Metode EOR
Metode EOR
64
Gambar 3.1.
Diagram Terner17
Untuk tekanan dan temperatur reservoir, C1 berupa gas, C7+ cair, sedangkan C2-C6
tergantung pada tekanan dan temperatur yang berlaku. Daerah D pada diagram
tersebut merupakan daerah satu fasa yaitu 100% fasa cair dan daerah A merupakan
daerah 100% fasa gas. Daerah campuran kritis dibagi menjadi daerah B yang
menunjukkan interval komposisi (P,T) yang dapat bercampur dengan gas dari daerah
A, serta daerah C merupakan daerah komposisi-komposisi campuran yang dapat
bercampur dengan minyak dari daerah D.
Pengaruh tekanan dan temperatur terhadap daerah dua fasa dalam diagram Terner
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.2.
Pengaruh Tekanan dan Temperatur
Terhadap Daerah Dua Fasa dalam Diagram Terner17
Jadi pada saat tekanan reservoir masih tinggi (P>>) dan temperatur rendah (T<<)
akan sangat menguntungkan bagi pendesakan tercampur karena daerah dua fasa
(dalam diagram Terner) dibuat kecil.
Gambar 3.3.
Swelling factor terhadap fraksi mol CO211
Gambar 3.4.
Pengaruh T dan P terhadap pengembangan minyak17
B. Penurunan Viscositas
Adanya sejumlah CO2 dalam minyak akan mengakibatkan penurunan voscositas
minyak. Oleh Simon dan Creu dinyatakan bahwa penurunan viscositas tersebut
dipengaruhi oleh tekanan dan viscositas minyak awal (lihat gambar 3.5)
Dalam gambar tersebut bahwa m/o (perbandingan viscositas campuran CO2
minyak dengan viscositas awal) akan lebih kecil untuk viscositas minyak awal (o)
yang lebih besar pada tekanan saturasi tertentu.
67
Artinya pengaruh CO2 terhadap penurunan viscositas minyak akan lebih besar.
Untuk satu jenis minyak, kenaikan tekanan saturasi akan menyebabkan penurunan
viscositas minyak.
C. Kenaikan densitas
Terlarutnya sejumlah CO2 dalam minyak menyebabkan kenaikan densitas, hal
yang menarik ini oleh Holm dan Josendal dimana besarnya kenaikan densitas
dipengaruhi oleh tekanan saturasinya (lihat gambar 3.6).
Gambar 3.5.
Viscositas
Campuran
CO2 Crude Oil
pada Temperatur
120 F17
68
Gambar 3.6.
Density dan viscositas minyak sebagai fungsi P saturasi17
yang dapat ditarik bahwa pada tekanan pendorongan miscible CO2 terhadap minyak
reservoir dengan adanya komponen hidrokarbon ringan C2, C3, C4 didalam
minyak reservoir tidak mempengaruhi proses miscibility. Pendorongan miscible
sangat dipengaruhi oleh adanya komponen C5-C30 di dalam reservoir.
Dari kenyataan ini Holm dan Josendal memberikan suatu kesimpulan bahwa
tekanan diinjeksi agar terjadi pendorongan yang miscible ditentukan oleh adanya
komponen C5, dalam minyak reservoir. Dari gambar 3.7 dapat disimpulkan bahwa
temperatur juga akan mempengaruhi tekanan pendorong yang miscible. Oleh karena
itu perkiraan tekanan untuk pendorongan yang miscible dapat diperoleh dengan
menggunakan dengan korelasi fraksi C5+.
Gambar 3.7.
Korelasi Tekanan Miscible pada Injeksi C2 Berdasarkan Berat Mol C57
Terdapat dua cara untuk membuat Diagram Terner dimana hal tersebut
tergantung pada keadaan CO2 apakah berasosiasi dengan metana atau komponen
menengah. Metode pertama pada gambar 3.8, menunjuk kondisi percampuran yang
diterapkan terhadap injeksi dengan CO2 atau metana.
Pada metode kedua titik CO2 pada diagram Terner (lihat gambar 3.9) ditempatkan
sepanjang garis antara titik C1 dengan C2-C6. Dimana titik tersebut selanjutnya dapat
dibandingkan terhadap ethana atau propana. Kelakuan pada metode
ini analog dengan gas yang diperkaya.
Pada kenyataannya tidak ada metode yang sempurna secara menyeluruh dan untuk
menggambarkan efek C2 secara lebih akurat kehadiran tetrahedral dibutuhkan dengan
penggabungan Ci sampai N2, CO2, C2-C6, C7+ (gambar 3.10).
Gambar 3.8.
Kelakuan Fasa dari Metana dan CO2 Selama Injeksi 7
72
Gambar 3.9.
Jenis pendorongan gas karbondioksida terdiri dasri solution gas drive dan
dynamin miscible drive.
a. Solution gas drive
Kelarutan CO2 didalam minyak makin besar dengan adanya kenaikan tekanan,
dengan diikuti pula pengembangan volume minyak makin besar. Holm dan Josendal
melakukan pengamatan terhadap jenis drive ini dengan menggunakan gravity minyak
22 API yang dijenuhi dengan Berea sandstone sepanjang 4 feet. Penjenuhan
dilakukan pada tekanan 900 psi yang berisi 47,2 % PV dan sisanya air asin. Minyak
yang diproduksikan 14,2 % OIP sampai penurunan tekanan 400 psig, dan 14 % OIP
pada tekanan mencapai 200 psig, dapat dilihat pada tabel 3.3.
Jadi CO2 adalah gas yang masuk dalam larutan dengan pengembangan minyak
sebagai suatu kenaikan tekanan, minyak dapat keluar dari larutan dengan penurunan
tekanan.
Tabel 3.3.
Solution Gas Drive dengan CO2 ; CO2 Diinjeksikan
Pada Tekanan 900 psi16
Gambar 3.11.
Skema Pendorongan
CO2, menurut Holm dan
Josendal.18
3.1.1.5. Mekanisme
Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2
adalah bercampurnya
CO2 dengan minyak dan membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak dari pada
minyak reservoir awal. Ada empat jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
75
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
Injeksi slug CO2 diikuti air.
Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Untuk gas yang dibawa dengan menginjeksikan terus menerus gas CO2 ke dalam
reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat melarut dalam minyak dan mengurangi
viskositasnya, dapat mengembangkan volume minyak dan merefraksi sebagian
minyak, sehingga minyak akan
lebih banyak terdesak keluar
dari media berpori.
Gambar 3.12.
Mekanisme Pendesakan dalam Pelaksanan CO2 Flooding18
Untuk cara yang kedua, yaitu dengan menginjeksikan carbonat water ke dalam
reservoir. Sebenarnya carbonat water adalah percampuran antara air dengan gas CO2
(reaksi CO2 + H20) sehingga membentuk air karbonat yang digunakan sebagai injeksi
dalam proyek CO2 flooding. Tujuan utama adalah untuk terjadi percampuran yang
lebih baik terhadap minyak sehingga akan mengurangi viskositas dari minyak serta
mengembangkan sebagian volume minyak sehingga dengan demikian penyapuan akan
lebih baik, sedangkan pada cara yang ketiga membentuk slug penghalang dari CO 2
yang kemudian diikuti air sebagai fluida pendorong. Sama seperti cara pertama dan
kedua, pembentukan slug ini untuk lebih dapat mencampur gas CO2 kedalam minyak,
kemudian karena adanya air yang berfungsi sebagai pendorong maka diharapkan
76
efisiensi pendesakan akan lebih baik, sedangkan untuk cara yang keempat sebenarnya
sama dengan cara yang ketiga tetapi disini lebih banyak fluida digunakan CO2 untuk
lebih melarutkan minyak setelah proses penyapuan terhadap pendesakan minyak,
maka minyak yang telah tersapu dan akan diproduksikan melalui sumur produksi.
Gambar 3.13.
Mekanisme Pelaksanaan CO2 Flooding18
Dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa injeksi CO2 dan air secara
simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang terbaik diantara keempat
metode tersebut (oil recovery sekitar 50 %). Disusul kemudian injeksi slug CO 2 dan
air bergantian. Injeksi langsung CO2 dan injeksi slug CO2 diikuti air sama buruknya
dengan kemampuan mengambil minyak hanya sekitar 25 %. Dalam semua kasus,
pemisahan gaya berat antara CO2 dan air terjadi sebelum setengah daru batuan batuan
recovery tersapu oleh campuran dari dua fluida tersebut.
Sumber CO2 sangat menentukan dalam keberhasilan proyek injeksi CO2 sebab
CO2 yang diperlukan harus tersedia untuk jangka waktu yang panjang. Gas yang
tersedia juga harus relatif murni sebab beberapa gas seperti metana dapat
meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk bercampur, sedangkan yang lainnya
Injeksi alternatif slug CO2 dan air memerlukan sistem injeksi ganda dan hal ini
akan menambah biaya dan kerumitan sistem.
Diperlukan injeksi dalam jumlah yang besar (5 – 10 MCF gas untuk
memproduksi satu STB minyak).
Sumber CO2 biasanya tidak diperoleh ditempat yang berdekatan dengan proyek
injeksi CO2 sehingga memerlukan pemipaan dalam jarak yang panjang.
3.1.2. Injeksi Gas Kering Pada Tekanan Tinggi
Pada tekanan tinggi, ketercampuran pendorong gas dapat dicapai dengan gas
hidrokarbon kering (lean hydrocarbon), fuel gas dan nitrogen. Perencanaan pendorong
gas yang menguapkan biasanya hanya memerlukan perhatian supaya ketercampuran
antara minyak dan gas injeksi tercapai dan terpelihara.
Keadaan 1
Pada waktu mulai injeksi, pendesakan adalah tidak tercampur dan GO memotong
daerah dua fasa. Dengan demikian ada residu minyak dengan komposisi O yang tetap
tinggal di belakang front gas-minyak. Minyak O dan gas G belum mencapai
kesetimbangan thermodinamik.
Gambar 3.14.
Kondisi Fasa Selama Injeksi Gas Kering dengan Tekanan Tinggi 7
Perubahan fasa yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu hasilnya adalah komposisi
gas g1 dan komposisi minyak o1. gas menjadi makin banyak mengandung komponen
menengah berat.
Keadaan 2
Sementara perubahan minyak o1 cenderung untuk menyusut. Saturasi minyak
dibelakang front hingga saat ini tetap dibawah harag kritik dan tetap tinggal
terperangkap di dalam pori batuan. Sementara gas g1 didesak ke arah front oleh
injeksi gas G berikutnya.
Keadaan 3
Gas g1 menjadi berhubungan dengan residu minyak yang baru saja terbentuk
(dari komposisi O). Selama fluida tidak dalam keadaan kesetimbangan, maka terjadi
perubahan fasa dan menghasilkan gas g2 dan minyak o2 yang mana dalam keadaan
81
Gambar 3.15.
7
Tahapan Front Pendesakan Tercampur
Keadaan 4
Mula dari titik ini, pendesakannya adalah pendesakan tercampur dan tidak ada
residu minyak yang tertinggal di belakang front. Dibelakang “miscible bank” dengan
terlebih dahulu residu minyak dengan komposisi o1, o2 dan seterusnya hingga
komposisi menengah habis oleh injeksi gas G, batas komposisi minyak yang tidak
tersapu adalah op yaitu pada ujung garis melalui titik G. Minyak op tidak dapat
82
dirubah menjadi komponen lebih lanjut oleh gas G dan ini merupakan
“unrecoverable” pada kondisi ini ternyata bisa diabaikan. Pengalaman dari beberapa
operasi lapangan menunjukkan bahwa suatu “miscible bank” terbentuk setelah gas
diinjeksikan berjalan lebih kurang 12 meter dari sumur injeksi.
B. Besarnya Tekanan Miscible
Pada diagram Terner yang tergambar pada temperatur reservoir, “miscibility”
hanya dapat dicapai antara gas dan minyak dari campuran masing-masing komposisi
yang tetap G dan O bila garis Ogt merupakan garis singgung pada kurva dew point. Ini
hanya akan terjadi pada tekanan lebih besar atau sama dengan “miscibility pressure”
Pm, yang merupakan garis singgung melalui O pada titik kritik (Gambar 3.16)
“Miscibility Pressure” tidak tergantung dari karakteristik formasi dan kondisi
pendesakan. Hal ini dapat ditentukan secara percobaan menggunakan suatu media
poros batuan dengan permeabilitas tinggi, dimana kecepatan fluida yang tinggi dapat
tercapai.
Gambar 3.16.
Diagram Terner untuk Miscibility Pressure Pada Injeksi Gas Tekanan Tinggi7
Flue gas yang dihasilkan dari pembakaran gas sisa pabrik (bahan bakar) di dalam
ketel uap.
Gas buangan mesin.
Pengolahan nitrogen di tempat.
Gambar 3.17.
Kurva Kelarutan Gas Sebagai Fungsi dari Tekanan untuk Minyak Mentah Jenuh 1
Pengaruh Suhu
Kelarutan gas dalam minyak berkurang dengan naiknya suhu.
Pengaruh Komposisi Minyak
Kelarutan naik dengan menurunnya berat jenis minyak. Berat jenis zat cair yang
rendah menunjukkan konsentrasi zat cair hidrokarbon dengan berat molekul
rendah.
Seperti diketahui bahwa berat jenis turun dengan naiknya oAPI. Oleh sebab itu,
pengaruh komposisi minyak terhadap kelarutan gas dalam minyak akan naik
dengan naiknya berat jenis API minyak.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kelarutan gas terhadap
minyak adalah baik dengan kenaikkan tekanan, penurunan temperatur, komposisi
gas (fluida pendesak) kaya dalam komponen lebih berat, dan naiknya derajat API
komposisi minyak. Parameter-parameter ini digunakan sebagai dasar konsep
dalam injeksi gas yang diperkaya. Kurva kelarutan gas belum jenuh diperlihatkan
Gambar 3.18.
Gambar 3.18.
Kurva Kelarutan Gas Sebagai Fungsi Dari
Tekanan Untuk Minyak Mentah Belum Jenuh 1
B. Diagram Terner
Tipe variasi pendesakan tercampur secara thermodinamik, dapat lebih cepat
diuraikan dengan menggunakan pengenalan grafis komposisi campuran hidrokarbon,
dengan kombinasi tiga komponen yang sama sifat thermodinamiknya. Diagram seperti
ini disebut dengan Diagram Terner.
86
Dengan menggunakan diagram Terner, gambaran visual dari sifat fasa dapat
dilihat. Sistim ini terdiri dari tiga komponen yaitu :
a. Komponen ringan, terutama methane (C1) dan mungkin N2 dan lain-lain
b. Komponen intermediate, yaitu semua hidrokarbon dari ethane sampai hexane (C 2-
C6) dan kemungkinan CO2, H2S.
c. Komponen berat, contohnya C7 dan hidrokarbon lebih berat (C7+).
Untuk injeksi gas yang diperkaya, gas injeksi adalah relatif banyak C 2-C6 dan
digambarkan sebagai titik G pada diagram Terner sedang minyak yang didesak
digambarkan sebagai titik O. Pada gambar 3.19, terlihat bahwa zona tercampur
berkembang dengan transfer komponen intermediate dari gas terhadap minyak.
Pencampuran dicapai pada tekanan dan temperatur operasi, dengan kompisisi minyak
O dan gas injeksi G saling berhadapan pada sisi garis singgung titik kritis.
Pada diagram ini kemudian ditarik garis lurus antara titik G dan titik O yang
berarti terjadi proses injeksi, sedangkan gambar 3.20. menggambarkan apa yang
terjadi di reservoir selama pendesakan.
Gambar 3.19.
Proyek Injeksi Gas Yang Diperkaya Pada Diagram Terner 11
II = gas yang terurai terdiri dari komponen intermedite dan belum larutlagi
III = oil bank yang mobil
Gambar 3.20.
Pendesakan Gas Dalam Reservoir 11
Bila injeksi yang diperkaya dimulai, proses pertama adalah tipe non-miscible
(minyak O kontak dengan gas G seperti keadaan I). Pendesakan selanjutnya dapat
dilihat bahwa minyak yang telah diperkaya meninggalkan zona kontak (minyak
dibelakang front maju lebih banyak hingga mencapai miscible) dengan gas injeksi,
dan selanjutnya didorong ke depan oleh gas untuk bercampur dengan zona minyak di
depannya. Demikian langsung terus hingga keseluruhan komposisi minyak tercampur
dengan gas yang diinjeksikan.
Untuk injeksi gas yang diperkaya, parameter operasi adalah tekanan dan
komposisi injeksi gas (yang diperkaya dengan propana dan butana seperti yang
ditunjukkan oleh titik L pada gambar 3.21. dan gambar 3.22.)
Pada diagram Terner (gambar 3.22.) yang digambarkan pada temperatur
reservoir, pencampuran hanya dapat dicapai bila gas diperkaya Gr dan minyak O (garis
GrO) dalam komposisi tetap, merupakan garis singgung dari kurva titik gelembung.
Ini hanya dapat dicapai untuk tekanan yang sama atau lebih besar dari pada tekanan
percampuran Pm, dimana garis singgung pada titik kritis ini melewati titik Gr.
88
Jika gas terdiri dari campuran G dan L, komposisi pertama titik kritis campuran
Cm pada gas dan minyak adalah bercampur pada tekanan P seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.21.
Gambar 3.21
Tekanan Pencampuran Komposisi Gas11
Gambar 3.22
Tekanan Pencampuran Untuk Mencapai Titik Kritis11
kompresor untuk diinjeksikan langsung melalui tubing ke dalam sumur injeksi. (lihat
gambar 3.23.)
Gambar 3.23.
Operasi Pelaksanaan Injeksi Gas Yang Diperkaya11
Gambar 3.24.
Pengaruh Hadirnya N2 Pada Gas Injeksi
Terhadap Tekanan Miscibilitas11
pada suhu 160 oF n-butana akan tercampur dengan nitrogen hanya bila tekanan lebih
besar dari 3.600 psi.
Ini berarti juga bahwa suatu slug butana diinjeksikan ke dalam reservoir pada
suhu 160 oF, maka diperlukan untuk mengatur agar tekanan lebih besar dari 3.600 psi
dengan tujuan untuk menjamin terjadinya miscibilitas atau percampuran dari butana
dengan gas nitrogen yang diinjeksikan, walaupun miscibilitas antara butana dengan
minyak dapat dicapai hanya pada tekanan sekitar 125 psi saja.
Dari hasil beberapa studi laboratorium kelihatannya gas nitrogen bukanlah
merupakan agen yang cocok untuk meningkatkan perolehan minyak secara
pendesakan tercampur. Walaupun demikian hal itu bukanlah merupakan suatu
argumentasi yang cukup kuat untuk menghentikan percobaan-percobaan dalam
mengganti gas alam sebagai bahan injeksi, dengan gas inert. Hal ini disebabkan
semakin mahalnya gas alam sebagai bahan bakar.
Gambar 3.25.
Tekanan Miscibilitas Minimum 18
3.1.4.2. Diagram Terner
Pada diagram Terner diterangkan bahwa percampuran antara N 2 dan minyak
mentah terjadi melalui proses kontak yang berulang-ulang. (gambar 3.26).
Masing-masing pojok segitiga mewakili N2 100%, C7 100% dan C1-C6 100%.
Titik tengah pada dasar segitiga (titik A) adalah N 2 murni yang bercampur dengan C7
92
50%. Minyak tanah mencapai keseimbangan pada temperatur dan tekanan tertentu.
Titik kesetimbangan M1 berada dalam daerah dua fasa dan memiliki unsur cairan L1
dan gas G1 lebih mudah bergerak untuk kontak dengan minyak mentah dibandingkan
dengan cairan. Gas G1 dan minyak mentah mendekati kesetimbangan. Pada saat yang
sama titik kesetimbangan. Pada saat yang sama titik kesetimbangan dari campuran
berada pada titik M2 yang dihasilkan dari gas G2 dan cairan L2. gas G1 mengandung
kira-kira 35% hidrokarbon ringan, gas G2 40% dan gas G3 50%. Selama gas terus
mengalir dalam pasir minyak, proses ini berulang sampai bercampur dengan minyak
(oil in place). Pada titik kritis komposisi gas dan cairan adalah sama. Pendesakkan
minyak reservoir akhirnya mendekati 100% pada ujung zona miscible.
Gambar 3.26.
Diagram Terner untuk Percampuran Antara N2 dengan Minyak Mentah 7
dengan komposisi 50% (C1-C6) dan 50% minyak tanah dan N2 akan mencapai
kesetimbangan pada tekanan dan suhu tertentu. Titik kesetimbangan M 1 terletak pada
daerah dua fasa, dan mempunyai sejumlah fasa cair L 1 dan sejumlah fasa gas G1. Fasa
gas G1 akan lebih mudah bergerak daripada fasa cair L1, maka terjadi kontak antara G1
dengan minyak mentah. Kemudian gas G1 dan minyak mentah akan menuju ke suatu
titik kesetimbangan. Untuk pengertian yang sederhana, titik kesetimbangan dari
campuran adalah pada perpototngan garis atau tie line M2 pada gambar diatas
menghasilkan G2 dan cairan L2. Critical point yaitu critical point dimana gas dan
cairan mempunyai komposisi yang sama. Pendesakan minyak reservoir akan
mendekati 100% pada ujung depan zone miscible.
3.1.4.6. Efek Tekanan dan Suhu Pada Perolehan Minyak Memakai Injeksi N2
Sebuah percobaan yang telah dilakukan berhasil menjelaskan efek tekanan dan
suhu terhadap perolehan minyak pada proses pendesakan dengan injeksi nitrogen
tekanan tinggi. Pada percobaan ini dipakai nitrogen murni yang diperoleh dari pasaran
umum yang digunakan sebagai gas pendesak untuk menyelidiki proses pendesakan
tercampur dari minyak mentah dan nitrogen.
Gambar dibawah memperlihatkan efek tekanan dan suhu terhadap perolehan
minyak pada injeksi nitrogen tekanan tinggi. Percobaan dilakukan pada tekanan antara
2500-5000 psi dan minyak mentah yang dipakai mempunyai 54.4 oAPI gravity dengan
perbandingan gas-minyak 700 scf/bbl. Sebagai media pendesakan adalah sebuah
“pack” yang linier dengan panjang 40 feet dan suhu berkisar antara 72 oF – 250 oF,
diperoleh minyak hampir 70%. Pada tekanan 4000 psi, dengan 72 oF perolehannya
78% dan pada 150 oF perolehannya 85%. Pada 5000 psi dan suhu berkisar antara 72 oF
– 250 oF, perolehannya sekitar 85% - 92 %.
Gambar 3.27.
Efek Tekanan dan Suhu Pada Perolehan Minyak7
Disini mungkin sekali bahwa miscibilitas dicapai pada beberapa feet terakhir dari
panjang yang dipakai, walaupun total perolehan minyak hanya sekitar 85%. Oleh
McNeese telah ditegaskan bahwa walaupun perolehan minyak hanya 85% pada 123 ft
awal panjang alat yang panjangnya 145 ft, miscibilitas dan perolehan minyak 94%
95
ditemukan pada 22 ft terakhir dari panjang alat. Beberapa sistem pack yang panjang
diperlukan agar miscibilitas dapat tercapai.
Gambar 3.28. menunjukkan efek suhu terhadap perolehan minyak pada injeksi
nitrogen tekanan tinggi, pada sistem yang sama dengan pada percobaan gambar 3.29.
Dari gambar 3.29. telihat bahwa pada tekanan 3000 psi perubahan suhu tidak
mempengaruhi besarnya perolehan minyak. Sedangkan pada tekanan 4000 psi dan
tekanan 5000 psi perolehan minyak naik sejalan dengan bertambahnya suhu sistem.
Gambar 3.28.
Efek Suhu Pada Perolehan Minyak7
Gambar 3.29.
Proses Produksi Flue Gas 17
96
Sarana produksi yang ada biasanya adalah separator tekanan tinggi, separator
tekanan rendah, heater treater, kompressor serta gas plant. Sarana injeksi meliputi
nitrogen plant yaitu instalasi pengolahan yang memproduksi gas nitrogen. Gas N2
yang dihasilkan disalurkan ke kompressor 2000 HP dengan tekanan 80 psig, kemudian
oleh kompressor ini dikirimkan ke kompressor 4500 HP dengan tekanan 1200 psig,
untuk diinjeksikan ke dalam sumur injeksi dengan tekanan antara 8000 psig – 10000
psig.
Pada saat ada tiga macam proses yang dipakai untuk memproduksikan gas inert.
Ketiga proses itu ialah proses flue gas, proses engine exhaust dan proses cyrogenic
yaitu proses pemisahan gas dari udara (air).
Pada proses flue gas, sebagai bahan dasar adalah gas alam yang dimasukkan ke
dalam ketel uap (boiler), dari sini gas yang dihasilkan dialirkan melalui NOx reaktor
untuk membatasi kadar NOx di dalam gas. Kemudian gas dimasukkan ke dalam water
scruber untuk membersihkan uap air dari gas. (lihat gambar 3.29.)
Pada proses gas engine exhaust dihasilkan dari gas sisa pembakaran mesin.
Sebagai bahan dasar sama dengan pada proses flue gas yaitu udara dan gas alam, yaitu
perbandingan tertentu dipakai sebagai bahan bakar mesin. Gas hasil sisa pembakaran
ini sebelum diinjeksikan ke dalam sumur juga dilewatkan melalui NOx, water
separator dan dryers.
Proses cyrogenic nitrogen dimaksudkan untuk memproduksikan nitrogen murni,
yang dipisahkan dari udara. Prosesnya udara dan kompresor disalurkan melalui
separator air, kemudian melalui heat exchange terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
kolom distilasi, dimana gas nitrogen sangat ringan ini akan dihasilkan dari puncak
kolom distilasi ini.
Injeksi kimia dapat dibagi menjadi tiga yaitu injeksi alkalin, injeksi polimer dan
injeksi surfactant.
Gambar 3.30.
Proses Injeksi Alkalin3
98
Gambar 3.31.
Tegangan Antar Muka vs pH untuk Minyak California16
Gambar 3.32.
Tegangan Antarmuka vs Konsentrasi NaOH16
100
injeksi alkalin akan tidak efektif pada batuan yang mempunyai luas permukaan yang
besar seperti batu lempung dan silt.
D. Komposisi Fluida Reservoir
Kandungan kimia pada fluida reservoir dan injeksi air hangat sangat berpengaruh
mekanisme dalam injeksi alkalin.
D.2. Komposisi Minyak
Beberapa hasil pengamatan yang penting sehubungan dengan komposisi minyak
serta pengaruhnya terhadap mekanisme injeksi alkalin dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Famili Hidrokarbon yang Penting
Pada Mekanisme injeksi Alkalin16
102
103
104
105
106
107
108
109
110
cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi mobility ratio water drive dalam reservoir
dan karena itu akan menambah efisiensi recovery.
Gambar 3.47.
Distribusi Injeksi Air Panas18
Zona II :
Minyak ditempat didesak oleh air pada temperatur yang sama.
Saturasi minyak sisa dari zone II sama dengan jika dilakukan injeksi air dingin.
Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah break
112
through air dingin pada sumur produksi, dan kenaikan recovery minyak biasanya
disertai dengan tingginya WOR (water oil ratio).
Gambar 3.48.
Distribusi Saturasi Dan Temperatur Pada Hot Water Drive18
Zona yang terpanasi dan bagian atau bank air yang mendingin akan segera
terakumulasi setelah injeksi air panas dimulai. Bank air yang mendingin secara
kontinyu akan terbentuk di depan zona yang terpanasi, tetapi dengan laju yang lebih
lambat. Hal ini terjadi karena perpindahan panas hampir terjadi seketika dan rasio
113
kapasitas panas air dengan batuan sekitar dua atau tiga unit PV air panas yang harus
diinjeksikan untuk memanaskan satu volume bulk reservoir.
Distribusi temperatur dalam zone yang terpanasi tergantung kepada kehilangan
panas di cap rock dan base rock, tetapi kecepstan leading edge tidak bergantung pada
kehilangan panas. Kecepatan ini berbanding lurus dengan flux air dan tergantung pada
kapasitas panas air dan batuan. Gambar 3.48. menunjukkan distribusi saturasi dan
temperatur pada hot water drive.
Hubungan kecepatan dengan kapasitas panas menurut Dietz adalah sebagai
berikut :
Vtr (1 ) mcm Soroco
1
Vt (1 Sor ) wcw .............................................................
(3.11)
dimana :
cm = kapasitas panas spesific material matrix, kcal/kg.C.
co = kapasitas panas spesific minyak, kcal/kg.C.
cw = kapasitas panas spesific air, kcal/kg.C.
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi.
Vt = kecepatan front temperatur T, m/hari.
Vtr = kecepatan front tracer, m/hari.
m = densitas material matrix, kg/m3.
o = densitas minyak, kg/m3 .
w = densitas air, kg/m3.
= porositas, fraksi.
Pertama kali minyak akan di desak oleh air dingin sebelum front panas sampai.
Air panas akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small fingers)
sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold water drive sebab hot
water kurang viscous dibandingkan dengan cold water tetapi hakekatnya masih
mendorong minyak dingin. Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari hot
water channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara konduksi. Hal ini
akan mengurangi viscositas minyak dan meningkatkan efek water drive.
114
Dalam hot water channels, temperatur yang lebih tinggi akan mengurangi
oil/water viscosity ratio. Akibatnya pendeskan lebih efektif dan saturasi minyak yang
tersisa lebih rendah pada bagian yang tersapu dari lapisan minyak.
Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah
breakthrough air dingin pada sumur produksi, dan kenaikkan recovery minyak
biasanya disertai dengan tingginya WOR (water oil ratio).
4. Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi sand yang
tipis.
Pada tabel 3.5. diberikan sifat-sifat uap untuk berbagai tekanan dan temperatur.
Tabel 3.5
Sisat-Sifat Uap3
116
Tidak ada kehilangan panas ke dalan zone liquid di depan front kondensasi
B. Model Willman et al
Hampir sama dengan model Marx dan Langenheim. Model ini menghitung
ukuran daerah penyapuan pada suatu waktu sejak permulaan injeksi uap. Untuk
memprediksi perolehan minyak digunakan model saturasi Buckley-Leverett.
Willman juga melakukan studi percobaan untuk memperkirakan kelakuan
lapangan pada proses injeksi panas. Kesimpulan yang didapat adalah :
Injeksi uap memiliki perolehan minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan
injeksi air biasa.
Perolehan meningkat karena adanya penurunan viskositas dan ekspansi panas
minyak.
Injeksi digunakan khususnya untuk minyak kental karena dapat menurunkan
perbandingan viskositas minyak-air dengan tajam.
Perolehan dengan injeksi uap lebih tinggi dibandingkan dengan injeksi air panas.
Minyak terproduksi sesaat sebelum uap breakthrough memiliki API yang lebih
rendah dibandingkan dengan OOIP karena distilasi uap.
Prosentase peningkatan dalam perolehan minyak dengan tekanan dan temperatur
uap tinggi lebih rendah dibandingkan dengan prosentase peningkatan dalam panas
yang diperlukan untuk meningkatkan temperatur uap tersaturasi tekanan tinggi
Saturasi minyak sisa setelah injeksi uap tidak tergantung saturasi minyak awal.
Massa air yang dibutuhkan dalam bentuk uap untuk memanasi reservoir lebih
kecil daripada jika air diinjeksikan dalam bentuk cairan.
Untuk meminimalkan panas yang dibutuhkan, laju injeksi harus tinggi, pola
injeksi harus kecil dan formasi harus tebal.
Jika saturasi minyak awal tinggi, perolehan minyak tiap bbl uap yang diinjeksi
juga akan tinggi.
Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan pendesakan air.
Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap diiinjeksikan secara terus menerus melalui
sumur injeksi dan minyak yang didesak dan diproduksikan melalui sumur lain yang
berdekatan. Uap yang diinjeksikan akan membebtuk suatu zona jenuh uap (steam
saturated zone) disekitar sumur injeksi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah
ini.
Gambar 3.49.
Diagram Skematik Injeksi Uap
Dan Distribusi Temperatur Formasi
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang diinjeksikan.
Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang secara kontinyu
disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari sumur (tergantung dari
temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan), uap akan mencair dan
membentuk hot water bank. Pada zona uap, minyak tergiring oleh distilasi dan
pendorongan uap. Pada hot water, perubahan sifat-sifat fisik minyak dan batuan
reservoir mempengaruhi dan menghasilkan perolehan minyak. Perubahan tersebut
adalah ekspansi panas dari minyak, penurunan viskositas dan saturasi minyak sisa dan
merubah permeabilitas relatif.
119
Gambar 3.50.
Hasil Percobaan Injeksi Uap Pada Pola
Five Spot 17
Bila viskositas minyak dan
temperatur uap semakin tinggi maka
sweep efficiency-nya akan bertambah kecil.
120
121
122
123
124
125
126
127
128
Tabel 3.6.
Screening Criteria Untuk Injeksi Mikroba17
129
130
131
132
133