Integritas Dan Komitmen Gol III PDF
Integritas Dan Komitmen Gol III PDF
DAN KOMITMEN
BAHAN AJAR DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III
Agenda : Integritas
Nama mata diklat : Integritas dan komitmen
Deskripsi singkat : mata diklat ini membahas tentang integritas dan komitmen PNS yang meliputi
kejujuran, kesetiaan akan janji-janji , ketegasan dalam bersikap, serta
kedisiplinan
Hasil Belajar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menunjukkan sikap
perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan berkemampuan
memprioritaskan profesi PNS.
PENDAHULUAN
A. Umum
Menghadapi tantangan arus perkembangan global ke depan, semangat
reformasi dalam pendayagunaan aparatur Negara adalah tuntutan untuk
mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan.
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu keharusan,
karena dengannya penyelenggaraan kekuasaan Negara oleh pemerintah dapat
dilaksanakan secara transparan dan bertanggung jawab (akuntabel).
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata diklat ini membahas tentang integritas PNS yang meliputi kejujuran,
kesetiaan akan janji-janji , ketegasan dalam bersikap, serta kedisiplinan
C. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menunjukkan integritas dan
komitmen sebagai PNS dan berkemampuan memprioritaskan profesi PNS.
E. MATERI POKOK:
1. Pendahuluan
2. Kejujuran
3. Konsistensi
4. Sikap tegas
5. Mencintai profesi
6. penutup
F. MANFAAT
Berbekal hasil belajar pada modul Integritas dan Komitmen ini, peserta mampu
menunjukkan sikap perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan
berkemampuan memprioritaskan profesi PNS.
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN PERTAMA
KEJUJURAN
A. Pengertian
Arti kata “jujur” dalam kamus Purwodarminto disejajarkan dengan “lurus hati”, tidak
bohong. Kejujuran berarti kelurusan hati atau ketulusan hati. Dalam Surat Edaran BKN
nomor 02/SE/80 tentang Petunjuk Pengisian Daftar Penilaian Pekerjaan bahwa pada
umumnya yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah
gunakan wewenang yang diberikan kepadanya.
Jujur adalah suatu sikap yang terpuji, bahkan menjadi tolok ukur kebaikan perilaku
seseorang. Dengan kejujuran seseorang menjadi pribadi yang dapat dipercaya.
Dipercaya melakukan sesuatu pekerjaan, atau dipercaya untuk suatu tanggung jawab
yang kecil ataupun besar, dan dipercaya untuk menyimpan sesuatu rahasia yang
penting, bagi seseorang, kelompok, lembaga, bahkan Negara.
Sikap jujur merupakan salah satu wujud “keutuhan” manusia, menjadi bagian dari
integritas. Yang dapat dipahami dalam sikap jujur yakni kesesuaian antara data, fakta,
kenyataan bahkan ketentuan dan peraturan perundangan yang ada, dengan tindakan,
perbuatan, dan kata-kata yang keluar dan dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap ini dijiwai oleh keluhuran budi dan kedekatan naluriahnya dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
Sikap jujur dapat diwujudkan karena pembawaan lahiriah, yang berarti bahwa
seseorang dilahirkan dengan sifat bawaan jujur. Tetapi kejujuran juga dapat dipelajari
dan dilatih apabila seseorang mau belajar dan dengan tekat mau mencoba
melaksanakannya. Dorongan untuk berperilaku jujur sangat tergantung pada
pemahaman kita tentang betapa fananya manusia, dan juga bagaimana cara menyikapi
akan kehidupan yang serba menantang. Kesadaran akan betapa fana hidup manusia
akan membawa orang menyadari hidup ini sungguh berharga, jangan dicemari oleh hal-
hal yang tidak baik. Sedangkan sikap terhadap kehidupan yang penuh tantangan dan
tawaran duniawi membawa orang kepada konsumerisme yang tiada batas, sehingga
keinginan orang untuk memiliki sesuatu dapat membawanya kepada sikap tidak jujur.
Keinginan akan sesuatu yang akan dimiliki, atau keinginan mempertahankan nilai
kejujuran menentukan kegagalan atau keberhasilan seseorang untuk berperilaku jujur.
Orang yangmenginginkan sesuatu mempunyai dorongan yang kuat seolah
membawanya ke dalam tekanan hidupkehidupan. Keberhasilannya dalam
mengendalikan hatinya untuk mempertahankan kejujuran sangat dipengaruhi oleh
respon orang tersebut terhadap adanya tekanan, baik tekanan dari luar (faktor
eksternal) maupun dari dalam (internal). Seseorang bisa saja melanggar keinginannya
untuk jujur mana kala didesak oleh keinginan-keinginan akan sesuatu yang ada di luar
batas kewenangan atau kemampuannya. Karena itu yang terpenting dalam
mempertahankan kejujuran dalam sikap dan perilakunya adalah kemampuannya untuk
mengutamakan dan mempertahankan nilai kejujuran itu sendiri tanpa terpengaruh oleh
tekanan apapun, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk itu pemahaman akan nilai-
nilai yang terkandung dalam kejujuran itu perlu dipahami secara baik.
1) Terbuka
Kejujuran mengandung makna keterbukaan, tidak menyimpan sesuatu untuk
kepentingannya sendiri. Sesuatu yang menurut kelayakannya bisa disampaikan
seharusnyalah disampaikan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu
dihadapan orang lain, karena penyampaian yang proporsional sangat diperlukan
bagi siapapun yang berhak menerimanya.
2) Bersahaja
Bersahaja dapat diartikan sederhana. Kesederhanaan dalam menyampaikan jati
diri melalui penampilan, ucapan, tindakan dan juga fikiran. Dalam sikap yang
jujur tidak layak untuk melakukan sesuatu yang dibuat-buat, sesuai dengan pribadi
masing-masing, seharusnyalah tampil apa adanya.
Di jaman yang serba global tidak ada lagi batas negara dan budaya. Begitu
besarnya pengaruh luar sehingga semua terbuka untuk ditiru, diserap, dan
diadopsi. Gaya hidup wah sudah menjadi tren. Tidak ada satu orangpun yang
terbebas dari pengaruh tren masa kini. Sandang, papan, pangan, semua serba
masa kini.
Orang yang jujur akan senantiasa berpegang pada keteguhan hati dalam
menyikapi gejolak masa kini. Mengapa harus ikiut-ikut? Kan bukan lahiriah itu
yang penting dalam hidup ini, tetapi ada hal esensial yang kokoh dipertahankan,
yakni hidup yang aman, nyaman, tidak terbeban oleh kebutuhan untuk selalu
berpenampilan trendy, tapi tetap apik dan sopan.
3) Tulus
Segala pekerjaannya dilaksanakan dengan hati yang rela, motifasinya positif tidak
untuk dilihat orang lain atau karena suka atau tidak suka. Keyakinannya sangat
kuat akan adanya kebenaran untuk sesuatu yang dipercayainya mendatangkan
kebaikan.
4) Tertib
Orang yang bersikap jujur akan melakukan sesuatu secara tertib, sesuai aturan
(on track). Kemampuannya untuk mempertahankan nilai kebenaran membuatnya
tidak mengenal kompromi. Sasarannya jelas, yakni tercapainya sesuatu sesuai
aturan atau kebenaran yang ia yakini.
6) Menjauhi kejahatan
Keyakinannya akan kebenaran menuntun orang yang bersikap jujur melakukan
hal yang diyakininya benar. Sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya tidak
akan dilakukan, karena melanggar hakekatnya dalam menegakkan kejujuran.
7) Percaya diri
keyakinannya akan kebenaran menuntunnya kepada suatu kepercayaan bahwa
dirinya dipakai sebagai alat menegakkan kebenaran, dan di luar dirinya belum
tentu meyakini hal yang sama. Karenanya kepercayaan dirinya besar, dan
keyakinannya kuat.
Kunci kejujuran adalah rasa percaya bahwa kehidupannya akan dicukupkan tanpa
harus mengambil yang bukan haknya. Hidupnya bersahaja, sehingga tidak
memerlukan hal yang aneh-aneh yang dianggap trendy. Apa yang diperlukan
terasa cukup, sehingga ia akan selalu pasrah dan menerima yang menjadi haknya,
tentang apa yang menjadi bagiannya. Percaya kepada Sang Pencipta yang akan
mmenuhi kehidupannya.
Sifat jujur tidak peduli terhadap komentar orang lain atas apa yang ia lakukan.
Sikapnya pasif, tidak banyak komentar tentang hal terkini, dan untuk sesuatu yang
berada di luar kewenangannya akan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak
orang lain. Tidak ingin mencampuri urusan orang lain, dan pasrah terhadap
persepsi orang lain terhadap dirinya, walaupun kadang-kadang merugikan nama
baiknya.
Kalau ditanyakan kepada seseorang yang mempunyai sifat jujur, “mengapa harus
jujur” pastilah orang akan berbalik bertanya: ” bukankah memang yang seharusnya
demikian?”. Dan itu berarti bahwa jawaban atas pertanyaan “mengapa harus jujur”,
dikembalikan kepada masing-masing pribadi, apa motivasinya dibalik kejujuran
tersebut. Satu hal yang dapat kita tarik dari makna yang terkandung dalam kejujuran
bahwa kejujuran merupakan cerminan iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha
Esa.
Salah satu kewajiban PNS yang tertuang dalam PP nomor 30 tahun , bahwa PNS
adalah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Ciri orang yang
bertaqwa adalah menjaga perilaku dan tindakannya sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan. Bagaimana orang mengaku bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, tetapi sikap dan perilakunya tidak sesuai dengan yang dikendakiNya. Ini
merupakan sesuatu yang bertolak belakang. Saat ini banyak orang yang mengaku
percaya kepada Tuhan, tetapi dalam sikap dan perilakunya tidak mencerminkan
kepercayaannya tersebut..
Salah satu azas Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah akuntabilitas.
Hal ini menegaskan bahwa setiap tindakan pemerintah harus dipertanggung
jawabkan secara jujur, sesuai kaidah pertanggung jawaban yang benar. Untuk itu
setiap penggunaan sumber daya harus dikelola secara baik, transparan. Kejujuran
mutlak diperlukan agar pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam
dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya.
Satunya kata dan tindakan mengharuskan seorang yang taqwa harus melakukan
perintahNya, salah satunya adalah kejujuran. Dengan analogi terbaliknya, bahwa
orang yang tidak jujur berarti tidak taqwa, beriman kepada sang pencipta. Keimanan
seseorang bukan diukur dari kegiatan keagamaannya, tetapi dari buah-buah
kehidupannya yang dinampakkan dalam sikap dan perilaku antara lain dalam hal
kejujurannya. Sumber dari kejujuran itu adalah rasa Takut akan Tuhan.
Telah diuraikan di atas bahwa kejujuran adalah salah satu kunci keberhasilan
institusi dalam melaksanakan tugasnya, juga keberhasilan masing-masing pribadi
yang terlibat di dalamnya. Jadi dengan kejujuran kita berharap apa yang kita
lakukan senantiasa memberikan hasil yang baik. Mengapa demikian? Karena
dengan kejujuran kita mendapatkan data yang benar, mengelola dan mengolahnya
dengan baik, dan mencari solusi dengan tepat, sehingga permasalahan dapat
diatasi.
Apabila di dalam pelaksanaan tugas institusi tidak ada kejujuran, maka dapat
dibayangkan betapa institusi tersebut berada pada kondisi yang tidak menentu,
karena tidak ada kepercayaan orang terhadap institusi tersebut. Demikian juga
dengan personil yang ada di dalamnya, jika seseorang kedapatan tidak jujur dalam
satu kali saja perbuatan atau kata-katanya, maka orang lain akan memandangnya
sebagai yang tidak dapat dipercaya, dan alangkah sulit mengembalikan
kepercayaan itu. Apalagi kalau itu terjadi pada instusi pemerintah, maka akan
menjadi preseden buruk bagi pemerintahan.
Mendiami tanah, sebagai kiasan dari orang yang dikaruniai usia panjang dan kuasa
atas wilayah yang diberikan kepadanya. Sebagai orang berhikmat, Daud
menyampaikan janji Tuhan tentang akan diberiNya sejahtera bagi kehidupan
seseorang yang memiliki kejujuran. Siapapun yang memiliki sifat jujur akan
memperoleh pemenuhan janji tersebut. Siapa akan mendapatkannya hendaklah ia
mengusahakan sikap jujur dalam hidupnya
Demikian juga dalam kehidupan masyarakat, bahwa salah satu nilai yang
terkandung dalam kejujuran adalah Takut akan Tuhan. Orang yang takut akan
Tuhan senantiasa mengikatkan diri dengan kehendakNya. Segala perbuatannya
selalu dihubungkan dengan perkenan Sang Penciptanya. Oleh karenanya dia akan
bersikap jujur agar setiap usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas maupun
kehidupannya sebagai pribadi, keluarga maupun masyarakat dapat berhasil sesuai
dengan kehendak Tuhan. Dapat dikatakan juga bahwa orang yang takut akan
Tuhan pasti menjaga kehidupannya untuk senantiasa berlaku jujur. Kalau hal ini
dilanggar ada akibat yang harus ditanggungnya, misalnya saja ia kuatir bahwa nanti
Tuhan marah, sehingga dalam kehidupannya mengalami berbagai gangguan.
Dikatakan dalam kitab Nabi Daud bahwa: Korban orang fasik adalah kekejian bagi
Tuhan, tetapi doa orang jujur dikenaNya.
Dari uraian tentang pentingnya kejujuran dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu
yang kita lakukan, baik di dalam institusi, di masyarakat, di rumah dan secara
pribadi sangat diperlukan sikap jujur. Indikasi ketidak jujuran dapat diidentifikasi oleh
adanya:
2. Korupsi
Ada tiga puluh jenis tindakan korupsi sebagaimana diuraikan dalam PP nomor…
tentang pemberantasan korupsi. Dari ke 30 jenis tindakan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
kegiatan yang merugikan keuangan Negara
Suap menyuap
penggelapan dalam jabatan
pemerasan
perbuatan curang
Benturan kepentingan dalam kegiatan pengadaan barang milik Negara
Gratifikasi
Hal tersebut sebagai tindakan melawan hukum yang mengarah pada:
Memperkaya diri dengan cara melawan hukum, merugikan keuangan negara
Menyalah gunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukannya sehingga dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian negara
Menerima hadiah yang karena jabatan atau kewenangannya dapat
mempengaruhi dilakukan atau tidak dilakukannya sesuatu sehingga
bertentangan dengan kewajibannya.
3. Suap
Dalam PP tersebut disebutkan juga bahwa “suap” merupakan bagian dari
tindakan korupsi. Suap adalah tindakan seseorang yang memberikan atau
menjanjikan sesuatu kepada PNS atau penyelenggara Negara dengan maksud
supaya yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
sehingga bertentangan dengan kewajibannya. Demikian juga bagi PNS atau
penyelenggara Negara yang menerima suap, dia telah melakukan tindakan
“korupsi”
4. Pementingan diri
Tindakan seseorang merupakan cerminan dari kehendak hati yang tersembunyi
dan tidak dapat diketahui orang lain. Bisa saja orang mengatakan bahwa dirinya
jujur dan tidak bercela tetapi dari tindakannya dapat diketahui apakah
pernyataannya tersebut benar.
Kejujuran tidak mengarah pada pementingan diri sendiri. Tindakannya hanya
didasarkan pada sesuatu nilai yang diyakini kebenarannya. Sesuatu yang
bernilai jika bermanfaat bagi institusi, dan orang jujur akan mengutamakannya.
Nilai keutamaan menjadi lebih penting disbanding dengan kepentingan diri.
5. Pamrih
Obyektivitas terhadap sesuatu yang kita lakukan, adalah melihat pekerjaan
sebagai suatu tugas yng harus dilakukan, dan bukan untuk mendapatkan
sesuatu sebagai imbalan. Manajemen kepegawaian PNS telah mengatur tentang
imbalan, berupa gaji dan kesejahteraan lainnya. Jadi PNS tidak berhak menuntut
imbalan langsung atas hal yng dilakukan. Akibat langsung secara nyata bila ada
pamrih adalah ketidak lancaran dalam tugas, karena menginginkan imbalan dari
setiap hal yang dikerjakan.
F. Hasil dari suatu kejujuran
Sikap jujur adalah respon positif dari apa yang sudah kita terima dari Tuhan. Segala
yang kita alami dan dapatkan adalah semata-mata karuniaNya. Jadi karena Tuhan
sudah memberikan yang baik untuk kita, maka kita wajib memberikan yang terbaik
untuk Tuhan. Hasil dari kejujuran antara lain:
2. Akan mendapatklan tanggung jawab yang lebih besar. Seseorang yang telah
dipercayai melaksanakan pekerjaan dan terbukti dapat menyelesaikannya
dengan baik disertai kejujuran maka pimpinan tidak segan-segan memberikan
kepercayaan yang lebih besar lagi, sehingga tidak akan kekurangan pekerjaan.
Dengan demikian akan dapat meningkatkan kemampuan dan pengalamannya
melalui tugas dan tanggung jawab yang semakin besar.
3. Kelancaran pelaksanaan tugas, karena setiap proses yang kita lakukan dalam
menjalankan tugas terselenggara dengan jelas, dan transparan
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN KEDUA
KONSITENSI
A. Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia, konsisten diartikan sebagai tetap, selaras, sesuai.
Seseorang yang bertindak secara konsisten artinya tindakannya selalu sesuai
dengan nilai yang dianutnya, perbuatannya selaras dengan perkataannya. Orang
yang konsistensi adalah orang yang setia memenuhi janji-janjinya.
Ada istilah yang secara umum dipahami bersama bahwa janji merupakan hutang,
dan itu harus dibayar. Mengapa demikian?, apa yang ada sebenarnya ada dibalik
sebuah janji? mari kita simak hal berikut ini.
3) Hilangnya kepercayaan
Suatu persepsi negatif yang sudah terlanjur tercetak di benak seseorang, akan
memberkan dampak negative, sehingga orang yang dipersepsikan negative
akan kehilangan kepercayaan untuk masa-masa yang akan datang.
4) Nilai diri
Sigmund freud pernah mengatakan bahwa hidup psikis manusia diibaratkan
seperti gunung es, yang terapung-apung di laut, hanya puncaknya yang
kelihatan. Seorang yang tidak menepati janji yang telah dianggap gagal dan
kehilangan kepercayaan tidak seluruh kehidupannya buruk. Dia masih
mempunyai keinginan, cita-cita, dan kehendak yang baik. Yang nampak
dipermukaan dan menjadi persepsi orang adalah nilai negative karena tidak
memenuhi janjinya, maka kebaikan, cita-cita dan kehendak baik orangtersebut
tidak diperhitungkan sebagai nilai pribadinya.
2) Menempa diri
Ada pendapat yang mengatakan bahwa “Anda mungkin tidak mampu mengubah
dunia yang anda lihat, tetapi anda pasti mampu mengubah cara anda melihat
dunia yang ada dalam diri anda. Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa
orang yang biasa menepati janji adalah orang yang mempunyai komitmen dan
konsistensi yang tinggi. Dia akan mendapatkan kepercayaan untuk kesempatan-
kesempatan yang berikut, sehingga dia akan terus mendapatkan peluang
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya. Dengan
demikian dia akan semakin kompeten dan meningkat kapabilitasnya dalam
pelaksanaan tugas. Dia melihat dunia dengan caranya, dan dapat
menterjemahkan berbagai fenomena dengan kemampuan yang ada padanya.
3) Nilai diri
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan dan
mencoba lagi dengan suatu cara yang berbeda. Sebuah janji untuk memperbaiki
diri dan pemenuhan atas janji tersebut merupakan nilai diri yang luar biasa
besar. Akan menajdi sumber mata air kebaikan yang tidak akan kering, dan
memberikan dampak positif terhadap penampilannya. Dia akan menajdi orang
yang layak disegani, dihargai, dihormati, disenangi serta bertambah percaya diri.
Ketegasan itu perlu, agar orang lain dapat mengerti maksud hati, sehingga mudah
menentukan sikap, apakah setuju atau tidak setuju dengan pendapat dan caranya.
Ketegasan bersumber dari hati yang teguh dan kemantapan jiwa. Orang yang
bersikap tegas dilandasi oleh kepercayaannya akan nilai yang dianggapnya benar,
konsistensi terhadap nilai-nilai tersebut, komitmen, dapat mengaktualisasikan
kebenaran dalam hidupnya, serta konsiten.
Setiap manusia memiliki dan mempercayai nilai-nilai yang ia dapatkan sejak masa
kecil. Didikan dan pengajaran ia dapatkan dalam pengasuhan. Gambaran masa lalu
serta cita-cita masa depan yang jelas, akan menuntun manusia kepada suatu pola
kehidupan yang ia yakini kebenarannya. Dan hal itulah yang akan mewarnai
kehidupannya, dan yang akan diajarkan juga kepada anak-anaknya secara turun
menurun. Apa yang ditanamkan oleh keluarga dan lingkungannya, sesuatu yang
diinginkan, serta keteladanan dari seseorang yang menjadi idolanya akan merasuki
jiwanya, dan menjadi pola yang melekat kuat dan menginspirasi perilaku dan sikap
seseorang. Seseorang yang dididik keras, dengan disiplin yang tinggi akan menjadi
insan yang keras dan berdisiplin. Apa yang ditanam pada masa pengasuhan, itulah
yang akan dituainya pada masa tuanya.
Hal di atas adalah merupakan kewajaran yang biasa terjadi. Namun tidak menutup
kemungkinan juga bagi yang dalam pengasuhan belum mendapatkan didikan
tentang nilai-nilai luhur, dapat mengadopsinya sejak dia sadar akan nilai-nilai
tersebut dan menggenggamnya sebagai panduan hidupnya. Karenanya apabila
seseorang menginginkan kehidupannya menjadi lebih baik, maka kepadanya harus
diberikan masukan yang baik, sesuai nilai yang diingikan. Masukan tersebut dapat
berupa tuntunan agama, buku-buku panduan tentang pembangunan karakter, dan
juga keteladanan orang yang diidolakan.
Nilai yang diyakini kebenarannya entahkah didapatkan dari didikan dan pengajaran
lingkungaannya sejak kecil, ataupun dipelajarinya setelah dewasa, akan melandasi
sikap dan perilakunya, sehingga ketegasan dapat dimanifestasikan dalam
kehidupannya.
1) Konsumerisme
Jaman globalisasi disertai dengan tanda-tanda melimpahnya produk asing di
pasar lokal. Produk yang biasanya memberikan kemudahan dan kenikmatan
menawarkan suatu gaya hidup tertentu. Kalau tidak mempunyai prinsip yang
kuat untuk memberlakukan nilai-nilai kebenaran maka dengan mudahnya orang
akan memenuhi keinginannya dengan gaya hidup terkini, dengan tambahan
belanja yang bersumber dari luar kekuatannya.
2) Gengsi
Gengsi biasanya dihubungkan dengan harga diri dalam berpenampilan. Ingin
tampil wah, walaupun sebenarnya penuh keterbatasan dan keinginan lain yang
di luar kemampuannya. Kalau seseorang memang punya kemampuan yang
memadai maka penampilan yang baik bukan karena gengsi, tetapi memang
kebutuhan hidupnya yang dapat dipenuhi untuk penampilannya tersebut.
Tantangan mengaktualisasi kebenaran dalam hidup sering berbenturan dengan
gengsi, dan biasanya akan memenangkan gengsi karena merupakan hal yang
mudah dilihat dan kasat mata. Gengsi bersumber dari cara berfikir yang tinggi,
melebihi kemampuannya. Perasaan gengsi timbul karena kemampuannya tidak
sepadan dengan keinginannya tampil, sehingga untuk menutup kekurangan
tersebut berbagai upaya dilakukan dan al hasil mengorbankan kebenaran yang
seharusnya diperjuangkan.
3) Solidaritas
Banyak orang melakukan sesuatu didorong oleh solidaritas antar sesama atau
oleh atasan. Kebenaran yang akan ditegakkan sulit mendapat kesempatan,
sehingga yang nampak dipermukaan adalah sebuah kompromi dengan nilai
yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Kadang kebenaran yang akan
ditegakkan dikorbankan oleh rasa solidaritas. Orang yang prinsipnya kuat sulit
mengorbankan kebenaran untuk suatu solidaritas. Terasa aneh di dalam
lingkungan pergaulannya, karena pendapatnya: biar saja dikatakan aneh, tetapi
kebenaran mutlak harus diberlakukan.
Apabila ditemui sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai tersebut maka situasi
tersebut membuatnya tegang dan tertekan (stress). Bila tidak dapat mengelola
tekanan dan ketegangan dengan baik ia akan menjadi murung, dan menampakkan
sikap yang aneh. Tetapi apabila dapat mengelola stress tersebut maka dia akan
semakin dewasa, dan berhasil keluar dan menang dari gejolak ketidak selarasan,
dan untuk selanjutnya akan selalu berhasil memenangkan setiap situasi, walau
kurang nyaman sekalipun.
BAB V
KEGIATAN BELAJAR IV
KEDISIPLINAN
A. Pengertian Umum
Secara umum istilah disiplin diartikan sebagai ketaatan kepada aturan dan tata tertib.
Sebagai kata kerja, disiplin merupakan latihan batin atau watak dengan maksud
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (WJS Poerwodarminta, Kamus
Bahasa Indonesia, 19 ...). . Menurut Prof. Bukhari Zainun dalam bukunya Manajemen
Sumber daya manusia dan Manajemen Personalia, bahwa disiplin adalah aksi
manajemen yang memberikan semangat kepada pegawai untuk mengikuti standar dan
pencegahan pelanggaran peraturan. Sedangkan Aliminsyah, SE dan Drs. Pandji, MA
mengemukakan bahwa disiplin adalah kemampuan menguasai diri sendiri yang diatur.
Disiplin berasal dari kata “DISCIPLINA” yang berarti “Latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat baik. Disiplin menitik beratkan
pada panduan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap
pekerjaan. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa disiplin adalah
suatu kemampuan pengendalian diri atau suatu pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan prilaku sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kemampuan pengendalian diri selalu melekat pada seorang PNS yang berintegritas.
Padanya melekat nilai-nilai luhur yang dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Pemberlakuakn nilai maupun ketaatannya pada aturan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Kapanpun, dan dimanapun manifestasi dari nilai-nilai tersebut akan terus
dilakukan secara spontan, tidak mempertimbangkan apakah dilihat oleh yang lain,
atasan atau teman, maupun dalam keadaan sendiripun. Karenanya peraturan disiplin
baginya hanyalah suatu aturan kedinasan yang secara resmi diberlakukan untuk
menjaga ketertiban berorganisasi. Norma yang terkandung dalam aturan bukan lagi
sesuatu asing, yang berlainan dengan prinsip hidupnya.
B. Peraturan disiplin
PNS sebagai unsur aparatur Negara yang adalah abdi Negara dan abdi mayarakat,
dalam menjalankan tugas dan peranannya harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Hal
ini sangat diperlukan agar penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing personil
dapat berjalan dengan baik, untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi.
Secara alamiah, integritas seseorang akan menuntun orang tersebut kepada suatu iklim
kehidupan yang tertib dan berdisiplin. Salah satu manifestasi dari nilai-nilai yang
terkandung dalam integritas, adalah kedisiplinan. Walaupun demikian secara umum
diperlukan panduan yang menuntun kepada suatu keseragaman tindak dan langkah
dalam menegakkan disiplin PNS.
Dalam rangka pembinaan disiplin PNS, telah ditetapkan Peraturan Disiplin PNS
sebagaimana tertuang dalam PP no. 30 tahun 1980 dan peraturan yang berkaitan
dengan hal itu. Dalam PP tersebut diuraikan secara mendetail tentang kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh PNS dan larangan yang tidak boleh dilanggar, serta sanksi
apabila kewajiban tidak dipenuhi atau larangannya dilanggar. Berbagai peraturan
tentang disiplin tersebut tidak untuk membatasi secara kaku ruang gerak Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus dibatasi secara, tetapi
kreativitas, inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan dikembangkan.
1. Kewajiban PNS .
Disamping kewajiban yang harus dilakukan oleh PNS, diatur juga tentang larangan
yang tidak boleh dilanggar, sebagai berikut:.
Pegawai negeri Sipil dilarang:
a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan & martabat Negara,
Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;
b. menyalahgunakan wewenangnya;
c. tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d. menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik
negara;
e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau
meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik
Negara secara tidak sah;
f. melakukan kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan utk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
g. melakukan tindakan yg bersifat negatif dengan maksud membalas dendam
terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya;
h. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun
juga yg diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan
atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan PNS ybs;
i. memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau mar
tabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
j. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
k. melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yg
dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yg dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
l. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
m. membocorkan & atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena
kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
n. bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapat kan pekerjaan tau pesanan dari kantor/instansi pemerintah;
o. memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya;
p. memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian
rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak
langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
q. melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan,
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang ber-
pangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yg memangku jabatan
eselon I;
r. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksa-
nakan tugasnya untuk kepentingan pribadi atau golongan atau pihak lain;
Dalam PP tersebut selain Kode Etik PNS juga ditetapkan tentang pembinaan jiwa
korps, dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat pada Pemerintah Republik
Indonesia dengan wujud melaksanakan tugas clan kewajiban Pemerintah sesuai
dengan bidang tugasnya.
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil membela, menjunjung tinggi kehormaatan Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia dengan wujud melaksanakan bela Negara dan
Pemerintahan dalam bentuk pemikiran dan lainnya sesuai kebutuhan yang ada.
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan Korps
Pegawai Negeri Sipil dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memegang teguh norma kedinasan, patuh dan taat
kepada pimpinan serta menjunjung tinygi sikap clan kehormatan Pegawai Negeri Sipil
yang diwujudkan dengan menjalankan tugas dar, kewajibannya dengan baik dan sesuai
dengan hierarkhi yang ada.
3. Setiap Pegawai Negeri Sipi! wajib memelihara dan menjaga keutuhan asset arganisasi
yang ada sebagaimana miliknya sendiri.
5. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memberi suri tauladan yang baik sesuai norma
kepemimpinan terhadap bawahan, menggugah semangat di tengah-tengah
bawahan serta mempengaruhi dan member dorongan dari belakang terhadap
bawahan dalam lingkungan organisasi profesinya.
6. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap berani mengawasi, memberi
koreksi kepada bawahan dan sebaliknya secara santun dan transparan terhadap
sikap, perilaku, perbuatan yang dianggap tercela dalam satu ikatan organisasi.
7. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap loyal yang timbal balik dari
atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan serta kesamping
dengan cara bertenggang rasa terhadap kebutuhan kebersamaan dalam
mewujudkan tujuan kedinasan.
8. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk
membatasi penggunaan dan segala kekayaan kedinasan sesuai perencanaan,
pelaksanaan dan tujuan kedinasan.
9. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keberanian
untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya dengan kesiapan
memberikan penjelasan clan pertanggung jawaban secara transparan atas
perbuatan yang dilakukan.
10. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keikhlasan
untuk pada saatnya menyerahkann tanggung jawab dan kedudukannya kepada
generasi berikutnya dengan tanpa harus mempertahankannya, dengan segala
cara.
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus menjaga iintegritas, martabat dna wibawa sebagai
aparatur Negara dengan berperilaku yang baik di tengah masyarakat dengan
memperhatikan budaya, tradisi, kebiasaan, adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat setempat.
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjaga kesehatannya dengan sempurna untuk
menunjang pekerjaan sehari-hari baik sebagai Pegawai negeri Sipil maupun
kehidupan pribadi dan rumah tangganya.
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib membina kehidupan dirinya dan keluarganya
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memahami dan melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, menjunjung tinggi ketidak berpihakan terhadap semua golongan, masyarakat,
individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan.
Dengan demikian PNS dalam melaksanakan tugasnya tidak terjebak untuk bertindak
kolusif dan nepotisme, menguntungkan individu atau golongan masyarakat yang satu
dengan cara yang merugikan pihak individu atau golongan masyarakat yang fainnya.
Sehingga jika hal itu terjadi maka setiap PNS yang melakukan pelanggaran tersebut harus
dapat mempertanggung-jawabkan tindakannya.
Di luar kedinasan, setiap PNS harus tetap menjaga martabatnya dengan tetap rnenunjukkan
pola sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan Kode Etik PNS. Hal ini sangat penting, karena
di luar kedinasan itu setiap PNS akan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya dan
dirinya sendiri sebagai warga masyarakat yang memiliki jati diri sebagi PNS. Untuk itu
ketentuan-ketentuan yang mengatur sikap PNS di iuar kedinasan Setiap Pegawai Negeri Sipil
harus memiliki sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan moral aparatur negara di
luar kedinasan, yaitu:
(1) Berkelakuan baik dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merendahkan martabat PNS
(2) Tidak menyalah gunakan wewenang yang dimiliki
(3) Tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
(4) Tidak rnenggunakan sarana dan prasarana kedinasan untuk kepentingan pribadi;
(5) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan sesuai maksud dan tujuan sarana
dan prasarana itu diadakan.
b. Mendorong etos kerja PNS untuk mewujudkan PNS yang bermutu tinggi dan sadar
akan tanggung jawabnya sebagai unsure aparatur Negara, abdi Negara dan abdi
masyarakat
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus senantiasa membina jiwa korps dengan menciptakan dan
memelihara kesetia-kawanan, kekompakan, dan kesatuan Krps Pegawai Negeri Sipil dalam
hubungan kedinasan yang meliputi:
(1) Pemupukan dan peningkatan kesadaran cinta terhadap bangsa, negara dan tanah air
melalui berbagai kegiatan penyadaran yang diperlukan untuk itu;
(2) Peningkatan kerjasama antar PNS untuk memelihara dan memupuk kesetiakawanan
dalam rangka meningkatkan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil baik dalam tugas
kedinasan maupun pergaulan sehari-hari.
(3) Partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang terkait dengan Pegawai
Negeri Sipil melalui pemberian sumbangan pemikiran baik secara individu atau
kelompok;
(4) Peningkatan budaya kearja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja secara
profesionalitas;
(5) Usaha-usaha bagi terwujudnya kesejahteraan Pegawai Negen Sipil dengan memberikan
sumbang saran pemikiran dan pelaksanaan tugas sesuai bidangnya;
Pembinaan jiwa korps sebagaimana dimaksud dalam ketentuan-ketentuan tersebut dilakukan
lebih lanjut oleh masing-masing instansi berdasarkan penjabaran dari ketentuan mengenai
Kode Etik PNS tersebut.
Dengan segala ketentuan mengenai Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut di
atas, sesungguhnya terdapat jaminan yang cukup memadai bagi terwujudnya sosok PNS
yang profesional, berwibawa, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Sehingga PNS akan mampu mengembangkan citra dan jati dirinya sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat.
Sanksi terhadap pelanggaran disiplin tertuang dalam PP 30 tahun …., tantang Disiplin PNS,
yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan
dilanggar oleh PNS. Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin.
Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah :
Tidak mentaati kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh PNS.
Melanggar larangan yang seharusnya tidak boleh dilanggar oleh PNS.
Setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS, dikenakan sanksi dijatuhi hukuman disiplin
sesuai dengan tingkat/jenis pelanggaran yang dilakukan. Pejabat yang berwenang
menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan
pelanggaran itu, dan sesuai dengan bobot pelanggarannya, dijatuhi hukuman.
Jenis hukuman
Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin terdiri dari :
a) hukuman disiplin ringan;
b) hukuman disiplin sedang; dan
c) hukuman disiplin berat.
Hukuman disiplin seperti tersebut di atas dijatuhkan apabila seorang PNS telah benar-
benar terbukti bersalah melanggar hukuman disiplin dengan berbagai bukti yang sah
yang diakui kebenarannya.
(2). Pelanggaran terhadap Kode Etik Pegawai Negeri Sipif dikenakan sanksi moral berupa
sanksi organisatoris atau rekomendasi;
(3). Sanksi organisatoris berupa teguran tertulis dan atau pemberhentian sementara atau
pemberhentian tetap dari keanggotaan profesi Pegawai Negeri SipiL
(4). Sanksi rekomendasi berupa masukan kepada instansI terkait tentang tindakan yang dapat
diiakukan kepada Pegawai Negeri Sipif;
(1) Pelaksanaan Kode Etik PNS diawasi oleh Komisi Kehormatan Kode Etik Pusat dan Daerah
(2) Organisasi dan Tata kerja Komisi Kehormatan Kode Etik PNS ditetapkan dengan
keputusan Pimpinan Komisi kehormatan Kode Etik PNS Pusat
(3) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kode Etik dan jiwa Korps dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja Negara
(4) Tata cara pemeriksaan dan persidangan pelanggaran kode Etik PNS ditetapkan oleh
Komisi Kode Etik PNS Pusat.
BAB VI
KEGIATAN BELAJAR V
CINTA PROFESI PNS
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat mencintai profesinya, sebagai PNS
Profesi merupakan kedudukan atau peran seseorang dalam suatu pekerjaan atau
dalam organisasi. PNS merupakan profesi karena sebagai pelaku dalam
menjalankan roda pemerintahan menjadi wakil pemerintah untuk berfikir, bersikap
dan berbuat, sesuai kedudukannya yang adalah pemerintahan negara
memerlukan orang-orang yang berperan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan
dan pembangunan. Setiap jenjang dalam pemerintahan, kedudukan itu sangat
penting dan strategis. PNS Orang yang mencintai profesinya menyadari tentang
profesionalitasnya. Dia mampu mengaktualisasi profesinya sebagai sumber
kekuatan pribadinya. Untuk mengetahui apakah seseorang profesional atau tidak,
apa saja yang nampak dari seseorang yang profesional, akan diuraikan dulu arti
dari sebuah profesionalitas.
Menyadari akan peranannya sebagai unsur aparatur, abdi negara dan abdi
masyarakat dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, dan bahwa ia akan
selalu dibutuhkan dan diberdayakan oleh organisasi, maka PNS yang
profesional akan senantiasa meningkatkan kompetensi dan memadukan
kiprahnya dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan,
melalui terlembagakannya karakteriktik sebagai berikut :
a) Melaksanakan tugas dengan terampil,kreatif dan inovatif
b) Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan program
c) Komitmen terhadap pelayanan publik,
d) Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional,
e) Memiliki daya tanggap (responsivness dan akuntabilitas
f) Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam
membuat keputusan, dan
g) Memaksimalkan efisiensi dan kreativitas.
2. Mental models
Memahami gejolak dan perubahan yang terjadi dalam proses yang sedang
berjalan memerlukan pola yang general serta analisis yang mendalam.
3. Personal mastery
Keahlian pribadi yang melekat pada diri seorang professional tidak tergantikan
dengan apapun. Analisi dan justifikasi yang didasarkan pada keahliannya
dalam melihat masalah, memperhatikan gejala, mencari penyebabnya, dan
menemukan solusinya menjadi kunci pelaksanaan tugasnya.
4. Team pembelajar
Tidak seorangpun dapat bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Karenanya
pekerjaan yang dilakukan oleh tim hasilnya relativ lebih baik, dibandingkan
kalau dikerjakan seorang diri. Perubahan yang akan terjadi menjadikannya
terus menerus belajar menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Karenanya
pola kerja yang memberdayakan tim pembelajar akan memberikan hasil lebih
optimal.
5. Kesamaan visi.
Sekecil apapun kontribusi anggota tim dalam pelaksanaan pekerjaan akan
sangat berarti. Karenanya dalam menetapkan visi hendaknya semua anggota
terlibat, sehingga akan memudahkan pencapaian kesamaan visi sebagai
landasan pelaksanaan tugas.
KEGIATAN BELAJAR V
Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa profesi merupakan kedudukan atau
peran seseorang dalam suatu pekerjaan atau dalam organisasi. PNS merupakan
profesi karena sebagai pelaku dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi wakil
pemerintah untuk berfikir, bersikap dan berbuat, sesuai posisi dan kedudukannya
dalam pemerintahan negara. Profesi merupakan status seseorang dalam lingkup
pekerjaannya yang menunjukkan kewenangan untuk melakukan sesuatu pekerjaan
tertentu.
Status tersebut identik dengan kewenangan yang diberikan dari pimpinannya. Siapa
melakukan apa adalah kewenangan yang diberikan oleh atasan setelah seseorang
berhasil menunjukkan kinerjanya yang memadai atau setelah atasan melihat bahwa
orang tersebut professional. Dengan kewenangan tersebut PNS dipercaya
melakukan apapun untuk penyelenggaraan tugasnya secara bertanggung jawab.
Kewenangan tidak serta merta datangnya. Kinerja dan ukuran integritas menjadi
pertimbangan seorang pimpinan dalam memberikan kewenangan kepada stafnya
untuk melakukan sesuatu yang dipercayakan. Seorang PNS yang telah dipercaya
untuk melakukan suatu pekerjaan, walau sekecil apapun pekerjaan itu, harus
menunjukkan profesionalitasnya, agar kepercayaan tersebut tidak diambil dari
padanya karena melakukan yang tidak selaras dengan tanggung jawabnya.
Karenanya segala yang menjadi penghalang dalam mengaktualisasi
profesionalitasnya harus diatasi secara bijak.
Tantangan paling berat yang dialami oleh organisasi adalah memberdayakan SDM
yang tidak kompeten. Kompetensi seseorang diukur dari kemampuannya
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilannya, serta sikap dan
perilaku yang mendukung terselenggaranya pelaksanaan tugas. Dari segi
kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi serta keterampilan banyak orang cerdik
pandai yang menjadi bagian dalam organisasi. Tetapi berapa persen orang yang
mempunyai integritas, yang sikap dan perilakunya mendukung penyelenggaraan
tugasnya dalam organisasi?
Situasi ini membuatnya menjadi pribadi yang mantap, yang semakin terdorong
semangatnya untuk meberikan kontribusi lebih banyak kepada organisasi, dan
bahkan rahasia organisasipun ada di tangannya. Dari pengalaman demi
pengalaman yang didapatkannya dalam pelaksanaan tugas, membekali dirinya
untuk dapat melihat permasalahan organisasi secara keseluruhan, bahkan dapat
melihatnya secara tajam untuk dapat mencari solusinya. Peranan yang didapatkan
membawanya menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi, dan inilah yang
membuat yang bersangkutan menjadi merasa ingin semakin banyak terlibat, dan
menjadi penting untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Ia
menjadi orang penting di organisasi. Dalam menerapkan serangkaian kompetensi
yang relevan dengan aktivitas pekerjaan profesional, baik itu kompetensi inti
(personal, sosial-keorganisasian, metode kerja) maupun kompetensi teknis
profesional, konsistensi mutlak diperlukan.
PNS sebagai pribadi memiliki kebutuhan dasar yang mutlak harus terpenuhi.
Kebutuhan akan keamanan, kenyamanan, rasa diterima dan dihargai, serta
aktualisasi diri menjadi factor penting dalam motivasi. Bila kebutuhan keluarganya
tidak terpenuhi, maka hal tersebut akan menjadi penghalang untuk pengutamaan
profesi. Karenanya PNS perlu mengelola rumah tangganya dan menyesuaikan diri
dengan pendapatannya, karena kecukupan tidak hanya diukur dari banyaknya yang
dapat diberikan, tetapi dari persepsi atas kebutuhan itu sendiri. Dengan kecukupan
yang didapatkan oleh keluarga, maka seisi rumahnya dapat mendukung
pengutamaan profesi PNS yang ada di dalamnya.
Ibadah atau juga disebut ibadat, adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada
Tuhan, atau menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan agama dengan
sungguh-sungguh. Seperti diajarkan dalam agama apapun, bahwa manusia
diciptakan tujuannya adalah untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta. Jadi
dalam segala hal yang dilakukan, seharusnyalah hal tersebut merupakan
perwujudan ibadahnya kepada Tuhan.
Seorang PNS setiap harinya dihadapkan pada tugas-tugas dan pekerjaan rutin yang
memerlukan tenaga dan konsentrasi yang tinggi agar dapat menghasilkan sesuatu
untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi. Dengan profesionalitas dan
berbekal integritas dan komitmen seorang PNS akan menghadapi tugasnya dengan
dedikasi, tanpa memandang rendah pekerjaan yang sederhana dan melaksanakan
pekerjaan dan tugasnya dengan kesungguhan. Setiap pelaksanaan tugas
dipertanggung jawabkan secara baik, tidak hanya untuk organisasi dan atasannya,
tetapi terlebih untuk Khaliknya yang telah memberikan kemampuan dan
kesempatan.
Suatu nikmat yang harus disyukuri apabila kepada kita diberikan kesempatan untuk
melaksanakan tugas-tugas negara, terlebih lagi bila tugas-tugas tersebut terkait erat
dengan tugas pokok dan tujuan organisasi. Tidak semua orang diberikan
kepercayaan dan nikmat seperti yang kita terima. Apabila kita sadar akan hal
tersebut maka seorang PNS tidak akan sembarangan dalam melaksanakan setiap
tugas yang diberikan kepadanya, yang mungkin akan mengakibatkan
kesembronoan dan keteledoran. Kesembronoan dan keteledoran akan
menyebabkan hasil yang dicapai tidak optimal, bahkan mungkin akan terjadi suatu
kegagalan yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan organisasi.
Memandang tugas dan pekerjaan sebagai bagian integral dari ibadahnya kepada
sang pencipta tidak dapat dipisahkan dengan perilaku dan sikap dalam menghadapi
pekerjaan itu sendiri. Semua tugas dan pekerjaan pada akhirnya ditujukan untuk
pencapaian tujuan organisasi. Segi positif yang kita pahami dari tugas kita, akan
menjadi faktor penting dalam motivasi, dan akan menjadi kekuatan besar dalam
mendorong semangat pengabdian. Sekecil apapun peranan kita, maka hal tersebut
kita pahami sebagai bagian dari ibadah karena kita lakukan demi tercapainya tujuan
organisasi.
BAB VI
PENUTUP
Tentang kecukupan manusia telah dijamin oleh sang pencipta. Namun adanya
tawaran dunia yang serba gemerlap seringkali mengganggu konsentrasi manusia
dalam menegakkan kesungguhannya untuk melakukan kebaikan. Hanya orang-
orang yang sadar dan dapat mengendalikan diri saja yang dapat menikmati hidup
sesuai petunjukNya. Pengendalian diri penting dilatih, dan hasilnya kita dapat
merasakan terbangunnya integritas dalam hidup kita. Dan ini akan menjadi harta
termahal yang membawa kita kepada jenjang kehormatan di hadapan manusia
maupun Tuhan sang pencipta. Cermati kata-kata bijak ini: Janganlah kamu
memikirkan hal-hal yang lebih tinggi, dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi
hendaklah kamu berpikir begitu rupa sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran
iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Seorang pegawai negeri sipil akan menjadi Profesional apabila unsur penguasaan
ilmu pengetahuan selalu dapat mengikuti perkembangan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, disamping keahlian atau keterampilan
dalam menyelesaikan suatu tugas jabatan dikuasai benar dan juga dalam
menghadapi jabatan tersebut dituntut untuk mempunyai prilaku yang baik sehingga
kendala di lapangan sekompleks apapun yang terjadi akan selalu dapat diselesaikan
dengan baik.