Anda di halaman 1dari 46

5.

Standar Operasional Prosedur MATERNAL

5.1.1 EKLAMPSIA

EKLAMPSIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT 5.1.1/IIDB/XII/2011 02 1/2
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
Tanggal terbit : Diterbitkan
Direktur
STANDAR 9 Desember 2013
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang-kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala preeklampsia
(hipertensi, edema, proteinuria).

Tujuan 1. Menghentikan dan mencegah kejang


2. Mencegah dan mengatasi komplikasi
3. Memperbaiki keadaan umum ibu
4. Menurunkan AKI dan AKB

Kebijakan Eklampsi merupakan penyebab langsung kematian maternal dan


kegawatdaruratan obstetrik
Prosedur
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Cuci tangan
4. Pakai sarung tangan
5. Kaloborasi dengan dokter untuk pemberian MgSO4 g iv (bolus).
Caranya : masukan MgSO4 40% 10 cc ke dalam spuit 20 cc.
Tambahkan aquabidest 10 cc. Berikan secara IV perlahan (5-10
menit)
6. Pasang infus RL, drip MgSO4 40% 15 cc kedalam larutan infus
tersebut, atur tetesan 28 tetes/menit
7. Bila terjadi kejang ulang setelah 15 menit : berikan MgSO4 5 cc
kedalam spuit 10 cc. Tambahkan aquabides 5 cc. Berikan secara
IV perlahan (5-10 menit)
8. Pasang dower keteter dan monitor produksi urin.
9. Observasi kesadaran dan tanda-tanda vital ibu.
RSUDPATUT EKLAMPSIA
PATUH PATJU
LOMBOK No. Dokumen No. Revisi Halaman
BARAT 5.1.1/IIDB/ XII/2013 02 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB

10. Cek lab lengkap :DL,UL,SGOT/SGPT,BT CT, HbSAg.


11. Observasi kesadaran/keluhan subyektif
12. Konsul dengan penyakit dalam.
13. Kaloborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya.
14. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan.
15. Cuci tangan
16. Dokumentasi
18.Pastikan semua prosedur yang telah dilakukan sesuai dengan
urutan yang benar

UnitTerkait dr SpOG, dr Umum, bidan


5.1.2PERDARAHAN PASCA PERSALINAN (ATONIA UTERI)

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN (ATONIA UTERI)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.2/IIDB/ XII/2013 02 ½
RSUDPATUT
PATUH PATJU Tanggal terbit : Diterbitkan:
LOMBOK 9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Uterus tidak berkontraksi selama 15 detik setelah plasenta lahir

Tujuan 1. Agar uterus dapat berkontraksi dengan cepat dan baik


2. Pendarahan bisa teratasi dengan cepat

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan.
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien.
3. Cuci tangan.
4. Pasang sarung tangan panjang.
5. Bersihkan bekuan dan selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks.
6. Pastikan bahwa kadung kemih ibu kosong, jika penuh lakukan kateter
sesuai prosedur.
7. Bersihkan bekuan dan selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks.
8. Pastikan bahwa kadung kemih ibu kosong, jika penuh lakukan kateter
sesuai prosedur.
 Masukan tangan yang memakai sarung tangan kedalam vagina.
 Kepalkan tangan
 Tekankan tangan yang ada dalam vagina (forniks anterior) dengan
mantap pada bagian bawah uterus
 Tekankan tangan kiri korpus bagian belakang pada perut dan
kepalan tangan kanan yang berada didalam vagina bersamaan
 Tahan dengan mantap.
RSUDPATUT PERDARAHAN PASCA PERSALINAN (ATONIA
PATUH PATJU UTERI)
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.2/IIDB/ XII/2013 02 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

9. Jika uterus mulai berkontraksi maka perlahan lahan tarik tangan


keluar dan teruskan pemantauan
10. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang di gunakan.
11. Cuci tangan.
12. Lakukan dokumentasi.
13.Pastikan semua prosedur yang telah dilakukan sudah
sesuaiurutan yang benar.

UnitTerkait dr SpOG, dr umum, bidan


5.1.3 PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT 5.1.3/IIDB/ XII/2013 02 ½
PATUH PATJU
LOMBOK
BARAT Tanggal terbit : Diterbitkan
9 Desember 2013 Direktur
STANDAR
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)


NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Luka atau robekan jaringan yang tidak teratur yang disebabkan karena
proses persalinan.

Tujuan 1. Agar robekan jalan lahir dapat di jahit dengan cepat.


2. Perdarahan biasateratasi dengan cepat dan tepat.

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan.
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien.
3. Cuci tangan.
4. Bantu ibu mengambil posisi litotomi.
5. Tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat
dengan jelas.
6. Pakai sarung tangan steril.
7. Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong ibu.
8. Periksa daerah luka sesuai prosedur.
9. Berikan anastesi lokal sesuai prosedur.
10. Siapkan jarum dan benang kromik 2-0 atau 3-0.
11. Tempatkan jarum pada pemegang jarum.
12. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka.
13. Lakukan penjahitan luka sesuai prosedur.
14. Ulangi pemeriksaan vagina.
15. Masukkan jari paling kecil ke dalam anus raba apakan ada jahitan pada
rectum.
16. Obati daerah luka dengan menggunakan betadine.
RSUDPATUT PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
PATUH PATJU
LOMBOK No. Dokumen No. Revisi Halaman
BARAT 5.1.3/IIDB/I/2012 01 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

17. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan.


18. Cuci tangan.
19. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
20. Pastikan prosedur yang telah dilakukan sudah sesuai dengan urutan yang
benar.

UnitTerkait
dr SpOG, dr umum, bidan
5.1.4 RETENSIO PLASENTA

RETENSIO PLASENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.4/IIDB/ 01 ½
RSUDPATUT XII/2011
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT Tanggal terbit : Diterbitkan :
9 Desember 2011 Direktur
STANDAR
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB
(Drg.Hj. Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Tertinggalnya plasenta di dalam cavum uteri setelah proses
persalinan

Tujuan 1. Melahirkan plasenta


Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan.
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien.
3. Cuci tangan.
4. Observasi tanda vital : tensi, nadi, respirasi.
5. Pasangan infus RL.
6. Pakai sarung tangan panjang steril.
7. Bersihkan bekuan dan selaput ketuban dari vagina dan saluran
serviks.
8. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong jika penuh lakukan
kateter sesuai prosedur.
9. Keluarkan plasenta dengan manual.
10. Letakkan tangan kiri berada pada fundus dan tangan lainnya
dimasukkan secara obsteric.
11. Lakukan pengikisan dengan perlahan-lahan sampai sisa plasenta
yang tertinggal semua keluar.
12. Letakkan tangan kiri pada fudus dan lakukan masase hingga
kontraksi uterus baik.
RETENSIO PLASENTA

RSUDPATUT No. Dokumen No. Revisi Halaman


PATUH PATJU 5.1.4/IIDB/ XII/2011 01 2/2
LOMBOK BARAT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

13. Jika sisa plasenta sulit dikeluarkan kolaborasi dengan dokter.


14. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan.
15. Cuci tangan.
16. Lakukan dokumentasi.
17. Pastikan semua prosedur yang telah dilakukan sudah sesuai
dengan urutan yang benar.

UnitTerkait dr SpOG, dr Umum, bidan


5.1.5 SEPSIS PUERPERALIS

SEPSIS PUERPERALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.5/IIDB/ XII/2011 02 1/1
RSUDPATUT Tanggal terbitl : Diterbitkan
PATUH PATJU 9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
BARAT

STANDAR
OPERASIONAL (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB NIP : 19611230 198701 2 001

Pengertian Infeksi saluran genital yang terjadi setelah pecah ketuban atau mulas
persalinan hingga 42 hari setelah persalinan.

Tujuan 1. Mencegah dan mengatasi komplikasi

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan.
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien.
3. Cucitangan.
4. Obervasi tanda vital : tensi, nadi , respirasi.
5.Lakukan pemeriksaan laboratorium DL dan HBSAg.
6. Lakukan pemeriksaan abdomen jika ada nyeri.
7.Lakukan penilaian uterus (involusio uterus) dan nyeri perut.
8.Periksa genetalia eksterna, lupa parut episiotomi, ada atau tidaknya
cairan pervaginam yang berbau.
9. Lakukan kolaborasi dengan dr SPOG tidakan USG.
10. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan
11. Cuci tangan
12. Pastikan semua prosedur yang telah dilakukan sesuai dengan urutan
yang benar

UnitTerkait dr SpOG,dr umum, bidan


5.1.6 PERSALINAN MACET

PERSALINAN MACET

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT 5.1.6/IIDB/ XII/2013 02 1/3
PATUH PATJU
LOMBOK Tanggal terbit Diterbitkan
BARAT 9 Desember 2013 Direktur

STANDAR RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar


OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)


NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari
18 jam pada multi.

Tujuan Mencegah komplikasi pada ibu dan bayi

Kebijakan
Prosedur 1.Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah di jalankan.
2.Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan pasien.
3.Lakukan anamnesis
4.Lakukan pemeriksaan fisik dan obstetric.
5. Lakukan pemantauan selama asuhan :vital sign,his, DJJ.
6. Pasang infus.
7. Konsul dokter SpOG untuk tindakan selanjutnya.

Unit Terkait Dr SpOG, dr Umum, bidan.


5.1.7 PERSALINAN LETAK SUNGSANG SPONTAN BRACHT

PERSALINAN LETAK SUNGSANG SPONTAN BRACHT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.7/IIDB/ XII/2013 02 ½
RSUDPATUT
PATUH PATJU Tanggal terbit : Diterbitkan
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi
letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terendah (di daerah pintu
atas panggul)

Tujuan Mencegah komplikasi pada ibu dan bayi

Kebijakan
Prosedur
1.Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput
ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit
4. Instruksikan pasien agar meneran dengan benar selama ada his
5. Pimpin berulang kali hingga bokong turun kedasar panggul.
6. Lakukan episotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah
Tipis.
7. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua
ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari jari yang lain
memegang daerah panggul)
8.Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
RSUDPATUT PERSALINAN LETAK SUNGSANG SPONTAN
PATUH PATJU BRACHT
LOMBOK
BARAT No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.7/IIDB/ XII/2013 02 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 9. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
10.Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior
tampak dibawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior
yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
11.Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
12.Letakkan bayi diatas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan lafas, potong tali pusat.
13.Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi atau
kontak dini.
14.Pastikan prosedur telah dilakukan sesuai dengan urutan yang benar.

UnitTerkait dr SpOG, dr Umum, bidan


5.1.8 MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA KLASIK

MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA KLASIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT
5.1.8/IIDB/ XII/2013 02 1/2
PATUH PATJU
LOMBOK
BARAT Tanggal terbit Diterbitkan
9 Desember 2013 Direktur
STANDAR RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)


NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Melahirkan bahu dengan tehnik klasik dan muller digunakan bila
terjadi hambatan saat melahirkan bahu dan tangan bayi pada
pertolongan persalinan spontan bracht.

Tujuan Mencegah komplikasi pada ibu dan bayi.

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
2. Longgarkan tali pusat
3. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik
keatas
 Dengan tangan kiri dan menarikknya kearah kanan
atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang
berada di belakang
 Dengan tangan kanan dan menariknya ke arah kiri
atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang
berada di belakang
4. Masukkan dua jari tangan kanan/ kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan
belakang bayi
5. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki di tarik kearah
bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan
bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama
6. Pastikan prosedur telah dilakukan sesuai dengan urutan yang
benar
MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA KLASIK
RSUDPATUT
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.8/IIDB/XII/2013 02 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Catatan ◙ : Bila pada tahap ini sulit untuk melahirkan bahu


belakang maka lakukan cara Muller (melahirkan bahu depan
terlebih dahulu)

UnitTerkait dr SpOG, dr Umum, bidan


5.1.9 MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA MULLER DAN LOUVSET

MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA MULLER


DAN LOUVSET

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT 5.1.9/IIDB/ XII/2013 02 1/2
PATUH PATJU
LOMBOK
Tanggal terbit : Diterbitkan
BARAT
9 Desember 2013 Direktur
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR
OPERASIONAL
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB
NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Melahirkan bahu secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht
bahu dan tangan tidak bisa lahir

Tujuan Mempercepat lahirnya bahu bayi

Kebijakan
Prosedur CARA MULLER
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
1. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah
belakang kontra lateral dari letak bahu depan
2. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang
samauntuk melahirkan bahu dan lengan belakang
3. Pastikan semua prosedur sesuai dengan urutan yang benar

CARA LOUVSET
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit dibelakang
kepala/nuchal arm
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur kesiapan
pasien
3. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan ke
dua tangan
4. Memutar bayi 180° dengan lengan bayi yang terjungkit kearah
petunjuk jari tangan yang nuchal
RSUDPATUT MELAHIRKAN BAHU DENGAN CARA MULLER
PATUH PATJU DAN LOUVSET
LOMBOK BARAT

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


OPERASIONAL 5.1.9/IIDB/ XII/2013 02 2/2
PROSEDUR
IIDB
5. Memutar kembali 180° kearah yang berlawanan kekiri /
kekanan beberapa kali sehingga kedua bahu dan lengan
dilahirkan secara klasik atau muller
6. Pastikan semua prosedur sesuai dengan urutan yang benar

UnitTerkait dr SpOG, dr Umum, bidan


5.1.10 EKSTRAKSI KAKI

EKSTRAKSI KAKI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.10/IIDB/ XII/2013 02 ½
Diterbitkan
RSUDPATUT Tanggal terbit Direktur
PATUH PATJU
LOMBOK 9 Desember 2013 RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
BARAT

STANDAR
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
OPERASIONAL
NIP : 19611239 198701 2 001
PROSEDUR IIDB
Pengertian Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak kegawatan ibu bayi,
keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan

Tujuan 1. Mencegah kegawatan ibu dan bayi


2. Mempercepat kelahiran bayi
3. Mencegah AKI dan AKB

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
4. fleksi, tangan yang lain mendorong fundus kebawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan di tuntun
keluar dari vagina sampai batas lutut
5. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari jari
lain didepan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal
paha lahir
6. Pegangan dipindah kepangkal paha pada setinggi mungkin dengan
kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari
lain di depan paha
7. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir.
Kemudian panglak paha dengan pegangan yang sama dielevasi
keatas hingga trokhanter belakang lahir
8. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka
yang akan lahir lebih dahulu adalah trokhanter belakang dan untuk
melahirkan trokhanter depan maka panglak paha ditarik terus curam
kebawah.
9. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan dengan cara Klasik, atau
Muller, atau Louvset
RSUDPATUT EKSTRAKSI KAKI
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.10/IIDB/ XII/2013 02 2/2
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 10. Pastikan prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan
yang benar

UnitTerkait dr SpA, dr Umum, bidan, perawat


5.1.11 EKSTRAKSI BOKONG

EKSTRAKSI BOKONG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.11/IIDB/ XII/2013 02 1/1
RSUDPATUT
PATUH PATJU Tanggal terbit : Diterbitkan
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun
didasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu
yang mengharuskan bayi segera dilahirkan

Tujuan 1. Mencegah kegawatan ibu dan bayi


2. Mempercepat kelahiran bayi
3. Mencegah AKI dan AKB

Kebijakan
Prosedur
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Jari telujuk penolong yang sejajar dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha/krista
iliaka dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga
dengan tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam
pergelangan tadi dan turut menarik curam kebawah
4. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah
simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha
ditarik curam kebawah sampai bokong lahir
5. Setelah bokong lahir bayi dilahirkan secara Klasik, Muller atau
Louvset
6. Pastikan prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan yang
benar

UnitTerkait dr SpA, dr Umum, bidan, perawat


5.1.12 MELAHIRKAN KEPALA BAYI DENGAN CARA MAURIECEAU DAN
CUNAM PIPPER

MELAHIRKAN KEPALA BAYI DENGAN CARA MAURIECEAU


DAN CUNAM PIPPER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.12/IIDB/ XII/2013 02 1/1
RSUDPATUT
PATUH PATJU Tanggal terbit : Diterbitkan
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
STANDAR RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid /bila dengan bracht kepala
belum lahir

Tujuan Mempercepat lahirnya kepala janin

Kebijakan
Prosedur
MAURIECEAU
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4. Minta seorang asisten menekan fundus uteri penolong persalinan
melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari
yang dimasukkan untuk menekan dagu / mulut bayi
5. Pastikan prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan yang
benar

CUNAM PIPPER
1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2.Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, angkat ke atas
4. Cunam pipper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala
kemudian ditarik
5. Pastikan prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan yang
benar
UnitTerkait dr SpA, dr Umum, bidan, perawat
5.1.13 EKTRAKSI VAKUM

EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUDPATUT 5.1.13/IIDB/ XII/2013 02 1/2
PATUH PATJU
LOMBOK Tanggal terbit : Diterbitkan oleh
BARAT 9 Desember 2013 Direktur
STANDAR RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
OPERASIONAL
PROSEDUR
IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611239 198701 2 001
Pengertian Tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala II dengan
jalan menarik kepala bayi dengan alat vakum dengan membuat tekanan
negatif

Tujuan Mempercepat kala II

Kebijakan
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
3. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraksi vakum dan
pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah
tersedia
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi vakum
5. Masukkan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan
klorin 0,5%. Bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada
sarung tangan , lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut
6. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring
dan setelah melewati introitus , pasangkan pada kepala bayi
(perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang
tidak rata/moulage di daearah ubun-ubun kecil)
7. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya
dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan
pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan
kepala bayi
RSUDPATUT EKTRAKSI VAKUM
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR 5.1.13/IIDB/ XII/2013 02 2/2
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
Prosedur 8. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan
pemeriksa dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya
9. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum
mangkok) secara bertahap
10. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom)
setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6
(Malmstroom) dan tunggu 2 menit . Jangan gunakan tekanan
maksimal pada kepala bayi lebih dari 8 menit
11. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada puncak his
(fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik
lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih
efektif
12. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan,
secara simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkok dengan
arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam
mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi
13. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagipada tarikan
kedua. Episiotomi pada pasien perineum kaku dilakukan pada saat
kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali
14. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir,
sebaiknya pasien dirujuk
15. Apabila dalam penarikan mangkok terlepas 2 kali kondisi ini juga
mengharuskan pasien di SC
16. Saat subocciput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas
hingga lahirlah berturut turut dahi, muka dan dagu
17. Lahirkan bayi sesuai prosedur
18. Lahirkan plasenta sesuai prosedur
19. Lakukan eksplorasi dan penjahitan luka perineum sesuai prosedur
20. Pastikan prosedur telah dilakukan sesuai dengan urutan yang benar

UnitTerkait Dr SpOG, dr umum, bidan


5.1.14 KEHAMILAN PRETERM

KEHAMILAN PRETERM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.14/IIDB/ XII/2013 02 1/3
RSUDPATUT
PATUH PATJU Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR
OPERASIONAL
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Kelahiran bayi sebelum usia gestasi 37 minggu atau 259 hari
Tujuan 1. Mengidentifikasi kasus dengan riwayat preterm
2. Mengidentifikasi infeksi vagina dan cervisitis
3. Mengidentifikasi sumber infeksi : bakteriuria
4. Mengidentifikasi kelainan medis : anemia, jantung, hipertensi
5. Kelainan uterus dan servik
6. Kelainan obstetrik : gamelli, hidramnion, kelainan janin

Kebijakan Kelahiran preterm menyebabkan 75 % mortalitas perinatal


Kriteria pencapaian
Persiapan 1. Persiapan Alat :
 Infus set
 Abocath
 RL
2. Persiapan Bahan :
 Ampicillin
 Deksametason
 MgSO4 40 %
 Nifedipine
 Terbutalin
 Aqua pro injeksi
 Spuit 10 cc

Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan


2.Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien
KEHAMILAN PRETERM
RSUDPATUT
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR 5.1.14/IIDB/ XII/2013 02 2/3
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur
3. Pasang infus
4. Monitor kontraksi uterus dan denyut jantung janin
5. Konsul dr SpOG untuk menentukan penyebab persalinan preterm
6. Tentukan umur kehamilan lebih pasti dengan:
 Anamnesa
 Pemeriksaan Klinis
 Kalau Perlu USG
7. Berikan deksametason 2 x 12 mg/im/hari diberikan dalam 2 hari
jadi total pemberian 24 mg
8. Berikan tokolitik untuk memberikan kesempatan pematangan paru :
 Nifedipine 10 mg diberikan 1 – 2 kali dalam 1 jam, kemudian
diberikan 4 x 10 mg sampai his hilang hari pertama. Bila his
mereda hilang atau mereda maka obat-obatan dapat dihentikan
 Bila nifedipine tidak efektif dapat dicoba terbutalin sulfas
dengan dosis 0.25 mg yang diberikan secara subcutan,
selanjutnya dalam drip infuf 4 mg/500 ml, 12 tetes permeni
 Bila kedua obat tersebut merupakan kontraindikasi terhadap
pasien pertimbangkan pemberian infus magnesium sulfat 4 g
bolus perlahan + 6 g / 500 ml diberikan 15 tetes/ menit
 Pemberian tokolitik dianggap gagal bila kontraksi tetap
kuat dan pembukaan ≥ 5 cm
 Tokolitik tidak dibenarkan pada perdarahan atau pada kelainan
kardiovaskuler – edema paru
9. Bila selaput ketuban masih utuh maka tidak diperlukan pemberian
antibiotika
Pastikan semua prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan
yang benar
RSUDPATUT KEHAMILAN PRETERM
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
5.1.14/IIDB/ XII/2013 02 3/3
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur

Unit Terlait dr SpOG, dr umum, bidan

5.1.15 RAWAT GABUNG

RAWAT GABUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.15/IIDB/ XII/2013 02 1/3
RSUDPATUT
PATUH PATJU Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)


OPERASIONAL NIP : 19611230 198701 2 001
PROSEDUR IIDB
Pengertian Rawat gabung adalah suatu sistem (cara) perawatan dimana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan melainkan ditempatkan
dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24
jam penuh seharinya.

Tujuan 1. Memberikan bantuan emosional


 Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya
kepada bayi
 Memberikan kesimpulan kepada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
2. Penggunaan ASI
 Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan
kolostrum/ASI
 Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan
sesering mungkin
3. Pencegahan infeksi : mencegah terjadinya infeksi silang
4. Pendidikan kesehatan : dapat dimanfaatkan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu, memberikan stimulasi mental
dini tumbuh kembang pada bayi yang dapat dievaluasi
Kebijakan Rawat gabung diperlukan karena:
1. Membantu memantapkan perawatan yang konsisten untuk ibu
dan bayi
2. Menyiapkan suatu standar perawatan rawat ibu dan bayi yang
dapat dievaluasi

RSUDPATUT
PATUH PATJU RAWAT GABUNG
LOMBOK BARAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR 5.1.15/IIDB/ XII/2013 02 2/3
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 1. Di Poliklinik Kebidanan


 Berikan penyuluhan tentang ASI
 Putar film
 Layani konsultasi masalah ibu dan anak
2. Kamar Persiapan
 Siapkan ibu yang tidak pernah melakukan ANC di Rumah
Sakit dimana ia akan bersalin. Pasang gambar, poster,
brosur dan sebagainya untuk membantu memberikan
konseling ASI.
3. Kamar Persalinan
 Pasang gambar, poster tentang menyusui segera setelah
lahir
 Susukan bayi dalam waktu 30 menit
4. Kamar Perawatan
 Letakkan bayi di dekat ibunya
 Awasi keadaan umum dan kenali keadaan-keadaan yang
tidak normal
 Bantu ibu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara
merawat payudara
 Catat keadaan bayi sehari-hari
 Berikan KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi,
perawatan payudara, cara memandikan bayi, imunisasi dan
penanggulangan diare
 Jika bayi sakit pindahkan ke ruangan khusus

RAWAT GABUNG

RSUDPATUT
PATUH PATJU No. Dokumen No. Revisi Halaman
LOMBOK BARAT 5.1.15/IIDB/ XII/2013 02 3/3
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
Prosedur 5. Sasaran dan Saran
 Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau
bokong
 Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat
dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflex baik dan tidak ada
tanda-tanda infeksi
 Bayi lahir dengan sectio sesarea dengan anastesi umum,
rawat gabung dilakukan segera setelah bayi dan ibu sadar
penuh (bayi tidak ngantuk) 4-6 jam setelah operasi
 Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai Apgar
minimal 7)
 Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
 Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi inpartu
 Bayi dan ibu sehat
6. Kontra Indikasi
 Ibu
a. Penyakit jantung derajat tiga
b. Pasca Eklampsia
c. Infeksi akut, TBC
d. Hepatitis, terinfeksi HIV, sitomegalovirus,Herpes
Simplek
e. Karsinoma
 Bayi
a. Bayi kejang
b. Sakit berat pada jantung
c. Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
d. Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusui
7. Cek prosedur yang dilakukan sudah sesuai protap
UnitTerkait dr SpA, dr SpOG, dr umum, bidan, perawat

2.16 PERSALINAN KALA I

PERSALINAN KALA I

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.16/IIDB/ XII/2013 02 ½

Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh :


RSUDPATUT 9 Desember 2013 Direktur
PATUH PATJU RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
LOMBOK
STANDAR
OPERASIONAL
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB
NIP : 19611230 198701 2 001

Pengertian Pelaksanaan persalinan yang dimulai sejak terjadinya kontraksi


uterus yang teratur dan meningkathingga pembukaan servik kurang
dari 4 cm.

Tujuan 1. Penyulit persalinan dapat dideteksi secara dini


2. Menurunkan AKI Dan AKB

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Patus set
 Heacting set
 Betadine
 Kasa steril
 Handscon steril
 Sepatu Boat
 Masker
 Topi
 Kaca mata PI
 Celemek
2. Persiapan Bahan
 Oksitosin 8 ampul
 Lidocain
 Aquapro
 Metergin 0,2 mg
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai prosedur persiapan pasien

RSUDPATUT
PATUH PATJU PERSALINAN KALA I
LOMBOK BARAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
5.16/IIDB/ XII/2013 02 2/2
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 3. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan


4. Anjurkan pasien, suami atau keluarga menandatangani
persetujuan tindakan untuk tindakan persalinan normal.
5. Ambil bahan pemeriksaan laboratorium yaitu darah lengkap dan
HbSAg.
6. Observasi DJJ, nadi, dan kontraksi (his) tiap 1 jam.
7. Observasi kemajuan persalinan yaitu pembukaan seviks,
penurunan kepala janin tiap 4 jam
8. Observasi tekanan darah dan suhu setiap 4 jam
9. Pasien dianjurkan untuk jalan jalan, anjurkan pasien untuk
makan, minum yang manis-manis
10. Observasi tanda-tanda gejala kala II.
11.Observasi selama 8 jam jika tidak ada kemajuan kolaborasi
dengan dokter
12.Lakukan dokumentasi
13. Pastikan prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan
yang benar
UnitTerkait Dokter SPOG, dokter umum dan bidan
5.1.17 PERSALINAN KALA II

PERSALINAN KALA II

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.17/IIDB/ XII/2013 02 ¼

RSUDPATUT Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh :


PATUH PATJU
9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK
BARAT RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)


OPERASIONAL NIP : 19611230 198701 2 001
PROSEDUR IIDB
Pengertian Penatalaksanaan persalinan yang dimulai ketika pembukaan servik
lengkap (10 cm)

Tujuan Persalinan kala II dikelola dengan persalinan yang bersih dan aman

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Partus set
 Heacting set
 Betadine
 Kasa steril
 Handscon steril
 Sepatu Boat
 Masker
 Topi
 Kaca mata PI
 Celemek

2. Persiapan Bahan
 Oksitosin 8 ampul
 Lidocain
 Aquapro injeksi
 Metergin 0,2 mg
RSUDPATUT PERSALINAN KALA II
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.17/IIDB/ XII/2013 02 1/3

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan pasien
3. Amati tanda & gejala persalinan kala II :
 Ibu mempunyai keinginan untuk miksi
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vaginanya
 Perineum menonjol
 Vulva, vagina dan spingter anal membuka
4. Siapkan pertolongan persalinan
 Pastikan perlengkapan bahan & obat-obatan esensial siap
digunakan mematahkan ampul oksitosin 10 unit &
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set
 Gunakan baju penutup dan celemek plastik yang bersih
 Lepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku mencuci
ke 2 tangan dengan sabun dan secara bersih. Menyikat dan
menggunakan air yang mengalir & mengeringkan tangan
dengan handuk satu persatu
 Pakai sarung tangan DTT\steril untuk pemeriksaan dalam
 Hisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( dengan
memakai sarung tangan DTT/ steril) meletakkan kembali di
partus set /wadah DTT /steril
3. Pastikan pembukaan lengkap & k/u janin baik
 Bersihkan vulva & perineum
 Dengan menggunakan tehnik aseptik, melaksanakan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah
sedangkan pembukaan sudah lengkap
PERSALINAN KALA II

RSUDPATUT No. Dokumen No. Revisi Halaman


PATUH PATJU 5.1.17/IIDB/ XII/2013 02 2/3
LOMBOK BARAT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
Prosedur lakukan amniotomi
 Dekontaminasi sarung tangan. Periksa DJJ
 Ambil tindakan sesuai jika DJJ abnormal
 Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, pada
partograf
4. Siapkan ibu & keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
 Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan janin baik
membantu ibu berada pada posisi yang nyaman
 Bantu ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana meneran dapat
mendukung & memberi semangat
5. Siapkan Petolongan Kelahiran Bayi
 Jika kepada bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayi
 Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian bokong ibu
 Buka partus set
 Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
6. Tolong Kelahiran Bayi
 Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
letakkan tangan yang laindikepala bayi & lakukan tekanan
lembut & tidak menghambat pada kepala bayi
 Dengan lembut meyeka muka, mulut & hidung bayi dengan
kain/kasa yang bersih
 Periksa lilitan tali pusat
 Tunggu hingga kepada bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing- masing sisi muka
PERSALINAN KALA III

RSUDPATUT
PATUH PATJU No. Dokumen No. Revisi Halaman
LOMBOK BARAT 5.1.18/IIDB/ XII/2012 02 3/3

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
Prosedur  bayi. Anjurkan ibu untuk meneran saat berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah & kearah luar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis & kearah atas serta
kearah luar untuk melahirkan bahu posterior
 Setelah kedua bahu dilahirkan, telusurkan tangan mulai kepada
bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum. Tangan
membiarkan bahu & lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku & tangan bayi saat menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku & tangan anterior bayi
saat ke duanya lahir
 Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
diatas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
meyangga saat punggung dan kaki lahir, memegang kedua
mata kaki bayi & dengan hati-hati membatu kelahiran kaki
 Nilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu
 Segera mengeringkan bayi membungkus kepala dan badan bayi
 Cek TFU menyuntikkan oxytocin 10 IU/IM
 Jepit tali pusat
 Pegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting & memotong tali pusat
 Ganti handuk yang basah & meyelimuti bayi dengan kain yang
bersih
7. Berikan bayi kepada ibunya & memulai pemberian ASI
8. Pastikan semua prosedur sudah dilakukan sesuai urutan yang
benar
PERSALINAN KALA IV

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.19/IIDB/ XII/2013 02 ½
RSUDPATUT
PATUH PATJU Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh :
LOMBOK
9 Desember 2013 Direktur
BARAT
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Suatu proses penatalaksanaan dari lahirnya plasenta

Tujuan Untuk memantau kelainan secara dini 2 jam post partum

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Partus set
 Heacting set
 Betadine
 Kasa steril
 Handscon steril
 Sepatu Boat
 Masker
 Topi
 Kaca mata PI
 Celemek
2. Persiapan Bahan
 Oksitosin 8 ampul
 Lidocain
 Aquapro
 Metergin 0,2 mg
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan pasien
3. Cuci tangan
4. Periksa tangan darah, nadi ,kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca
persalinan
5. Pantau kontraksi uterus & pendarahan pervaginam :
PERSALINAN KALA IV
RSUDPATUT
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.20/IIDB/ XII/2013 02 2/2
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur  2-3 dalam 5 mnit pertama pasca persalinan


 Setiap 15 menit pada jam pertama pasca persalinan
6. Setiap 20-30 menit pada jam kedua
7. Anjurkan pada ibu/keluarga untuk melakukan massage uterus
8. Tempatkan semua peralatan di dalam larutan clorin 0,5% untuk
dikontaminasi selama 10 menit.
9. Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
10. Buang barang-barang yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
medis
11. Bersihkan ibu dengan air DTT, bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
12. Bantu ibu pada posisi yang nyaman dengan kain yang besih
13. Memberikan bayi kepada ibunya & memulai pemberian ASI
14. Pastikan semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang
benar
Unit Terkait Dr SpOG, dr Umum, Bidan dan Perawat
5.1.21 PERSALINAN KALA III

PERSALINAN KALA III

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.21/IIDB/ XII/2013 02 ½

RSUDPATUT Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh :


PATUH PATJU
LOMBOK 9 Desember 2013 Direktur
BARAT RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR
OPERASIONAL (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Proses setelah lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta

Tujuan Melahirkan plasenta secara spontan

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Partus set
 Heacting set
 Betadine
 Kasa steril
 Handscon steril
 Sepatu Boat
 Masker
 Topi
 Kaca mata PI
 Celemek
2. Persiapan Bahan
 Oksitosin 8 ampul
 Lidocain
 Aquapro
 Metergin 0,2 mg
Prosedur 1. Lakukan Peregangan Tali pusat terkendali
2. Lihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat
bertambah panjang, adanya semburan darah dan uterus membulat
3. Bantu plasenta dengan peregangan yang lembut bergerak alamiah
dari panggul dengan sedikit kearahposterior dan kemudian menuju
anterior ibu
PERSALINAN KALA III
RSUDPATUT
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.21/IIDB/ XII/2013 02 2/2
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 4. Ketika pelasenta muncul dan keluar dari dalam vulva, anda boleh
memegang plasenta dengan tangan anda sendiri dengan lembut
5. Segera setelah plasenta dan membran dilahirkan dengan perlahan
tapi kokoh melakukan massage uterus dengan gerak melingkar
hingga fundus menjadi kencang (keras) 15-20 kali
6. Sementara tangan kiri melakukan masage unterus, periksalah
plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon
dan membran sudah lengkap, tempatkan kotiledon tersebut dalam
plastik
7. Periksalah vagina dan perineum untuk memastikan tidak ada
laserasi
8. Pastikan semua prosedur sudah dilakukan sesuai urutan yang benar
Unit Terkait Dr SpOG, dr umum, Bidan
5.1.22 PEMBERIAN INJEKSI ANASTESI LOKA SEBELUM PENJAHITAN JALAN LAHIR

PEMBERIAN INJEKSI ANASTESI LOKAL

SEBELUM PENJAHITAN JALAN LAHIR

RSUDPATUT No. Dokumen No. Revisi Halaman


PATUH PATJU 5.1.22/IIDB/ XII/2013 02 ½
LOMBOK
BARAT Diterbitkan tgl Ditetapkan oleh
9 Desember 2013 Direktur
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Memberikan injeksi anastesi lokal pada luka perineum atau jalan lahir
sebelum dilakukan penjahitan

Tujuan Mengurangi rasa nyeri lokal pada lokasi penjahitan

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Heacting set
 Kasa steril
 Betadine
 Spuit 5 cc
2. Persiapan Bahan
 Aqua pro injeksi
 Lidocain 2 %
PEMBERIAN INJEKSI ANASTESI LOKAL
SEBELUM PENJAHITAN JALAN LAHIR
RSUDPATUT
PATUH PATJU
LOMBOK BARAT No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.22/IIDB/ XII/2013 02 2/2

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB

Prosedur 1. Pastikan persetujuan tindakan telah dijalankan


2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan pasien
3. Sedot Lidokain 2% dengan menggunakan spuit 5 cc lalu oplos dengan
2 cc aquapro
4. Tusukkan jarum ke ujung laserasi lalu tarik sepanjang tepi luka
(kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum)
5. Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada dalam
pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam spuit, jangan suntikkan
dan tarik jarum seluruhnya. pindahkan posisi jarum dan suntikkan
kembali
6. Suntikkan anastesia sejajar dengan permukaan luka sambil jarum
suntik ditarik perlahan
7. Pastikan semua prosedur sudah dilakukan sesuai urutan yang benar
UnitTerkait dr SpOG, dr umum, bidan
5.1.23 PEMERIKSAANJALAN LAHIR SETELAH PERSALINAN

PEMERIKSAANJALAN LAHIRSETELAH
PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.23/IIDB/ XII/2013 02 ½

RSUDPATUT Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh


PATUH PATJU
9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK
BARAT RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Memeriksa robekan perineum dan jalan lahir segera setelah persalinan

Tujuan 1. Mengetahui lokasi robekan jalan lahir setelah persalinan


2. Mencegah perdarahan

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Lampu sorot
2. Persiapan Bahan
 Kasa steril
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan pasien
3. Periksa kontraksi uterus
4. Pasang lampu sorot
5. Lihat dan raba sambil memisahkan labia dengan tangan
6. Periksa apakah ada robekan atau hematoma
7. Tekan dengan kuat dinding vagina belakang ibu denganjari, jika
terdapat banyak darah, serap dengan kain kasa agar dinding vagina
bisa terlihat
8. Lihat sampai jauh kedalam vagina. Perdarahan dan laserasi mungkin
saja bisa berupa cucuran perlahan atau semburan deras arteri yang
berdenyut
9. Tekan dinding vagina secara perlahan dan gerakkan jari kebagian
atas dinding vagina satu per satu
10. Pastikan semua prosedur sudah dilakukan sesuai urutan yang benar
UnitTerkait dr SpOG, dr umum, bidan
5.1.24 PENJAHITAN LUKA PERINEUM

PENJAHITAN LUKA PERINEUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.24/IIDB/XII/2013 02 1/3

Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh


RSUDPATUT
PATUH PATJU 9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
BARAT

STANDAR
OPERASIONAL (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Melakukan penjahitan pada luka jalan lahir setelah pertolongan
persalinan

Tujuan Mencegah perdarahan karena robekan jalan lahir

Kebijakan
Persiapan 1. Persiapan Alat
 Hecting set
 Kasa steril
 Betadine
 Spuit 5 cc
2. Persiapan Bahan
 Aquapro
 Lidocaine
Prosedur 1. Pastikan prosedur persetujuan tindakan telah dijalankan
2. Pastikan kesiapan pasien sesuai dengan prosedur persiapan
pasien
3. Inspeksi Perineum dan Jalan Lahir
4. Setelah memberikan anastesi local, pastikan bahwa daerah
tersebut sudah dianastesi dan menelusuri dengan hati-hati
menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-
batas luka
5. Nilai kedalaman luka jahitan dan bagian yang terluka

UnitTerkait Dokter SPOG, dokter umum dan bidan


5.1.24 PENJAHITAN LUKA PERINEUM

PENJAHITAN LUKA PERINEUM


No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.24/IIDB/ XII/2013 02 2/3

RSUDPATUT Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh


PATUH PATJU 9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
BARAT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Melakukan penjahitan pada luka jalan lahir setelah pertolongan
persalinan

Tujuan Mencegah perdarahan karena robekan jalan lahir

Kebijakan
Prosedur 1. Buat jahitan pertama ± 1 cm dari ujung laserasi dibagian dalam
vagina
2. Setelah membuat tusukkan pertama, ikat dan potong pendek
benang yang lebih dari ikatan
3. Tutup mukosa vagina secara jelujur dan menjahitnya kea rah cincin
hymen
4. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa
vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah
laserasi perhatikan dekat jarum dengan puncak luka
5. Teruskan kearah bawah luka menggunakan jahitan jelujur hingga
mencapai bagian bawah laserasi
6. Perhatikan jarak setiap jahitan sama dan bagian yang luka sudah
dijahit
7. Jika laserasi meluas keotot, mungkin perlu melakukan satu atau
dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan mendekatkan jaringan tubuh secara efektif
8. Setelah mencapai ujung laserasi, mengarahkan jarum keatas dan
meneruskan penjahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler,
jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua
9. Periksa l;ubang bekas jarum, dimana jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau
kurang dan luka akan menutup dengan sendirinya pada saat
penyembuhan luka

10. Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina dimana


jarum harus keluar dari cincin hymen
11. Ikat benang dan membuat simpul didalam dinding vagina
12. Potong ujung benang dan menyisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung
benang dipotong terlalu pendek maka simpul akan longgar dan
terbuka
13. Buat jahitan pertama ± 1 cm dari ujung laserasi dibagian dalam
vagina
14. Setelah membuat tusukkan pertama, ikat dan potong pendek
benang yang lebih dari ikatan
15. Tutup mukosa vagina secara jelujur dan menjahitnya kea rah cincin
hymen
16. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa
vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah
laserasi perhatikan dekat jarum dengan puncak luka
17. Teruskan kearah bawah luka menggunakan jahitan jelujur hingga
mencapai bagian bawah laserasi
18. Perhatikan jarak setiap jahitan sama dan bagian yang luka sudah
dijahit
19. Jika laserasi meluas keotot, mungkin perlu melakukan satu atau
dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan mendekatkan jaringan tubuh secara efektif
20. Setelah mencapai ujung laserasi, mengarahkan jarum keatas dan
meneruskan penjahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler,
jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua
21. Periksa l;ubang bekas jarum, dimana jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau
kurang dan luka akan menutup dengan sendirinya pada saat
penyembuhan luka
22. Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina dimana
jarum harus keluar dari cincin hymen
23. Ikat benang dan membuat simpul didalam dinding vagina
Potong ujung benang dan menyisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung
benang dipotong terlalu pendek maka simpul akan longgar dan
terbuka

UnitTerkait Dokter SPOG, dokter umum dan bidan


PENJAHITAN LUKA PERINEUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5.1.23/IIDB/ XII/2013 02 2/3

RSUDPATUT Diterbitkan tgl : Ditetapkan oleh


PATUH PATJU 9 Desember 2013 Direktur
LOMBOK
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
BARAT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR IIDB (Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
NIP : 19611230 198701 2 001
Pengertian Melakukan penjahitan pada luka jalan lahir setelah pertolongan
persalinan

Tujuan Mencegah perdarahan karena robekan jalan lahir

Kebijakan
Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan
bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal didalam vagina
2. Anjurkan pada ibu/keluarga untuk melakukan massage uterus
3. Pastikan peralatan yang dipakai dikelola sesuai dengan protap
4. Bersihkan ibu dengan air DTT
5. Berikan bayi kepada ibunya & memulai pemberian ASI
Pastikan prosedur yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar
UnitTerkait Dokter SPOG, dokter umum dan bidan
2.2 Standar Operasional Prosedur NEONATAL

2.1.1 PEMERIKSAAN NEONATUS

PEMERIKSAAN NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5.1.24/IIDB/I/2011 01 1/3
RSUD
PATUT PATUH PATJU Diterbitkan
LOMBOK BARAT Direktur
Tanggal terbit :
RSUD Patut Patuh Patju Kab.Lobar
STANDAR 9 Desember 2011
OPERASIONAL
(Drg.Hj.Ni Made Ambaryati, M.Kes)
PROSEDUR IIDB neonatal
NIP : 19611230 198701 2 001.
Pengertian Suatu penilaian fisik lengkap untuk setiap neonatus yang dilakukan pada awal setiap
jadwal tugas jaga (shift), yang mencakup : tanda vital, ukuran pertumbuhan, penilaian
sistem dan penilaian usia kehamilan

Tujuan 1. Menilai dan mendokumentasikan penilaian klinis lengkap


2. Menilai tanda vital
3. Menilai ukuran pertumbuhan
4. Melakukan penilaian sistem tubuh
5. Melakukan penilaian usia kehamilan

Kebijakan Pentingnya penilaian fisik terhadap kualitas asuhan yang diberikan pada neonates
Prosedur 1. LENGKAPI RIWAYAT MEDIS
 Dokumentasikan data pada saat masuk fasilitas kehamilan, diagnosis
provisional
 Dokumentasikan riwayat prenatal
 Dokumentasikan riwayat persalinan
 Dokumentasikan riwayat paska kelahiran
2. LENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS LENGKAP
 Periksa tanda vital : FJ, frekuensi napas, suhu, waktu pengisian ulang
kapiler (CRT)
 Periska ukuran pertumbuhan: berat, panjang, lingkar kepala
 Dokumentasi penilaian system : dilakukan setiap jadwal tugas jaga (shift)
atau terjadi perubahan pada kondisi klinis
 Nilai keberhasilan menyusui
3. SISTEM PERNAPASAN
 Warna yang teramati
 Frekuensi napas yang teramati
 Observasi untuk retraksi
 Observasi untuk grunting
 Observasi untuk sianosis dan apnea
 Observasi pergerakan dinding dada
 Auskultasi bunyi napas
 Hitung skor downe

Anda mungkin juga menyukai