SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan dan mencapai gelar sarjana kedokteran gigi
Oleh
Nurdiana Setyani
NIM 071610101040
BAGIAN BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSTAS JEMBER
2012
JUMLAH LIMFOSIT PADA MENCIT YANG DIBERI KONSUMSI EKSTRAK
ALKOHOL DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juzz)
DAN DI INDUKSI OVALBUMIN
SKRIPSI
Oleh
Nurdiana Setyani
NIM 071610101040
BAGIAN BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSTAS JEMBER
2012
i
PERSEMBAHAN
2. Agamaku tercinta,
4. Guru dan dosenku sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, yang telah
memberikan ilmu dan membimbingku,
ii
MOTO
Kesempatan tidak datang dua kali, manfaatkan semua kesempatan untuk meraih
apa yang menjadi keyakinanmu.
(Anonim)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. Al-Baqarah 216)
iii
PERNYATAAN
NIM : 071610101040
Jumlah Limfosit pada Mencit yang Diberi Ekstrak Alkohol Daun Mimba
(Azadirachta idica A. Juzz ) dan Diinduksi Ovalbumin adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum
pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
dikemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar.
Nurdiana Setyani
NIM. 071610101040
iv
SKRIPSI
Oleh:
Nurdiana Setyani
071610101040
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Dr., drg., I Dewa Ayu Ratna Dewanti, M.Si Dosen
Pembimbing Anggota : Tri Handoyo, S.P., Ph.D
v
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Jumlah Limfosit pada Mencit yang Diberi Ekstrak Alkohol Daun
Mimba (Azadirachta indica A. Juzz) dan Diinduksi Ovalbumin telah diuji dan disahkan
oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Februari 2012
Tempat : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Tim Penguji,
Ketua
(Dosen Pembimbing Utama)
Anggota I Anggota II
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
vi
RINGKASAN
Skripsi berjudul Jumlah Limfosit pada Mencit yang Diberi Ekstrak Alkohol
Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juzz) dan Diinduksi Ovalbumin; Nurdiana
Setyani 071610101040; 2012; 46 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Tanaman mimba (Azadirachta indica Juzz), secara empiris telah dikenal oleh
masyarakat sebagai salah satu obat tradisional yang dapat mengatasi berbagai macam
penyakit, seperti : cacingan, kudis, malaria, infeksi jamur dan alergi. Fenomena ini
menunjukkan bahwa mimba mengandung komponen imunomodulator yang dapat
memodulasi respons imun. Penelitian dilakukan pada mencit yang diinduksi alergi
setelah diberi ekstrak daun Mimba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah limfosit pada mukosa mulut
mencit yang diberi ekstrak daun mimba dan diinduksi ovalbumin. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental laboratoris, rancangan penelitian post test only
control group design yang dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Negeri Jember. Daun mimba diekstrak menggunakan pelarut alkohol.
Penelitian ini menggunakan 45 ekor mencit kemudian dibagi menjadi 5 kelompok.
Kelompok kontrol (KO) yang tidak diberi perlakuan dan kelompok perlakuan yang
terdiri dari; KP1 yang diinjeksi ovalbumin pada mukosa mulut 1 ml, KP2 yang diberi
ekstrak cair daun mimba 50 mg/kg/hari dan setelah hari ke 21 diinjeksi ovalbumin pada
mukosa mulut 1 ml, KP3 yang diberi cair daun mimba 100 mg/kg/hari dan setelah hari
ke 21 diinjeksi ovalbumin pada mukosa mulut 1 ml, KP4 yang diberi cair daun mimba
200 mg/kg/hari dan setelah hari ke 21 diinjeksi ovalbumin pada mukosa mulut 1 ml .
Masing-masing kelompok dilakukan pengamatan pada darah dilihat dari dari jumlah
limfosit di mukosa mulut mencit pada jam ke 6, jam ke 24 dan hari ke 7.
Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa besarnya perbedaan pemberian jumlah
dosis yang kecil tidak berpengaruh pada jumlah limfosit.
vii
PRAKATA
Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Jumlah Limfosit pada Mencit yang
Diberi Ekstrak Alkohol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juzz) dan Diinduksi
Ovalbumin. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat.
1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
2. Dr., drg., I. Dewa Ayu Ratna Dewanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta semangat sampai terselesaikan
skripsi ini.
3. Tri Handoyo, S.P., Ph.D selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah member-
kan bimbingan dan arahan serta semangat sampai terselesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Staf dan Teknisi Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Negeri Jember.
5. Kedua orang tuaku, Bapak Dr. Ir. H. Moh. Setyo Poerwoko, MS dan Ibu Ir. Hj.
Nurul Sjamsijah, MP yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang
terbaik demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Kakakku dr. Novita Nuraini. Adikku Nurlita Yanuarni, Nur Alfianti Putri yang
menjadi kebanggaan dan dan kebahagiaanku selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang merupakan rekan penelitian saya yaitu Nova dan
Yulia, terimakasih atas kerjasamanya.
8. Sahabat-sahabatku yang telah memberi dukungan dan menemaniku dalam suka dan
duka yaitu Dani, Nova, Desi, Dhita, Ria, Shofa.
9. Teman-teman seangkatan di FKG Universitas Negeri Jember
viii
10 Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua dan merupakan sumbangsih berharga bagi khasanah ilmu penge-
tahuan, terutama dibidang Kedokteran Gigi.
Jember, Februari 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Bab 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………. 3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………….................... 3
x
3.3 Alat dan Bahan…………………………………………….. 23
3.3.1 Alat Peneltian………………………………………... 23
3.3.2 Bahan Penelitian…………………………………….. 23
3.4 Definisi Operasional………………………………………. 24
3.4.1 Ekstrak Daun Mimba………………………………… 24
3.4.2 Ovalbumin …………………………………………… 24
3.4.3 Jumlah Limfosit ……………………………………… 24
3.5 Variabel Penelitian………………………………………… 24
3.5.1 Variabel Bebas……………………………………… 24
3.5.2 Variabel Terikat……………………………………… 24
3.5.3 Variabel Terkendali………………………………… 25
3.6 Sampel……………………………………………………… 25
3.6.1 Populasi Penelitian……………………………………. 25
3.6.2 Sampel Penelitian…………………………………….. 25
3.7 Prosedur Penelitian………………………………………… 26
3.7.1 Tahap Persiapan………………………………………. 26
3.7.2 Tahap Pembuatan Ekstrak Daun Mimba……………… 26
3.7.3 Tahap Pengelompokan dan Perlakuan Sampel………. 27
3.7.4 Pemberian Ekstrak Alkohol Daun Mimba pada Mencit 27
3.7.5 Injeksi Ovalbumin…………………………………… 27
3.7.6 Pemeriksaan Jumlah Limfosit………………………… 28
3.7.7 Pembuatan Sediaan Hapusan Darah………………… 28
3.7.8 Pewarnaan Sediaan Hapusan Darah………………… 28
3.8 Analisa Statistik…………………………………………… 29
3.9 Alur Penelitian…………………………………………….. 30
DAFTAR BACAAN……………………………………………………….. 37
LAMPIRAN………………………………………………………………...
40
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Hasil Penghitungan Rata-Rata Jumlah Sel Limfosit pada Mencit yang 31
Diberi Ekstrak Alkohol Daun Mimba (A. indica) dan Diinduksi
Ovalbumin Selama 21 Hari…………………………………………...
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Daun Mimba…………………………………………………………. 5
xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
menyebabkan turunnya berat badan. Obat-obat antialergi yang ada hanya mengatasi
alergi sesaat, untuk kemudian alergi akan kambuh kembali. Permasalahan yang
timbul dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah belum ditemukannya obat yang
poten untuk mengatasi alergi serta dengan efek samping minimal. Penelitian oleh
pengusul sebelumnya membuktikan daun mimba dapat memodulasi respons imun. Di
sisi lain penelitian tentang modulasi ekstrak alkoholdaun mimba terhadap alergi di
rongga mulut belum pernah dilaporkan.
Gangguan kesehatan mulut atau kesehatan gigi sering terjadi pada penderita
alergi yaitu nyeri gigi, ngilu atau bengkak pada gusi atau gigi, gigi berwarna kuning
kecoklatan, karies gigi, gusi mudah bengkak/berdarah, uleserasi, kemerahan.
Penyebabnya dapat berupa makanan, obat-obatan kedokteran gigi (anastesi). Gejala
dari alergi obat anastesi adalah tanda nadi cepat, tensi turun, perasaan gelisah. Salah
satu alergi yang harus diwaspadai oleh dokter gigi adalah kejadian anafilaktik shock
yang disebabkan obat anastesi.
Tanaman Mimba (Azadirachta indica Juss), secara empiris telah dikenal oleh
masyarakat sebagai salah satu obat tradisional yang dapat mengatasi berbagai macam
penyakit, seperti: cacingan, kudis, malaria, infeksi jamur dan alergi. Fenomena ini
menunjukkan bahwa mimba mengandung komponen imunomodulator yang dapat
memodulasi respon imun. Penelitian dilakukan padamencit yang diinduksi alergi
setelah diberi ekstrak daun mimba (Roitt et al.,1994; Galli et al., 1999).
Alasan menggunakan sel limfosit dikarenakan jika alergen masuk ke dalam
tubuh, maka sel limfosit yang paling berperan. Limfosit merupakan kunci dari sistem
pertahanan tubuh, maksudnya limfosit merupakan garis pertahanan tubuh. Limfosit
merespon terhadap kontak dengan mikroba dengan cara membangkitkan respon
kekebalan yang efisien dan selektif yang bekerja di seluruh tubuh untuk
mengeluarkan suatu benda asing (Chambell, Neil A), Sel limfosit tersebut melawan
alergen yang masuk dengan cara meningkatkan jumlah sel limfosit, sehingga jika ada
alergen masuk dalam tubuh maka sel limfosit akan memperbanyak diri berubah
3
menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi untuk melawan alergen yang masuk
tersebut. Pemberian daun mimba, maka diharapkan sel limfosit tersebut akan turun.
Menggunakan ekstrak alkohol daun mimba dikarenakan dalam penelitian ini
mengambil sari daun mimba, sehingga komponen galic acid, catechin, epicatechin
tetap berada dalam ekstrak. Jika dengan perasan daun mimba, maka komponen dari
daun mimba akan hilang.
Pemberian ekstrak alkohol daun mimba selama 21 hari mengikuti penelitian
sebelumnya (Ray, 1996). Karena dengan pemberian mimba 21 hari, sudah dapat
terlihat efek limfosit.
Bagaimana jumlah limfosit pada hapusan darah mukosa mulut mencit yang
diberi ekstrak alkohol daun mimba (A. indica, Juzz) dan diinduksi ovalbumin?
Mengetahui jumlah limfosit pada hapusan darah mukosa mulut mencit yang
diberi ekstrak alkohol daun mimba (A. indica, Juzz) dan diinduksi ovalbumin.
2.1.1 Morfologi
Tanaman mimba tersebar di seluruh penjuru Indonesia, hal ini dapat dilihat
dari beragamnya nama-nama daerah tumbuhan ini. Misalnya: imba, mimbo,
mimba (Jawa); intara (Bali); meupleuh (Madura); mambu (Melayu). Adapun ciri-
ciri mimba (Ketkat 1975; Djamin and Ginting, 1991) adalah sebagai berikut.
Daun Mimba
Daun mimba merupakan daun majemuk yang tersusun saling berhadapan di
petiol atau tangkai daun. Bentuknya lonjong dengan tepi bergerigi. Ujung daun
lancip, sedangkan pangkal daun meruncing. Susunan tulang daun mimba
menyirip. Lebar daun mimba sekitar 2 cm dan panjang 5 cm. Bentuk daun mimba
memiliki kemiripan dengan daun mindi (Melia azedarach). Namun daun mindi
memiliki petiolus atau anak tangkai daun dan letak daun utamanya tersusun
5
simetris. Sementara itu helaian daun mimba tidak terbelah simetris (Sukrasno,
2003). Daun-daun tua gugur pada bulan Februari dan Maret.
Sodium nimbidate
Nimbin Daun, kulit batang
Nimbolid Biji Anti-inflamasi
Gedunin Minyak biji Spermisidal
Azadirachtin Minyak biji Antibakteri, antimalaria
Mahmodin Antijamur, antimalaria
Galic acid Kulit batang, daun Antimalaria
Epicatechin, cathecin Kulit batang, daun Antibakteri, imunodulator
Margolon, margolone Daun Antiinflamsi
Isomargolon Kulit batang Imunodulator
Cylic trisulphide, cylic Kulit batang, daun Antibakteri
Tetrasulphide Antijamur
Polisakarida Kulit batang Antiinflamasi
Polisakarida Gla Anti tumor
Polisakarida Glla, Glla Kulit batang Antiinflamasi
NB-II pedoglikan Kulit batang Imunodulator
mimba sudah dicantumkan dalam buku resmi mengenai obat dari bahan alam. Di
beberapa negara seperti India, tanaman mimba digunakan sebagai pencegah
kehamilan karena terbukti dapat mematikan sperma. Begitu juga artikel-artikel
ilmiah terutama dari para penulis India telah banyak mengungkap berbagai
aktivitas farmakologi daun mimba misalnya sebagai antijamur, antivirus, obat
cacing, anti alergi, anti kanker baik in vitro maupun in vivo (Arivazghan et al.,
2000; Fatima et al., 2005).
Mimba (Azadirachta indica juss) yang memiliki kandungan senyawa
azadirachtin, salanine, meliantriole, nimbin, nimbolide, mahmodine, gallic acid,
catechin, epicatechin, margolone, margolonone, isomargolonone, cyclictr-
sulphide, cyclictetrasulphide dan polisakarida bermanfaat sebagai antijamur,
antimalaria, antibakteri, antipiretik dan imunomodulator. Sampai saat ini bagian
tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah daun dan bijinya
(Mirin, 1997; Kardiman, 1999; Biswas etal., 2002). Masyarakat juga memanfaat-
kan khasiat mimbadengan cara meminum rebusan atau perasan daun mimba untuk
mengobati berbagai macam penyakit, seperti cacingan, kudis,malaria, infeksi
jamur dan mengatasi alergi (Ganguli, 2002; Goel and Sairam, 2002). Selain itu
masyarakat India memanfaatkan daun dan biji mimba sebagai obat nyamuk
dengan cara menumbuk dan mongoleskannya pada tubuh. Serabut mimba juga
dimanfaatkan untuk membersihkan dan memutihkan gigi. Di bidang pertanian,
mimba dapat digunakan sebagai insektisida, antipatogen dan fungisida alami yang
terbukti aman bagi manusia dan hewan (Dang et al., 2003; Sukrasno, 2003).
2.1.4 Efek Imunologis Mimba
Efek imunologis mimba sudah dapat diketahui dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan. Mimba dapat memodulasi PMN, Limfosit, Monosit dan
Makrofag sehingga mempengaruhi aktivitas fagositosis. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui mimba dapat memodulasi respon imunitas alami, seluler dan
humoral (Upadhayay etal., 1992; Sairam et al., 1997; Sastrodiharjo, 1998).
Beberapa penelitian yang membuktikan efek imunomodulator mimba antara lain
oleh Ray et al. (1996) menyebutkan mimba dapat memodulasi respon imun
8
seluler dan humoral pada mencit yang diimunisasi dengan ovalbumin. Modulasi
respon imun humoral tersebut meliputi peningkatan level Ig G, Ig M, titer antibodi
anti-ovalbumin.
2.3 Alergi
Definisi alergi yang pertama kali dikemukakan oleh Von Pirquet adalah
suatu istilah yang merujuk pada semua bentuk perubahan reaktifitas sistem imun
yang disebabkan oleh stimulasi antigen yang selain menghasilkan respon
melindungi tubuh host (imunitas) juga dapat menimbulkan respon yang
merugikan bagi antigen (hipersensitivitas). Dahulu istilah alergi dipakai untuk
menggambarkan semua manifestasi sistem imun baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan bagi tubuh, akan tetapi saat ini istilah yang dipakai untuk
menggambarkan manifestasi sistem imun untuk melawan antigen asing maupun
self antigen yang dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan tubuh disebut
respon imun. Sedangkan istilah alergi sendiri khusus dipakai untuk
menggambarkan keadaan respon imun yang membahayakan bagi tubuh (Galli et
al., 1999).
10
Saat ini istilah alergi dibatasi lagi menjadi reaksi alergi yaitu suatu
keadaan yang menggambarkan respon imun terhadap antigen dari lingkungan atau
biasa disebut alergen. Alergen tersebut dapat berupa makanan, obat-obatan, pollen
dan lain lain (Roitt et al., 1994; Galli et al., 1999).
imun normal dan hipersensitivitas tipe I adalah adanya sekresi IgE yang
dihasilkan oleh sel plasma. Antibodi ini akan berikatan dengan respetor Fc pada
permukaan jaringan sel mast dan basofil. Sel mast dan basofil yang dilapisi oleh
IgE akan tersensitisasi (fase sensitisasi). Karena sel B memerlukan waktu untuk
menghasilkan IgE, maka pada kontak pertama, tidak terjadi apa-apa.Waktu yang
diperlukan bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam.
Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk
memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan
berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau
basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen, maka
alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibodi di sel mastosit
atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan
pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder.Mediator primer menyebabkan
eosinofil dan neutrofil serta menstimulasi terjadinya urtikaria, vasodilatasi,
meningkatnya permiabilitas vaskular, Sedangkan mediator sekunder menyebakan
menyebakan peningkatan pelepasan metabolit asam arakidonat (prostaglandin dan
leukotrien) dan protein (sitokin and enzim).
reaksi tipe III melibatkan IgG dan IgM. Perbedaannya adalah bahwa pada reaksi
tipe II antibodi ditujukan kepada antigen yang terdapat pada permukaan sel atau
jaringantertentu, sedangkan pada reaksi tipe III antibodi ditujukan kepada antigen
yang terlarut dalam serum. Jadi pada reaksi tipe II, antibodi dalam serum bereaksi
dengan antigen yang berada pada permukaan suatu sel atau yang merupakan
komponen membran sel tertentu yang menampilkan antigen bersangkutan.
Seringkali suatu substansi berupa mikroba dan molekul-molekul kecil lain
atau hapten, melekat pada permukaan sel dan bersifat sebagai antigen. Pada
umumnya antibodi yang ditujukan kepada antigen permukaan sel bersifat
patogenik, karena kompleks antigen-antibodi pada permukaan sel sasaran akan
dihancurkan oleh sel efektor, misalnya oleh makrofag maupun oleh neutrofil dan
monosit, atau limfosit T-sitotoksik dan sel NK sehingga ada kemungkinan
menyebabkan kerusakan sel itu sendiri. Pada keadaan ini sulit membedakan antara
reaksi imun yang normal dengan reaksi hipersensitivitas.
1. Dampak kombinasi infeksi kronis yang ringan dengan respons antibodi yang
lemah, menimbulkan pembentukan kompleks imun kronis yang dapat
mengendap di berbagai jaringan.
2. Komplikasi dari penyakit autoimun dengan pembentukan autoantibodi secara
terus menerus yang berikatan dengan jaringan.
3. Kompleks imun terbentuk pada permukaan tubuh, misalnya dalam paru-paru,
akibat terhirupnya antigen secara berulang kali.
2.4 Limfosit
Limfosit adalah sel berinti satu dalam darah perifer. Limfosit berbentuk
bulatan oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang
mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti menyerupai pengelompokan
jala-jala yang mempunyai hubungan ke dalam. Limfosit ukurannya berbeda-beda
yang kecil sampai yang besar seukuran granulosit (Price and Wilson, 1995).
Barangkali perbedaan ukuran merupakan segi yang yang paling tidak penting
pada heterogenitas limfosit. Sel-sel limfosit berbeda satu dengan yang lainnya
dalam hal proses perkembangannya, siklus hidupnya, masing-masing mengalir
melalui jalur yang berbeda dalam tubuh, memiliki sifat permukaan yang
berlainan dan yang paling penting memiliki fungsi yang berlainan (Price and
Wilson, 1995).
15
1. Limfosit-T
Limfosit-T timbul dari dalam sel induk sumsum tulang yang bermigrasi di
timus. Kemudian berdiferensiasi menjadi sel-T dewasa dan meninggalkan timus.
Sel-T matur ikut aliran darah dan aliran limfe dan juga berada di jaringan limfoid
perifer (Robbins dan Kumar, 1995).
Sel-T juga bertanggung jawab terhadap reaksi imun seluler dan mempunyai
reseptor permukaan spesifik untuk mengenali antigen. Sel T yang diaktifkan
mempunyai sedikit retikulum endoplasma kasar, tetapi penuh ribosom bebas
(Leeson et al., 1996).
2. Limfosit B
Jumlah limfosit B dalam total limfosit normal pada manusia adalah sekitar
15%. Nilai limfosit B mendapat rangsangan yang sesuai, akan membelah diri
beberapa kali dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dalam jaringan dan
menghasilkan immunoglobulin (Jonquira et al., 1997). Limfosit B terdiri atas sel-
sel khusus penghasil antibodi (Robbins dan Kumar, 1995).
Sedangkan menurut Lessonet al. (1995), limfosit ini bertugas untuk
memproduksi antibodi(humoral antibody response) yang beredar dalam peredaran
darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing-diikat antibodi (antibody-
coated foreign antigen). Kompleks ini mempertinggi kemampuan fagositosis dan
penghancuran oleh sel pembunuh (Nature Killer cell atau NK cell) dari organisme
yang menyerang.
b. Limfosit Besar
Limfosit besar memiliki inti yang sedikit lebih besar dari limfosit kecil.
Intinya bulat atau bengkok kecil pada salah satu sisinya. Pada mulanya sangat
sulit membedakan limfosit kecil dan monosit, yang sepintas agak mirip. Namun
pada umumnya limfosit besar pada umumnya sedikit lebih kecil dari monosit dan
jumlah sitoplasmanya tidak sebanyak pada monosit, dan meskipun intinya
mungkin berlekuku kecil, tidak pernah berbentuk ginjal seperti pada monosit. Di
lain pihak, bila dibandingkan dengan limfosit kecil, limfosit besar memiliki lebih
banyak sitoplasma dan tingkat basofilia sitoplasma yang seimbang.
17
dan tidak mempunyai ciri sel limfoid dari sistem imun spesifik, sehingga disebut
sel non B non T (sel NBNT) atau sel populasi ketiga. Sel NK dapat
menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Fagosit atau
Makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun nonspesifik seluler. Dalam
kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun
spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu kemotaksis,
menangkap, memakan, (fagositosis), membunuh dan mencerna (Gunawan and
Sumadiono, 2007)
ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut
serta dalam contact dermatitis.Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan
makrofag (Abbas, 2000).
Ovalbumin (OVA) merupakan protein utama yang berasal dari putih telur
berupa glikoprotein dengan besar molekul 45.000 dalton. Molekulnya terdiri dari
polipeptida dengan dua atau lebih gugus phospat dengan rantai manosa dan residu
glikosamin (Kang et al., 1999).Sensitivitas dengan ovalbumin baik secara
inhalasi, oral maupun intraperitoneal terbukti dapat merubah kecenderungan
respon imun mencit ke arah Th2. Hal tersebut telah dibuktikan pada banyak
penelitian. Kang et al. (1999), membuktikan bahwa dengan pemberian ovalbumin
secara oral dengan dosis 2,5-250 mg pada mencit jantan selama 4 minggu
menyebabkan terjadinya toleransi respon imun mencit bertahan ke arah Th2
dominan setelah 26 minggu meskipun respon imun terhadap Th1 juga
terbentuk.Hal tersebut juga dibuktikan oleh Morokata et al. (2000), dimana mencit
yang disensitisasi dengan OVA dosis tinggi (lebih dari 50 mikrogram) akan
menyebabkan timbulnya sitokinin Th2 yang ditandai meningkatnya IL-4, IL-5 dan
menurunnya IFN-γ. Pada pemeriksaan paru-paru mencit tersebut dapatkan
infiltrasi eosinofil dalam jumlah tinggi. Penelitian yang dilakukan Akiyana et
al..(2001), membuktikan mencit yang diberi OVA peroral sebanyak 0,1 mg
selama 9 minggu menunjukkan peningkatan produksi IgE spesifik terhadap OVA,
peningkatan respon IgGI, peningkatan serum histamin. Penelitian Saloga et al.
(1993) membuktikan mencit yang disensitisasi OVA dengan cara inhalasi tiap hari
selama 10 hari menunjukkan peningkatan serum IgE dan responsivitas jalan nafas.
Apabila 2 hari kemudian mencit tersebut disuntikkan OVA secara intradermal
kemudian dilakukan tes kulit akan terbentuk wheal yang berarti menunjukkan
adanya reaksi hipersensitivitas cepat. Reaksi positif tersebut dihubungkan dengan
adanya reaksi hipersensitivitas cepat atau rekasi tipe 1. Reaksi positif tersebut
dihubungkan dengan adanya degranulasi sel mast. Saloga et al. (1993) juga
20
Alergen
2.7Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat penurunan jumlah
limfosit hapusan darah dari mukosa mencit yang diinduksi ovalbumin dan diberi
ekstrak alkohol daun mimba.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.4.2 Ovalbumin
Alergen yang digunakan adalah ovalbumin. Ovalbumin merupakan alergen
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi alergi (Sugimoto et al., 1999).
Ovalbumin sebagai bahan yang sering dipakai pada banyak penelitian untuk
mengarahkan respon imun seluler ke arah Th2 dominan dapat diberikan secara
inhalasi, oral, maupun intra peritoneal. Sensitisasi dengan ovalbumin baik secara
inhalasi, oral, maupun intra peritoneal terbukti dapat merubah kecenderungan
respon imun mencit kearah Th2 (Kang et al., 1999; Akiyana et al., 2001; Saloga
et al., 1993). Ovalbumin tersebut dilarutkan dalam PBS, lalu diinjeksi secara
intradermal pada mukosa mulut mencit dengan dosis 1 ml.
3.6 Sampel
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi sampel dan subyek penelitian adalah mencit dewasa muda jantan
berumur 6-12 minggu, sebab mencit pada umur 6-12 minggu dilaporkan dapat
menimbulkan reaksi alergi. Apabila mencit tersebut diinjeksi ovalbumin.
Penentuan jenis kelamin mencit yang dipakai pada penelitian ini perlu dilakukan
karena hormon estrogen, progesteron dan testoteron dapat mempengaruhi respon
imunitas. Pada mencit yang berumur 7 minggu telah terjadi stadium ovulasi yang
waktunya berbeda antar mencit yang satu dengan mencit yang lain sehingga rasio
kadar estrogen dan progesterone pada tiap mencit berbeda-beda. Oleh karena itu
pada penelitian ini dipilih mencit dengan kelamin jantan.
2 2
n z
d2
26
Keterangan :
n = Jumlah sampel penelitian
= Standart deviasi
d = Keslahan yang masih dapat ditoleransi, diasumsikan d =
Z = Konstanta pada tingkat keslahan tertentu, jika α =0,05 maka Z = 1,9
(Daniel, 2005)
Perhitungan
2 2
diekstrak, tidak mengadakan reaksi kimia yang tidak diinginkan dengan substansi
yang diekstrak, tidak toksik (Susilowati,2000). Cara pembuatannya, daun basah
diblender dengan mencampurkan nitrogen cair. Selanjutnya, diberi pelarut alkohol
70 % sebanyak 7 kali berat mimba, setelah itu disaring untuk diambil filtratnya.
Filtrate dioven untuk menghilangkan alkohol dan untuk melarutkan zat yang
bersifat asam, sehingga komponen galic acid, catechin, epicatchin tetap berada
dalam ekstrak.
3.7.7 Pembuatan Sediaan Hapusan Darah (diambil dari mukosa mulut mencit)
Mencit
KO KP 1 KP 2 KP 3 KP 4
Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Rata-Rata Jumlah Sel Limfosit pada Mencit yang
Diberi Ekstrak Alkohol Daun Mimba (Azadirachta indica) dan
Diinduksi Ovalbumin Selama 21 hari.
Jam ke 6 4 80 166 61 44 37
Pada Tabel 4.1 terlihat jumlah limfosit pada kelima kelompok mencit
terdapat perbedaan pada pengambilan sampel jam ke 6, jam ke 24, dan hari ke 7.
Perbedaan tersebut terlihat dari mencit yang diberi perlakuan dengan mencit yang
tidak diberi perlakuan. Bahwa jumlah limfosit yang diberi ekstrak daun mimba
terlebih dahulu lalu diinjeksi alergen, jumlah limfosit menurun dibandingkan yang
langsung diinjeksi alergen.
32
70
60 53.75
50 39.75 39.75 39.00
40 33.33
30
20
10
0
K0 K1 K2 K3 K4
Gambar 4.1 Diagram Batang Jumlah Hasil Penghitungan Sel Limfosit pada
Mencit yang Diberi Ekstrak Alkohol Daun Mimba (Aradirachta
indica) dan Diinduksi Ovalbumin Selama 21 hari.
Pada Gambar 4.1 terlihat jumlah limfosit yang tertinggi pada KP1, dimana
mencit hanya diberi alergen ovalbumin tanpa diberi ekstrak daun mimba dengan
jumlah limfosit pada KP1 adalah 53,75 sel. Pada KO merupakan kelompok kontrol
yaitu tidak diberi perlakuan injeksi ovalbumin dan tidak diberi ekstrak daun
mimba, dengan jumlah limfosit 39,75 sel. Sedangkan pada KP2 yang diberi
konsumsi ekstrak daun mimba konsentrasi 50 mg/kg/hari, kemudian pada hari ke
21 mulai diinjeksi alergen ovalbumin pada submukosa memiliki jumlah limfosit
33
39,75 sel. KP3 diberi konsumsi ekstrak daun mimba konsentrasi 100 mg/kg/hari,
kemudian pada hari ke 21 mulai diinjeksi alergen ovalbumin pada submukosa
memiliki jumlah limfosit 33,33 sel. KP4 diberi konsumsi ekstrak daun mimba
konsentrasi 200 mg/kg/hari, kemudian pada hari ke 21 mulai diinjeksi alergen
ovalbumin pada submukosa memiliki jumlah limfosit 39,00 sel. Dari grafik diatas
terlihat bahwa pada KP3 jumlah limfosit menurun, yaitu mencit diinjeksi alergen
yang sebelumnya diberi ekstrak daun mimba 100 mg/hari/bb. Hal ini membukti-
kan bahwa besarnya perbedaan pemberian jumlah dosis yang kecil tidak berpeng-
aruh pada jumlah limfosit.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian jumlah limfosit pada kelima kelompok
penelitian dapat dilihat dari tiap kelompok terjadi penurunan jumlah limfosit
hapusan darah dari mukosa mencit yang diinduksi ovalbumin dan diberi ekstrak
alkohol daun mimba. Saat pengambilan jam ke 6, jam ke 24 dan hari ke 7. Jumlah
limfosit meningkat pada hari ke 7 dikarenakan masa hidup limfosit dalam
34
sirkulasi yaitu masa hidupnya dapat berbulan-bulan karena siklus hidup limfosit
untuk kemudian masuk ke dalam jaringan (Irani, 2002). Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa ovalbumin yang diberikan pada mencit subset sel T akan
bergerak ke arah Th2, di sisi lain juga ditandai dengan meningkatnya IL-4 yang
dapat meningkatkan produksi limfosit.
Penurunan ini dapat distimulasi oleh adanya daun mimba. Pada penderita
alergi biasanya sel T akan berkembang ke arah Th2 dominan. Sel T ke arah Th2
dominan ditandai dari meningkatnya IL-4, IL-5, IL-10. Dan perkembangan sel T
regenerasi ditandai dari meningkatnya CD-4 dan CD-5 kemudian menghasilkan
IL-10. IL-4 yang diproduksi Th2 (B cell) akan bertindak sebagai sitokinin yang
menginduksi aktivasi dan diferensiasi sel. Sehingga memacu produksi IgE yang
banyak terjadi pada penderita alergi. Kehadiran antigen transmukosa pada level
yang sangat rendah merupakan cara yang sangat efisien menginduksi respon IgE
yang dipacu oleh Th2. Produksi antibodi IgE memerlukan bantuan Th2 yang
mensekresi IL-4 dan IL-13. Peran Th2 dapat dihambat oleh Th1 yang
memproduksi interferon-γ (IFN- γ). Presentasi antigen pada dosis yang sangat
rendah akan memungkinkan terjadinya aktivasi Th2 dan tidak menyebabkan
aktivasi Th1, dan banyak alergen yang masuk sistem respirasi dengan dosis yang
sangat rendah. Daun mimba sendiri telah terbukti dalam berbagai penelitian
memiliki potensi daun mimba sebagai imunostimulator yakni meningkatkan
derajat imunitas Respon sel T terhadap antigen bersifat sangat spesifik, sama
seperti respon antibodi dalam melakukan pertahanan terhadap infeksi. Limfosit
akan berespon terhadap antigen hanya bila antigen berikatan dengan molekul
spesifik yang dikenal dengan protein MHC pada permukaan sel yang
menampilkan antigen (antigen-presenting cell) di dalam jaringan limfoid. Tiga
tipe antigen- presenting cell yang utama adalah makrofag, limfosit B, dan
dendritik.Sel dendritik, antigen-presenting cell yang paling berpengaruh, ada di
seluruh tubuh.Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T
pembantu. Sel T pembunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul
kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan
pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut
35
memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Ketiga, subtipe minor adalah sel T γδ
yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC (Guyton and Hall,
2008). Sel B (limfosit) menghasilkan sitokin dan kemokin (seperti terlihat pada
Gambar 2.15).
Pada KP1, dimana mencit hanya diinjeksi alergen yaitu ovalbumin tanpa
diberi konsumsi ekstrak daun mimba membuktikan bahwa jumlah limfosit lebih
banyak dibandingkan jumlah limfosit pada KP2, KP3, dan KP4 yang diberi ekstrak
daun mimba sebelum diinjeksi alergen. Dan K0 yang tidak diberi perlakuan
apapun.Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ada aktivitas
Th2.
DC MHC II Th2
IL-4
Daun Mimba
Th
limfosit
B cell
OVA
Respon alergi Ig E sitokin kemokin
menurun
Gambar 2.7 Mekanisme penghambatan reaksi alergi oleh daun mimba (Setyani, 2012)
Keterangan:
Terjadi penghambatan =
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa ekstrak alkohol daun mimba menurunkan jumlah limfosit pada mukosa
mulut mencit yang diinduksi ovalbumin dan diberi konsumsi ekstrak alkohol
daun mimba. Namun demikian, besarnya perbedaan pemberian jumlah dosis yang
kecil tidak berpengaruh pada jumlah limfosit.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak jumlah
sampel, menambah waktu perlakuan dan menggunakan hewan coba yang
lebih besar, sehingga dapat mengurangi data yang bias dan perubahan sel
limfosit dapat terlihat jelas.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas sel-sel limfosit dan mediator
kimia yang berperan dalam reaksi alergi selain limfosit
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jumlah sel limfosit yang diberi
ekstrak alkohol daun mimba dilihat dari faktor waktu pengambilan sampel
limfosit.
DAFTAR BACAAN
Abbas AK, Lichtman AH, and Pober JS. 2000. Celluler and Moleculer
Immunology, 4th Ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia. Pp: 91, 110,
111, 150, 203, 236, 262-263, 276, 277, 303, 332.
Akiyana H, Teshima R, Sakushima. 2001. Jl. Xamination of oral sensization with
ovalbumin in Brown Norway rats and thr strains mice. Immunol Lett 2001
Aug 1; 78(1):1-5.
Arivazhagan, S., Balasenthil, S. & Nagini, S. 2000. Garlic and neem leaf
exracts enhance hepatic glutathione and glutathione dependent enzyme
duringN-methyl-N-nitro-N-nitrosoguaine (MNNG-induced gastrict carsino-
genesis in rats. Phytotheraphy Research. Pubmed On-line, Juni 2000 14 (4):
291-293.
Badam, L., Joshi, S. P. & Bedekar, S. S. 1999. Invitro Antiviral Activity of Neem
(Azadirachta indica A. Juss) Leaf Exktract Against Group B
Coxsackieviruses. The Journal of Communicable Disease. 31 (2):79-90.
Biswas.2002.Biological Activities and Medical Properties of Neem(Azadirachta
Indica).Current Science.82(11): 80-86.
Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Edisi 9. Alih Bahasa Jan Tambajong.
“Ham’s Histology”. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dang 2003. Kava root (Piper methysticum, L.) as a potential natural herbicide
and fungicide.Journal Crop Protection. 22 (6): 837-881.
Dewanti Ratna, 2008. Efek Ekstrak Cair Daun Mimba terhadap Fagositosis
Makrofag pada Tikus yang Diinokulasi Candida albicans. Disertasi.
Pascasarjana: Universitas Airlangga, Surabaya.
Fatima. 2005. In vitro Assessment of Anti-Cutaneous Leishmaniasis Activity of
Some Sudanse Plants.Turkiye Parazitoloji Dergisi 29 (1):3-6.
Fornswort, N. R., 1966, Biological and Phytomical Screening of Plant,J., Pharm.
Sci. 55 (3):225-276.
Ganguli, S. 2002. Neem : A tharepeutic for All seasons.Current Science. 82
(11):73-85.
Goel, R. K. and Sairam, K. 2002. Anti Ulcer drugs from indigeneous source with
emphasis on musa sapientum, tamrabhasma, asparagus racemous and
zingiber officinale. Indian Journal of Pharmacology.
38
Grainage and Salem. 1987. Handbook of Plant with Pest control Properties. John
Willey and Sons : New York.
Harsini, Widjojono. 2008. Penggunaan Obat di Bidang Kedokteran Gigi, Majalah
Kedokteran Gigi.UGM.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., & Kelley, R.O. 1997. Histologi dasar. Edisi 8. Alih
Bahasa Jan Tambajong. Jakarta: EGC.
Kang B, Kim KM, Kang CY. 1999. Oral tolerance by high OVA in BALB/C mic
is more pronounced and persistent in th2-medited immune responses than
th1 responses. J. Immunobiology. 200:264-76.
Kardiman,1999. “Pestisida Hayati : Ramuan dan Aplikasi”. Jakarta : Penebar
Swadaya
Kardinan,Agus.Taryoto.2003.Tanaman Obat Penggempur Kanker.Edisi
9.Jakarta:EGC.
Leeson, C. Roland, Thomas S. Lesson and Anthony A Paparo. 1996. Buku Ajar
Histologi. Penerjemah S. Koesparti Siswojo dkk, Penyunting Jan
Tambajong and Sugito W. Judul asli: Textbook of Histologi. Jakarta: EGC.
Morokata T, Ishikawa J, Yamada T. 2000. Antigen dose definies T helper and T
helpe 2 responses in the lungs of C57BL/6 and BALB/c mice independently
of splenic responses, Immunol Lett. 72 (2) :119-26.
Mirin, 1997. Pengujian Kemampuan Beberapa pengisida nabati untuk Pengen-
dalian Penyakit Layu Furasium pada Tomat. Jurnal Agrista1 (2) Universitas
Syah Kuala.
Price, S.A and Wilson. 1995. “Clinical Consept of Discase Processes (1994)”.
Terjemahan Peter Augerah. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Edisi 2. Bagian 1. Jakarta: EGC.
Purwanti, D. 2009, Efek Ekstrak Daun Mimba Terhadap Jumlah Koloni Candida
albicans pada Kasus Kandidiasis Vaginalis Tikus Rattus Novergicus.Tesis,
Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Ray, Barnejee B. D. 1996 Modulation of Humoral and cell-mediated immune
responses by Azadirachta indica (Neem) in Mice.Indian Jurnal Exp biology.
34 (7): 77-82.
Rembold, H. 1989. Azadirzchtin : Their Structure and Mode of Action, p.150-163.
In J.T. Arnason, B.J.R.
Ruskin FR editor (1993).Neem: A tree for solving global problems. Report of an
adhoc panel of the board on Science and Technology for International
Development: National Research Council. National Academy Press (2 nd
Printing) Washington DC.
39
Jam ke 7
KO KP1 KP2 KP3 KP4
20 48 14 17 8
27 45 11 14 8
20 42 14 7 9
13 31 22 6 12
Jam ke 24
KO KP1 KP2 KP3 KP4
50 51 55 66 43
59 54 46 70 46
39 64 55 57 59
49 53 45 50 45
Hari ke 7
KO KP1 KP2 KP3 KP4
44 58 66 34 52
40 65 55 28 66
50 62 55 21 62
66 72 39 30 58
Signifikasi uji beda Tukey HSD terhadap rerata jumlah limfosit pada kelima
kelompok perlakuan.
43
Homogeneous Subsets
Homogeneous Subsets
A B C
D E
A B
C D
E
F G
A C
H
D I
E
G
F
L M
J K
L
Lampiran A Data Pen
A. ngukuran Ju
umlah Limffosit
Jam ke 7
KO K
KP1 KP2 KP3 KPP4
20 488 14 17 8
27 455 11 14 8
20 422 14 7 9
13 31 22 6 12
Jam ke 24
KO K
KP1 KP2 KP3 P4
KP
50 51 55 66 43
59 544 46 70 46
39 644 55 57 59
49 533 45 50 45
Hari ke 7
KO K
KP1 KP2 KP3 P4
KP
44 588 66 34 52
40 655 55 28 66
50 622 55 21 62
66 722 39 30 58
L
Lampiran B Analisa Data
B. D Penelittian
B Uji Kolm
B.1 mogrov-Sm
mirnov
35
B Uji Bed
B.4 da Tukey HS
SD Perlakuan
H
Homogeneo
ous Subsets
B Uji Bed
B.6 da HSD Wak
ktu
38
H
Homogeneo
ous Subsets
L
Lampiran C Gambar Alat dan Baahan Peneliitian.
C.
A B C
D E
A. Kanddang hewan coba.
B. Neraaca Ohaus.
C. Sondde lambung.
D. Sarunng tangan.
E. Maskker.
39
A B
C D
E
F G
B
A C
H
D I
E
G
F
L M
J K