: Perbandingan Luaran dan Komplikasi Operasi Histerektomi Radikal Perlaparoskopi dengan Perlaparotomi
ABSTRAK
Karsinoma serviks uteri merupakan kanker kedua terbanyak pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, karsinoma serviks
uteri merupakan keganasan ginekologi tersering dengan insidensi 25–40/100.000 pertahun. Perempuan muda penderita karsinoma
serviks uteri stadium awal IA2–IIA terkadang harus kehilangan fungsi reproduksi mereka, sedangkan perempuan yang sudah cukup
mempunyai anak dapat memilih radikal histerektomi. Penelitian ini dilakukan untuk membandingan luaran dan komplikasi
histerektomi radikal per laparoskopi dan histerektomi radikal perlaparotomi. Metode yang digunakan adalah kontrol kasus, melalui
uji banding 23 kasus karsinoma serviks uteri dengan tindakan operasi radikal histerektomi perlaparoskopi dan 46 kasus karsinoma
serviks uteri dengan tindakan histerektomi radikal perlaparotomi, selama periode 2012–2013 dari total 108 kasus. Data intra- dan
pascaoperasi melingkupi empat variabel yang bermakna (p=0,00) yakni; panjang insisi, jumlah perdarahan, mobilisasi dini, dan
lama perawatan dirumah sakit. Data komplikasi selama dan pascaoperasi menunjukkan adanya perbedaan variabel morbiditas
infeksi (terjadi infeksi sekunder “wound dehiscence”) pada bekas luka operasi. Data pemakaian obat dan alat habis pakai
menunjukkan empat variabel bermakna (p=0,00) yaitu; pemakaian antibiotika, analgetika, penggunaan kasa steril, dan benang
bedah, dengan nilai yang lebih rendah pada pasien laparoskopi dibandingkan dengan pasien laparotomi. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa prosedur bedah histerektomi radikal perlaparoskopi memberikan luaran yang lebih baik serta komplikasi,
penggunaan obat, transfusi darah, dan alat habis pakai yang lebih rendah daripada prosedur bedah histerektomi radikal
perlaparotomi. Sementara itu, analisis perbandingan total biaya prosedur bedah histerektomi radikal perlaparoskopi dan
histerektomi radikal perlaparotomi perlu diteliti lebih lanjut. (MOG 2014;22:101-106)
Kata kunci: histerektomi radikal perlaparoskopi, histerektomi radikal perlaparotomi, karsinoma serviks uteri
ABSTRACT
Uterine cervical carcinoma is the second most common cancer in women worldwide. In Indonesia uterine cervical carcinoma is the
most common gynecologic malignancy with an incidence of 25-40/100,000 per year. Young women with early-stage uterine cervical
carcinoma IA2 - IIA sometimes have to lose their reproductive functions, whereas adult women who already have children may
choose radical hysterectomy. This study was aimed to compare the outcomes and complications of radical laparoscopic
hysterectomy and radical laparotomic hysterectomy. Case control study method was conducted i.e. comparative tests towards 23
cases of uterine cervical carcinoma with radical laparoscopic hysterectomy, and 46 cases of uterine cervical carcinoma with radical
laparotomic hysterectomy, which performed during 2012-2013 of 108 cases. The intra- and postsurgery data showed four significant
variables (p = 0.00) i.e. incision length, amount of bleeding, early mobilization, and duration of hospitalization. Data of
complication during and after surgery showed the difference of infection morbidity variables (secondary infection or wound
dehiscence occured) on the surgical scar. Data of the use of drugs and consumables showed that the four significant variables (p =
0.00) i.e. antibiotics and sterile gauze utilities, analgesics, and suture had lower value in patients using laparoscopic method
compared with laparotomy method. It can be concluded that radical laparoscopic hysterectomy has better outcomes and lower
complications as well as drugs, consumables utilities, and blood transfusion than radical laparotomic hysterectomy procedure.
Meanwhile, comparative analysis of the total cost of radical laparoscopic and laparotomic hysterectomy surgical procedures need
further investigations.(MOG 2014;22:101-106)
Keywords: radical laparoscopic hysterectomy, radical laparotomic hysterectomy, uterine cervical carcinoma
Correspondence: Yudi Mulyana Hidayat, Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Padjadjaran, RSUD Dr. Hasan Sadikin, Bandung 40161, phone: 62-22-2032530 ext. 104, email: yudiemha@yahoo.co.id
101
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 3 September - Desember 2014 : 101-106
kematian. Insidensi kematian akibat kanker serviks di laparotomi. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
negara maju kurang lebih 10/100.000 perempuan, acuan bagi para klinisi dan rumah sakit di Indonesia
sedangkan di negara berkembang 40/100.000 dalam memberikan pilihan operasi bagi perempuan
perempuan.1 Di Indonesia karsinoma serviks uteri penderita karsinoma serviks uteri stadium awal, yang
merupakan keganasan ginekologi tersering dengan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas luaran
insidensi 25–40/100.000 per tahun, yang 70% di- prosedur operasi laparoskopi dalam kasus onkologi
temukan pada stadium lanjut. Karsinoma serviks uteri ginekologi di Indonesia.
memberikan kontribusi angka kejadian sebesar 11% dari
angka total kanker ginekologi di Indonesia, dengan
angka kesintasan hidup sangat rendah dalam 5 tahun BAHAN DAN METODE
karena sebagian besar berada pada stadium lanjut. 2,3
Data laporan tahunan Poli Onkologi Ginekologi RSUD Metode penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol
Dr. Hasan Sadikin tahun 2012–2013 menunjukkan dan uji banding terhadap 23 kasus karsinoma serviks
bahwa 32% dari total penderita kanker serviks uteri uteri dengan operasi radikal histerektomi perlaparoskopi
datang berkonsultasi berada pada stadium awal (stadium dan 46 kasus karsinoma serviks uteri dengan
IA–IIA), sedangkan 68% di antaranya telah berada pada histerektomi radikal perlaparotomi selama periode
stadium lanjut (stadium IIB–IVB). 2012–2013 di RSUD Dr. Hasan Sadikin dan RS Jejaring
Pendidikan FK Unpad (RS Santosa, RSB Emma
Beberapa faktor risiko karsinoma serviks uteri antara Poeradiredja, dan RS Sariningsih Bandung).
lain usia koitus pertama kali, jumlah pasangan
hidup/berganti pasangan, perilaku seksual, paritas, lama Jumlah total kasus karsinoma serviks uteri yang
penggunaan kontrasepsi oral, dan riwayat merokok. dioperasi oleh peneliti selama periode 2012–2013
Faktor prognostik meliputi stadium klinis, pembesaran adalah 108 kasus, yang terdiri dari 42 kasus radikal
kelenjar getah bening, ukuran tumor, dan kedalaman histerektomi perlaparoskopi dan 66 kasus radikal
invasi. Diagnosis karsinoma serviks uteri berdasarkan histerektomi perlaparotomi. Sampel penelitian diambil
pemeriksaan histopatologi dan penatalaksanaan terapi dari penderita karsinoma serviks uteri stadium IA2–
tergantung dari stadium penyakit. Sampai saat ini terapi IB1–IIA1, yang pada saat operasi tidak ditemukan
pilihan utama karsinoma serviks uteri adalah operasi, penyebaran ke parametrium dan pembesaran KGB
radiasi, dan kemoterapi. Kemoterapi diberikan sebagai pelvik, dengan data variabel penelitian tercatat di dalam
terapi tambahan (adjuvant), neoadjuvant, atau catatan medis pasien.
concomitant.Terapi operasi yang dapat dilakukan pada
karsinoma serviks uteri stadium awal antara lain: Peneliti telah melakukan operasi histeterektomi radikal
Konisasi (stadium IA1), Radikal Histerektomi (stadium perlaparotomi sejak tahun 2007 dan histerektomi radikal
IA2), Radikal Histerektomi (stadium IB-IIA).1,2,3 perlaparoskopi sejak tahun 2009. Sampel penelitian
diambil tahun 2012, setelah peneliti mempunyai peng-
Perempuan muda dengan karsinoma serviks uteri alaman selama tiga tahun dalam melakukan teknik
stadium awal IA2–IIA terkadang harus kehilangan operasi laparoskopi radikal histerektomi.
fungsi reproduksi mereka, namun pada stadium IA1–2
dan IB1masih dapat dilakukan konservasi fungsi Data variabel meliputi luaran (Intra- & Pascaoperasi):
reproduksi sehingga perempuan muda tersebut masih jumlah perdarahan selama operasi, waktu operasi yang
dapat mempunyai anak. Operasi terbaik untuk kondisi dibutuhkan, radikalitas operasi, dan lama tinggal di
tersebut adalah radikal trachelectomy. Apabila diagnosis rumah sakit. Luaran komplikasi: kejadiaan infeksi,
karsinoma serviks uteri stadium IA2–IIA telah gangguan berkemih/ trauma traktus urinarius, gangguan
ditegakkan pada perempuan yang sudah cukup saluran cerna/trauma GI Tract, fistula genital sampai
mempunyai anak, perempuan tersebut dapat memilih dengan tiga bulan pascaoperasi. Luaran penggunaan
tindakan radikal histerektomi. obat-obatan dan alat habis pakai selama operasi dan
selama perawatan di rumah sakit.
Histerektomi radikal perlaparoskopi belum begitu
populer di kalangan spesialis bedah onkologi ginekologi Data variabel luaran, pemakaian obat, dan alat habis
di Indonesia, begitu pula sebagian besar rumah sakit pakai di kamar operasi diambil dari catatan medis rawat
Indonesia belum optimal dalam memfasilitasi tindakan inap. Data komplikasi sebagian diambil dari catatan
operasi histerektomi radikal perlaparoskopi dibanding- medis rawat jalan pasen di RSUD Dr. Hasan Sadikin
kan dengan negara–negara lain di Asia Tenggara. dan RS Jejaring. Analisis statistik menggunakan
Penelitian ini bertujuan membandingkan luaran dan program SPSS dengan uji statistik chisquare untuk
komplikasi yang terjadi antara histerektomi radikal mencari hasil uji beda yang ditentukan dengan nilai
perlaparoskopi dengan histerektomi radikal per- kemaknaan p<0,05.
102
Hidayat et al. : Perbandingan Luaran dan Komplikasi Operasi Histerektomi Radikal Perlaparoskopi dengan Perlaparotomi
103
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 3 September - Desember 2014 : 101-106
bawah vagina namun tidak melebihi dua pertiga dari insisi mediana yang diperluas 2–3 cm di atas
panjang vagina. Tahap IIB: karsinoma serviks meluas umbilikus). Teknik ini memicu beberapa komplikasi se-
ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding pelvik. hingga penderita seringkali keberatan dalam menyetujui
tindakan operasi histerektomi radikal perlaparotomi. 5
Dengan demikian dibutuhkan alternatif lain yang lebih
baik untuk mengurangi kelemahan dan komplikasi yang
terjadi pada operasi histerektomi radikal perlaparotomi.
Salah satunya adalah dengan melakukan tindakan
histerektomi radikal perlaparoskopi. Di sisi lain, operasi
laparoskopi mempunyai keterbatasan seperti; fasilitas
alat laparoskopi yang cukup mahal, keterampilan
spesialis bedah dan tim operasi yang baik, dan seleksi
pasien yang lebih ketat.6,7
104
Hidayat et al. : Perbandingan Luaran dan Komplikasi Operasi Histerektomi Radikal Perlaparoskopi dengan Perlaparotomi
tarikan hak abdomen untuk ekspose intraabdominal 1,5 kali dibandingkan dengan prosedur laparotomi
yang adekuat. Hal ini terbukti melalui penggunaan anal- (rata–rata 318 menit vs 248 menit).6,7-16
getika yang lebih banyak (6,8 ampul vs 3,6 ampul)
dengan perhitungan statistik yang bermakna (p=0,00). Radikalitas operasi
Variabel keluhan nyeri pascaoperasi dalam penelitian
ini tidak didapatkan berdasarkan derajat atau kualitas Radikalitas operasi pada kedua prosedur tidak berbeda
nyeri, melainkan berdasarkan penggunaan analgetika secara bermakna setelah dilakukan evaluasi hasil
pascaoperasi.6,7-12Mobilisasi dini dan lama perawatan pemeriksaan histopatologi (jumlah jaringan parame-
pascaoperasi perlaparoskopi lebih singkat daripada trium, vaginal cuf, dan batas-batas sayatan negatif) yang
operasi histerektomi perlaparotomi, yaitu berturut-turut; diperoleh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
1,6 vs 3,6 dan 3,3 vs 5,6, sesuai dengan penelitian Frumovit dkk., Abu Rustum dkk., Zakashanky dkk., dan
Frumovit dkk. (2 vs 5), Abu Rustum dkk. (4,5 vs 9,7), Steed H. dkk.. 6,7-16
Zakashanky K. dkk. (3,8 vs 5,6), dan Steed H. dkk. (1
vs 5) tentang lama perawatan.6,7-16 Komplikasi operasi morbiditas infeksi
105
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 3 September - Desember 2014 : 101-106
kan dengan prosedur bedah histerektomi radikal per- abdominal radical hysterectomy for patients with
laparotomi. Penggunaan obat, transfusi darah, dan early-stage cervical cancer. Obstet Gynecol.
bahan habis pakai juga diketahui lebih rendah pada 2007;110(5):1174-5.
prosedur bedah histerektomi radikal perlaparoskopi 11. Spirtos NM, Eisenkop SM, Schlaerth JB, Ballon
dibandingkan dengan prosedur bedah histerektomi SC. Laparoscopic radical Hysterectomy (type III)
radikal perlaparotomi. Analisis dan perbandingan total with Aortic and Pelvic Lymphadenectomy in
biaya prosedur bedah histerektomi radikal perlaparos- patients with stage I cervical cancer: Surgical
kopi dan histerektomi radikal perlaparotomi perlu Morbidity and Intermediate Follow-up. Am J
diteliti lebih lanjut. Obstet Gynecol. 2002;78(3):273-6.
12. Abu-Rustum NR, Gemignani ML, Moore K,
Sonoda Y, Venkatraman E, Brown C, et al. Total
DAFTAR PUSTAKA laparoscopic radical hysterectomy with pelvic
lymphadenectomy using the argon-beam
1. Arvas M. Early Stage Cervical Cancers.Textbook coagulator: pilot data and comparison to
of Gynecological Oncology. Ankara Turkey: laparotomy. Gynecology Oncology. 2003;91:402-
Gunes Publishing; 2012. p. 353-9. 9.
2. Aziz MF. Gynecological Cancer in Indonesia. 13. Uccella S, Laterza R, Ciravolo G, Volpi E, Franchi
Gynecological Oncology. 2009;20:8-10. M, Zefiro F, Donadello N, Ghezzi F. A
3. ISGO (Indonesian Society of Gynecology comparison of urinary complications following
Oncologist) Guide Lines. 2nd Eds. Indonesia: total laparoscopic radical hysterectomy and
Jakarta; 2005. laparoscopic pelvic lymphadenectomy to open
4. Benedet JL, Hacker NF, Eifel P, van der Velden J, abdominal surgery. Gynecologic Oncology.
Kieback D, et.al. Cancer of the Cervix Uteri in. 2007:107:147-9.
Benedet JL, Pecorelli S, Hacker NF, Ngan HYS. 14. Zakashanky K, Chuang L, Gretz H, Nagarsheth
Staging Classifications and Clinical Practice guide NP, Agarsheth J, Rahaman J, Nezhat FR. A case-
lines of Gynecologic Cancer. 2005:35-56. controlled study of total laparoscopic radical
5. Martinez A, Ferron G, Querleu D, Ramirez PT. hysterectomy with pelvic lymphadenectomy
Technique for Abdominal Radical Hysterectomy. versus radical abdominal hysterectomy in a
Texbook of Gynecological Oncology. Ankara fellowship training program. International Journal
Turkey: Gunes Publishing; 2012. p. 602-5. of Gynecological Cancer. 2007;17(5):1075-82.
6. Mishra RK. Essentials of Laparoscopy. 1st Ed. 15. Steed H, Rosen B, Murphy J, Laframboise S, De
Laparoscopy Hospital. New Delhi India: Tilak Petrillo D, Covens A. A comparison of
Nagar; 2007. laparascopic-assisted radical vaginal hysterectomy
7. Levy B. Complicatios of Laparoscopy. Practical and radical abdominal hysterectomy in the
Manual of Laparoscopy. 1st Ed. New York: The treatment of cervical cancer. Gynecologic
Parthenon Publishing Group; 2002. p. 329-41. Oncology. 2004;93:588-93.
8. Gien LT, Covens A. Principles of Laparoscopic 16. Xu H, Chen Y, Li Y, Zhang Q, Wang D, Liang Z.
Surgery. Textbook of Gynecological Oncology. Complications of laparoscopic radical
Ankara Turkey: Gunes Publishing; 2012. p. 576-9. hysterectomy and lymphadenectomy for invasive
9. Liang ZQ, Xu HC, Xiong GW, Li YY, Chen Y, cervical cancer: experience based on 317
Wang L, Chang Q, Shi CX. Clinical evaluation of procedures. Spingger. New York: Surgical
laparoscopic radical hysterectomy with pelvic and Endoscopy; 2007. p. 960-4.
para-aortic lymphadenectomy in patients with 17. Ghezzi F, Cromi A, Uccella, Mariani A.
cervical cancer. Zhonghua Fu Chan Ke Za Zhi. Minimally Invasive Surgery in Gynecology
2003;38(7):409-11. Oncology. Texbook of Gynecological Oncology.
10. Frumovitz M, dos Reis R, Sun CC, Milam MR, Ankara Turkey: Gunes Publishing; 2012. p. 553-
Bevers MW, Brown J, Slomovitz BM, Ramirez 65.
PT. Comparison of total laparoscopic and
106