Anda di halaman 1dari 9

Prospek Bisnis Virtualisasi

Adhietya Nurcahyo
41516110048
Pengertian Virtualisasi

Istilah virtualization atau virtualisasi sebenarnya memiliki banyak pengertian. Dalam kamus
bahasa Indonesia sendiri belum ditemukan definisi yang jelas tentang virtualisasi. Jika merujuk
pada kamus Oxford istilah virtualization merupakan turunan dari kata virtualize yang memiliki
makna:
“convert (something) to a computer-generated simulation of reality”
Kalau terjemahan bebasnya:
“mengubah sesuatu (mengkonversi) ke bentuk simulasi dari bentuk nyata yang ada”

Dalam hardware virtualization, perangkat lunak bekerja membentuk sebuah virtual machine
yang bertindak seolah-olah seperti sebuah komputer asli dengan sebuah sistem operasi
terinstall di dalamnya. Salah contoh yang mudah misalkan terdapat satu buah komputer yang
telah terinstall GNU/Linux Ubuntu. Kemudian dengan menggunakan perangkat lunak
virtualization semisal Virtualbox kita dapat menginstall dua buah sistem operasi lain sebagai
contoh Windows XP dan FreeBSD.
Sistem operasi yang terinstall di komputer secara fisik dalam hal ini GNU/Linux Lubuntu disebut
sebagai host machine sedangkan sistem operasi yang diinstall diatasnya dinamakan guest
machine. Istilah host dan guest dikenalkan untuk memudahkan dalam membedakan antara
sistem operasi fisik yang terinstall di komputer dengan sistem operasi yang diinstall diatasnya
atau virtualnya.
Perangkat lunak yang digunakan untuk menciptakan virtual machine pada host machine biasa
disebut sebagai hypervisor atau Virtual Machine Monitor (VMM). Menurut Robert P. Goldberg
pada tesisnya yang berjudul “Architectural Principles For Virtual Computer Systems” pada hal
23 menyebutkan bahwa tipe-tipe dari VMM ada 2 yaitu :

• Type 1 berjalan pada fisik komputer yang ada secara langsung. Pada jenis ini hypervisor /
VMM benar-benar mengontrol perangkat keras dari komputer host-nya. Termasuk mengontrol
sistem operasi-sistem operasi guest-nya. Contoh implementasi yang ada dan sudah saya coba
secara langsung ialah VMWare ESXi. Adapun contoh yang lain yang ada seperti Microsoft
Hyper-V
• Type 2 berjalan pada sistem operasi diatasnya. Pada tipe ini tentunya guest sistem operasi
nya berada di layer diatasnya lagi.

Jenis Virtualisasi
Perangkat-Keras

Istilah virtualisasi perangkat-keras mengacu kepada upaya menciptakan mesin virtual yang
bekerja layaknya sebuah komputer lengkap dengan sistem operasi. Istilah mesin tuan-
rumah(host) mengacu kepada mesin tempat virtualisasi bersemayam sementara istilah mesin
tamu(guest) mengacu kepada virtual mesin itu sendiri. Istilah hypervisormengacu kepada
perangkat-lunak atau firmware yang membuat mesin virtual.
Jenis virtualisasi perangkat-keras meliputi:
 Para-virtualisasi: Perangkat keras tidak disimulasikan tetapi perangkat-lunak tamu
berjalan dalam domainnya sendiri seolah-olah dalam sistem yang berbeda. Dalam hal ini
perangkat-lunak tamu perlu disesuaikan untuk dapat berjalan.
 Virtualisasi sebagian: Tidak semua aspek lingkungan disimulasikan tidak semua
perangkat-lunak dapat langsung berjalan, beberapa perlu disesuaikan untuk dapat berjalan
dalam lingkungan virtual ini.
 Virtualisasi penuh: Hampir menyerupai mesin asli dan mampu menjalankan perangkat
lunak tanpa perlu diubah.
Vitualisasi perangkat-keras harus dibedakan dengan emulasi perangkat-keras. Pada emulasi
perangkat-keras sebuah perangkat-keras meniru kerja perangkat-keras lain, sementara pada
virtualisasi perangkat-keras sebuah hypervisor (sebuah software) meniru kerja perangkat keras
tertentu atau bahkan keseluruhan komputer. Lebih lanjut hypervisor jangan dirancu dengan
emulator. Keduanya mempunyai definisi yang sama tapi domain pembicaraannya berbeda.

Virtualisasi desktop
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Virtualisasi Desktop merupakan hasil teknologi dengan konsep Virtual Desktop Infrastructure
(VDI) yang sedang berkembang. Dimana desktop adalah komputer kerja juga bisa
disebut komputer meja yang dipakai untuk kerja sehari–hari dalam satu lokasi bisa di rumah
maupun di kantor. Dan lebih diperuntukkan kepada perusahaan dengan karyawan yang
menggunakan komputer, sehingga desktop (komputer kerja) tidak lagi harus wujud fisik
komputer yang besar tetapi sudah dalam bentuk virtual yang akan dapat diakses dengan
model klien-server.

Keunggulan dan kekurangan


Dengan penerapan teknologi virtualisasi desktop di lingkungan perusahaan ataupun
penyedia komputasi awan tentu ada pertimbangan–pertimbangan yang harus diperhatikan.
Berikut adalah keuntungan–keuntungan penerapan virtualisasi desktop:
1. Membangun atau provisioning desktop baru secara sistem operasi lebih mudah
2. Penyerdehanaan sistem operasi dan aplikasi
3. Mengurangi downtime apabila:
a. kegagalan hardware
b. proses migrasi data
4. Mobile akses dengan data terpusat
5. Dari pengguna bisa menggunakan platform apapun karena yang dibutuhkan
adalah fungsi remote saja.
Sedangkan kekurangannya adalah:
1. Potensi risiko keamanan jaringan tidak dikelola dengan baik
2. Kesulitan aplikasi kompleks (seperti multimedia)
3. Downtime jaringan akan berakibat fatal dan berdampak ke semua user atau
pengguna
4. Ketergantungan konektivitas jaringan publik

Komponen IT untuk VDI


Komponen–komponen yang diperlukan perusahaan untuk membuat virtualisasi desktop adalah
memahami persyaratan Teknologi Informasi. Teknologi informasi untuk virtualisasi yang
diperlukan adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan biasanya menyediakan
ukuran pedoman dan referensi arsitektur, bersama dengan total biaya kepemilikan dan
kalkulator alat-alat lain untuk membantu memutuskan apa implikasi biaya akan untuk
menyebarkan infrastruktur virtual desktop. Saat ini perkembangan teknologi dari perangkat
keras sudah sangat mendukung untuk masuk ke dalam virtualisasi desktop. Kemampuan
mengadopsi pengenalan hardware yang jumlah besar dan besar pipa jaringan untuk akses dan
perubahan yang terjadi di infrastruktur. Berikut yang dibutuhkan dari implementasi virtualisasi
desktop:

1. Server untuk kebutuhan VDI (Virtual Desktop Infrastructure)


Server – server dengan sistem CPU atau Unit Pemroses Sentral dan Memory dengan
arsitektur Virtualisasi perangkat keras. Dengan speksifikasi yang besar bisa mengalokasikan
menjadi 30 sampai dengan 40 virtual desktop dalam 1 server tentu dengan perhitungan
kebutuhan perusahaan. Umumnya dalam 1 virtual desktop dialokasikan 1 GB Virtual Memory
yang khusus untuk pengguna yang tidak menggunakan banyak aplikasi bersamaan.
Pengalokasian virtual memory tergantung kepada pengguna dan aplikasi yang berjalan di virtual
desktop, tentunya berbeda bagi pengguna kantor lingkungan marketing dengan pengguna
desain grafis yang lebih membutuhkan kinerja perangkat keras lebih besar.

2. Network untuk kebutuhan VDI [[Berkas: |350px|right]]


Dibutuhkan jaringan antara server–server, storage, sistem infra, dan klien. Komunikasi jaringan
untuk VDI ini menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) yang memanfaatkan 1 atau
10GB/s ethernet dan 8GB/s untuk koneksi storage. Sedangkan dari sisi klien bisa dalam LAN
(Local Area Network), WAN (Wide Area Network), dan Publik (Internet). Biasanya akses virtual
desktop dari luar menggunakan internet minimal dibutuhkan 20-30 kbps dan ini juga
tergantung dari pemakaian, seperti bila digunakan untuk menjalankan multimedia
dibutuhkan bandwidth yang lebih besar.
3. Storage untuk kebutuhan VDI
Fokus utama kepada arsitektur dalam penyebaran dan penyimpanan virtual desktop dan data.
Bagaimana menghitung kapasitas dan perkembangan data sehari–hari per user/pengguna. Dan
tentu perhitungan kecepatan disk untuk menopang kebutuhan virtual desktop yang banyak.
Dibutuhkan jumlah kapasitas yang besar untuk membangun virtual desktop yang banyak
termasuk dengan aplikasi yang berjalan di virtual desktop tersebut.

4. Hypervisor dan Perangkat lunak Virtualisasi


Saat ini ada beberapa pemain besar yang fokus dalam dunia bisnis virtualisasi desktop dan
berperan dalam kemajuan teknologi virtualisasi desktop. Mereka memiliki teknologi yang
hampir sama hanya membedakan adalah kemampuan–kemampuan tambahan yang membuat
pengolahan perangkat keras lebih hemat dan mengurangi kompleksitas perangkat keras itu
sendiri. Cara pandang dan hasil yang baik adalah mengurangi kompleksitas dari sisi desktop dan
user juga tentunya dari kebutuhan perangkat keras itu sendiri. Sebagai contoh adalah Citrix
Systems yang memiliki produk XenDesktop dan XenApp, yang saat ini menjadi market
leader dalam virtualisasi desktop. Citrix Systems menyempurnakan komputasi awan sampai
lever virtualisasi desktop dan aplikasi. Dan yang lain adalah VMware dengan produk View dan
Workstation.

Prospek Bisnis Vrtualisasi


Pusat data telah menjadi 'jantung' diskusi transformasi TI karena end user telah mencoba untuk
membangun TI yang lebih baik dalam hal skalabilitas, ketangkasan, dan efektifitasnya dalam 10
tahun terakhir. Tidak terhitung berbagai jalan yang telah dianjurkan untuk menyederhanakan
apa yang telah menjadi sistem yang sangat rumit selama bertahun-tahun.

Satu dari kerumitan ini adalah berkembangnya 'alam semesta' server yang membawa pulau-
pulau informasi berbeda di dalam organisasi. Telah menjadi suatu kecenderungan bahwa TI
menjadi lebih mudah menyebar karena meningkatnya kebutuhan TI untuk mendukung layanan
sehingga akan mengakibatkan kebutuhan lebih banyak server.

Menurut Andreas Kagawa, Country Manager VMware Indonesia, meskipun usaha melakukan
konsolidasi telah banyak dilakukan bahkan sebelum virtualisasi muncul di server x86, tetaplah
menjadi tantangan untuk benar-benar mengurangi jumlah server fisik sampai virtualisasi server
menjadi aspek yang paling penting.
Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa pasar server x86 Indonesia tumbuh 12,6% CAGR dari
tahun 2007-2012, dan diprediksi akan tumbuh 9,3% dari tahun 2012-2020.

Virtualisasi di Asia Pasifik

Kawasan Asia-Pasifik adalah campuran pasar yang matang (mature) dan berkembang
(emerging). Mengambil belanja TI dan tingkat kematangan sebagai kriteria, maka Jepang,
Australia, Selandia Baru, Singapura, Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan adalah pasar yang
matang. Sedangkan Cina, India, Indonesia, Thailand, Malaysia, Philipina, Vietnam dan sisanya
adalah pasar yang berkembang.

"Pasar yang matang, yang memiliki TI 'legacy' lebih lama dan kaya, tumbuh lebih lamban dan
memiliki proporsi yang lebih besar untuk perangkat lunak (software) dan layanan (services) di
dalam belanja TI mereka (75% di tahun 2012)," kata Andreas.

Sebaliknya, pasar yang berkembang tumbuh lebih cepat dan memiliki proporsi yang lebih besar
untuk perangkat keras (hardware) di dalam belanja TI mereka (52% di tahun 2012).

IDC sendiri selalu melihat tren yang berbeda dalam hal adopsi teknologi di dua kategori pasar
ini dimana pasar yang matang selalu terdepan dalam adopsi teknologi dan menunjukan lebih
banyak perubahan nilai dalam hal belanja TI dibandingkan dengan pasar yang berkembang.

Pasar yang berkembang, dengan 'bahan bakar' pertumbuhan ekonomi, terus melakukan
investasi lebih banyak di pembangunan skalabilitas infrastruktur yang mendukung perluasan
bisnis.

Namun masalah yang sama seperti kerumitan yang berkembang, ruang pusat data yang
mengecil, dan meningkatnya biaya telah muncul di kedua pasar ini dalam 5 tahun terakhir.

Pasar yang matang mengalami mengalami tekanan yang lebih keras karena mereka ditekan
untuk mengurangi belanja tapi harus membangun ketangkasan dan skalabilitas yang lebih baik,
sementara pasar yang berkembang harus berusaha mengatasi tantangan membangun
skalabilitas yang besar sekali dengan infrastruktur yang lebih sederhana.

"Masalah dan solusinya adalah meninjau ulang strategi infrastruktur, tapi keadaan yang
mendesak masih belum ada," Andreas menambahkan.

Resesi keuangan tahun 2008 dalam berbagai bentuknya memberikan pukulan yang dahsyat.
Menghadapi anggaran yang diperketat dan tumbuhnya sifat dasar strategis TI, para CIO
menyadari kebutuhan kritis untuk membangun sebuah infrastruktur yang berbeda 'melakukan
lebih banyak dengan lebih sedikit' (does more with less).

Munculnya cloud memperlihatkan sebuah janji kepada jajaran bisnis bahwa ada solusi TI yang
dapat disediakan dan digelar dengan lebih cepat daripada yang dapat ditangani oleh internal TI.
Ini memberikan tekanan lebih jauh kepada internal TI untuk berubah dan mencari cara untuk
mendapat sistem infrastruktur TI yang lebih fleksibel.

Ada juga perasaan yang berkembang bahwa sumber-sumber daya TI dan terutama server
sangat tidak efisien. Karena aplikasi terletak di dalam pusat data, dan server hanya ada satu,
menjadi tidak efisien.

Kedua, terlalu lamanya dalam hal pembelian dan penggelaran -- sehingga ada kebutuhan yang
sangat mendesak untuk sebuah solusi yang dapat membantu lebih banyak dengan server yang
ada dan mempercepat penyediaan (provisioning).

Virtualisasi Server

Virtualisasi server, meski bukan konsep baru, menciptakan sebuah gelombang antusiasme di
dunia x86 saat para CIO menemukan cara untuk mengendalikan desakan volume kelompok
server x86 di dalam pusat data mereka dengan solusi unik ini.

Meningkatnya kapasitas komputasi dan resilience -- kemampuan untuk pulih kembali dengan
cepat dari suatu gangguan -- dari deretan server x86 mulai membangun kepercayaan pelanggan
untuk menggelar lebih banyak beban kerja pada mereka dan memindahkan mereka dari non-
server x86.

Server x86 diakui sangat mengesankan pada beban kerja yang memerlukan infrastruktur scale-
out. Sejak TI lebih mudah tersebar, IDC melihat peningkatan yang stabil dalam pertumbuhan
server x86 sampai tahun 2011, dengan sedikit penyimpangan pada tahun 2008 yang disebabkan
pelemahan ekonomi global.

Meluasnya dengan cepat server x86 menempatkan dilema yang unik untuk para CIO tentang
bagaimana untuk mengakomodasi lebih banyak kapasitas di ruang data yang menyusut.

Satu-satunya cara ke depan adalah dengan melakukan konsolidasi beban kerja ke dalam lebih
sedikit server, tapi tidak ada solusi nyata yang membuat perbedaan, hingga datangnya
virtualisasi.

Virtualisasi mulai memberikan dampak di Asia/Pasifik kecuali Jepang (Asia/Pacific Excluding


Japan -APEJ), meski dengan kapasitas yang bervariasi di setiap negara, mulai tahun 2007 dan
dampak nyata terhadap server fisik terlihat mulai tahun 2011 ke depan.

Tren pengiriman server di APEJ memperlihatkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan yang
kuat (compound annual growth rate-CAGR) 9% untuk 7 tahun sebelumnya mulai tahun 2004
sampai tahun 2010, dan turun menjadi 6% di 7 tahun berikutnya dari 2011-2017 .

Continuum Survei yang dilakukan IDC tahun 2008 memperlihatkan para manajer TI termotivasi
untuk mengadopsi virtualisasi server untuk menjawab masalah-masalah biaya, kerumitan, dan
konsolidasi selain masalah lainnya di pusat data.

Ini khususnya saat-saat yang penuh dengan tekanan disebabkan oleh pelemahan finansial yang
membantu virtualisasi menjadi alasan yang tepat. Alasan-alasan utama untuk menggelar
virtualisasi server:
-. Mengurangi biaya
-. Menyederhanakan Manajemen/Perawatan
-. Konsolidasi Server
-. Meningkatkan Efisiensi Energi
-. Mempercepat Penggelaran Server
-. Membangun Redudancy
-. Tes dan mengembangkan aplikasi

Saat ini, IDC telah melihat kematangan enterprise di kawasan untuk melangkah lebih jauh dari
hanya penghematan biaya dalam menggelar virtualisasi sebagai pendorong utama untuk
membangun lebih banyak framework TI on-demand.

Sejumlah CIO hari ini merasa virtualisasi sebagai pertanda penting untuk membangun
lingkungan TI yang lebih lincah, mudah beradaptasi, dan selalu siap seperti cloud.

Bukan berarti virtualisasi tidak menawarkan keuntungan-keuntungan biaya, itu


memperlihatkan perkembangan kematangan virtualisasi menjadi sesuatu yang sifatnya lebih
strategis.

Sejumlah vendor TI bekerja sama dengan vendor virtualisasi utama, seperti VMware, untuk
melekatkan kemampuan manajemen dan otomatisasi mereka di sejumlah alat milik bersama,
dengan tujuan membuatnya lebih mudah bagi enterprise dalam membangun cloud.

DAFTAR PUSTAKA

Inet.detik.com
Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai