPORATE SECURITY PT. GARUDA INDONESIA
ah

lik

yang ditandatangani oleh Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI


PRIYANTO BHP/522659 tentang Laporan Penugasan PDZ-2270/04 ;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
9. 1 (satu) buah ID Card An. POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO No.

a
522659 Jabatan Aviation Security dikeluarkan pada tanggal 16 Juni 2004

si
yang ditandatangani oleh VP. HR. MANAGEMENT DAAN ACHMAD;
10. 1 (satu) lembar Asli Tax Invoice Novotel Apollo Singapore An. Terdakwa

ne
ng
POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO F/O Garuda GA 826 Room No.
1618 tiba tanggal 6 September 2004 berangkat tanggal 7 September

do
gu
2004;
11. Monthly Schedule Original atas nama Terdakwa POLLYCARPUS

In
A
BUDIHARI PRIYANTO tanggal 1 Agustus s/d 26 September 2004 ;
12. 1 (satu) bundel asli Kininklijke Merechaussee Distric Schiphol Algemene
ah

lik
Recherche, Dossier Onderzoek Niet Batuurlijke Dood MUNIR Geboren :
08-12-1965 te Malang, Indonesia;
13. Copy surat "Verslag betreffende een niet natuurlijke dood", yang
am

ub
dikeluarkan oleh HB Dammen selaku "de Officer van Justitle in het
Arrondissement Haarlem", 7 September 2004 ;
ep
k

14. Surat "Voorlopige Bevindugen" yang dikeluarkan oleh dr. R. VISSER


ah

selaku Patholoog dari Ministerie van Justitie-Nederlands Forensich


R

si
Instituut, di Rijkwijk 8 September 2004 ;
15. 16 (enam belas) halaman berisikan toto-toto jenazah Mr. MUNIR selama

ne
ng

Sectie tanggal 8 September 2004 ;


16. Surat dari dr. R. VISSER dari NFI kepada Mr. E. VISSER pejabat

do
gu

Arrondissementsparket Haarlem tanggal 13 Oktober 2004 ;


17. Surat hasil pemeriksaan postmortem Pro Justitia No. 04-419/R 102 dibuat
In
oleh dr. R. VISSER dari Ministerie van Justitie - Nederlands Forensich
A

Instituut tanggai 13 Oktober 2004 ;


18. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh dr.
ah

lik

K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitie -


Nederlands Forensicht Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :

a
2004419, tanggal 1 Oktober 2004 ;

si
19. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh dr.
K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitia-

ne
ng
Neederlands Forensisch Intituut, Zaaknurnrner 2004.09.08.036, Uw
Kenmerk BPS/XPOL Nummer PL278C/04-08133, Sectie Nummer:

do
gu
2004419, tanggal4 Nopember 2004;
20. Copy Surat Tanda Penyerahan berkas yang sudah dilegalisir dari

In
A
Ministerie van Justitie kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia tanggal
25 Nopember 2004 ;
ah

lik
21. 1 (satu) buah Hand Phone merek NOKIA casing coklat hitam berikut
nomor kartu (Sim Card) nomor : 081596690617 ;
22. 1 (satu) eksemplar foto copy dilegalisir General Declaration penerbangan
am

ub
Jakarta-Singapura tanggal 6 September 2004 ;
23. 1 (satu) eksemplar asli General Declaration penerbangan Singapura-
ep
k

Amsterdam tanggal 7 September 2004 ;


ah

24. 1 (satu) buah buku Memo Pad milik Terdakwa POLLYCARPUS ;


R

si
25. Note Book Merek Acer Travel Mate seri 4000 Model ZL I berikut tasnya;
26. Hand Phone Merek Nokia 9210, CE 168 type RAE-3N ;

ne
ng

27. Simcard Nomor Telkomsel No. 6210100013006566 ;


28. Pakaian yang dikenakan korban MU,NIR, SH pada penerbangan Jakarta-

do
gu

Singapura-Amsterdam ;
Dikembalikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk digunakan dalam perkara
In
lain;
A

Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada


Terpidana yang dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali sebesar Rp.2.500,-
ah

lik

(dua ribu lima ratus rupiah);


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Membaca akta Permohonan Peninjauan Kembali tertanggal 9 Mei 2011

a
yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menyatakan

si
bahwa Terpidana telah memohon agar putusan Mahkamah Agung tersebut
dapat ditinjau kembali;

ne
ng
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung

do
gu
tersebut telah diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal
25 Januari 2008 dengan demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan

In
A
hukum yang tetap;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon
ah

lik
Peninjauan Kembali pada pokoknya adalah sebagai berikut :
DASAR HUKUM PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
Dasar Hukum 1:
am

ub
Pemohon Peninjauan Kembali sebagai Terpidana Memiliki Hak Mengajukan
Upaya Hukum Peninjauan Kembali;
ep
k

Bahwa Mahkamah Agung Republik Indonesia berdasarkan Putusan-nya


ah

pada tingkat Kasasi dalam perkara No. 1185 K/Pid/2006, tanggal 3 Oktober
R

si
2006, telah membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta, dan selanjutnya
membebaskan Pemohon PK dari Dakwaan Kesatu (vrijspraak), oleh karenanya

ne
ng

Putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).


Bahwa walaupun Pemohon PK telah dijatuhi Putusan yang membebaskan

do
gu

dirinya dari Dakwaan Kesatu (vrijspraak), dan telah berkekuatan hukum tetap (in
kracht van gewijsde), namun pihak Jaksa Penuntut Umum tanpa memperdulikan
In
fakta tersebut, telah mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali ke
A

Mahkamah Agung ("Peninjauan Kembali Jaksa Penuntut Umum"), yang


kemudian diterima oleh Judex Juris Dalam Peninjauan Kembali Jaksa Penuntut
ah

lik

Umum sebagaimana Putusan-nya dalam perkara a quo dengan pertimbangan


hukum pada halaman 20, Butir 2 huruf a, sebagai berikut : "Pasal 263 ayat 1
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
KUHAP tidak secara tegas melarang Jaksa Penuntut Umum mengajukan upaya

a
hukum Peninjauan Kembali, sebab logikanya terpidana/ahli warisnya tidak akan

si
mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan vrijspraak dan onslag van alle
vervolging. Dalam konteks ini, maka yang berkepentingan adalah Jaksa

ne
ng
Penuntut Umum atas dasar alasan dalam ketentuan pasal 263 ayat 2 KUHAP".
Bahwa hal ketidakjelasan mengenai larangan Jaksa Penuntut Umum

do
mengajukan
gu permohonan Peninjauan
Mahkamah Agung hanya merupakan penafsiran Mahkamah Agung terhadap
Kembali yang dimaksudkan oleh

In
A
ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, karena Pasal 263 ayat (1) KUHAP
tersebut hanya menyebutkan: "Terhadap putusan pengadilan yang telah
ah

lik
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan
permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung", TANPA secara
am

ub
tegas melarang Jaksa Penuntut Umum mengajukan Upaya Hukum Peninjauan
Kembali.
ep
k

Bahwa ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun


ah

1985 Tentang Mahkamah Agung yang telah diubah dengan Undang-Undang


R

si
Nomor 5 Tahun 2004, dan terakhir telah dirubah dengan Undang-undang No. 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985

ne
ng

tentang Mahkamah Agung (selanjutnya disebut "Undang-Undang Mahkamah


Agung") menyatakan : "Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1

do
gu

(satu) kali"
Bahwa sejalan dengan pemikiran Mahkamah Agung mengenai penafsiran
In
terhadap Pasal 263 ayat (1) KUHAP tersebut, ketentuan Pasal 66 ayat (1)
A

Undang-Undang Mahkamah Agung juga mengatur hal yang tidak jelas mengenai
terminologi: "Permohonan Peninjauan Kembali dapat dilakukan hanya 1 (satu)
ah

lik

kali.", karena Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung sama sekali
tidak menjelaskan apakah hal tersebut berarti : Jaksa Penuntut Umum dan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Terpidana secara bersama-sama memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali

a
hanya 1 (satu) kali, yang mana bila salah satu pihak mengajukan Peninjauan

si
Kembali maka akan menghilangkan hak pihak yang lain mengajukan Peninjauan
Kembali, ATAUKAH;

ne
ng
Jaksa Penuntut Umum dan Terpidana masing-masing memiliki hak 1
(satu) kali mengajukan Peninjauan Kembali.

do
gu
Bahwa dalam praktek peradilan yang berlaku selama ini, dalam hal baik
Penggugat dan Tergugat dalam perkara perdata, maupun Jaksa Penuntut Umum

In
A
dan Terpidana dalam perkara pidana, tidak puas terhadap putusan Pengadilan
Negeri, maka baik Penggugat dan Tergugat maupun Jaksa Penuntut Umum dan
ah

lik
Terpidana yang tidak puas tersebut secara sendiri-sendiri dapat mengajukan
upaya hukum banding masing-masing sebanyak 1 (satu) kali.
Bahwa demikian juga dengan ketentuan Pasal 43 ayat (2) Undang-
am

ub
Undang Mahkamah Agung yang mengatur: "Permohonan Kasasi dapat diajukan
hanya 1 (satu) kali", yang dalam implementasinya maka Penggugat dan
ep
k

Tergugat, Jaksa Penuntut Umum maupun Terpidana yang tidak puas terhadap
ah

putusan Pengadilan Tinggi secara sendiri-sendiri dapat mengajukan upaya


R

si
hukum Kasasi masing-masing sebanyak 1 (satu) kali.
Bahwa dengan demikian, jika mengacu pada praktek peradilan yang

ne
ng

berlaku selama ini, apabila Jaksa Penuntut Umum diperbolehkan mengajukan


Peninjauan Kembali, maka Terpidana sudah seharusnya juga diperbolehkan

do
gu

untuk mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali.


Dasar Hukum 2:
In
Pemohon PK belum pernah mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali
A

Bahwa lebih lanjut lagi, hingga diajukannya Permohonan Peninjauan


Kembali ini, Pemohon Peninjauan Kembali belum pernah mengajukan upaya
ah

lik

hukum Peninjauan Kembali, sehingga secara hukum, pengajuan Peninjauan


Kembali ini masih berdasarkan hukum sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (1)
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Undang-Undang Mahkamah Agung yang berbunyi: "Permohonan Peninjauan

a
Kembali dapat dilakukan hanya 1 (satu) kali."

si
Bahwa selanjutnya dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP ditentukan : "Terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali

ne
ng
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli
warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah

do
Agung."
gu
Bahwa berdasarkan putusan Mahkamah Agung No. 109 PK/Pid/2007,

In
A
tanggal 25 Januari 2008 tersebut, status Pemohon PK saat ini adalah Terpidana,
sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, telah timbul hak
ah

lik
Pemohon PK untuk mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali.
Dasar Hukum 3:
Permintaan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu
am

ub
Bahwa ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Mahkamah Agung menyatakan :
"Dalam pemeriksaan permohonan peninjauan kembali putusan perkara pidana
ep
k

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap digunakan acara peninjauan


ah

kembali sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.


R

si
"
Bahwa ketentuan Pasal 264 ayat (3) KUHAP menyatakan : "Permintaan

ne
ng

peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu".


Bahwa berdasarkan Pasal 264 ayat (3) KUHAP Jo. Pasal 76 Undang-

do
gu

Undang Mahkamah Agung tidak ada jangka waktu untuk pengajuan Peninjauan
kembali terhadap putusan pidana.
In
Bahwa dengan demikian, maka dapat disimpulkan, oleh karena : Hingga
A

diajukannya Pemohonan Penlnjauan Kembali ini, Pemohon PK belum pernah


mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, sehingga secara hukum
ah

lik

pengajuan Peninjauan Kembali ini masih berdasarkan hukum sesuai ketentuan


Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung, Status Pemohon PK saat
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
ini adalah Terpidana, dan Tidak ada jangka waktu untuk pengajuan Peninjauan

a
Kembali terhadap putusan pidana, maka berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat

si
(1) KUHAP, telah timbul hak Pemohon PK untuk mengajukan upaya hukum
Peninjauan Kembali, dan oleh karenanya sepatutnya permohonan Peninjauan

ne
ng
Kembali yang merupakan hak Pemohon PK selaku Terpidana diterima dan
dipertimbangkan dalam memutus Permohonan Peninjauan Kembali yang

do
gu
diajukan oleh Pemohon PK, karena bukankah para hakim selama ini berprinsip
"Lebih baik memutus bebas 10 orang yang bersalah daripada menghukum 1

In
A
orang rang tidak bersalah".
ALASAN-ALASAN PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
ah

lik
Bahwa amar Putusan Mahkamah Agung No. 109 PENINJAUAN
KEMBALI/Pid/2007, tanggal 25 Januari 2008, menyatakan :
MENGADILI:
am

ub
Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh
Pemohon Peninjauan Kembali : JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN
ep
k

NEGERI JAKARTA PUSAT tersebut;


ah

Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI tanggal 3 Oktober 2006 No.


R

si
1185 K/Pid/2006 yang telah membatalkan putusan Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta tanggal 27 Maret 2006, Nomor: 16/Pid/2006/PT.DKI., yang telah

ne
ng

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 20 Desember


2005, Nomor: 1361/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst.

do
gu

MENGADILI KEMBALI:
Menyatakan Terpidana: POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut
In
diatas terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak
A

pidana:
1. MELAKUKAN PEMBUNUHAN BERENCANA;
ah

lik

2. MELAKUKAN PEMALSUAN SURAT;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Menghukum oleh karena itu terpidana dengan pidana penjara selama 20

a
(dua puluh) tahun.

si
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terpidana dikurangkan
seluruhnya dari hukuman yang dijatuhkan;

ne
ng
Menetapkan barang-barang bukti (sebagaimana tercantum dalam Putusan);
Dikembalikan kepada Jaksa Penuntut digunakan dalam perkara lain;

do
gu
Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada
terpidana yang dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali sebesar Rp. 2.500,-

In
A
(dua ribu lima ratus Rupiah);
Bahwa ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP menyatakan :
ah

lik
"Permintaan Peninjauan Kembali dilakukan atas dasar : c. apabila putusan itu
dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata."
am

ub
Bahwa dengan tanpa mengurangi rasa hormat Pemohon PENINJAUAN
KEMBALI terhadap Putusan Judex Juris atas PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
ep
k

PENUNTUT UMUM, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA


ah

PENUNTUT UMUM dalam Putusan a quo nyata-nyata telah melakukan


R

si
kekhilafan dan kekeliruan nyata yang merupakan dasar mengajukan
Permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal

ne
ng

263 ayat (2) huruf c KUHAP, karena tidak mempertimbangkan putusan secara
seksama sehingga Putusan melanggar ketentuan hukum yang berlaku dengan

do
gu

alasan-alasan sebagai berikut :


Alasan Pertama:
In
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah
A

Melakukan Kekeliruan Karena Menerima Permohonan Peninjauan Kembali Yang


Diajukan JAKSA PENUNTUT UMUM Yang Tidak Sesuai Dengan Ketentuan
ah

lik

Dalam KUHAP
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa Judex Juris dalam Putusannya atas Permohonan PENINJAUAN

a
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan karena

si
menerima Permohonan PENINJAUAN KEMBALI yang diajukan JAKSA
PENUNTUT UMUM yang tidak berdasar ketentuan hukum yang berlaku didalam

ne
ng
KUHAP, sehingga sepatutnya Permohonan PENINJAUAN KEMBALI yang
diajukan Pemohon PENINJAUAN KEMBALI Terpidana ini diterima dan

do
gu
dikabulkan oleh Mahkamah Agung.
Bahwa Judex Juris dalam pertimbangan Putusan-nya atas PENINJAUAN

In
A
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM halaman 25 alenia terakhir dan halaman
26 menyatakan :
ah

lik
"Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas dan oleh karena
permohonan Peninjauan Kembali tersebut beserta alasan-alasannya
telah diajukan dengan cara-cara yang ditentukan undang-undang maka
am

ub
permintaan Peninjauan Kembali dari Jaksa Penuntut Umum tersebut, secara
formal dapatlah diterima."
ep
k

Bahwa dalam amar Putusan-nya pada halaman 47, Judex Juris Dalam
ah

PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM memutuskan:


R

si
"Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon
Peninjauan Kembali : JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI

ne
ng

JAKARTA PUSAT tersebut";


Bahwa Putusan Judex Juris atas PENINJAUAN KEMBALI JAKSA

do
gu

PENUNTUT UMUM yang didasarkan pada pertimbangan diatas, tidak


didasarkan pada ketentuan yang diatur dalam KUHAP sehingga Judex Juris
In
dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM jelas telah
A

melakukan kekeliruan;
Bahwa pada dasarnya Judex Juris dalam Putusan atas PENINJAUAN
ah

lik

KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM menerima pengajuan Permohonan


Peninjauan Kembali oleh JAKSA PENUNTUT UMUM dengan pertimbangan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Pasal 263 ayat (1) KUHAP mengandung ketidakjelasan, yaitu tidak secara tegas

a
melarang Jaksa mengajukan Peninjauan Kembali, sehingga Judex Juris Dalam

si
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM berkeinginan menciptakan
hukum acara pidana sendiri berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-

ne
ng
Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman ("Undang-Undang
No.4/2004/Undang-Undang Kehakiman");

do
gu
Bahwa lengkapnya pertimbangan
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM halaman 19 alenia terakhir
Putusan Judex Juris Dalam

In
A
dan halaman 20 adalah sebagai berikut :
"Menimbang, bahwa pendirian Mahkamah Agung tersebut selain untuk
ah

lik
memelihara keseragaman putusan, karena menurut pendapat Mahkamah
Agung, dalam putusan-putusan Mahkamah Agung tersebut, terkandung
"penemuan hukum" yang selaras dengan jiwa ketentuan perundang-undangan,
am

ub
doktrin dan asas-asas hukum, sebagaimana disimpulkan dari hal-hal sebagai
berikut:
ep
k

Bahwa Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang


ah

kekuasaan kehakiman yang berbunyi : "Terhadap putusan pengadilan yang telah


R

si
memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat
mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal

ne
ng

atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang" tidak menjelaskan


tentang "siapa saja yang dimaksud pihak-pihak yang bersangkutan yang dapat

do
gu

mengajukan Peninjauan Kembali tersebut.


Demikian juga Pasal 21 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 yang berbunyi :
In
"Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan
A

undang-undang, terhadap putusan Pengadilan, yang telah memperoleh kekuatan


hukum yang tetap dapat dimintakan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
ah

lik

Agung, dalam perkara perdata dan pidana oleh pihak-pihak yang


berkepentingan", tidak menjelaskan "tentang siapa-siapa yang dimaksud dengan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dengan pihak-pihak yang berkepentingan yang dapat mengajukan Peninjauan

a
Kembali" dan terhadap ketidakjelasan tersebut, putusan Mahkamah Agung

si
tanggal 25 Oktober 1996 No. 55 PK/Pid/1996 dan putusan Mahkamah Agung
tanggal 2 Agustus 2001 No. 3 PK/Pid/2001 telah memberikan jawaban dengan

ne
ng
menggunakan penafsiran ekstensif, bahwa yang dimaksud "pihak-pihak yang
berkepentingan dalam perkara pidana" selain terpidana atau ahli warisnya

do
adalah Jaksa;
gu
Bahwa Pasal 263 KUHAP yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 21

In
A
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 mengandung hal yang tidak jelas, yaitu :
a. Pasal 263 ayat (1) KUHAP tidak secara tegas melarang Jaksa Penuntut
ah

lik
Umum mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, sebab logikanya
terpidana/ahli warisnya tidak akan mengajukan Peninjauan Kembali atas
putusan vrijspraak dan onslag van alle vervolging. Dalam konteks ini, maka
am

ub
yang berkepentingan adalah Jaksa Penuntut Umum atas dasar alasan
dalam ketentuan Pasal 263 ayat (2) KUHAP;
ep
k

b. Bahwa konsekwensi logis dari aspek demikian maka Pasal 263 ayat (3)
ah

KUHAP yang pokoknya menentukan "Atas dasar alasan yang sama


R

si
sebagaimana pada ayat (2) terhadap suatu putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan permintaan Peninjauan

ne
ng

Kembali apabila dalam putusan itu suatu perbuatan yang didakwakan telah
dinyatakan terbukti tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan" tidak

do
gu

mungkin dimanfaatkan oleh terpidana atau ahli warisnya sebab akan


merugikan yang bersangkutan, sehingga logis bila kepada Jaksa Penuntut
In
Umum diberikan hak untuk mengajukan Peninjauan Kembali."
A

Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 12 KUHAP menyatakan :


"Upaya Hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
ah

lik

putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
terpidana untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dalam hal serta

a
menurut cara yang diatur dalam undang-undang."

si
Bahwa ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Mahkamah Agung
menyatakan : "Dalam pemeriksaan permohonan Peninjauan Kembali putusan

ne
ng
perkara pidana yang telah berkekuatan hukum tetap digunakan acara
Peninjauan Kembali sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

do
Acara Pidana".
gu
Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 12 KUHAP tersebut, ada 2 (dua) jenis

In
A
Upaya Hukum, yaitu:
a. Perlawanan atau banding atau kasasi yang merupakan hak terdakwa ATAU
ah

lik
penuntut umum; dan
b. Peninjauan Kembali yang merupakan hak terpidana.
Dengan demikian, maka berdasarkan ketentuan Pasal 76 Undang-Undang
am

ub
Mahkamah Agung, prosedural Peninjauan Kembali tunduk kepada KUHAP,
dimana berdasarkan KUHAP Peninjauan Kembali adalah upaya hukum yang
ep
k

hanya diberikan oleh undang-undang kepada Terpidana, yang berbeda dengan


ah

upaya hukum perlawanan/banding/kasasi yang secara hukum diberikan kepada


R

si
terdakwa dan penuntut umum.
Bahwa ketentuan Pasal 263 ayat (1), (2), dan (3) KUHAP berbunyi

ne
ng

sebagai berikut :
(1) Terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, kecuali

do
gu

putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli
warisnya dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada
In
Mahkamah Agung.
A

(2) Permintaan Peninjauan Kembali dilakukan atas dasar:


a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan
ah

lik

kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat

a
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang

si
lebih ringan.
b. apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu

ne
ng
telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan

do
gusatu dengan yang lain.
c. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan atau

In
A
suatu kekeliruan yang nyata.
(3) Atas dasar alasan yang sama sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap
ah

lik
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat
diajukan permintaan Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu suatu
perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak
am

ub
diikuti dengan suatu pemidanaan.
Bahwa dalam kerangka Pasal 263 KUHAP secara keseluruhan, telah jelas
ep
k

undang-undang hanya memberikan hak kepada terpidana atau ahli warisnya


ah

untuk mengajukan permohonan PENINJAUAN KEMBALI kepada Mahkamah


R

si
Agung, kecuali untuk putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum tidak
dapat diajukan PENINJAUAN KEMBALI, sehingga jelas JAKSA PENUNTUT

ne
ng

UMUM tidak dapat mengajukan Peninjauan Kembali.


Bahwa selain itu, ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Kehakiman

do
gu

menyatakan :
"Terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, pihak-pihak
In
yang bersangkutan dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
A

Agung, apabila terdapat hal atau keadaan yang ditentukan dalam Undang-
Undang."
ah

lik

Bahwa ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Mahkamah Agung


menyatakan : “Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,

a
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara."

si
Bahwa ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Mahkamah Agung
menyatakan : "Dalam pemeriksaan permohonan Peninjauan Kembali putusan

ne
ng
perkara pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap digunakan acara
Peninjauan Kembali sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

do
Acara Pidana."
gu
Bahwa ketentuan Pasal 77 Undang-Undang Mahkamah Agung

In
A
menyatakan :
(1) Dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali perkara yang diputus oleh
ah

lik
Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama atau oleh Pengadilan di
Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, digunakan hukum acara
Peninjauan Kembali yang tercantum dalam Pasal 67 sampai dengan
am

ub
Pasal 75.
(2) Dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali perkara yang diputus oleh
ep
k

pengadilan di Lingkungan Peradilan Militer, digunakan hukum acara


ah

peninjauan kembali sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang


R

si
Hukum Acara Pidana.
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No.

ne
ng

4/2004 jo Pasal 10 ayat (2) jo Pasal 76 jo Pasal 77 Undang-Undang Mahkamah


Agung, jelas lembaga Peninjauan Kembali yang ada di Mahkamah Agung

do
gu

berlaku tidak hanya untuk perkara-perkara yang berasal dari peradilan umum,
namun juga untuk perkara-perkara yang berasal dari Peradilan Agama, Peradilan
In
Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer. Dalam perkembangan selanjutnya
A

berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004


Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Mahkamah
ah

lik

Agung juga menerima perkara Peninjauan Kembali dari Pengadilan Niaga.


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa aturan mengenai lembaga Peninjauan Kembali yang diatur dalam

a
Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 4/2004 merupakan hukum yang umum

si
(lex generalis), sementara Undang-Undang Mahkamah Agung merupakan
hukum yang khusus (lex specialis) yang mengatur mengenai lembaga

ne
ng
Peninjauan Kembali, yaitu:
a. Untuk perkara perdata yang berasal dari peradilan umum, perkara yang

do
gu
berasal dari peradilan tata usaha negara, dan perkara yang berasal dari
pengadilan agama, menggunakan hukum acara Peninjauan Kembali yang

In
A
diatur dalam Undang-Undang Mahkamah Agung (vide Pasal 67 sampai
dengan 75 Jo. Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung).
ah

lik
b. Untuk perkara pidana yang berasal dari peradilan umum dan perkara yang
berasal dari peradilan militer menggunakan hukum acara yang diatur dalam
KUHAP (vide Pasal 76 Jo. Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Mahkamah
am

ub
Agung).
Dengan demikian telah jelas, KUHAP merupakan hukum yang lebih khusus
ep
k

lagi (lex specialis) terhadap lembaga Peninjauan Kembali perkara pidana yang
ah

diatur dalam Undang-Undang Mahkamah Agung.


R

si
Bahwa oleh karenanya telah jelas pengertian "pihak-pihak yang
bersangkutan" yang dapat mengajukan Peninjauan Kembali yang dimaksud

ne
ng

dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 4/2004 harus mengacu kepada
hukum yang khusus (lex specialis derogate lex generalis), dalam hal ini terutama

do
gu

terhadap perkara-perkara Peninjauan Kembali yang berasal dari peradilan


umum, yang terdiri dari perkara pidana dan perkara perdata yang telah
In
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), yaitu :
A

a. "pihak-pihak yang bersangkutan" dalam perkara perdata adalah para pihak


yang berperkara, atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara
ah

lik

khusus dikuasakan untuk itu sebagaimana diatur dalam Pasal 68 ayat (1)
Undang-Undang Mahkamah Agung yang berbunyi : "Permohonan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Peninjauan Kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak yang

a
berperkara, atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara khusus

si
dikuasakan untuk itu."
b. "pihak-pihak yang bersangkutan" dalam perkara pidana adalah terpidana

ne
ng
dan atau ahli warisnya sebagaimana diatur juga dalam Pasal 263 ayat (1)
KUHAP yang berbunyi: "Terhadap putusan pengadilan yang te/ah

do
gu
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan

In
A
Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung."
Bahwa dengan demikian telah jelas, Jaksa Penuntut Umum (JAKSA
ah

lik
PENUNTUT UMUM) bukan merupakan "pihak-pihak yang bersangkutan" dalam
perkara pidana yang dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali.Perihal
JAKSA PENUNTUT UMUM bukan merupakan pihak yang dimaksud dengan
am

ub
pihak-pihak yang bersangkutan, dipertegas dalam ketentuan Pasal 1 angka 12
KUHAP yang membatasi hak JAKSA PENUNTUT UMUM untuk melakukan
ep
k

upaya hukum hanya sampai tingkat kasasi saja. Sedangkan upaya hukum
ah

Peninjauan Kembali hanya merupakan hak terpidana yang tidak diberikan


R

si
kepada Jaksa Penuntut Umum, sehingga merupakan suatu kekeliruan yang fatal
bagi Judex Juris dalam Putusan atas PENINJAUAN KEMBALI JAKSA

ne
ng

PENUNTUT UMUM pada halaman 20, 2 baris paling bawah, yang menyatakan:
" .... sehingga logis bila kepada Jaksa Penuntut Umum diberikan hak untuk

do
gu

mengajukan Peninjauan Kembali."


Bahwa oleh karenanya telah jelas didalam KUHAP, JAKSA PENUNTUT
In
UMUM tidak dapat mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, sehingga
A

dalam perkara ini Judex Juris dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA


PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan karena menerima permohonan
ah

lik

Peninjauan Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM sehingga


melanggar ketentuan dalam KUHAP.
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa oleh karena Judex Juris telah melakukan kekeliruan karena

a
menerima permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh JAKSA

si
PENUNTUT UMUM, maka sudah sepatutnya berdasarkan Pasal 263 ayat (2)
huruf c KUHAP permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon

ne
ng
PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana dikabulkan untuk seluruhnya.
Alasan Kedua:

do
gu
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah
Melakukan Kekeliruan Karena Menyatakan Permohonan Peninjauan Kembali

In
A
Yang Diajukan Jaksa Penuntut Umum (JAKSA PENUNTUT UMUM) Telah
Diajukan Dengan Cara-Cara Yang Ditentukan Undang-Undang
ah

lik
Bahwa Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM dalam pertimbangan hukumnya pada halaman 25 alenia
terakhir dan halaman 26 menyatakan :
am

ub
"Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas dan oleh karena
permohonan Peninjauan Kembali tersebut beserta alasan-alasannya telah
ep
k

diajukan dengan cara-cara yang ditentukan undang-undang maka permintaan


ah

Peninjauan Kembali dari Jaksa Penuntut Umum tersebut, secara formal dapatlah
R

si
diterima."
Bahwa sedangkan dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 19 alenia

ne
ng

terakhir dan halaman 20, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM menyatakan :

do
gu

Bahwa Pasal 23 ayat 1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 Tentang


kekuasaan Kehakiman yang berbunyi :"Terhadap putusan pengadilan yang telah
In
memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat
A

mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal


atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang" tidak menjelaskan
ah

lik

tentang "siapa saja yang dimaksud pihak-pihak yang bersangkutan yang dapat
mengajukan Peninjauan Kembali tersebut dst".
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa Pasal 263 KUHAP yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 21

a
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 mengandung hal yang tidak jelas, yaitu:

si
Pasal 263 ayat 1 KUHAP tidak secara tegas melarang Jaksa Penuntut
Umum mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, sebab logikanya

ne
ng
terpidana/ahli warisnya tidak akan mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan
vrijspraak dan onslag van alle vervolging. Dalam konteks ini, maka yang

do
gu
berkepentingan adalah Jaksa Penuntut Umum atas dasar alasan dalam
ketentuan Pasal 263 ayat 2 KUHAP;

In
A
Bahwa pertimbangan Judex Juris atas PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM dalam Putusannya tersebut merupakan hal yang saling
ah

lik
bertentangan satu sama lain (kontradiktif). Di satu sisi, Judex Juris Dalam
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM menyatakan permohonan
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM telah
am

ub
diajukan dengan cara-cara yang ditentukan undang-undang. Namun disisi
lainnya, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM
ep
k

menyatakan Pasal 263 KUHAP mengandung hal yang tidak jelas karena tidak
ah

secara tegas melarang JAKSA PENUNTUT UMUM mengajukan upaya hukum


R

si
Peninjauan Kembali.
Bahwa bagaimana mungkin Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI

ne
ng

JAKSA PENUNTUT UMUM dapat berpandangan permohonan Peninjauan


Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM telah diajukan

do
gu

berdasarkan undang-undang (dalam perkara pidana undang-undang dimaksud


adalah KUHAP) sementara Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
In
PENUNTUT UMUM berpandangan ada ketidakjelasan dalam KUHAP mengenai
A

ketidaktegasan KUHAP melarang JAKSA PENUNTUT UMUM mengajukan


upaya hukum Peninjauan Kembali.
ah

lik

Dengan demikian, apa yang dimaksud oleh Judex Juris dalam Peninjauan
Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM dengan "permohonan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Peninjauan Kembali tersebut beserta alasan-alasannya telah diajukan dengan

a
cara-cara yang ditentukan undang-undang" adalah kontradiktif karena justru

si
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM
berpandangan KUHAP mengandung hal yang tidak jelas.

ne
ng
Bahwa dengan demikian, dalam perkara a quo Judex Juris Dalam
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan

do
gu
karena membuat suatu pertimbangan yang bertentangan satu sama lain
(kontradiktif) sehingga sepatutnya permohonan Peninjauan Kembali yang

In
A
diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan oleh
Mahkamah Agung.
ah

lik
Alasan Ketiga:
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah
Melakukan Kekeliruan Menerima Peninjauan Kembali Yang Diajukan JAKSA
am

ub
PENUNTUT UMUM Hanya Untuk Memelihara Keseragaman Putusan
Mahkamah Agung.
ep
k

Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT


ah

UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 19 alenia pertama


R

si
menyatakan : "Menimbang, bahwa untuk memelihara keseragaman putusan
Mahkamah Agung (consistency in court decision), maka Mahkamah Agung

ne
ng

dalam memeriksa dan mengadili perkara Peninjauan Kembali terpidana tersebut,


akan mengikuti pendapat Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 25

do
gu

Oktober 1996 No. 55 PK/Pid/1996, putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Agustus


2001 No. 3 PK/Pid/2001 tersebut diatas, yang secara formal telah mengakui hak/
In
wewenang Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan permintaan Peninjauan
A

Kembali;"
Bahwa Republik Indonesia yang sistem hukumnya mengacu pada sistem
ah

lik

hukum continental, tidak mengenal lembaga "precedent" yang dikenal dalam


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
sistem hukum Anglo Saxon, yaitu para hakim harus mengikuti pendapat hakim

a
terdahulu dalam memutus perkara yang sejenis.

si
Bahwa Mahkamah Agung tidak selalu mengikuti pendapat para hakim
terdahulu dalam perkara yang sejenis dengan perkara a quo, yaitu perkara

ne
ng
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM. Dalam
putusan Mahkamah Agung No. 84 PK/Pid/2006, tanggal 18 Juli 2007, Mahkamah

do
gu
Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh JAKSA
PENUNTUT UMUM. Pertimbangan Mahkamah Agung dalam perkara tersebut

In
A
adalah sebagai berikut :
"Bahwa Pasal 263 ayat (1) KUHAP telah menentukan bawah terhadap
ah

lik
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, Terpidana atau ahli
warisnya dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
am

ub
Agung;
Bahwa ketentuan tersebut telah mengatur secara tegas dan limitatif
ep
k

bahwa yang dapat mengajukan Peninjauan Kembali adalah terpidana atau ahli
ah

warisnya. Hal ini berarti bahwa yang bukan Terpidana atau ahli warisnya tidak
R

si
dapat mengajukan Peninjauan Kembali. Dengan adanya ketentuan yang tegas
dan limitatif tersebut, tidak diperlukan ketentuan khusus, yang mengatur bahwa

ne
ng

yang bukan terpidana atau ahli warisnya tidak dapat mengajukan Peninjauan
Kembali;

do
gu

Bahwa "due process of law" tersebut berfungsi sebagai pembatasan


kekuasaan Negara dalam bertindak terhadap warga masyarakat, dan bersifat
In
normatif, sehingga tidak dapat ditafsirkan dan tidak dapat disimpangi, karena
A

akan melanggar keadilan dan kepastian hukum.


Menimbang, berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Jaksa
ah

lik

Penuntut Umum tidak dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali atas


putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap.
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Oleh karenanya apa yang dimohonkan oleh Kejaksaan merupakan

a
kesalahan dalam penerapan hukum acara, sehingga permohonan Peninjauan

si
Kembali yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum haruslah dinyatakan tidak
dapat diterima"

ne
ng
Bahwa putusan hakim adalah hukum. Dalam hal ada 2 (dua) hukum
setingkat mengenai hal yang sama yang saling bertentangan, maka berdasarkan

do
gu
asas penerobosan legalitas, ialah harus menggunakan hukum yang paling
menguntungkan terdakwa. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) KUHP

In
A
yang berbunyi sebagai berikut : “Jika sesudah perbuatan dilakukan ada
perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang
ah

lik
paling ringan bagi terdakwa"
Sesuai dengan asas penerobosan legalitas tersebut maka Putusan
Mahkamah Agung dalam perkara Mulyar bin Samsi No. 84 PK/Pid/2003 tanggal
am

ub
18 Juli 2007, dapat dijadikan dasar bagi Mahkamah Agung untuk menolak setiap
permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan JAKSA PENUNTUT UMUM.
ep
k

Bahwa dengan demikian jelas, seharusnya Judex Juris Dalam


ah

PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM tidak harus mengikuti


R

si
pendapat Mahkamah Agung dalam Putusannya tanggal 25 Oktober 1996 No. 55
PK/Pid/1996, dan Putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Agustus 2001 No. 3 PK/

ne
ng

Pid/2001 tersebut diatas, yang telah mengakui hak/wewenang Jaksa Penuntut


Umum untuk mengajukan permintaan Peninjauan Kembali karena Indonesia

do
gu

tidak mengenal lembaga "precedent" seperti yang ada dalam sistem hukum
Anglo Saxon.
In
Bahwa lebih jauh, pendapat Mahkamah Agung dalam Putusannya tanggal
A

25 Oktober 1996 No. 55 PK/Pid/1996, Putusan Mahkamah Agung tanggal 2


Agustus 2001 No. 3 PK/Pid/2001 dan Putusan Mahkamah Agung tanggal 25
ah

lik

Januari 2008 No. 109 PK/Pid/2007 yang mengakui hak/wewenang JAKSA


PENUNTUT UMUM mengajukan permohonan Peninjauan Kembali, merupakan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kekeliruan terhadap hukum acara, karena seperti yang telah dikemukakan diatas,

a
yaitu :

si
Upaya hukum Peninjauan Kembali hanya diberikan kepada terpidana atau
ahli warisnya, sedangkan hak/wewenang JAKSA PENUNTUT UMUM melakukan

ne
ng
Upaya Hukum adalah hanya hingga tingkat Kasasi (vide Pasal 1 angka 12
KUHAP).

do
gu
JAKSA PENUNTUT UMUM bukan merupakan "pihak-pihak yang
bersangkutan" yang dapat mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali dalam

In
A
perkara pidana karena "pihak-pihak yang bersangkutan" dalam perkara pidana
adalah terpidana dan atau ahli warisnya (vide Pasal 263 ayat (1) KUHAP).
ah

lik
Bahwa dalam perkara a quo, Majelis Hakim dalam tingkat Peninjauan
Kembali yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM adalah sebagai berikut :
- Ketua : Prof. Bagir Manan, S.H., MH.
am

ub
- Anggota : Dr. H. Parman Soeparman, S.H., MH.
- Anggota : Djoko Sarwoko, S.H., M.H.
ep
k

- Anggota : Prof. DR. Paulus E. Lotulung, S.H.


ah

- Anggota : DR. Harifin Tumpa, S.H., MH.


R

si
Sedangkan dalam perkara No. 84/PENINJAUAN KEMBALI/Pid/2006 dimana
Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh

ne
ng

JAKSA PENUNTUT UMUM, susunan Majelis Hakim yang memutus perkara


tersebut adalah sebagai berikut :

do
gu

- Ketua : Iskandar Kamil, S.H.


- Anggota : Djoko Sarwoko, S.H., M.H.
In
- Anggota : M. Bahaudin Qaudry, S.H.
A

Bahwa dalam kedua perkara yang sejenis tersebut yang putusannya saling
berbeda satu sama lain, Djoko Sarwoko, S.H., merupakan Hakim Agung yang
ah

lik

turut memeriksa kedua perkara tersebut. Dalam perkara No. 84/PK/Pid/2006,


Djoko Sarwoko SH., MH, tidak mengajukan dissenting opinion, sehingga dapat
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
disimpulkan Djoko Sarwoko berpendapat Jaksa Penuntut Umum tidak dapat

a
mengajukan permohonan Peninjauan Kembali atas putusan pidana yang telah

si
berkekuatan hukum tetap.
Bahwa dengan demikian, apabila benar -quod non- Mahkamah Agung

ne
ng
berusaha menjaga keseragaman putusannya, maka seharusnya Djoko Sarwoko
sebagai Anggota Majelis dalam perkara a quo mengikuti pendapatnya terdahulu

do
gu
dalam putusan No. 84/PK/Pid/2006 guna menjaga keseragaman pendapatnya
dalam perkara yang sejenis (consistency in court decision), yaitu menolak

In
A
pengajuan Peninjauan Kembali oleh JAKSA PENUNTUT UMUM.
Bahwa oleh karena tidak ada keharusan hakim untuk mengikuti pendapat
ah

lik
para hakim terdahulu dalam perkara yang sejenis dan seharusnya Djoko
Sarwoko, S.H., M.H., sebagai Anggota Majelis perkara a quo yang sebelumnya
dalam perkara No.84 PK/Pid/2006 menolak pengajuan Peninjauan Kembali oleh
am

ub
JAKSA PENUNTUT UMUM dengan dasar JAKSA PENUNTUT UMUM tidak
dapat mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan yang telah berkekuatan
ep
k

hukum tetap (Inkracht van gewijsde), maka dengan demikian dalam perkara a
ah

quo Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM


R

si
telah melakukan kekeliruan sehingga berdasarkan Pasal 263 ayat (2) huruf C
KUHAP, sepatutnya Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon

ne
ng

PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan oleh Mahkamah Agung.


Alasan Keempat:

do
gu

Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah


Melakukan Kekeliruan Dengan Menafsirkan Ketentuan Undang-Undang Yang
In
Telah Terang dan Jelas Sehingga Melanggar Asas Hukum Yaitu Interpratio
A

Cesset In Claris
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT
ah

lik

UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 24, alenia terakhir


menyatakan sebagai berikut : “.....maka KUHAP harus secara maksimal
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
digunakan untuk mendapatkan kebenaran materiil dengan cara melakukan

a
penafsiran ekstensif terhadap ketentuan-ketentuannya, dan dalam hal ini

si
khususnya terhadap Pasal 263 KUHAP dengan memungkinkan Jaksa Penuntut
Umum dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali terhadap putusan

ne
ng
yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, yang merupakan putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum;"

do
gu
Bahwa pertimbangan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM yang melakukan penafsiran secara ekstensif (extensive

In
A
interpretation) terhadap Pasal 263 KUHAP merupakan suatu kekeliruan yang
sangat fatal, padahal dalam kerangka Pasal 263 KUHAP secara keseluruhan,
ah

lik
telah jelas undang-undang hanya memberikan hak kepada terpidana atau ahli
warisnya untuk mengajukan mengajukan permohonan Peninjauan Kembali
kepada Mahkamah Agung, kecuali untuk putusan bebas atau lepas dari segala
am

ub
tuntutan hukum tidak dapat diajukan Peninjauan Kembali (vide Pasal 263 ayat
(1) KUHAP).
ep
k

Adapun alasan untuk pengajuan Peninjauan Kembali adalah (i) adanya


ah

novum, (ii) jika dalam pelbagai putusan terdapat sesuatu yang telah terbukti,
R

si
akan tetapi dasar dan alasan yang dinyatakan terbukti itu ternyata telah
bertentangan satu dengan lainnya, (iii) terdapat kekhilafan hakim atau kekeliruan

ne
ng

yang nyata (Pasal 263 ayat 2). Permintaan Peninjauan Kembali tetap dapat
diajukan apabila dalam suatu putusan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti

do
gu

akan tetapi tidak diikuti dengan pemidanaan dengan alasan sebagaimana yang
diatur dalam ayat (2), yaitu (i) adanya novum, (ii) jika dalam pelbagai putusan
In
yang terdapat sesuatu telah terbukti, akan tetapi dasar dan alasan putusan yang
A

dinyatakan terbukti itu ternyata telah bertentangan satu dengan lainnya, (iii)
terdapat kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata.
ah

lik

Dengan demikian, jelas Pasal 263 KUHAP ini memuat beberapa hal yang
bersifat limitatif, yaitu :
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a. Pihak yang dapat mengajukan PENINJAUAN KEMBALI:

a
Hanya terbatas pada terpidana atau ahli warisnya.

si
b. Alasan pengajuan PENINJAUAN KEMBALI
(i) adanya novum,

ne
ng
(ii) jika dalam pelbagai putusan yang terdapat sesuatu telah terbukti,
akan tetapi dasar dan alasan putusan yang dinyatakan terbukti itu

do
gu ternyata telah bertentangan satu dengan lainnya,
(iii) terdapat kekhilafan hakim atau keliruan yang nyata.

In
A
c. Kondisi pengajuan PENINJAUAN KEMBALI
• Perbuatan yang didakwakan terbukti akan tetapi tidak diikuti dengan
ah

lik
suatu pemidanaan.
• Terhadap putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum tidak
dapat diajukan PENINJAUAN KEMBALI.
am

ub
Bahwa selain itu, dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor: M.01.PW.07.03 TH. 1982 Tentang Pedoman Pelaksanaan
ep
k

KUHAP, Bidang Pengadilan Bab VII, Upaya Hukum Luar Biasa butir huruf B,
ah

halaman 108, telah dengan tegas ditentukan :


R

si
"Hak permintaan untuk Peninjauan Kembali hanya diberikan kepada
terpidana atau ahli warisnya dan hanya terhadap putusan pengadilan yang telah

ne
ng

memperoleh kekuatan hukum tetap yang tidak memuat putusan bebas atau
lepas dari segala tuntutan hukum".

do
gu

"Jadi hak ini tidak diberikan kepada Jaksa Agung karena logis kalau yang
berkepentingan adalah terpidana atau ahli warisnya"
In
Dengan demikian, sejak awal setelah lahir KUHAP melalui Undang-Undang No.
A

8 tahun 1981, telah dikeluarkan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, yang secara


tegas dan limitatif menentukan bahwa hak permintaan untuk Peninjauan Kembali
ah

lik

hanya diberikan kepada terpidana atau ahli waris.


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Berkaitan dengan hal tersebut, M. Yahya Harahap SH, dalam bukunya

a
"Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP", penerbit Pustaka Kartini,

si
1985 halaman 1200 mengatakan :
"Apa sebabnya undang-undang tidak memberi hak kepada penuntut

ne
ng
umum mengajukan permintaan Peninjauan Kembali ? Jawabnya; bukankah
upaya hukum Peninjauan Kembali bertujuan untuk melindungi kepentingan

do
terpidana
gu ? Untuk kepentingan terpidanalah
kemungkinan untuk meninjau kembali putusan yang telah memperoleh kekuatan
undang-undang membuka

In
A
hukum tetap. Karena itu sudah selayaknya hal itu hanya diberikan kepada
terpidana atau ahli warisnya"
ah

lik
Bahwa berdasarkan uraian diatas, dengan demikian jelas JAKSA
PENUNTUT UMUM tidak dapat mengajukan Peninjauan Kembali. Rumusan
Pasal 263 ayat (1) KUHAP telah jelas dan tegas mengatur siapa yang dimaksud
am

ub
dengan terpidana atau ahli warisnya, sehingga tidak dapat ditafsirkan lagi
(interpretation cessat in claris).
ep
k

Bahwa dalam perkara a quo, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI


ah

JAKSA PENUNTUT UMUM yang telah melakukan penafsiran secara ekstensif


R

si
(extensive interpretation) bahwa JAKSA PENUNTUT UMUM dapat mengajukan
Peninjauan Kembali karena Pasal 263 tidak secara tegas melarang JAKSA

ne
ng

PENUNTUT UMUM mengajukan permohonan Peninjauan Kembali merupakan


suatu kekeliruan yang sangat fatal yang melanggar asas hukum, yaitu interpratio

do
gu

cessat in claris.
Bahwa oleh karena Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
In
PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan, berdasarkan ketentuan Pasal
A

263 ayat (2) huruf c KUHAP maka sepatutnya permohonan Peninjauan Kembali
yang diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan
ah

lik

oleh Mahkamah Agung.


Alasan Kelima:
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah

a
Melakukan Kekeliruan Dengan Menyatakan Pasal 263 KUHAP Merupakan

si
Pelaksanaan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970.
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT

ne
ng
UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 20 angka 2 menyatakan
sebagai berikut : "Bahwa Pasal 263 KUHAP yang merupakan pelaksanaan dari

do
gu
Pasal 21 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 dst"
Bahwa pertimbangan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA

In
A
PENUNTUT UMUM dalam perkara a quo yang menyatakan Pasal 263 KUHAP
merupakan pelaksanaan dari Pasal 21 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
ah

lik
adalah merupakan suatu kekeliruan.
Bahwa ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ("Undang-Undang No.
am

ub
10/2004") menyatakan : "Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
adalah sebagai berikut:
ep
k

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;


ah

b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;


R

si
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;

ne
ng

e. Peraturan Daerah."
Bahwa ketentuan Pasal 7 ayat (5) Undang-Undang No. 10/2004

do
gu

menyatakan : "Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai


dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1)."
In
Bahwa Hans Kelsen yang mengemukakan teori hierarki norma hukum
A

(stufen theorie) berpandangan bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang


dan berlapis-Iapis dalam suatu hierarki (tata susunan), dalam arti, suatu norma
ah

lik

yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi. Norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak

a
dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif yaitu Norma Dasar

si
(Grundnorm).
Bahwa KUHAP yang diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 8

ne
ng
tahun 1981 memiliki kedudukan yang setara dengan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1970, yaitu sama-sama di level Undang-Undang.

do
gu
Bahwa oleh karena KUHAP dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970
berada di level yang sama (Undang-Undang) maka berdasarkan teori hierarki

In
A
norma hukum (stufentheorie) maupun ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan (5)
Undang-Undang No. 10/2004 adalah merupakan suatu kekeliruan menyatakan
ah

lik
Pasal 263 KUHAP merupakan PELAKSANAAN dari Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1970. Pertimbangan hukum Putusan Judex Facti Dalam PENINJAUAN
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM yang menyatakan: "Pasal 263 KUHAP
am

ub
merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970",
merupakan suatu kekeliruan karena hal tersebut berarti telah mereduksi
ep
k

kedudukan KUHAP dari Undang-Undang menjadi aturan pelaksana undang-


ah

undang.
R

si
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya diatas, KUHAP bukan
merupakan aturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970,

ne
ng

melainkan hukum yang lebih khusus (lex specialis) terhadap Undang-Undang


Mahkamah Agung yang merupakan hukum yang khusus (lex specialis) terhadap

do
gu

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 (yang telah digantikan dengan Undang-


Undang Kehakiman).
In
Bahwa pendapat mengenai ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang
A

No. 4/2004 merupakan hukum yang umum (lex generalis) sehingga pengaturan
mengenai hak untuk mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali diberikan
ah

lik

secara khusus melalui undang-undang (KUHAP) kepada terpidana atau ahli


warisnya juga merupakan pendapat resmi Mahkamah Konstitusi dalam
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
putusannya Perkara No. 16/PUU-VI/2008 tanggal 15 Agustus 2008 yang

a
berbunyi sebagai berikut : "[3.18].......tafsir terhadap Pasal 23 ayat (1) Undang-

si
Undang 4/2004 yang didalilkan bertentangan dengan UUD 1945 bukanlah
karena adanya masalah konstitusionalitas norma yang termuat dalam Pasal 23

ne
ng
ayat (1) Undang-Undang 4/2004 tersebut. Pasal tersebut merupakan ketentuan
dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, yang termuat dalam Bab II

do
gu
dibawah judul Badan Peradilan dan Asasnya, sehingga dapat dipahami
substansinya merupakan asas yang berlaku bagi penyelenggaraan kekuasaan

In
A
kehakiman oleh badan-badan peradilan dibawah Mahkamah Agung yang
meliputi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan
ah

lik
Tata Usaha Negara, serta beberapa bentuk peradilan dengan kewenangan
khusus, yang merupakan peradilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung.
Oleh karena itu, Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang a quo merupakan asas yang
am

ub
mengatur tentang adanya hak untuk mengajukan permohonan PENINJAUAN
KEMBALI terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
ep
k

(inkracht vangewijsde), yang berlaku untuk semua lingkungan peradilan, serta


ah

peradilan-peradilan khusus di bawah Mahkamah Agung. Pasal 23 ayat (1)


R

si
Undang-Undang a quo meletakkan prinsip dasar tentang PENINJAUAN
KEMBALI tersebut, dan mengamanatkan agar dalam undang-undang yang

ne
ng

menyangkut hukum acara yang berlaku dalam tiap peradilan yang berada
dibawah Mahkamah Agung yang menjalankan dan melaksanakan kekuasaan

do
gu

kehakiman, diatur lebih lanjut siapa yang berhak mengajukan PENINJAUAN


KEMBALI, serta syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan
In
permohonan PENINJAUAN KEMBALI.
A

[3.19] Menimbang bahwa dalam memahami dan menilai hubungan Pasal 23 ayat
(1) Undang-Undang 4/2004 yang berisi asas yang berlaku dan mengikat badan-
ah

lik

badan peradilan dibawah Mahkamah Agung, sebagai penyelenggara kekuasaan


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kehakiman dengan undang-undang yang diamanatkan untuk dibentuk yang

a
mengatur syarat-syarat dan keadaan yang harus dipenuhi bagi

si
diajukannya PENINJAUAN KEMBALI terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, Menurut Mahkamah, terdapat tiga alternatif

ne
ng
penafsiran.
Pertama, Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang 4/2004 merupakan asas atau aturan

do
gu
umum, yang masih harus dirinci dalam undang-undang tentang hukum acara
baik pidana maupun perdata yang berlaku bagi masing-masing lingkungan

In
A
peradilan beserta peradilan khusus yang ada di bawah Mahkamah Agung. Pasal
23 ayat (1) Undang-Undang 4/2004 tersebut merupakan perubahan dari
ah

lik
rumusan Pasal 21 Undang-Undang 14/1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi, "Apabila terdapat hal-hal atau
keadaan-keadaan yang ditentukan dengan undang-undang, terhadap putusan
am

ub
Pengadilan, yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dimintakan
Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung, dalam perkara perdata dan
ep
k

pidana oleh pihak-pihak yang berkepentingan." Rumusan tersebut diubah


ah

menjadi Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang 4/2004 yang berbunyi "Terhadap


R

si
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah

ne
ng

Agung, apabila terdapat suatu keadaan tertentu yang ditentukan oleh undang-
undang. "Siapa yang dimaksud dengan frasa "pihak-pihak yang bersangkutan

do
gu

dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung" dalam hukum


acara pidana maupun perdata yang berlaku di lingkungan peradilan tersebut
In
akan ditentukan dalam hukum acara yang berlaku pada masing-masing
A

peradilan di bawah Mahkamah Agung. Ketentuan lebih lanjut tentang


PENINJAUAN KEMBALI tersebut termuat dalam Undang-Undang Nomor 5
ah

lik

Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985


Tentang Mahkamah Agung, yang dalam Pasal 76 berbunyi, "Dalam pemeriksaan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
permohonan Peninjauan Kembali putusan perkara pidana yang telah

a
memperoleh kekuatan hukum tetap digunakan acara Peninjauan Kembali

si
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana." In
casu, menyangkut perkara pidana, pihak yang berhak mengajukan

ne
ng
PENINJAUAN KEMBALI haruslah merujuk kepada Pasal 263 ayat (1) KUHAP,
yang telah menentukan keadaan atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

do
gu
mengajukan PENINJAUAN KEMBALI terhadap putusan pidana yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.....dst.

In
A
[3.20] Menimbang bahwa dari ketiga pilihan tafsir tersebut Mahkamah memilih
alternatif pertama, oleh karena menurut Mahkamah, sifat norma dalam Undang-
ah

lik
Undang a quo merupakan asas yang berlaku umum untuk setiap badan
peradilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Dalam menentukan siapa
yang berhak dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk menyatakan
am

ub
bahwa permohonan PENINJAUAN KEMBALI yang diajukan oleh "pihak-pihak
yang bersangkutan dapat diterima (admissible), harus diukur dari ketentuan yang
ep
k

terdapat dalam undang-undang yang diamanatkan atau dirujuk oleh Pasal 23


ah

ayat (1), yang berlaku untuk bidang hukum dan/atau peradilan yang
R

si
bersangkutan. Terlebih lagi di dalam Pasal 76 Undang-Undang 5/2004
sebagaimana dikutip di atas menyatakan bahwa PENINJAUAN KEMBALI atas

ne
ng

putusan perkara pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap


digunakan hukum acara pidana (KUHAP).

do
gu

[3.21] Menimbang, menurut Mahkamah, hakim pidana harus tunduk dan


menerapkan aturan yang khusus untuk itu, yaitu hukum acara pidana yang
In
berlaku, in casu KUHAP .... dst"
A

Bahwa lebih lanjut lagi, ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Kehakiman


menyatakan bahwa pada saat berlakunya UU Kehakiman ini (Undang-Undang
ah

lik

No. 4/2004), maka Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 dinyatakan tidak


berlaku, sehingga dengan demikian Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
JAKSA PENUNTUT UMUM kembali telah melakukan kekeliruan karena dalam

a
memeriksa dan memutus perkara a quo menyatakan Pasal 263 KUHAP

si
merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang yang telah tidak berlaku lagi, yaitu
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970. Andaikatapun benar -quod non- Pasal 263

ne
ng
KUHAP merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Kehakiman, maka
Undang-Undang Kehakiman yang dipakai adalah yang terbaru, yaitu Undang-

do
gu
Undang Nomor 4 Tahun 2004, dan bukan Undang-Undang No. 14 Tahun 1970.
Bahwa oleh karena Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA

In
A
PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan, yaitu :
• Menyatakan Pasal 263 KUHAP merupakan pelaksanaan dari Undang-
ah

lik
Undang No. 14 Tahun 1970, padahal KUHAP merupakan hukum yang lebih
khusus (lex specialis) terhadap Undang-Undang Mahkamah Agung yang
merupakan hukum yang khusus (lex specialis) terhadap Undang-Undang
am

ub
No. 14 tahun 1970 karena kedudukan KUHAP dan Undang-Undang No. 14
Tahun 1970 adalah setingkat.
ep
k

• Menyatakan Pasal 263 KUHAP merupakan pelaksanaan dari Undang-


ah

Undang Kehakiman yang sudah tidak berlaku lagi pada saat perkara a quo
R

si
diputus, yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 1970.
Sehingga sepatutnya berdasarkan Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP

ne
ng

permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN


KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan oleh Mahkamah Agung.

do
gu

Alasan Keenam:
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah
In
Melakukan Kekeliruan Dengan Mereduksi Nilai Kepastian Hukum Sehingga
A

Melanggar Hak Asasi Manusia


Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT
ah

lik

UMUM dalam pertimbangannya halaman 24, angka 5, kalimat terakhir,


menyatakan sebagai berikut : “Keadilan dan kepastian sebagai tujuan hukum
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
mungkin saling mendesak dalam penerapan pada kejadian-kejadian nyata.

a
Dengan menyadari hal tersebut, maka dalam mempertimbangkan hukum yang

si
akan diterapkannya hakim sejauh mungkin mengutamakan keadilan diatas
kepastian hukum."

ne
ng
Bahwa Judex Juris Dalam Putusan-nya atas PENINJAUAN KEMBALI
JAKSA PENUNTUT UMUM dalam pertimbangannya halaman 24, angka 6

do
gu
menyatakan sebagai berikut : “.....maka KUHAP harus secara maksimal
digunakan untuk mendapatkan kebenaran materiil dengan cara melakukan

In
A
penafsiran ekstensif terhadap ketentuan-ketentuannya, dan dalam hal ini
khususnya terhadap Pasal 263 KUHAP dengan memungkinkan Jaksa Penuntut
ah

lik
Umum dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali terhadap putusan
yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, yang merupakan putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum."
am

ub
Bahwa pertimbangan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM dalam perkara a quo merupakan suatu kekeliruan karena
ep
k

telah mereduksi nilai kepastian hukum yang bertentangan dengan hak asasi
ah

manusia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 280 ayat (1) Undang-Undang


R

si
Dasar 1945 : "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum"

ne
ng

Bahwa maksud pembuat KUHAP adalah untuk melindungi hak dari


tersangka maupun terdakwa dalam proses peradilan, baik pada saat seseorang

do
gu

ditangkap, ditahan, dituntut, maupun diadili. Dengan demikian, perlindungan


tersebut tidak hanya pada proses peradilan tingkat pertama saja tetapi juga
In
sampai pada pemeriksaan tingkat kasasi bahkan juga dalam persidangan
A

Peninjauan Kembali, karena termasuk proses mengadili tersangka. Hal ini diatur
dalam Penjelasan Umum KUHAP (Undang-Undang No. 8/1981) yang
ah

lik

menyebutkan adanya sepuluh asas yang mengatur perlindungan terhadap


keluhuran harkat dan martabat manusia yang harus ditegakkan dalam KUHAP
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
ini, dimana salah satu asas tersebut sebagaimana dicantumkan dalam huruf (d)

a
berbunyi : "Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili

si
tanpa alasan yang berdasarkan undang- undang dan atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan

ne
ng
rehabiliatsi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum yang
dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut

do
gu
dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi. "
Keberadaan lembaga Peninjauan Kembali adalah dalam rangka perlindungan

In
A
Hak Asasi Manusia (HAM), yakni untuk melindungi hak asasi terpidana dari
proses peradilan yang keliru/tidak benar, sedangkan pelanggaran HAM hanya
ah

lik
terjadi dan dialami oleh manusia bukan institusi, karena itu tidak mungkin terjadi
pelanggaran HAM terhadap institusi Kejaksaan.
Bahwa KUHAP sebagai hukum acara pidana akan berdampak langsung
am

ub
kepada HAM dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHAP pada
hakikatnya merupakan ketentuan yang memberi dasar keabsahan perbuatan
ep
k

penyelidik, penyidik, dan penuntut umum bahkan hakim dalam proses peradilan.
ah

Perbuatan tersebut apabila dilakukan oleh bukan pejabat penegak hukum atau
R

si
dilakukan dalam keadaan yang biasa, merupakan perbuatan perampasan Hak
Asasi Manusia (HAM). Kepada pejabat penegak hukum, KUHAP memberikan

ne
ng

kewenangan, namun kewenangan tersebut harus terbatas dan dibatasi karena


penggunaan kewenangan tersebut akan menimbulkan kerugian yang sangat

do
gu

besar terhadap anggota masyarakat yang dijamin hak konstitusional-nya.


Sebagai hukum yang bersinggungan dengan Hak Asasi Manusia, maka
In
perumusan hukum acara pidana dalam suatu negara harus memenuhi asas; (i)
A

lex scripta, yaitu ketentuan hukumnya harus tertulis, (ii) lex certa, yaitu ketentuan
hukumnya harus menjamin kepastian hukum, dan (iii) lex sctricta, yaitu ketentuan
ah

lik

hukum dirumuskan secara ketat, karena dengan merumuskan demikian akan


terjamin keseimbangan antara Hak Asasi dan kewenangan negara.
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa Judex Juris dalam tingkat Kasasi telah membebaskan Pemohon

a
Kasasi dari Dakwaan Kesatu (vrijspraak) sehingga putusan tersebut telah

si
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Oleh karena itu, demi
kepastian hukum seharusnya Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI

ne
ng
JAKSA PENUNTUT UMUM menolak pengajuan Peninjauan Kembali oleh
JAKSA PENUNTUT UMUM tersebut, namun dalam perkara a quo, alih-alih

do
gu
menolak, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT
UMUM malah mengabulkan Peninjauan Kembali oleh JAKSA PENUNTUT

In
A
UMUM.
Bahwa putusan pembebasan dan pelepasan dari tuntutan hukum yang
ah

lik
telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) tidak dapat dilawan lagi
dengan upaya hukum biasa maupun luar biasa oleh pihak manapun, termasuk
namun tidak terbatas oleh JAKSA PENUNTUT UMUM. Tidak dibenarkan lagi
am

ub
negara mempersoalkan tentang keadilan dalam putusan tersebut. Kepastian
hukum adalah konkrit, lebih terukur karena hal tersebut merupakan tujuan utama
ep
k

penegakkan hukum. Sementara keadilan bersifat abstrak-relatif dan tidak bisa


ah

diukur, oleh karenanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kepastian
R

si
hukum, bukan semata-mata menjadi tujuan satu-satunya yang lepas terlempar
dari kepastian hukum.

ne
ng

Bahwa negara membawa terdakwa ke sidang pengadilan untuk


menegakkan hukum yang sekaligus didalamnya keadilan. Selama proses

do
gu

peradilan berjalan pada saat itulah negara berhak mencari keadilan dengan
melalui norma-norma hukum, hingga proses itu berakhir, yaitu ketika putusan itu
In
telah berkekuatan hukum tetap. Sementara lembaga Peninjauan Kembali tidak
A

lagi mempersoalkan keadilan dengan penerapan norma-norma hukum,


melainkan mengembalikan keadilan kepada terpidana yang telah dirampas oleh
ah

lik

negara. Negara tidak dibenarkan secara terus-menerus melakukan penuntutan,


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
apalagi terhadap putusan bebas yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht

a
van gewijsde).

si
Bahwa ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Mahkamah Agung
menyatakan: "Tenggang waktu pengajuan permohonan Peninjauan Kembali

ne
ng
yang didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 adalah 180
(seratus delapan puluh hari) hari untuk :

do
gu
a. yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat
atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekeuatan hukum tetap, dan

In
A
telah diberitahukan kepada pihak yang berperkara;
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukannya surat-surat bukti, yang hari
ah

lik
serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan yang terakhir dan
am

ub
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak yang berperkara;
ep
k

d. yang disebut pada huruf e sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu
ah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak


R

si
yang berperkara."
Bahwa ketentuan Pasal 264 ayat (3) KUHAP menyatakan : "Permintaan

ne
ng

Peninjauan Kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu."


Bahwa dengan mengabulkan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh JAKSA

do
gu

PENUNTUT UMUM, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA


PENUNTUT UMUM telah melakukan kesalahan besar karena melanggar Hak
In
Asasi Manusia, yaitu Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, mengenai jaminan
A

kepastian hukum. Dengan mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali oleh


JAKSA PENUNTUT UMUM, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
ah

lik

PENUNTUT UMUM telah menciptakan ketidakpastian hukum dan ketidak-adilan


baginya karena putusan bebas tidak membuat ketentraman bagi yang
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
bersangkutan. Ketidakpastian hukum dan ketidak-adilan yang dimaksud adalah

a
dalam perkara perdata, setelah lewat jangka waktu 180 hari untuk mengajukan

si
Peninjauan Kembali berdasarkan alasan yang diatur dalam Pasal 69 Undang-
Undang Mahkamah Agung, maka pihak yang dimenangkan akan merasa tenang

ne
ng
karena telah jelas kepastian hukum karena pihak lawan tidak dapat melakukan
upaya hukum apapun lagi.

do
gu
Sedangkan dalam perkara pidana, meskipun diputus bebas dari segala dakwaan
(vrijspraak) akan selalu ada perasaan ketakutan dan was-was seumur hidupnya

In
A
bahwa suatu saat dapat dituntut lagi melalui Peninjauan Kembali, mengingat
dalam perkara pidana tidak ada masa daluwarsa untuk mengajukan upaya
ah

lik
hukum Peninjauan Kembali, sehingga bisa saja 5, 10, bahkan 15 tahun
kemudian JAKSA PENUNTUT UMUM baru mengajukan Peninjauan Kembali.
Bahwa oleh karena Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
am

ub
PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan karena mereduksi nilai
kepastian hukum sehingga melanggar HAM, yaitu jaminan kepastian hukum
ep
k

yang diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 sehingga berdasarkan
ah

ketentuan UUD 1945 tersebut serta ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf c
R

si
KUHAP, sudah sepatutnya Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh
Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan oleh Mahkamah

ne
ng

Agung.
Alasan Ketujuh:

do
gu

Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah


Melakukan Kekeliruan Dalam Mempertimbangkan Pengertian Kekeliruan Yang
In
Nyata
A

Bahwa untuk mempertimbangkan perihal kekeliruan yang nyata, Judex Juris


Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM dalam
ah

lik

pertimbangan hukum Putusan-nya pada halaman 41 alenia terakhir dan halaman


42, menyatakan: "Bahwa alasan-alasan ini dapat dibenarkan, yaitu adanya
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kekeliruan yang nyata, dalam hal ini kesalahan penerapan hukum yang dilakukan

a
oleh Majelis Hakim Kasasi, berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :

si
Bahwa yang dimaksud kekeliruan yang nyata berdasarkan penjelasan
Pasal 23 ayat 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 adalah termasuk kesalahan

ne
ng
penerapan hukum (lihat juga Ketua Mahkamah Agung, Himpunan Notulen Rapat
Pleno Tahun 2000, halaman. 621. & 623)".

do
gu
Bahwa pertimbangan hukum
berdasarkan penjelasan Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
mengenai kekeliruan yang nyata

In
A
tersebut jelas-jelas terbukti salah, karena didalam penjelasan Pasal 23 ayat 1
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, sama sekali tidak menjelaskan perihal
ah

lik
kekeliruan yang nyata.
Bahwa isi Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 adalah
sebagai berikut :
am

ub
"(1). Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan Peninjauan Kembali
ep
k

kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang
ah

ditentukan dalam Undang-Undang".


R

si
Dalam Penjelasan-nya disebutkan :
"Yang dimaksud dengan "hal atau keadaan tertentu" dalam ketentuan ini antara

ne
ng

lain adalah ditemukannya bukti baru (novum) dan/atau adanya kekeliruan/


kekhilafan hakim dalam menerapkan hukumnya".

do
gu

Bahwa dengan demikian, maka pertimbangan Judex Juris Dalam


PENINJAUAN KEMBALI mengenai: "kekeliruan yang nyata berdasarkan
In
penjelasan Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 adalah termasuk
A

kesalahan penerapan hukum", terbukti merupakan suatu kekeliruan sehingga


sepatutnya permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon
ah

lik

PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana ini dikabulkan oleh Mahkamah Agung.


Alasan Kedelapan:
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah

a
Melakukan Kekeliruan Dalam Mempertimbangkan Masalah Penilaian Hasil

si
Pembuktian
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM

ne
ng
dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42 angka 2 menyatakan :
"2. Bahwa suatu kesimpulan pembuktian dalil putusan judex facti tidak dapat

do
gu
masuk dalam kasasi, in casu Majelis Hakim Kasasi telah menilai kembali hasil
pembuktian dari judex facti, dengan menyatakan hasil pembuktian tersebut

In
A
merupakan hasil asumsi".
Bahwa pertimbangan Judex Juris tersebut jelas-jelas keliru karena Majelis
ah

lik
Hakim Kasasi sama sekali tidak menilai kembali hasil pembuktian dari judex facti.
Yang dinilai oleh Majelis Hakim Kasasi adalah pertimbangan hukum mengenai
penerapan hukum pembuktian oleh judex facti yang menurut Majelis Hakim
am

ub
Kasasi hanya didasarkan atas asumsi saja, dan tidak didasarkan oleh alat bukti
yang terungkap di Persidangan. Dimana hal tersebut membuktikan bahwa Judex
ep
k

Juris telah salah menerapkan hukum, khususnya hukum pembuktian.


ah

Bahwa menurut Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa Hakim tidak boleh
R

si
menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah, hakim memperoleh keyakinan, bahwa

ne
ng

suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa-Iah yang bersalah
melakukannya.

do
gu

Bahwa Pasal 183 KUHAP tersebut menegaskan bahwa keyakinan Hakim


itu harus didapat dari hasil pembuktian yang sah. Bukan didahului dengan
In
adanya "keyakinan", baru dibuktikan keyakinan itu dipersidangan. Bahkan Pasal
A

158 KUHAPidana melarang Hakim menunjukkan sikap atau mengeluarkan


pernyataan di persidangan mengenai salah atau tidaknya terdakwa. Dengan
ah

lik

demikian, keyakinan salah atau tidaknya terdakwa harus dilakukan setelah


seluruh proses pemeriksaan di muka persidangan dinyatakan selesai. Namun
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
keyakinan ini pun harus timbul sebagai akibat dari adanya pembuktian dari

a
sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah seperti telah disebut diatas,

si
BUKAN atas dasar asumsi, sebagaimana Majelis Hakim Kasasi menilai
penerapan hukum yang digunakan judex facti dalam membuat pertimbangan

ne
ng
hukumnya. Ketentuan ini adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan,
dan kepastian hukum bagi seseorang. (demikian penjelasan resmi dari Pasal 183

do
KUHAP).
gu
Bahwa atas dasar alasan hukum tersebut, maka pertimbangan hukum

In
A
Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM
pada halaman 42, angka 2 terbukti keliru dan tidak berdasar hukum sehingga
ah

lik
permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN
KEMBALI/Terpidana sepatutnya dikabulkan oleh Mahkamah Agung.
Alasan Kesembilan:
am

ub
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah
Melakukan Kekeliruan Dalam Menilai Pertimbangan Hukum Majelis Hakim
ep
k

Kasasi Mengenai Alat Bukti Petunjuk


ah

Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT


R

si
UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42, angka 3 menyatakan: "3.
Bahwa Majelis Hakim Kasasi telah keliru dengan berpendapat bahwa alat bukti

ne
ng

petunjuk semata-mata harus hasil kombinasi a. Keterangan saksi, b. Surat, c.


Keterangan terdakwa, padahal "Berdasarkan jiwa dari Pasal 183 KUHAP, maka

do
gu

alat bukti petunjuk telah dapat dibentuk oleh hakim melalui dua alat bukti yang
disebutkan dalam Pasal 188 ayat (2), baik dalam jenis yang berbeda. Yang
In
penting alat bukti yang telah dipergunakan dalam sidang-sidang sebelumnya".
A

(bandingkan Adam Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi,


Penerbit PT. ALUMNI, Edisi Pertama, cet, ke-1, Tahun 2006, haIaman. 85);
ah

lik

dalam hal ini judex facti untuk membentuk alat bukti petunjuk telah menggunakan
alat bukti lebih dari dua keterangan saksi dan alat bukti surat"
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa pertimbangan Judex Juris tersebut diatas jelas-jelas keliru dan

a
tidak sesuai dengan aturan yang sudah dengan tegas digariskan didalam Pasal

si
188 ayat (2) KUHAP yang berbunyi : "(2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :

ne
ng
a. keterangan saksi;
b. surat;

do
gu
c. keterangan terdakwa".
Bahwa didalam Pasal 188 ayat (2) KUHAP tersebut secara tegas

In
A
disebutkan bahwa alat bukti petunjuk HANYA DAPAT DIEROLEH dari
keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa, sehingga pertimbangan
ah

lik
hukum Majelis Hakim Kasasi yang menyatakan bahwa alat bukti petunjuk
semata-mata harus hasil kombinasi a. Keterangan saksi, b. Surat, c. Keterangan
terdakwa, SUDAH BENAR dan TIDAK keliru.
am

ub
Bahwa dengan demikian, maka pertimbangan hukum Judex Juris Dalam
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM yang menyatakan: "Majelis
ep
k

Hakim Kasasi telah keliru dengan berpendapat bahwa alat bukti petunjuk
ah

semata-mata harus hasil kombinasi a. Keterangan saksi, b. Surat, c. Keterangan


R

si
terdakwa, padahal "Berdasarkan jiwa dari Pasal 183 KUHAP, maka alat bukti
petunjuk telah dapat dibentuk oleh hakim melalui dua alat bukti yang disebutkan

ne
ng

dalam Pasal 188 ayat (2), baik dalam jenis yang berbeda. Yang penting alat bukti
yang telah dipergunakan dalam sidang-sidang sebelumnya", jelas-jelas terbukti

do
gu

keliru dan tidak sesuai dengan aturan yang sudah dengan tegas digariskan
didalam Pasal 188 ayat (2) KUHAP.
In
Alasan Kesepuluh:
A

Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah


Melakukan Kekeliruan Dalam Memberikan Pertimbangan Hukum Mengenai
ah

lik

Keadaan Baru
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM

a
dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42, mengenai alasan Ad.Il,

si
menyatakan :
"bahwa alasan ini dapat dibenarkan, keterangan saksi di bawah sumpah: 1.

ne
ng
Joseph Rerimase, 2. Asrini Utami Putri, 3. Raymond JJ Latuihamollo, 4. Raden
Mohammad Patma Anwar, 5. Ir. Indra Setiawan, MBA dan saksi ahli Dr. Rer. Nat.

do
gu
I Made Gelgel Wirasuta, Msi, Apt, adalah merupakan alat bukti yang sah, karena
keterangan yang diberikan telah sesuai dengan Pasal 185 dan Pasal 186

In
A
KUHAP, yang merupakan keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal
263 ayat 1 huruf a, KUHAP, yang dapat menjadi bahan dalam membentuk alat
ah

lik
bukti petunjuk yang teah dibentuk oleh judex facti, yang menunjukkan bahwa
benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan kesatu
dan pembuatnya adalah terpidana".
am

ub
Bahwa "keadaan baru" yang dapat dijadikan landasan mendasari
permintaan Peninjauan Kembali menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam
ep
k

Bukunya yang berjudul PEMBAHASAN PERMASALAHAN DAN PENERAPAN


ah

KUHAP, Sinar Grafika, Edisi Kedua, Tahun 2000, halaman 598, adalah:
R

si
"Keadaan baru yang dapat dijadikan landasan yang mendasari permintaan
adalah keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas "menimbulkan dugaan

ne
ng

kuat":
1) jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan

do
gu

dikemukakan pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi faktor dan


alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau putusan lepas dari segala
In
tuntutan hukum, atau
A

2) keadaan baru itu jika ditemukan dan diketahui pada waktu sidang
berlangsung, dapat menjadi alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan
ah

lik

yang menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima, atau


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
3) dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan dengan

a
menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan".

si
Bahwa keterangan saksi yang dinyatakan oleh 1. Joseph Rerimase, 2.
Asrini Utami Putri, 3. Raymond JJ Latuihamollo, 4. Raden Mohammad Patma

ne
ng
Anwar, 5. Ir. Indra Setiawan, MBA dan saksi ahli Dr. Rer. Nat. I Made Gelgel
Wirasuta, MSi, Apt, TIDAK TERMASUK kedalam kategori keadaan baru yang

do
gu
mempunyai sifat dan kualitas "menimbulkan dugaan kuat" sebagaimana
disebutkan oleh M. Yahya Harahap tersebut diatas, karena keterangan para

In
A
saksi dan seorang ahli tersebut hanya merupakan bahan dalam membentuk alat
bukti petunjuk, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh Judex Juris Dalam
ah

lik
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM dalam pertimbangan
Putusan-nya halaman 42, mengenai alasan Ad. Il, yang berbunyi: “............karena
keterangan yang diberikan telah sesuai dengan Pasal 185 dan Pasal 186
am

ub
KUHAP, yang merupakan keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal
263 ayat 1 huruf a, KUHAP, yang dapat menjadi bahan dalam membentuk alat
ep
k

bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh judex facti, .....dst". Oleh karenanya
ah

sangat beralasan hukum jika permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan


R

si
oleh Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana sepatutnya dikabulkan oleh
Mahkamah Agung dengan membebaskan Pemohon PENINJAUAN KEMBALI

ne
ng

dari segala dakwaan (vrijspraak).


Alasan Kesebelas:

do
gu

Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah


Melakukan Kekeliruan dan Kekhilafan Yang Nyata Karena Menjatuhkan Putusan
In
PENINJAUAN KEMBALI Melebihi Putusan Kasasi MA
A

Bahwa pada tanggal 3 Oktober 2006, dalam tingkat Kasasi, Pemohon


PENINJAUAN KEMBALI/POLLYCARPUS telah dijatuhi Putusan oleh Mahkamah
ah

lik

Agung RI yang isinya sebagai berikut :


MENGADILI:
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : Jaksa/Penuntut

a
Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tersebut;

si
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II/Terdakwa
POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut;

ne
ng
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.: 16/PID/2006/
PT.DKI., tanggal 27 Maret 2006 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri

do
gu
Jakarta Pusat No: 1361/Pid.B/2005/PN.JKT.PST., tanggal 20 Desember 2005;
MENGADILI SENDIRI:

In
A
1. Menyatakan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
ah

lik
didakwakan dalam dakwaan Kesatu;
2. Membebaskan Terdakwa dari dakwaan Kesatu tersebut;
3. Menyatakan Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO telah terbukti
am

ub
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
"Menggunakan Surat Palsu";
ep
k

4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan


ah

pidana penjara selama 2 (dua) tahun;


R

si
5. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari pidana

ne
ng

penjara yang dijatuhkan;


6. Menetapkan Kembalian barang bukti dikembalikan kepada Jaksa/Penuntut

do
gu

Umum untuk dijadikan barang bukti dalam perkara lain, berupa:


(sebagaimana tercantum dalam Putusan a quo);
In
7. Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam
A

tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
Bahwa dalam Putusan Kasasi tersebut, dengan JELAS Mahkamah Agung
ah

lik

RI telah menjatuhkan Putusan terhadap Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/


POLLYCARPUS sebagai berikut :
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
- Membebaskan Terdakwa (Pemohon PENINJAUAN KEMBALI) dari

a
dakwaan Kesatui dan

si
- Menyatakan Terdakwa (Pemohon PENINJAUAN KEMBALI) telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

ne
ng
"Menggunakan Surat Palsu", dan oleh karenanya kepada Terdakwa
(Pemohon PENINJAUAN KEMBALI) dijatuhi dengan pidana penjara

do
gu
selama 2 (dua) tahun.
Bahwa didalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP ditentukan : "Pidana yang

In
A
dijatuhkan dalam putusan Peninjauan Kembali tidak boleh melebihi pidana yang
telah dijatuhkan dalam putusan semula".
ah

lik
Didalam Penjelasan atas Pasal tersebut tertulis "cukup jelas".
Bahwa namun, Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM telah menjatuhkan Putusan MELEBIHI Putusan semula/
am

ub
Putusan Kasasi sebagai berikut:
MENGADILI:
ep
k

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh


ah

Pemohon Peninjauan Kembali : JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN


R

si
NEGERI JAKARTA PUSAT tersebut;
Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI tanggal 3 Oktober 2006 No.

ne
ng

1185 K/Pid/2006 yang telah membatalkan putusan Putusan Pengadilan Tinggi


Jakarta tanggal 27 Maret 2006, Nomor: 16/Pid/2006/PT.DKI., yang telah

do
gu

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 20 Desember


2005, Nomor: 1361/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst.
In
MENGADILI KEMBALI:
A

Menyatakan Terpidana: POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut


diatas terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak
ah

lik

pidana:
1. MELAKUKAN PEMBUNUHAN BERENCANA;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
2. MELAKUKAN PEMALSUAN SURAT;

a
Menghukum oleh karena itu terpidana dengan pidana penjara selama 20

si
(dua puluh) tahun.
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terpidana dikurangkan

ne
ng
seluruhnya dari hukuman yang dijatuhkan;
Menetapkan barang-barang bukti berupa: (sebagaimana tercantum dalam

do
Putusan a quo);
gu
Dikembalikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk digunakan dalam perkara

In
A
lain;
Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada
ah

lik
terpidana yang dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali sebesar Rp. 2.500,-
(dua ribu lima ratus Rupiah);
Bahwa dengan demikian, maka terbukti Judex Juris Dalam PENINJAUAN
am

ub
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM telah melakukan kekeliruan dan kekhilafan
yang nyata karena melanggar ketentuan Pasal 266 ayat (3) KUHAP, yaitu
ep
k

menjatuhkan Putusan PENINJAUAN KEMBALI melebihi putusan semula/


ah

putusan Kasasi Mahkamah Agung RI.


R

si
Alasan Kedua Belas:
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Telah

ne
ng

Melakukan Kekeliruan dan Kekhilafan Yang Nyata Karena Dalam Menjatuhkan


Putusan Tidak Didasarkan Oleh Surat Dakwaan JAKSA PENUNTUT UMUM

do
gu

Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM


dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42, mengenai alasan Ad.II
In
menyatakan:
A

"mengenai alasan Ad.II bahwa alasan ini dapat dibenarkan, keterangan saksi di
bawah sumpah : 1.. Joseph Rerimase, 2. Asrini Utami Putri, 3. Raymond JJ
ah

lik

Latuihamollo, 4. Raden Mohammad Patma Anwar, 5. Ir. Indra Setiawan, MBA


dan saksi ahli Dr. Rer. Nat. I Made Gelgel Wirasuta, Msi, Apt, adalah merupakan
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
alat bukti yang sah, karena keterangan yang diberikan telah sesuai dengan Pasal

a
185 dan Pasal 186 KUHAP, yang merupakan keadaan baru sebagaimana

si
dimaksud dalam Pasal 263 ayat 1 huruf a, KUHAP, yang dapat menjadi bahan
dalam membentuk alat bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh judex facti, yang

ne
ng
menunjukkan bahwa benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam dakwaan kesatu dan pembuatnya adalah terpidana".

do
gu
Bahwa adapun alasan Ad.II yang menurut Judex Juris: "dapat menjadi bahan
dalam membentuk alat bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh judex facti, yang

In
A
menunjukkan bahwa benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam dakwaan kesatu dan pembuatnya adalah terpidana", adalah :
ah

lik
• Kesaksian Saksi Asrini Utami Putri yang menerangkan : "Ketika di ruang
tunggu Bandara Changi Singapura (Room Gate D42) saksi melihat Munir
duduk di Coffe Bean menghadap ke arah Smoking Room/Money Changer,
am

ub
bersama-sama dengan Pollycarpus dan Ongen". (Putusan Judex Juris
Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM hal. 33, angka
ep
k

2.).
ah

• Kesaksian Saksi Raymond JJ Latuihamallo yang menerangkan : "Saat saksi


R

si
masuk ke Cofee Bean, saksi melihat Pollycarpus baru dari counter
pemesanan minuman sambil membawa 2 gelas minuman, selanjutnya saksi

ne
ng

memesan minuman dan duduk. Di Cofee Bean tersebut saksi melihat Munir
sedang berbincang-bincang dengan Pollycarpus sambil minum, selanjutnya

do
gu

saksi duduk dalam meja tersendiri yang berjarak sekitar 2 meter dari Munir
dan Pollycarpus". (Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI
In
JAKSA PENUNTUT UMUM hal. 33, angka 3).
A

• Kesimpulan JAKSA PENUNTUT UMUM yang dituangkan dalam Memori


PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM, angka 12 dan 13, yang
ah

lik

termuat dalam Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA


PENUNTUT UMUM hal. 40, yang berbunyi :
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
"12. Bahwa antara delapan hingga sembilan jam sebelum Munir meninggal

a
dunia, posisi Munir berada di Bandara Changi Singapura, sehingga

si
dapat dipastikan Munir diracun dengan menggunakan Arsen, ketika
sedang berada di Coffee Bean Bandara Changi Singapura;

ne
ng
13. Bahwa orang yang meracun Munir adalah Pollycarpus melalui
minuman, mengingat orang yang paling dekat dengan Munir pada

do
gu saat itu dan yang memberikan minuman kepada Munir adalah
Pollycarpus;"

In
A
Bahwa dengan demikian, maka Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI
JAKSA PENUNTUT UMUM telah memutuskan bahwa: "Munir meninggal dunia
ah

lik
karena diracun oleh Pollycarpus dengan cara memberi racun arsen melalui
minuman yang diberikan kepada Munir di Coffee Bean Bandara Changi
Singapura".
am

ub
Bahwa namun, di dalam Surat Dakwaan Kesatu (tercantum dalam Putusan
Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM
ep
k

halaman 4, alenia ke-2), Jaksa Penuntut Umum mendakwa Pemohon


ah

PENINJAUAN KEMBALI bahwa racun arsen dimasukkan melalui minuman


R

si
orange juice, yang selengkapnya berbunyi: "Bahwa Terdakwa memasukkan
racun arsen ke dalam minuman orange juice tersebut karena Terdakwa tahu

ne
ng

MUNIR, SH., tidak minum alkohol, sedangkan minuman yang disajikan sebagai
welcome drink hanyalah orange juice dan wine".

do
gu

Bahwa Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA


PENUNTUT UMUM tersebut nyata-nyata bertentangan dengan azas bahwa
In
Hakim tidak boleh memutus selain daripada hal-hal yang telah didakwakan atau
A

dituntut, sebagaimana pendapat M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya


Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan K.U.H.A.P., Penerbit Pustaka
ah

lik

Kartini, Cetakan Ketiga Tahun 1993, halaman 419 disebutkan: "Tujuan dan guna
surat dakwaan adalah sebagai dasar atau landasan pemeriksaan perkara di
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dalam sidang pengadilan. Hakim didalam memeriksa suatu perkara tidak boleh

a
menyimpang dari apa yang dirumuskan dalam surat dakwaan. Kalau begitu,

si
seorang terdakwa yang dihadapkan ke sidang pengadilan hanya dapat dijatuhi
hukuman karena telah terbukti melakukan tindak pidana seperti yang disebutkan

ne
ng
atau yang dinyatakan jaksa dalam surat dakwaan".
Bahwa dengan demikian, maka terbukti bahwa Judex Juris Dalam

do
PENINJAUAN
gu KEMBALI JAKSA PENUNTUT
Kekeliruan dan Kekhilafan Yang Nyata karena dalam menjatuhkan Putusan tidak
UMUM Telah Melakukan

In
A
didasarkan oleh Surat Dakwaan JAKSA PENUNTUT UMUM.
Selain alasan kekeliruan dan kekhilafan yang nyata sebagaimana tersebut
ah

lik
dalam Alasan Kesatu sampai dengan Alasan Keduabelas tersebut diatas,
diajukannya Permohonan PENINJAUAN KEMBALI ini juga didasarkan atas
adanya bukti baru (Novum) sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 263
am

ub
ayat (2) huruf a KUHAP yang menyatakan: "Permintaan Peninjauan Kembali
dilakukan atas dasar: a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan
ep
k

dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
ah

berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari
R

si
segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau
terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;"

ne
ng

Adapun bukti baru (Novum) tersebut adalah sebagai berikut :


Alasan Ketiga Belas:

do
gu

Ada Bukti Baru Yang Membuktikan Bahwa Pemohon PENINJAUAN KEMBALI


Tidak Pernah Berada Di Coffee Bean Bandara Changi Singapura
In
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT
A

UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42, alenia terakhir,


menyatakan:
ah

lik

"mengenai alasan Ad.II


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
bahwa alasan ini dapat dibenarkan, keterangan saksi di bawah sumpah :

a
1.Joseph Rerimase, 2. Asrini Utami Putri, 3. Raymond JJ Latuihamollo, 4. Raden

si
Mohammad Patma Anwar, 5. Ir. Indra Setiawan, MBA dan saksi ahli Dr. Rer. Nat.
I Made Gelgel Wirasuta, Msi, Apt, adalah merupakan alat bukti yang sah, karena

ne
ng
keterangan yang diberikan telah sesuai dengan Pasal 185 dan Pasal 186
KUHAP, yang merupakan keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal

do
gu
263 ayat 1 huruf a, KUHAP, yang dapat menjadi bahan dalam membentuk alat
bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh judex facti, yang menunjukkan bahwa

In
A
benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan kesatu
dan pembuatnya adalah terpidana".
ah

lik
Bahwa adapun alasan Ad.II yang menurut Judex Juris Dalam
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM dapat menjadi bahan
dalam membentuk alat bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh Judex Facti, yang
am

ub
menunjukkan bahwa benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam dakwaan kesatu dan pembuatnya adalah Terpidana/Pemohon
ep
k

PENINJAUAN KEMBALI, adalah


ah

• Kesaksian Saksi Asrini Utami Putri yang menerangkan :


R

si
"Ketika di ruang tunggu Bandara Changi Singapura (Room Gate D42) saksi
melihat Munir duduk di Coffe Bean menghadap ke arah Smoking Room/

ne
ng

Money Changer, bersama-sama dengan Pollycarpus dan Ongen". (Putusan


Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM hal.

do
gu

33, Butir 2).


• Kesaksian Saksi Raymond JJ Latuihamallo yang menerangkan : "Saat saksi
In
masuk ke Cofee Bean, saksi melihat Pollycarpus baru dari counter
A

pemesanan minuman sambil membawa 2 gelas minuman, selanjutnya saksi


memesan minuman dan duduk. Di Cofee bean tersebut saksi melihat Munir
ah

lik

sedang berbincang-bincang dengan Pollycarpus sambil minum, selanjutnya


saksi duduk dalam meja tersendiri yang berjarak sekitar 2 meter dari Munir
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dan Pollycarpus". (Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI

a
JAKSA PENUNTUT UMUM hal. 33, Butir 3).

si
• Kesimpulan JAKSA PENUNTUT UMUM yang dituangkan dalam Memori
PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM, angka 12 dan 13, yang

ne
ng
termuat dalam Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA
PENUNTUT UMUM hal. 40, yang berbunyi:

do
gu
“1.2. Bahwa antara delapan hingga sembilan jam sebelum Munir
meninggal dunia, posisi Munir berada di Bandara Changi Singapura,

In
A
sehingga dapat dipastikan Munir diracun dengan menggunakan
Arsen, ketika sedang berada di Coffee Bean Bandara Changi
ah

lik
Singapura;
1.3. Bahwa orang yang meracun Munir adalah Pollycarpus melalui
minuman, mengingat orang yang paling dekat dengan Munir pada
am

ub
saat itu dan yang memberikan minuman kepada Munir adalah
Pollycarpus;"
ep
k

Bahwa satu-satunya kesempatan saksi Asrini Utami Putri dan saksi


ah

Raymond JJ. Latuihamalo alias Ongen bersaksi adalah dalam kesempatan


R

si
sidang PENINJAUAN KEMBALI di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yaitu sidang
permohonan PENINJAUAN KEMBALI oleh JAKSA PENUNTUT UMUM pada hari

ne
ng

Rabu, tanggal 22 Agustus 2007, namun faktanya, saksi Raymond JJ.


Latuihamalo alias Ongen, dalam Persidangan tersebut telah mencabut

do
gu

keterangannya dalam BAP, dan menyatakan bahwa dirinya TIDAK PERNAH


melihat Pollycarpus berada di Caffe Bean, Bandara Changi, Singapura. Fakta
In
tersebut sama sekali tidak pernah dipertimbangkan oleh Judex Juris Dalam
A

PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM. Karena tidak pernah ada


kesaksian Ongen perihal keberadaan Pollycarpus bersama-sama Aim. Munir di
ah

lik

Coffe Bean, Bandara Changi, Singapura, maka Judex Juris hanya mendasarkan
pada adanya satu kesaksian yaitu saksi Asrini.
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa dengan mendasarkan pada Pasal 185 ayat 2 KUHAP, maka

a
keterangan seorang saksi saja tidak bisa dijadikan alat bukti "unus testis nullus

si
testis". Oleh karenanya sangat beralasan hukum jika permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN KEMBALI/Terpidana

ne
ng
sepatutnya dikabulkan oleh Mahkamah Agung dengan membebaskan Pemohon
PENINJAUAN KEMBALI dari segala dakwaan (vrijspraak) karena Keadaan Baru

do
tersebut.
gu Alasan Keempat Belas:

In
A
Ada Bukti Baru (Novum) Yang Membuktikan Bahwa Pemohon PENINJAUAN
KEMBALI Tidak Pernah Berhubungan Dengan Muchdi Purwopranjono (Muchdi
ah

lik
Pr)
Bahwa Judex Juris Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT
UMUM dalam pertimbangan Putusan-nya halaman 42, Ad.Il menyatakan :
am

ub
"mengenai alasan Ad.II
bahwa alasan ini dapat dibenarkan, keterangan saksi di bawah sumpah :
ep
k

1.Joseph Rerimase, 2. Asrini Utami Putri, 3. Raymond JJ Latuihamollo, 4. Raden


ah

Mohammad Patma Anwar, 5. Ir. Indra Setiawan, MBA dan saksi ahli Dr. Rer. Nat.
R

si
I Made Gelgel Wirasuta, Msi, Apt, adalah merupakan alat bukti yang sah, karena
keterangan yang diberikan telah sesuai dengan Pasal 185 dan Pasal 186

ne
ng

KUHAP, yang merupakan keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasai


263 ayat 1 huruf a, KUHAP, yang dapat menjadi bahan dalam membentuk alat

do
gu

bukti petunjuk yang telah dibentuk oleh judex facti, yang menunjukkan bahwa
benar telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan kesatu
In
dan pembuatnya adalah terpidana".
A

Bahwa adapun salah satu dalil JAKSA PENUNTUT UMUM yang terdapat
dalam alasan Ad.II adalah: "Bahwa setelah Munir, SH meninggal dunia,
ah

lik

Pollycarpus menelepon kepada Muchdi PR sebanyak 41 kali namun tidak


diketahui apa isinya kemudian Pollycarpus juga menelepon Yetty Susmiarti, Oedi
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Irianto dengan menyatakan untuk bertemu guna menyamakan persepsi bila

a
dimintai

si
keterangan oleh Polisi agar jawabannya bersesuaian". (Putusan Judex Juris
Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM, hal, 40, Butir 15).

ne
ng
Bahwa pada tanggal 31 Desember 2008, Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dalam Perkara No.1488/Pid. B/2008/PN.Jkt.Sel., menjatuhkan Putusan

do
gu
sebagai berikut :
- "Menyatakan Terdakwa H. MUCHDI PURWOPRANJONO tidak terbukti

In
A
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
yang didakwakan kepadanya;
ah

lik
- Membebaskan Terdakwa tersebut oleh karena itu dari semua dakwaan
tersebut;
- Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
am

ub
martabatnya;
- Memerintahkan agar Terdakwa dibebaskan dari tahanan segera setelah
ep
k

putusan ini diucaPeninjauan Kembalian;


ah

- Menetapkan barang bukti berupa: (sebagaimana tercantum dalam Putusan


R

si
a quo) tetap terlampir dalam berkas perkara;
- Membebankan biaya perkara ini kepada Negara;"

ne
ng

Bahwa Putusan tersebut diperkuat oleh Putusan Mahkamah Agung RI No.: 423
K/Pid/2009, yang berbunyi:

do
gu

"Menyatakan, bahwa permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: JAKSA


PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA SELATAN tersebut
In
tidak dapat diterima;
A

Membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi ini kepada Negara".


Bahwa dengan adanya Novum berupa Putusan Mahkamah Agung RI
ah

lik

yang membebaskan Muchdi Pr tersebut, maka salah satu dalil Permohonan


PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM yang mengkaitkan adanya
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
hubungan antara Pemohon PENINJAUAN KEMBALI dengan Muchdi Pr, yang

a
berbunyi: "Bahwa setelah Munir, SH meninggal dunia, Pollycarpus menelepon

si
kepada Muchdi PR sebanyak 41 kali namun tidak diketahui apa isinya kemudian
Pollycarpus juga menelepon Yetty Susmiarti, Oedi Irianto dengan menyatakan

ne
ng
untuk bertemu guna menyamakan persepsi bila dimintai keterangan oleh Polisi
agar jawabannya bersesuaian". (Putusan Judex Juris Dalam PENINJAUAN

do
gu
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM, hal, 40, Butir 15), menjadi tidak beralasan
hukum, dan tidak dapat dipergunakan lagi sebagai pertimbangan hukum dalam

In
A
memutus perkara a quo.
Alasan Kelima Belas:
ah

lik
Ada Bukti Baru Yang Membuktikan Bahwa MUNIR tidak mungkin diracun oleh
Pollycarpus karena Pollycarpus tidak berada didekat Munir ketika Peracunan
Terjadi
am

ub
Bahwa Judex Juris dalam Putusannya atas Permohonan PENINJAUAN
KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM di halaman 38, paragraf kedua,
ep
k

menyatakan: "Bahwa jarak tempuh/waktu penerbangan dari Bandara Changi


ah

Singapura ke Bandara Schipol Belanda sekitar 12 Jam".


R

si
Bahwa waktu yang hanya merupakan perkiraan tersebut oleh Judex Juris
Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM dijadikan dasar

ne
ng

untuk menghukum Pemohon PENINJAUAN KEMBALI dengan Putusan-nya.


Bahwa Pemohon PENINJAUAN KEMBALI mempunyai bukti baru berupa

do
gu

keterangan waktu terbang (FLYING TIME) secara "actual" dan tepat (bukan
perkiraan). Bukti baru ini dapat ditemukan dalam Aircraft Flight Log (AFL) Nomor
In
165697: GA 974 tanggal 6 September, 2004, penerbangan dari Singapore
A

menuju Amsterdam. Menurut AFL, maka waktu terbang (FLYING TIME) antara
Singapore - Amsterdam tercatat secara aktual dan tepat yaitu: 12 (dua belas)
ah

lik

Jam dan 25 (dua puluh lima) Menit. (Bukan 12 jam).


Block Off Sin - Ams : 17.53 /GMT
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Block On Ams (tiba di Amsterdam) : 06. 18/GM T

a
Flying Time : 12 jam 25 menit

si
(Cara membaca: Berangkat dari Singapore tepat Jam 17.53 GMT tiba di
Amsterdam tepat jam 06.18 GMT)

ne
ng
(Cara menghitung:06.18 + 24 (karena sudah beda hari) = 30.18 - 17.53 = 12.25)
Bahwa Pemohon PENINJAUAN KEMBALI memohon kepada Yth. Majelis

do
gu
Hakim Pemeriksa PENINJAUAN KEMBALI ini untuk melihat kembali bukti-bukti
yang telah dijadikan dasar pertimbangan oleh Judex Facti dan Judex Juris dalam

In
A
Putusannya sebagai berikut :
A. Munir meninggal antara dua (2) hingga 3 (jam) sebelum pesawat mendarat/
ah

lik
landing di Bandara Schipol, Amsterdam Belanda (Putusan Judex Juris
Dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM Butir 9,
Halaman 37).
am

ub
B. Masuknya (Intake) Racun (Arsenik) ke tubuh Munir 8 (delapan) hingga 9
(sembilan) jam sebelum Munir dipastikan meninggal. Hasil pemeriksaan
ep
k

Laboratorium, Toxikologi, Seat le USA sebagaimana yang telah


ah

diterjemahkan oleh DR.Rer.Nat I Made Agus Gelgel Wirasuta, Msi.Apt, dan


R

si
telah dijadikan bukti dalam berkas PENINJAUAN KEMBALI ini. (Putusan
Judex Juris dalam PENINJAUAN KEMBALI JAKSA PENUNTUT UMUM

ne
ng

Butir 11, Halaman 40)


Bahwa mendasarkan kepada kedua bukti tersebut pada 121. A dan 121. B

do
gu

diatas, disertai dengan bukti baru (NOVUM) berupa FLYING TIME Singapore -
Amsterdam: 12 jam 25 menit maka dapat dipastikan bahwa PERACUNAN
In
terhadap MUNIR terjadi didalam PESAWAT GARUDA dalam penerbangan
A

Singapore - Amsterdam. Jika kita menggunakan perkiraan intake racun adalah 8


(delapan) jam, maka tidak mungkin Pemohon PENINJAUAN KEMBALI yang
ah

lik

melakukan peracunan, karena peracunan terjadi di dalam pesawat udara yang


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
sudah tidak ada lagi Pollycarpus (Pemohon PENINJAUAN KEMBALI) di

a
dalamnya. Analisis-hipotesisnya adalah sebagai berikut :

si
a. Jika menggunakan dasar Munir meninggal 2 (dua) jam sebelum mendarat di
Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda maka In-take Racun terjadi pada saat

ne
ng
Pesawat telah terbang selama 2 jam 25 menit (berarti tidak mungkin
Pemohon PENINJAUAN KEMBALI yang meracuninya karena Pemohon

do
gu
PENINJAUAN KEMBALI tidak berada di pesawat).
b. Jika menggunakan dasar Munir meninggal 3 (tiga) jam sebelum mendarat di

In
A
Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda maka In-take Racun terjadi pada saat
Pesawat telah terbang selama 1 jam 25 menit (Juga TETAP tidak mungkin
ah

lik
Pemohon PENINJAUAN KEMBALI yang meracuninya karena Pemohon
PENINJAUAN KEMBALI tidak berada di pesawat).
c. Namun jika kita menggunakan bukti perkiraan bahwa peracunan (In-take)
am

ub
Arsen terjadi 9 (sembilan) Jam sebelum Munir dipastikan meninggal dunia,
maka Peracunan (In-take) terjadi paling mundur di jam ke 00.25 (menit)
ep
k

setelah Pesawat, meninggalkan Bandara Changi - Singapore. Pada saat


ah

mana Pollycarpus tidak berada di pesawat itu lagi.


R

si
Bahwa berdasarkan keterangan Novum tersebut terbukti kalau peracunan terjadi
di dalam Pesawat Udara, BUKAN di Bandara Changi, sehingga membuktikan

ne
ng

bahwa Pemohon PENINJAUAN KEMBALI TIDAK MUNGKIN melakukan


peracunan terhadap Munir. Oleh karenanya sangat beralasan hukum jika

do
gu

permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PENINJAUAN


KEMBALI/Terpidana sepatutnya dikabulkan oleh Mahkamah Agung dengan
In
membebaskan Pemohon PENINJAUAN KEMBALI dari segala dakwaan
A

(vrijspraak).
Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
ah

lik

berpendapat :
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa sesungguhnya permohonan Peninjauan Kembali hanya

a
disampaikan 1 (satu) kali saja oleh yang bersangkutan sesuai Pasal 268 ayat (3)

si
KUHAP akan tetapi dalam menterjemahkan Pasal 263 ayat (3) Majelis
menyetujui pendapat Majelis Peninjauan Kembali terdahulu bahwa perkara a quo

ne
ng
ditujukan kepada Jaksa Penuntut Umum sebagai pihak berkepentingan sehingga
putusan yang berisi pernyataan kesalahan Terpidana tetapi tidak diikuti

do
gu
pemidanaan dapat dirubah dengan diikuti pemidanaan terhadap Terpidana;
Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut tidak menutup hak bagi Terpidana

In
A
atau ahli warisnya untuk mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung
maka oleh karena itu Pasal 263 ayat (3) KUHAP yang menyatakan Peninjauan
ah

lik
Kembali hanya dapat dilakukan satu kali dapat diartikan masing-masing Pemohon
Peninjauan Kembali/Terpidana atau ahli warisnya atau Jaksa Penuntut Umum dapat
mengajukan Peninjauan Kembali satu kali oleh karena itu Peninjauan Kembali saat
am

ub
ini dapat diterima atas alasan terjadi kekeliruan/kekhilafan Hakim dalam putusan
Majelis Hakim Peninjauan Kembali sebelumnya yang memutus lebih tinggi dari
ep
putusan dilakukan Judex Juris/Judex Facti sebelumnya karena sesuai Pasal 266
k

ayat (3) KUHAP bahwa putusan Peninjauan Kembali tidak dapat melebihi pidana
ah

R
yang telah dijatuhkan dalam putusan semula dalam hal ini putusan Judex Facti 14

si
(empat belas) tahun;

ne
ng

Bahwa sedangkan alasan lainnya dari Pemohon Peninjauan Kembali berupa


novum tidak dapat dibenarkan karena bukan berupa bukti yang menentukan;
Menimbang, bahwa dalam musyawarah Majelis Hakim Agung pada tanggal,

do
gu

2 Oktober 2013, terdapat perbedaan pendapat (Dissenting Opinion), dimana Hakim


Agung Dr. Sofyan Sitompul, SH., MH. dan Dr. Salman Luthan, SH., MH.
In
A

berpendapat lain dengan alasan sebagai berikut :


Alasan-alasan Hakim Agung Dr. Sofyan Sitompul, SH., MH.
ah

lik

Bahwa alasan peninjauan kembali tidak dapat dibenarkan karena tidak


ternyata ada kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam putusan Judex Juris
dalam peninjauan kembali Mahkamah Agung RI Nomor : 109 PK/Pid/2007 tanggal
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
25 Januari 2008, oleh karena sudah diberikan pertimbangan secara tepat dan benar

a
terhadap hal-hal yang relevan secara yuridis yaitu :

si
Putusan Judex Juris tersebut sudah sesuai dengan Pasal 263 ayat (3)
Undang-Undang No.8 Tahun 1981 (KUHAP) yang ditafsirkan ditujukan kepada

ne
ng
Jaksa karena Jaksa Penuntut Umum adalah pihak yang berkepentingan agar
putusan Hakim dilakukan perubahan;

do
gu
Bahwa selain itu putusan Judex Juris tersebut sudah benar terbukti
Terpidana melakukan perbuatan melanggar Pasal 340 KUHPidana jo Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHPidana dan Pasal 263 ayat (2) KUHPidana sesuai dakwaan kesatu dan

In
A
dakwaan kedua Jaksa Penuntut Umum;
Bahwa demikian pula seluruh bukti-bukti yang diajukan adalah bukan bukti
ah

lik
novum yang dikehendaki/ditentukan peraturan perundang-undangan karena tidak
terdapat relevansinya dengan perkara a quo;
am

ub
Alasan-alasan Hakim Agung Dr. Salman Luthan, SH., MH.
I. Formil : Permohonan peninjauan kembali pemohon peninjauan kembali/
ep
Terpidana dapat diterima karena secara formil upaya hukum untuk
k

mengajukan peninjauan kembali berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat


ah

(1) KUHAP adalah hak Terpidana atau ahli warisnya. Bila dalam praktik
R

si
peradilan ada diskresi yang dilakukan hakim yang memperkenankan
Penuntut Umum mengajukan peninjauan kembali, maka hak untuk

ne
ng

mengajukan peninjauan kembali terakhir ada pada Terpidana atau ahli


warisnya. Ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

do
gu

tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa terhadap


putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan peninjauan kembali
In
tidak berlaku untuk perkara a quo dimana Penuntut Umum telah
A

mengajukan peninjauan kembali. Tindakan Penuntut Umum mengajukan


peninjauan kembali tidak mengakibatkan hak Terpidana atau ahli
ah

lik

warisnya untuk mengajukan peninjauan kembali menjadi gugur;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
II : Bahwa permohonan peninjauan kembali yang diajukan pemohon peninjauan

a
kembali/Terpidana tidak dapat dikabulkan berdasarkan pertimbangan sebagai

si
berikut :
1. Bahwa walaupun dasar permohonan peninjauan kembali yang diajukan

ne
ng
permohonan peninjauan kembali dalam alasan pertama bahwa Judex Juris
dalam peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kekeliruan

do
gu
karena menerima permohonan peninjauan kembali yang diajukan Jaksa
Penuntut Umum yang tidak sesuai dengan ketentuan KUHAP, alasan kedua
bahwa Judex Juris dalam peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum telah

In
A
melakukan kekeliruan karena menyatakan permohonan peninjauan kembali
yang diajukan Jaksa Penuntut Umum telah diajukan dengan cara-cara yang
ah

lik
ditentukan Undang-Undang, alasan keempat bahwa Judex Juris dalam perkara
peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kekeliruan dengan
am

ub
menafsirkan ketentuan Undang-Undang yang telah terang dan jelas sehingga
melanggar atas hukum yaitu interpratid cesset in claris, alasan keenam bahwa
ep
Judex Juris dalam peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum telah melakukan
k

kekeliruan dengan mereduksi nilai kepastian hukum sehingga melanggar hak


ah

asasi manusia dan alasan kesebelas bahwa Judex Juris dalam peninjauan
R

si
kembali Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kekeliruan dan kekhilafan
yang nyata karena menjatuhkan putusan peninjauan kembali melebihi putusan

ne
ng

kasasi adalah alasan-alasan yang sepenuhnya benar dalam arti formil


melanggar ketentuan Undang-Undang yang berlaku yang berdasarkan atas

do
gu

kepastian hukum namun dalam arti formil itu tidak semata-mata dapat
mengabaikan ketentuan hukum tidak tertulis yang berintikan keadilan dan
In
kepatutan dalam pergaulan antar warga negara termasuk penghormatan
A

terhadap hak asasi seseorang. UUD 1945 mengakui keberadaan hukum tidak
tertulis disamping hukum tertulis (Undang-Undang), artinya UUD 1945
ah

lik

menerima prinsip kepastian hukum dan asas keadilan dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelesaian kasus-kasus hukum
m

ub

yang melanggar hak asasi manusia karena itu, penerapan kedua asas itu
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
harus dilihat secara kontekstual dengan memperhatikan rasa keadilan

a
masyarakat yang berkembang pada saat itu. Dalam perkara a quo Judex Juris

si
yang mengabulkan peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum yang
berimplikasi Terpidana menerima pidana yang cukup berat, tetap mengacu

ne
ng
kepada ketentuan Undang-Undang yang ditafsirkan secara kontekstual sesuai
dengan tuntutan rasa keadilan masyarakat. Pertimbangan Judex Juris

do
gu
mengabulkan peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum walaupun dengan
melanggar ketentuan hukum tertulis dapat dibenarkan karena menafsirkan
Undang-Undang secara kontekstual dan untuk mengakomodasi tuntutan rasa

In
A
keadilan masyarakat yang berkembang pada saat itu. Dalam perkara a quo
demi untuk tegaknya keadilan sedikit kepastian hukum dikorbankan;
ah

lik
2. Bahwa pertimbangan peninjauan kembali pemohon peninjauan kembali/
Terpidana mengenai alasan ketiga bahwa Judex Juris dalam peninjauan
am

ub
kembali Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kekeliruan menerima
peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum hanya untuk memelihara
ep
keseragaman putusan Mahkamah Agung, alasan peninjauan kembali keliru
k

bahwa Judex Juris dalam peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum


ah

menyatakan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 dan alasan


R

si
kedua belas bahwa Judex Juris dalam perkara peninjauan kembali Jaksa
Penuntut Umum telah melakukan kekeliruan dan kekhilafan yang nyata karena

ne
ng

dalam mengabulkan putusan tidak didasarkan oleh surat dakwaan Jaksa


Penuntut Umum merupakan perbedaan penilaian penerapan hukum antara

do
gu

putusan peninjauan kembali dengan majelis yang mengabulkan peninjauan


kembali Jaksa Penuntut Umum dalam perkara a quo;
In
3. Bahwa alasan-alasan lainnya yang diajukan oleh pemohon peninjauan kembali
A

selain yang dipertimbangkan dalam angka 1 dan 2 merupakan penilaian hasil


pembuktian;
ah

lik

Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat (Dissenting


Opinion) dari Majelis Hakim dan telah diusahakan dengan sungguh-sungguh, tetapi
m

ub

tidak tercapai permufakatan, maka sesuai Pasal 30 ayat 3 Undang-Undang No 14


ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.5 tahun 2004

a
dan perubahan Undang-Undang No. 3 tahun 2009, Majelis hakim setelah

si
bermusyawarah telah mengambil putusan berdasarkan suara terbanyak, yaitu
mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari POLLYCARPUS BUDIHARI

ne
ng
PRIYANTO ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, maka permohonan

do
gu
yang diajukan oleh Pemohon peninjauan kembali : POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO tersebut harus dikabulkan dan oleh karenya biaya perkara dibebankan
kepada pemohon Peninjauan Kembali ;

In
A
Memperhatikan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana
ah

lik
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-
am

ub
undangan lain yangbersangkutan;
MENGADILI
ep
Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon
k

Peninjauan Kembali/Terpidana : POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO tersebut;


ah

Membatalkan putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No.109 PK/


R

si
Pid/2007 tanggal 25 Januari 2008, yang membatalkan putusan Mahkamah Agung
No.1185 K/Pid/2006 tanggal 3 Oktober 2006 yang telah membatalkan putusan

ne
ng

Pengadilan Tinggi Jakarta No.16/PID/2006/PT.DKI tanggal 27 Maret 2006 yang


menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.1361/Pid.B/2005/

do
gu

PN.Jkt.Pst tanggal 20 Desember 2005;


MENGADILI KEMBALI
In
1. Menyatakan Terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto terbukti secara sah dan
A

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Turut melakukan


ah

pembunuhan berencana" dan "Turut melakukan pemalsuan surat" ;


lik

2. Menghukum Terpidana oleh karena itu dengan pidana penjara selama 14


(empat belas) tahun ;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terpidana dikurangkan

a
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

si
4. Menetapkan barang bukti berupa :
1. 1 (satu) lembar Asli Surat dengan Kop Garuda Indonesia Nomor

ne
ng
GARUDAlDZ-2270104 tanggal 11 Agustus 2004 perihal Surat
Penugasan, yang ditujukan kepada POLLYCARPUS BUDIHARI

do
gu PRIYANTO/522659 Unit Flight
ditandatangani oleh INDRA SETIAWAN (Direktur Utama PT. Garuda
Operation (JKTOFGA) dan

In
Indonesia) ;
A
2. 1 (satu) lembar foto copy Surat dan Chief Pilot A. 330 yang
ah

ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFAl21 0104 tanggal 31

lik
Agustus 2004 perihal Mohon perubahan atas perubahan Schedule
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
am

ub
PRIYANTO ;
3. 1 (satu) lembar foto copy Surat dari Chief Pilot A. 330 yang
ep
k

ditandatangani oleh ROHANIL AINI Nota OFA/219/04 tanggal 6


ah

September 2004 perihal mohon perubahan atas perubahan Schedule


R

si
Penerbangan atas nama Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI
PRIYANTO;

ne
ng

4. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop


Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : ISI/1177/04

do
gu

tanggal 4 September 2004 Penugasan yang ditandatangani oleh M.


RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) ;
5. 1 (satu) lembar Surat asli Interoffice Correspondence dengan Kop
In
A

Garuda Indonesia, yang ditujukan kepada OFA No. Ref : IS/1177/04


tanggal 15 September 2004 perihal Penugasan yang ditandatangani
ah

lik

oleh RAMELGIA ANWAR (Vice Corporate Security) dengan No. seri


00781 ;
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
6. 3 (tiga) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-

a
tangani aleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO BHP yang

si
ditujukan kepada Bapak VP Corporate Security PT. Garuda
Indonesia;

ne
ng
7. 2 (dua) lembar surat asli tanggal 8 September 2004 yang ditanda-

tangani oleh POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang ditujukan

do
gu kepada Manager Operasi Penerbangan PT. Garuda Indonesia;
8. 1 (satu) Bundel Asli Surat tanggal 8 September 2004 yang ditujukan

In
A
kepada Bapak VP. CORPORATE SECURITY PT. GARUDA
INDONESIA yang ditandatangani oleh Terdakwa POLLYCARPUS
ah

lik
BUDIHARI PRIYANTO BHP/522659 tentang Laporan Penugasan
PDZ-2270/04; .
9. 1 (satu) buah ID Card An. POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO
am

ub
No. 522659 Jabatan Aviation Security dikeluarkan pada tanggal 16
Juni 2004 yang ditandatangani oleh VP. HR. MANAGEMENT DAAN
ep
k

ACHMAD ;
ah

10. 1 (satu) lembar Asli Tax Invoice Novotel Apollo Singapore An.
R

si
Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO F/O Garuda GA
826 Room No. 1618 tiba tanggal 6 September 2004 berangkat

ne
ng

tanggal 7 September 2004 ;


11. Monthly Schedule Original atas nama Terdakwa POLLYCARPUS

do
gu

BUDIHARI PRIYANTO tanggal 1 Agustus sampai dengan 26


September 2004;
In
12. 1 (satu) Bundel asli Kininklijke Merechaussee Distric Schiphol
A

Algemene Recherche, Dossier Onderzoek Niet Batuurlijke Dood


MUNIR Geboren : 08-12-1965 te Malang, Indonesia;
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
13. Copy surat "Verslag betreffende een niet natuurlijke dood", yang

a
dikeluarkan oleh HB Dammen selaku "de Officer van Justitie in het

si
Arrondissement Haarlem", 7 September 2004 ;
14. Surat "Voorlopige Bevindugen" yang dikeluarkan oleh dr. R. VISSER

ne
ng
selaku Patholoog dari Ministerie van Justitie-Nederlands Forensich
Instituut, di Rijkwijk 8 September 2004 ;

do
gu
15. 16 (enam belas) halaman berisikan foto-foto jenazah Mr. MUNIR
selama Sectie tanggal 8 September 2004 ;

In
A
16. Surat dari dr. R. VISSER dari NFI kepada Mr. E. VISSER pejabat
Arrondissementsparket Haarlem tanggal 13 Oktober 2004 ;
ah

lik
17. Surat hasil pemeriksaan postmortem Pro Justitia No. 04-419/R 102
dibuat oleh dr. R. VISSER dari Ministerie van Justitie - Nederlands
Forensich Instituut tanggal 13 Oktober 2004 ;
am

ub
18. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh
dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicoloog dari Ministerie van Justitie-
ep
k

Nederlands Forensicht Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw


ah

kenmerk BPS/XPOL Nummer : PL278C/04-08133, Sectie Nummer :


R

si
2004419, tanggal 1 Oktober 2004 ;
19. Surat "Deskundigenrapport, voorlopig rapport" yang dikeluarkan oleh

ne
ng

dr. K.J. LUSTHOV, apotheker - toxicolooq dari Ministerie van Justitie-


Neederlands Forensisch Instituut, Zaaknummer 2004.09.08.036, Uw

do
gu

Kenmerk BPS/XPOL Nummer PL278C/04-08133, Sectie Nummer :


2004419, tanggal 4 Nopember 2004 ;
In
20. Copy Surat Tanda Penyerahan berkas yang sudah dilegalisir dari
A

Ministerie van Justitie kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia


tanggal 25 Nopember 2004 :
ah

lik

21. 1 (satu) buah Hand Phone merek NOKIA casino coklat hitam berikut

nomor kartu (Sim Card) nomor : 081596690617 ;


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 88
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
22. 1 (satu) eksemplar foto copy dilegalisir General Declaration

a
penerbangan Jakarta-Singapura tanggal 6 September 2004 ;

si
23. 1 (satu) eksemplar asli General Declaration penerbangan Singapura-
Amsterdam tanggal 7 September 2004 ;

ne
ng
24. 1 (satu) buah buku Memo Pad milik Terdakwa POLLYCARPUS ;

25. Note Book Merek Acer Travel Mate seri 4000 Model ZL I berikut

do
gu tasnya ;
26. Hand Phone Merek Nokia 9210, CE 168 type RAE-3N ;

In
A
27. Simcard Nomor Telkomsel No. 621010 0013006566;
28. Pakaian yang dikenakan korban MUNIR, SH pada penerbangan
ah

lik
Jakarta - Singapura - Amsterdam;
Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dijadikan barang bukti
dalam perkara lain;
am

ub
Membebankan Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya
perkara dalam Peninjauan Kembali ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus
ep
k

rupiah);
ah

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung


R

si
pada hari Rabu, tanggal 2 Oktober 2013 oleh Dr. H. M. Zaharuddin Utama, SH.,
MM., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua

ne
ng

Majelis, Dr. Sofyan Sitompul, SH., MH., Dr. Drs. Dudu. D. Machmudin, SH.,
M.Hum., Sri Murwahyuni, SH., MH. Dan Dr. Salman Luthan, SH., MH. Hakim-

do
gu

Hakim Agung sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota
In
tersebut, dibantu oleh Amin Safrudin, SH., MH., selaku Panitera Pengganti
A

dengan tidak dihadiri oleh Pemohon dan Termohon Peninjauan Kembali


ah

lik

Hakim-Hakim Anggota Ketua


Ttd./ Dr. H. M. Zaharuddin Utama, SH., MM.
m

ub

Ttd./ Dr. Sofyan Sitompul, SH., MH.,


ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 89
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Ttd./ Dr. Drs. Dudu. D. Machmudin, SH., M.Hum.,

a
Ttd./ Sri Murwahyuni, SH., MH.

si
Ttd./ Dr. Salman Luthan, SH., MH.

ne
ng
Panitera Pengganti

do
gu Ttd./ Amin Safrudin, SH., MH.

In
A
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I
ah

lik
a.n.Panitera
Panitera Muda Pidana
am

ub
ep
k

Dr. H. ZAINUDDIN, SH., M.Hum.


ah

NIP. 19581005 198403 1 001


R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90

Anda mungkin juga menyukai