Anda di halaman 1dari 14

Nama : Dian Marsela

NIM : 5302414009

Prodi : PTIK

Rombel: 1

Virtualisasi

APA ITU VIRTUALISASI

Virtualisasi bisa diartikan sebagai pembuatan suatu bentuk atau versi virtual dari sesuatu

yang bersifat fisik, misalnya sistem operasi,  perangkat storage/penyimpanan data atau

sumber daya jaringan.

Virtualisasi bisa diimplementasikan kedalam berbagai bentuk, antara lain (Harry Sufehmi,

Pengenalan Virtualisasi, 20090607) :

1. Network Virtualization : VLAN, Virtual IP (untclustering), Multilink

2. Memory Virtualization : pooling memory dari node-node di cluster

3. Grid Computing : banyak komputer = satu

4. Application Virtualization : Dosemu, Wine

5. Storage Virtualization : RAID, LVM

6. Platform Virtualization : virtual computer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, virtual berarti (secara) nyata, sedangkan akhiran –

isasi menyatakan makna melakukan, proses, usaha, atau kegiatan. Berarti virtualisasi adalah

proses menyatakan atau membuat sesuatu menjadi nyata. Sedangkan dalam ilmu komputer,

virtualisasi bisa diartikan sebagai pembuatan suatu bentuk simulasi dari sesuatu yang asalnya

bersifat fisik, misalnya sistem operasi, perangkat penyimpanan data atau sumber daya

jaringan. Definisi lainnya adalah “sebuah teknik untuk menyembunyikan karakteristik fisik

dari sumber daya komputer dari bagaimana cara sistem lain, aplikasi atau pengguna
berinteraksi dengan sumber daya tersebut. Hal ini termasuk membuat sebuah sumber daya

tunggal (seperti server, sebuah sistem operasi, sebuah aplikasi, atau peralatan penyimpanan

terlihat berfungsi sebagai beberapa sumber daya logikal; atau dapat juga termasuk definisi

untuk membuat beberapa sumber daya fisik (seperti beberapa peralatan penyimpanan atau

server) terlihat sebagai satu sumber daya logikal.”

Keuntungan Teknologi Virtualisasi & Cloud Computing

Pembahasan kali ini akan menitikberatkan pada materi platform virtualization alias

virtualisasi komputer dan sistem operasi.

APA ITU CLOUD COMPUTING

Cloud Computing adalah sistem komputerisasi berbasis jaringan/internet, dimana suatu

sumber daya, software, informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan oleh komputer

lain yang membutuhkan. Mengapa konsep ini bernama komputasi awan atau cloud

computing? Ini karena internet sendiri bisa dianggap sebagai sebuah awan besar (biasanya

dalam skema network, internet dilambangkan sebagai awan) yang berisi sekumpulan besar

komputer yang saling terhubung, jadi cloud computing bisa diartikan sebagai komputerisasi

berbasis sekumpulan komputer yang saling terhubung.

Cloud computing bisa dianggap sebagai perluasan dari virtualisasi. Perusahaan bisa

menempatkan aplikasi atau sistem yang digunakan di internet, tidak mengelolanya secara

internal. Contoh cloud computing untuk versi public adalah layanan-layanan milik Google

seperti Google Docs dan Google Spreadsheet. Adanya kedua layanan tersebut meniadakan

kebutuhan suatu aplikasi office untuk pengolah kata dan aplikasi spreadsheet di internal

perusahaan. Contoh cloud computing untuk keperluan non public adalah Amazon EC2

( Amazon Elastic Compute Cloud ). Amazon menyediakan komputer induk, kita bisa
mengirim dan menggunakan

sistem virtual dan menggunakannya dalam jangka waktu dan biaya sewa tertentu.

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN VIRTUALISASI

1. Pengurangan Biaya Investasi Hardware. Investasi hardware dapat ditekan lebih

rendah karena virtualisasi hanya mendayagunakan kapasitas yang sudah ada. Tak

perlu ada penambahan perangkat komputer, server dan pheriperal secara fisik.

Kalaupun ada penambahan kapasitas harddisk dan memori, itu lebih ditujukan untuk

mendukung stabilitas kerja komputer induk, yang jika dihitung secara finansial, masih

jauh lebih hemat dibandingkan investasi hardware baru.

2. Kemudahan Backup & Recovery. Server-server yang dijalankan didalam sebuah

mesin virtual dapat disimpan dalam 1 buah image yang berisi seluruh konfigurasi

sistem. Jika satu saat server tersebut crash, kita tidak perlu melakukan instalasi dan

konfigurasi ulang. Cukup mengambil salinan image yang sudah disimpan, merestore

data hasil backup terakhir dan server berjalan seperti sedia kala. Hemat waktu, tenaga

dan sumber daya.

3. Kemudahan Deployment. Server virtual dapat dikloning sebanyak mungkin dan dapat

dijalankan pada mesin lain dengan mengubah sedikit konfigurasi. Mengurangi beban

kerja para staff IT dan mempercepat proses implementasi suatu sistem

4. Mengurangi Panas. Berkurangnya jumlah perangkat otomatis mengurangi panasnya

ruang server/data center. Ini akan berimbas pada pengurangan biaya pendinginan/AC

dan pada akhirnya mengurangi biaya penggunaan listrik

5. Mengurangi Biaya Space. Semakin sedikit jumlah server berarti semakin sedikit pula

ruang untuk menyimpan perangkat. Jika server ditempatkan pada suatu co-location

server/data center, ini akan berimbas pada pengurangan biaya sewa


6. Kemudahan Maintenance & Pengelolaan. Jumlah server yang lebih sedikit otomatis

akan mengurangi waktu dan biaya untuk mengelola. Jumlah server yang lebih sedikit

juga berarti lebih sedikit jumlah server yang harus ditangani

7. Standarisasi Hardware. Virtualisasi melakukan emulasi dan enkapsulasi hardware

sehingga proses pengenalan dan pemindahan suatu spesifikasi hardware tertentu tidak

menjadi masalah. Sistem tidak perlu melakukan deteksi ulang hardware sebagaimana

instalasi pada sistem/komputer fisik

8. Kemudahan Replacement. Proses penggantian dan upgrade spesifikasi server lebih

mudah dilakukan. Jika server induk sudah overload dan spesifikasinya tidak

mencukupi lagi, kita bisa dengan mudah melakukan upgrade spesifikasi atau

memindahkan virtual machine ke server lain yang lebih powerful

KERUGIAN PENGGUNAAN VIRTUALISASI

1. Satu Pusat Masalah. Virtualisasi bisa dianalogikan dengan menempatkan semua telur

didalam 1 keranjang. Ini artinya jika server induk bermasalah, semua sistem virtual

machine didalamnya tidak bisa digunakan. Hal ini bisa diantisipasi dengan

menyediakan fasilitas backup secara otomatis dan periodik atau dengan menerapkan

prinsip fail over/clustering

2. Spesifikasi Hardware. Virtualisasi membutuhkan spesifikasi server yang lebih tinggi

untuk menjalankan server induk dan mesin virtual didalamnya

3. Satu Pusat Serangan. Penempatan semua server dalam satu komputer akan

menjadikannya sebagai target serangan. Jika hacker mampu menerobos masuk

kedalam sistem induk, ada kemungkinan ia mampu menyusup kedalam server- server

virtual dengan cara menggunakan informasi yang ada pada server induk.
4. ewat virtualisasi, sebuah komputer bisa dibuat seolah-olah menjadi beberapa buah

komputer. Kalau dengan menggunakan terminologi server, maka komputer saya yang

di rumah ini (iMac 27″ tahun 2009 akhir) bisa dibuat seolah-olah berupa 7 buah

server virtual. Bukan cuma dua atau tiga, tapi 7. Inginnya sih lebih banyak lagi, tapi

alokasi RAM yang cuma 2 GB itu hanya sanggup digunakan untuk menjalankan 7

server dengan OS Ubuntu 10.04 yang masing-masing mendapat jatah 128MB

(idealnya server Ubuntu butuh 256MB, tapi mau gimana lagi).

5. Hypervisor yang digunakan adalah ESXi 4.0 hasil download gratis dari VMware.

Aplikasi untuk remote management nya juga sudah disertakan dalam paket software

tersebut.

6. Masing-masing server dikonfigurasi untuk menjalankan Samba server biar bisa

ditemukan lewat Windows network. Berikut ini foto-fotonya (screencapture

maksudnya..)

7.  
8. E

SXi 4.0.0 dengan prosesor dual core dan 2GB memory


9. 7

server virtual aktif bersamaan, 6 sisanya tidak dapat dijalankan karena kekurangan

memory

10.  
11. G

rafik penggunaan memory

12. G

rafik penggunaan cpu


13. 7

buah server (SIOMAY1 sampai SIOMAY7) dapat diakses dari komputer REMOTE

14. S

erver SIOMAY1 dikelola menggunakan Webmin


Setelah virtualisasi, apa lagi? Pendekatan software-defined diperkirakan akan menjadi tren

selanjutnya dalam mengelola infrastruktur teknologi lingkungan korporasi.

Sebuah whitepaper yang disusun IDC bersama VMWare bulan Oktober 2014

mengungkapkan bahwa adopsi teknologi virtualisasi dengan tingkatan yang lebih tinggi akan

tumbuh dua kali lipat, dari 15 menjadi 32 persen dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

Tingkat adopsi yang cukup tinggi terhadap teknologi virtualisasi tak lepas dari manfaat yang

dapat diraih penggunanya. Menurut whitepaper berjudul “Empowering Organizations in a

Software Defined World” itu, pebisnis di Indonesia akan dapat menghemat hingga USD 1,6

miliar dalam rentang waktu antara tahun 2003 – 2020 setelah mereka mengimplementasikan

virtualisasi pada elemen compute, storage, dan networking, serta menggunakan pendekatan

software-defined dalam mengelola sumber daya TI.

Penghematan itu, menurut IDC Datacenter Economies Index, datang dari empat area utama

yaitu perangkat keras (USD 802 juta), real estate/pemeliharaan (USD 15 juta), administrasi

(USD 207 juta), dan daya serta pendinginan (USD 217 juta), dalam rentang waktu hanya dari

tahun 2014 – 2020.

Menurut Sudev Bangah, Associate Research Director and Head of Operations IDC Indonesia,

kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan nilai dari data center akan menjadi faktor

pembeda yang sangat penting di tahun 2015 dan seterusnya. ”IDC Datacenter Economies

Index terbaru menggarisbawahi nilai penghematan sebesar USD 1.6 miliar akan

meningkatkan potensi bisnis dan fleksibilitasnya dalam berinvestasi,” cetus Sudev melalui

siaran pers.

Sementara Andreas Kagawa, Country Manager, VMware Indonesia melihat pergerakan ke

arah korporasi berbasis pendekatan software-defined ini sejalan dengan masterplan Indonesia
yang akan mengedepankan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pilar utama untuk

mendorong perekonomian Indonesia.

“Kami percaya bahwa pendekatan TI dan software-defined enterprise di pembangunan

infrastruktur akan dapat berperan sangat penting dalam memungkinkan bisnis di Indonesia

untuk menjadi lebih lincah dan efisien,” ujar Andreas. Selain bisnis yang lebih efisien dalam

sumber daya dan biaya, teknologi yang didukung software-defined data center juga

memampukan bisnis mengotomatisasi proses bisnis dan selanjutnya mendorong pertumbuhan

bisnis itu sendiri.

Tren software-defined ini juga sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini. Berdasarkan

studi VMware Indonesia Business Server (2014), penurunan biaya perusahaan (25%) adalah

satu dari tiga prioritas utama yang dicanangkan perusahaan di Inndonesia di tahun 2015. Dua

prioritas lainnya adalah pemulihan bencana dan kelangsungan bisnis (33%) dan penyediaan

keamanan TI dan proteksi data (31%).

Apa alasan utama perusahaan mengadopsi software-defined data center? Studi tersebut

menemukan dua hal: optimalisasi penggunaan sumber daya (31%) dan perbaikan efektivitas

operasional (27%). Namun akan ada dua tantangan utama yang harus dihadapi perusahaan

untuk mengimplementasikannya: biaya (46%) dan kultur bisnis (27%).

Sebagai penyedia solusi virtualisasi, VMware tentunya telah menyiapkan aneka solusi untuk

mendukung bisnis beralih ke platform berbasis software-defined. Misalnya hyper-converged

infrastructure berbasis appliance VMware EVO:RAIL yang akan memudahkan integrasi,

optimalisasi, konfigurasi, instalasi, on-going management, upgrading, dan patching di

infrastruktur TI.
Untuk memvirtualisasi jaringan yang sudah ada dan mengubah operasionalnya, VMware

menyediakan VMware NSX. Ada pula VMware Virtual SAN yang secara otomatis dan

dinamis memasok kebutuhan storage di lingkungan infrstruktur TI.

Rencana ekspansi bisnis bisa terhambat oleh infrastruktur teknologi yang tidak fleksibel.

Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur tersebut tidak memampukan bisnis bermanuver

lebih lincah dan responsif menanggapi perubahan maupun reaksi pasar.

Sampai tahun 2010, PT Sampoerna Agro Tbk (Sampoerna Agro), salah  satu produsen

minyak kelapa sawit terkemuka di Indonesia, bergantung pada jajaran server fisik di data

centernya. Server-server tersebut menjalankan beberapa aplikasi yang sifatnya critical bagi

bisnis, misalnya aplikasi enterprise resource planning (ERP) Microsoft Dynamics. Perangkat

penyimpan yang digunakan pun masih bersifat lokal. Untuk menghubungkan sumber daya

komputasi tersebut ke pengguna di lokal maupun di kantor cabang di seluruh Indonesia,

Sampoerna Agro menggunakan switch.

Dengan infrstruktur TI yang cenderung kaku tersebut, tim TI Sampoerna Agro menghadapi

aneka masalah, terutama kecepatan merespon permintaan bisnis. Misalnya ketika tim TI 

harus melakukan uji dan pengembangan sumberdaya untuk mendukung upgrade dan

kustomisasi terhadap aplikasi ERP dan sistem lainnya. Akibat infrastruktur yang tidak

fleksibel, proses provisioning jadi memakan waktu lama. “Setiap kali kami butuh server baru,

kami harus menunggu sampai 8 minggu, begitu pula waktu untuk proses instalasi dan

konfigurasi,” jelas Franky Nathanel, ICT Infrastructure Manager, Sampoerna Agro melalui

siaran pers.
Di sisi lain, utilisasi server fisik di data center Sampoerna Agro rata-rata hanya mencapai

25%, padahal menyedot daya listrik yang cukup besar, dan menuntut banyak waktu orang TI

untuk melakukan pengelolaan dan pemeliharaan.

Melihat kebutuhan menghantarkan layanan TI yang lebih responsif dan lincah, Sampoerna

Agro sampai pada keputusan membangun infrastruktur yang kokoh dan scalable,  yaitu

dengan memvirtualisasi server dan memasang SAN. Menggunakan VMware vSphere, proses

provisioning server yang semula memakan waktu berminggu-minggu, kini dapat dituntaskan

dalam hitungan jam. “Ketika dibutuhkan, kami dapat menyiapkan server baru dalam waktu

kurang dari empat jam,” jelas Franky.

Infrastruktur virtual tersebut juga dapat meningkatkan utilisasi server hingga 80%, sekaligus

meningkatkan ROI terhadap server. Dengan 37 server virtual berjalan pada 3-4 server fisik—

sebelumnya 13 unit server—Sampoerna Agro dapat menekan biaya operasional sampai 60%.

Sementara biaya listrik dan peralatan pendingin pun turun 50%. Jumlah staf TI yang harus

mengurusi server pun bisa dikurangi karena infrastruktur virtual tidak perlu dikelola oleh

banyak orang.

Namun bagi Sampoerna Agro, infrastruktur virtual barulah awal karena menurut Franky

Nathanel, infrastruktur tersebut pada dasarnya adalah sebuah “gerbang” yang akan

menghantarkan mereka ke komputasi awan masa depan. Setelah ini, perusahaan yang

mempekerjakan lebih dari 9000 orang, mengelola empat lini bisnis utama, dan memiliki

beberapa anak perusahaan ini berencana mengimplementasikan virtual desktop infrastruktur

dan memanfaatkan hybrid cloud.


Sumber: http://exitmonetization.com/landing/?id=57573&ref=http%3A%2F

%2Fwww.bing.com%2Fsearch%3Fq%3Dvirtualisasi%26pc%3Dcosp%26ptag

%3DA5A4F7919F2724954A5F%26form%3DCONBDF%26conlogo

%3DCT3210127&subid=&search=virtualisasihttp://www.basukiwinoto.com/?

category_name=virtualisasi&site=co.id

http://www.infokomputer.com/tag/virtualisasi/

Anda mungkin juga menyukai