Anda di halaman 1dari 9

Buletin PSP, Vol. XVIII, No.

2, Agustus 2009

PERTIMBANGAN DESAIN DAN ESTIMASI GAYA APUNG DAN GAYA


TENGGELAM PADA RUMPON DI PERAIRAN PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN
Design Considerations and Estimation of Sinking and Buoyancy Force of fish
Aggregating Device on Pandeglang Water’s, Banten Province

Oleh:
Ronny I. Wahju1*, Budhi H. Iskandar1, dan Erwan N. Wahyudin2

Diterima: 18 November 2008; Disetujui: 15 Juli 2009

ABSTRACT
Research on design considerations and estimation of forces of fish aggregating device was
carried out in Pandeglang water’s Banten Province. The main construction of fish aggregating de-
vice consists of pontoon, wire, main line, attractor (coconut leaf), and sinker (main, bet-
ween,attractant). Total buoyancy force is estimated 2.743.896,59 gs, and total sinking force is
1.006.888,74 gs thefore the extra buoyancy force is 63.30%. The buoyancy and sinking forces are
smaller than breaking strength main line (6.500.000 gs), the main line still resistance in maximum
condition of buoyancy and sinking force.
Key word: buoyancy force, fish aggregating device, sinking force

ABSTRAK
Penelitian ini membahas pertimbangan desain serta perhitungan gaya yang bekerja pada
rumpon dengan mengestimasi gaya apung dan gaya tenggelam dari material rumpon. Metode pe-
nelitian studi kasus diaplikasikan pada salah satu rumpon di perairan Kabupaten Pandeglang.
Konstruksi utama rumpon pada penelitian ini antara lain ponton, wire, tali utama, atraktor (daun
kelapa), dan pemberat (utama, antara dan atraktor). Estimasi besarnya total gaya apung material
rumpon adalah 2.743.896,59 gs dan total gaya tenggelam material rumpon adalah 1.006.888,74 gs,
sehingga terdapat ekstra gaya apung sebesar 63,30%. Total gaya apung dan gaya tenggelam ini
lebih kecil dibandingkan dengan breaking strength tali utama (6.500.000 gs), sehingga tali utama
dapat bertahan saat gaya apung dan gaya tenggelam maksimum.
Kata Kunci: gaya apung, rumpon, gaya tenggelam

1 Dept. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB


2 Alumni Dept. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB
* Korespondensi email: rwahyu06@gmail.com

Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung… 113


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

1. PENDAHULUAN 2.2 Bahan dan Alat


Rumpon atau disebut juga dengan Fish Bahan yang digunakan merupakan ma-
Aggregating Device (FAD), adalah suatu alat terial yang digunakan untuk membuat satu unit
bantu penangkapan yang berfungsi untuk me- rumpon. Material-material tersebut berikut
mikat ikan agar berkumpul dalam suatu catch- komponen penyusunnya dapat dilihat pada
able area (Bach et al., 1998, Sudirman dan Tabel 1. Peralatan yang digunakan untuk pe-
Mallawa, 2004). Berkumpulnya ikan yang men- ngambilan data di lapangan adalah kuesioner,
jadi tujuan penangkapan disekitar rumpon da- meteran serta timbangan.
pat meningkatkan hasil tangkapan (Nelson,
2003; IRD, 2008). 2.3 Metode Penelitian
Pemasangan rumpon yang menunjang Metode penelitian yang digunakan dalam
penangkapan ikan dapat membantu nelayan penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
menangkap ikan tanpa harus mencari daerah studi kasus, melalui pengamatan, pengukuran
penangkapan. Hal ini dimungkinkan karena sa- dan wawancara langsung di lapangan serta
saran daerah penangkapan ikan yang sudah melakukan perhitungan dan analisa data di
jelas dan pasti, yaitu di sekitar rumpon. Ber- laboratorium.
dasarkan informasi beberapa nelayan Binua-
ngeun, disebutkan bahwa pengoperasian alat 2.3.1 Analisis gaya apung dan gaya tengge-
tangkap dengan rumpon menunjukan jumlah lam
hasil tangkapan yang lebih banyak dibanding-
kan pengoperasian alat tangkap tanpa rumpon, Perhitungan teknis dilakukan pada setiap
sehingga pemasangan rumpon memiliki dam- material rumpon, yaitu menghitung gaya apung
pak yang positif. Rumpon berperan penting ba- dan gaya tenggelam material rumpon. Rumus
gi usaha penangkapan, baik terhadap efisiensi untuk perhitungan ini adalah sebagai berikut
maupun produktivitas penangkapan. (Rumpon Study Group Bogor Agricultural Uni-
versity, 1987) :
Berbagai jenis ikan tertarik untuk ber-
kumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan pela- Gaya Apung
gis kecil sampai ikan pelagis besar yang dido-
ρw
minasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan F ( ) w …. ………………………… (1)
Zulkarnain, 1995, Bach et al., 1998). Salah ρb
satu jenis rumpon yang dipasang di perairan
Kabupaten Pandeglang adalah rumpon yang Gaya Tenggelam
dipasang pada kedalaman 50 m. Penelitian
mengenai rumpon masih terbatas pada bahan Fs w F ……………………………….. (2)
dan konstruksi (de San dan Pages, 1998; Su-
dirman dan Mallawa, 2004) serta hasil tang- Ekstra Gaya Apung
kapan sekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa,
2004; Yusfiandayani, 2004). Gaya apung serta TF TFs
gaya tenggelam merupakan faktor yang me- EB 100% ……..………….. (3)
TF
nentukan dalam pemasangan rumpon, sehing-
ga penelitian tentang estimasi gaya apung dan
tenggelam rumpon di perairan Kabupaten Pan- Keterangan:
deglang perlu dilakukan untuk mendukung pe- F = gaya apung (gs)
3
manfaatan rumpon sebagai alat bantu penang- ρw = berat jenis air laut (gs/cm )
3
kapan ikan yang lebih optimal. ρb = berat jenis benda (gs/cm )
w = berat benda (gs)
Tujuan dari penelitian ini adalah menda- Fs = gaya tenggelam (gs)
patkan informasi mengenai desain rumpon ser- EB = ekstra gaya apung (gs)
ta mengestimasi gaya apung dan gaya tengge- TF = total gaya apung (gs)
lam material rumpon. TFs = total gaya tenggelam (gs)

2. METODOLOGI Perhitungan teknis gaya apung dan gaya


tenggelam dilakukan setelah diperoleh data vo-
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian lume dan data berat setiap material rumpon.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Feb- Data volume diperoleh melalui perhitungan de-
ruari sampai April 2007 di Binuangeun, Kabu- ngan rumus sebagai berikut (Stewart, 1998) :
paten Lebak, Provinsi Banten.
Silinder : V πr 2 h ………………. (4)

114 Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung…


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

Kerucut: 1 2 ………………. (5) utama). Pergantian atraktor daun kelapa dila-


V πr h
3 kukan dua hingga tiga bulan sekali.
Keterangan: Ponton dibuat dari plat baja yang ber-
3
V = volume (cm ) fungsi sebagai pelampung utama berukuran
r = jari-jari (cm) panjang 305 cm, tinggi 42,5 cm, dan diameter
h = tinggi (cm) 95 cm. Atraktor yang digunakan pada rumpon
adalah daun kelapa sebanyak 80 buah yang
Data berat diperoleh melalui pendekatan
berfungsi untuk mengumpulkan ikan-ikan kare-
ukuran volume dengan rumus sebagai berikut
na adanya proses pembusukan oleh mikro or-
(Tipler, 1991)
ganisme laut. Tali utama yang menghubung-
w kan tali utama dengan wire menggunakan tali
ρ ........................……….........(6)
dengan diameter 22 mm.
v
Bahan penyusun setiap jenis pemberat
Keterangan:
3 adalah sama, tetapi memiliki ukuran berbeda.
ρ = berat jenis (gs/cm )
Bahan penyusun ini meliputi pasir, semen, batu,
w = berat (gs) kerikil dan split. Split merupakan batu yang se-
3
v = volume (cm )
ngaja dihancurkan agar berukuran lebih kecil
Kerapatan air dalam satuan cgs adalah 1 sehingga memiliki permukaan yang kasar dan
3
gs/cm . Satuan ini lebih mudah digunakan di- tajam. Pemberat utama menggunakan besi be-
bandingkan dengan satuan SI. Rasio kerapat- hel berdiameter 2 inchi dan dua buah hillban.
an sebuah zat terhadap kerapatan air dinama- Pemberat atraktor adalah pemberat yang dipa-
kan berat jenis zat itu. Berat jenis adalah bi- sang pada ujung atraktor, berfungsi agar posisi
langan tidak berdimensi yang sama dengan atraktor senantiasa vertikal. Pemberat atraktor
besarnya kerapatan, bila dinyatakan dalam yang digunakan sebanyak dua buah, pembuat-
gram per centimeter kubik atau dalam kilogram annya menggunakan ember kecil sebagai pem-
per liter (Tipler, 1991). bentuk cor semen. Pemberat antara ialah pem-
berat yang dipasang pada tali utama, berfungsi
Berdasarkan rumus (1) dan rumus (6), agar tali tetap pada posisi vertikal. Pemberat
maka dapat dilakukan penyederhanaan rumus yang digunakan sebanyak dua buah yang pem-
untuk perhitungan gaya apung. Hal ini dapat buatannya menggunakan ember besar sebagai
terlihat pada uraian berikut ini. pembentuk cor semen. Pemberat utama meru-
pakan pemberat yang berada di dasar perairan,
ρw
F ( ) w ……………….....………… (7) berfungsi agar posisi rumpon tidak bergeser.
ρb Jumlah pemberat utama sebanyak tujuh buah
yang mencapai lebih dari 1.500 kg dengan
w
ρ ……...............………………………. (8) estimasi hampir 250 kg per buah.
v
3.1.2 Material pelengkap
F w v .........................……………. (9)
Material pelengkap rumpon adalah swivel,
segel, selang, hillban, karung, kuku macan, tali
rafia dan tali PE. Swivel dan segel berada pa-
2.3.2 Asumsi yang digunakan dalam da sambungan wire dan ponton. Segel digu-
perhitungan nakan sebanyak dua buah pada kait penghu-
bung yang terdapat pada swivel. Fungsi swivel
Asumsi yang digunakan dalam penelitian
agar wire dan tali utama tidak terlilit. Selang
ini adalah: 1) gaya-gaya eksternal tidak berpe-
digunakan pada beberapa sambungan untuk
ngaruh pada konstruksi rumpon dan 2) jenis tali
mengurangi efek gesekan. Penggunaan hillban
utama yang digunakan merupakan polyethy-
ada empat macam, yaitu pada pemberat utama,
lene (PE) berdiameter 22 mm.
tali utama, atraktor permanen dan ponton.
Hillban ponton berfungsi untuk bertambat kapal
3. HASIL yang beroperasi di sekitar rumpon, khususnya
untuk operasi alat tangkap pancing, sedangkan
3.1 Material Rumpon hillban tali utama dibuat tiga lapis yang
3.1.1 Material utama dibungkus dengan dua buah karung, kemudian
diikat dengan tali PE. Fungsinya untuk mere-
Material utama rumpon adalah ponton, dam ketegangan tali saat terbawa arus, karena
atraktor (daun kelapa dan permanen), tali rum- sifat hillban yang cenderung elastis. Hillban at-
pon (tali utama dan wire) dan pemberat (pem- raktor permanen dirakit empat buah secara ver-
berat atraktor, pemberat antara dan pemberat tikal yang berfungsi untuk pemikat ikan, se-

Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung… 115


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

dangkan hillban pemberat utama disatukan de- Tali utama yang digunakan merupakan
ngan cor semen sebagai penghubung ke tali serat-serat sintetis yang kasar. Hal ini berguna
utama. Karung yang digunakan adalah karung untuk mencegah ikatan tidak mudah terlepas.
yang umumnya dipakai seperti karung beras. Pemberat utama dibuat dari drum yang dipo-
Karung digunakan pada hillban pemberat uta- tong dua bagian lalu dicor dengan semen.
ma dan hillban tali utama. Penggunaan karung Seluruh pemberat utama disatukan dengan
dimaksudkan agar mengurangi efek gesekan menggunakan tali pengikat agar tidak terpisah
antara hillban dengan tali utama. Kuku macan satu sama lain. Hal ini bertujuan agar masing-
digunakan untuk memperkuat penyegelan masing pemberat dapat saling menguatkan
pabrik pada wire. Tali rafia digunakan seba- sehingga rumpon tetap pada posisinya.
nyak empat gulung (merah, hijau, kuning dan
biru). Tali PE berfungsi sebagai pengikat mate- 4.1 Material Utama
rial rumpon dan bahan pelapis sambungan an-
tara tali utama dan wire. 4.1.1 Ponton
Ponton mempunyai kemampuan menga-
3.2 Perhitungan Gaya Apung dan Gaya pung yang baik, tetapi lebih dari sepertiga ba-
Tenggelam gian ponton yang mengapung di permukaan air,
Total gaya apung dan gaya tenggelam yaitu hampir 2/3 bagian ponton yang menga-
diperoleh dari penjumlahan seluruh gaya apung pung di permukaan air yang disebabkan oleh
dan gaya tenggelam material-material pada ekstra gaya apung sebesar 63,30%. Hal ini da-
pat membuat ponton tetap dalam keadaan
konstruksi rumpon. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2. terapung meskipun terdapat sejumlah biota air
yang menempel pada ponton. Nilai ekstra gaya
apung dipengaruhi oleh tiga faktor penting,
4. PEMBAHASAN yaitu ukuran ponton, jumlah atraktor daun
kelapa dan ukuran pemberat utama. Ponton
Daya tahan rumpon di laut dipengaruhi berfungsi sebagai pelampung rumpon, ukuran
oleh beberapa hal, seperti material, teknik pera- ponton yang besar mengakibatkan volume dan
kitan dan penurunan. Dipengaruhi juga oleh gaya apung yang besar. Ponton ini memiliki
faktor eksternal, meliputi faktor-faktor oseano- ukuran panjang 305 cm, tinggi kerucut 42,5 cm
grafi, bertambatnya kapal dan adanya tindak dan diameter 95 cm sehingga memiliki volume
kejahatan. Material-material yang digunakan 3
sebesar 2.262.323,05 cm dan gaya apung
pada konstruksi rumpon yang diteliti tergolong sebesar 2.318.881,13 gs.
memenuhi persyaratan umum material rumpon
seperti yang telah dijelaskan Rumpon Study Bentuk kerucut pada ponton berfungsi
Group Bogor Agricultural University (1987). untuk mengikuti arah arus. Perputaran arah
Adapun persyaratan tersebut meliputi material ponton yang terjadi tidak akan menyebabkan
utama rumpon yaitu ponton, atraktor, tali rum- wire dan tali utama terlilit, sebab terdapat swivel
pon dan pemberat. pada sambungan ponton ke wire. Ponton dibu-
at dari plat baja, dengan pertimbangan bahwa
Ponton mempunyai kemampuan menga-
plat baja tidak cepat karat sehingga tidak mu-
pung yang baik, konstruksinya kuat serta memi-
dah bocor dan tenggelam. Ukuran panjang
liki kemampuan bertahan terhadap gelombang
ponton sangat berpengaruh karena semakin
dan angin. Ponton dapat dikenali dari kejauhan
panjang ponton, akan memperbesar resiko se-
dengan warna kuning yang mencolok. Atraktor
perti tertabrak kapal dan patah. Penggunaan
yang digunakan pada konstruksi rumpon mem-
rakit sebagai pelampung biasanya untuk perair-
punyai daya pikat yang baik terhadap ikan, de-
an yang tidak jauh dari pantai. Rumpon di loka-
ngan bentuk seperti pepohonan yang disusun
si penelitian ini menggunakan pelampung jenis
secara vertikal. Atraktor berasal dari daun kela-
ponton walaupun daerah perairan tempat pe-
pa dan ban bekas yang merupakan bahan yang
nurunannya tidak jauh dari pantai. Hal ini di-
kuat, murah, tahan lama dan dapat dipakai un-
maksudkan supaya pelampung rumpon dapat
tuk berlindung bagi ikan-ikan kecil. Tali tidak
lebih tahan lama dan nelayan telah terbiasa
mudah membusuk, mempunyai gaya apung
menggunakan pelampung tipe ponton.
yang baik untuk mencegah gesekan dengan
material lain, kuat dan harga relatif murah serta
4.1.2 Atraktor
mudah didapat, dapat bertahan terhadap arus
dan beban tambahan. Bahan pemberat murah, Atraktor daun kelapa sebanyak 50 pele-
kuat dan mudah didapat. Pemberat memiliki pah dipasang pada bagian tali utama yang ber-
berat jenis yang besar dan bentuk permukaan- tujuan agar ikan lebih cepat terkumpul. Atraktor
nya tidak licin. permanen yang dipasang berfungsi agar ikan

116 Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung…


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

Tabel 1 Bahan Penelitian


No. Material Komponen Penyusun
1. Ponton Gabus dilapisi plat baja 4 mm
2. Hillban Ban mobil bekas disayat pada bagian tengah setebal 2 cm
3. Tali raffia Tali rafia berwarna merah, hijau, kuning dan biru
4. Atraktor daun kelapa Daun kelapa sebanyak 80 batang
5. Pemberat Semua pemberat memiliki komponen penyusun yang sama, yaitu
a. Pemberat atraktor pasir dan semen disertai beberapa material tambahan (batu, kerikil
dan split). Khusus untuk pemberat utama menggunakan besi behel,
b. Pemberat antara
hillban dan drum sebagai media pembentuk. Pemberat atraktor dan
c. Pemberat utama antara menggunakan ember kecil dan besar sebagai media
pembentuk.
6. Wire dan swivel Baja sebagai bahan penyusun
7. Tali utama Serat campuran yang diproduksi pabrik tradisional Tegal
8. Segel Besi sebagai bahan penyusun
9. Selang Selang berdiameter 1 inchi berwarna biru
10. Kuku macan Besi sebagai bahan penyusun
11. Karung Karung beras
12. Tali PE Tali tambang hijau berdiameter 7 mm

Keterangan :
a = ponton
b = atraktor permanen
c = wire
d = pemberat antara
e = tali utama
f = hillban tali utama
g = pemberat utama
h = atraktor daun kelapa

Gambar 1 Desain rumpon dalam penelitian.

Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung… 117


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

tetap berada di sekitar rumpon ketika material untuk mengurangi kemungkinan putus saat ber-
daun kelapa sudah tidak ada dan belum dilaku- gesekan dengan benang pancing. Pengguna-
kan pergantian yang baru. Atraktor permanen an wire juga bertujuan untuk menghindari terja-
memang lebih kuat dibandingkan dengan atrak- dinya pencurian tali utama dan ponton. Hal ini
tor daun kelapa. Atraktor ini merupakan bahan juga diantisipasi dengan pemasangan dua buah
sintetis sehingga tidak dapat mengalami pem- pemberat antara pada tali utama yang akan
busukkan. menyulitkan usaha pencurian. Namun demiki-
an terdapat juga kelemahan penggunaan wire,
Atraktor jenis ini bersifat sementara, agar
yaitu gesekan yang terjadi dapat membuat tali
ikan tidak meninggalkan rumpon ketika material
utama bisa cepat putus akibat permukaan wire
daun kelapa sudah tidak ada lagi. Pemasa-
yang kasar. Hal ini sudah diantisipasi dengan
ngan atraktor ini berada dekat permukaan air
penggunaan selang dan tali PE sebagai bahan
sehingga banyak ditemukan ikan kecil di sekitar
pelapis sambungan. Penggunaan tali jenis PE
rumpon (Yusfiandayani, 2004). Selain itu, jenis
telah sesuai karena polyethylene memiliki keku-
alat tangkap yang digunakan juga telah dise-
atan putus (breaking strength) yang baik.
suaikan dengan ikan-ikan yang menjadi tujuan
Breaking strength adalah kekuatan maksimum
penangkapan sehingga bahan atraktor dipa-
yang diperlukan untuk membuat putusnya ba-
sang dibagian atas.
han dalam suatu uji yang menggunakan kete-
Daun kelapa sebagai atraktor merupakan gangan (Fridman, 1988). Tali yang terbuat dari
hal yang sangat umum digunakan pada kon- serat-serat alami dan sintetik sudah terdapat
struksi rumpon, karena keberadaannya terse- standar (ISO), sehingga dapat dilihat berat,
bar di setiap daerah pesisir pantai sehingga breaking strength dan data konstruksinya dari
mudah didapat dan harganya pun tergolong ukuran diameter secara praktis (Klust, 1987).
murah (FAO, 1990). Daun kelapa merupakan Penggunaan mooring line dengan 3 strand
bahan yang cukup efektif untuk memikat ikan. nylon rope banyak digunakan (Koopmann dan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusfian- Hotchin, 2008) tetapi disarankan untuk meng-
dayani (2004), yang menyebutkan bahwa atrak- gunakan 8–12 strand plaited ropes untuk men-
tor daun kelapa (Cocos nucifera) lebih kuat ber- cegah terlepasnya pilinan pada tali. Terlepas-
tahan di perairan dibandingkan dengan atraktor nya pilinan pada tali akan mengurangi breaking
daun nipah (Nypa fructican) dan atraktor daun strength sekitar 30%.
pinang (Areca catechu). Atraktor daun kelapa
memiliki kandungan mineral Ca, Mg, Mn, dan B 4.1.4 Pemberat
tertinggi dibandingkan dengan atraktor daun
Pemberat terbuat dari drum yang dipo-
nipah dan pinang. Atraktor daun kelapa memili-
tong dua bagian, dengan pertimbangan bahwa
ki lapisan cuticle dan epidermis yang lebih tebal
bobot pemberat bisa lebih ringan untuk memu-
(baik bagian atas maupun bawah) dibanding-
dahkan proses pengangkutan ke kapal dan
kan dengan daun nipah dan daun pinang.
penurunannya. FAO (1990); Yusfiandayani
Atraktor daun kelapa memiliki struktur susunan
(2004), menyebutkan penggunaan cor semen
daun yang lebih stabil dan mengalami sedikit
sebagai komponen pemberat menguntungkan
perubahan meskipun telah diletakkan selama
karena lebih mudah dibentuk. Proses pe-
15 hari di perairan. Atraktor daun kelapa meru-
ngangkutan dapat lebih mudah dilakukan. Se-
pakan atraktor daun terbaik yang dapat diguna-
makin dalam perairan maka semakin besar
kan sebagai atraktor pada rumpon dilihat dari
ukuran bobot pemberat utama. Hal ini dimak-
segi morfologi, anatomi dan daya tahan di sua-
sudkan untuk mengimbangi tekanan yang se-
tu perairan pada setiap musim.
makin tinggi. Tekanan di laut akan bertambah
secara linier dengan bertambahnya kedalaman,
4.1.3 Tali rumpon
khususnya untuk cairan seperti air yang kera-
Tali rumpon adalah tali yang menghu- patannya konstan (Tipler, 1991).
bungkan ponton dengan pemberat utama. Je-
3.1 digunakan sebanyak dua jenis,
nis tali yang 4.2 Material Pelengkap
yaitu tali utama dan wire. Panjang tali utama
adalah 90 m, sedangkan wire adalah 30 m de- Ada delapan jenis material pelengkap
ngan diameter masing-masing 2,2 cm dan 1,7 yang digunakan pada konstruksi rumpon, meli-
puti: swivel, segel, selang, hillban, karung, kuku
cm. Panjang tali rumpon 1,8 kali kedalaman,
yaitu sepanjang 90 m untuk kedalaman perair- macan, tali rafia dan tali PE. Selain material-
an 50 m. Penggunaan panjang tali rumpon ber- material tersebut, terdapat juga beberapa jenis
variasi tetapi umumnya berkisar antara 1,5 material pelengkap yang tidak digunakan, se-
perti jangkar, double/single thimble (timli), rantai,
sampai 1,8 kali kedalaman perairan (Subani
dan Barus, 1989; Palladin, 1998). Wire diguna- pelampung tambahan, dan bendera tanda. Ma-
kan pada konstruksi rumpon dengan tujuan

118 Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung…


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

Tabel 2 Total Gaya Apung dan Gaya Tenggelam


No. Material W (gs) V (cm3) ρ (gs/cm3) F (gs) Fs (gs)
1. Ponton 863.443,83 2.262.323,05 0,3817 2.318.881,13
2. Tali utama 16.666,67 17.543,86 0,9500 17.982,46
3. Pemberat : 15.194,24
a. Atraktor 27.500,00 12.005,62 2,2906 27.985,32
a. b. Antara 51.600,00 23.038,72 2,2397 918.364,51
b. c. Utama 1.677.410,00 740.532,17 2,2651
4. Wire 35.000,00 4.729,73 7,400 30.152,03
5. Tali atraktor 8.333,33 8.771,93 0,9500 8.991,23
6. Segel 780,00 105,40 7,400 671,96
7. Kuku macan 1.800,00 243,24 7,400 1.550,68
8. Hillban tali utama 5.280,00 1.457,49 1,4790 1.620,75
9. Atraktor permanen
a. Hillban 7.040,00, 1.943,32 1,4790 2.164
b. Tali 4.444,44 4.678,36 0,9500 4.795,32
c. Tali rafia 480,00 1.207,28 0,3976 1.237,48
10. Tali penyatu pemberat 1.111,11 1.169,59 0,9500 1.198,83
11. Atraktor daun kelapa 271.200,00 363.538,87 0,7459 372.690,00
12. Hillban pemberat 24.640,00 6.801,62 1,4790 3.781,75
utama
13. Selang 800,00 376,99 1,2121 123,5
14. Karung 500,00
a. Hillban 288,00 1.750,00 0,5760 512,50
b. Pemberat 1.008,00 0,5760 1.793,75
15. Hillban ponton 5.280,00 1.457,49 1,4790 5.280,00
16. Tali PE 100,00 105,26 0,9500 107,89
Total gaya apung 2.743.896,59
Total gaya tenggelam 1.006.888,74

4.2 Material Pelengkap


terial-material ini tidak digunakan karena fung- yang lebihdari
sebagian dalam memiliki
ponton konstruksi
yang berada yang lebih
di bawah
sinya Ada
sudahdelapan
tergantikan lengkap.
jenisoleh material
material peleng-
pelengkap permukaan air laut. Volume ponton yang ber-
kap yang digunakan, sehingga
yang digunakan pada konstruksi rumpon ini penggunaannya ada di atas dan di bawah permukaan air laut
3.3
menjadi 4.3 Perhitungan gayatenggelam
apung dan gaya
meliputi tidak efisien,
swivel, segel,misalnya
selang, pada pengguna-
hillban, karung, tergantung dari gaya yang bekerja
an
kuku macan, tali rafia dan tali PE. sebagai
selang dan tali PE yang berfungsi Selain padatenggelam
ponton. Gaya material rumpon
tenggelam tersebut adalah
bahan pelapis sambungan
material-material tersebut,yang dapat meng-
terdapat juga gaya tenggelam ponton itu sendiri dan material
Gaya apung ponton merupakan gaya
gantikan
beberapafungsijenis dari timli. pelengkap
material Rumpon dalam yangpene-
tidak yang berada di bawahnya. Hasil perhitungan
fluida (air laut) yang bekerja pada ponton saat
litian ini dipasang
digunakan, pada jangkar,
seperti kedalamandouble/single
50 m, maka menyebutkan bahwa total gaya apung material
seluruh bagian ponton berada di bawah
kelengkapan konstruksi rumpon
thimble (timli), rantai, pelampung tambahan, yang diguna- rumpon adalah sebesar 2.743.896,59 gs dan
permukaan air laut. Gaya ini lebih besar jika
kan berkorelasi dengan kedalaman
dan bendera tanda. Material-material ini tidak perairan total gaya tenggelam adalah 1.006.888,74 gs.
dibandingkan dengan gaya tenggelam,
tempat
digunakan rumpon
karena dipasang.
fungsinyaHal sudahini sesuai de-
tergantikan sehinggaGayadiperoleh
apung lebih nilai besar
ekstra dibandingkan
gaya apung
ngan pendapat Sudirman dan
oleh material pelengkap yang digunakan, Mallawa (2004),
sebesar gaya
dengan 63,30%.
tenggelam,Pada kondisi yang
memungkinkan pon-
yang
sehinggamenyebutkan
penggunaannya bahwamenjadi
umumnya tidakrumpon
efisien, sebenarnya
ton hanyauntuk
lebih fleksibel sebagian dari ponton
bergerak bila adayangpe-
yang
misalnya pada penggunaan selanglebih
dipasang di perairan yang dalam
dan tali PE berada gaya
ngaruh di bawah permukaan
eksternal air laut.
seperti faktor arus.Volume
Pan-
memiliki konstruksi yang lebih
yang berfungsi sebagai bahan pelapis lengkap.
ponton
jang yang merupakan
tali juga berada di faktoratas yang
dan berpenga-
di bawah
sambungan yang dapat menggantikan fungsi permukaan
ruh terhadap air laut tergantung
fleksibilitas bergerak daridari ponton
gaya
4.3
dari Perhitungan
timli. Gaya Apung
Rumpon dalam dan Gaya ini
penelitian tenggelam Panjang
yang bekerja padadigunakan
ponton. Gaya
tersebut. tali yang pada
Tenggelam Material Rumpon
dipasang pada kedalaman 50 m, maka tenggelam rumpon tersebutadalahadalah1,8gaya tenggelam
konstrtuksi kali kedalaman
kelengkapan
Gaya apung konstruksi rumpon gayayang
ponton merupakan flu- ponton
laut itu dan
(wire sendiri
tali dan material
utama). yang berada
Pengaruh gaya a-di
digunakan berkorelasi dengan
ida (air laut) yang bekerja pada ponton kedalaman
saat bawahnya.
pung yang lebih Hasil
besar perhitungan menyebutkan
dari gaya tenggelam pa-
perairanbagian
seluruh tempat rumpon
ponton dipasang.
berada Hal ini
di bawah permu- bahwa
da ponton total
sertagaya
dengan apung material
panjang tali 1,8 rumpon
kali ke-
sesuaiair laut.
kaan dengan Gayapendapat Sudirman
ini lebih besar dan
jika diban- adalah sebesar
dalaman 2.743.896,59
memungkinkan untukgsponton
dan total gaya
tersebut
Mallawa dengan
dingkan (2004),gaya
yangtenggelam,
menyebutkan bahwa
sehingga di- tenggelam
dapat adalah
bergerak baik1.006.888,74
secara vertikalgs. maupun ho-
umumnyanilai
peroleh rumpon yanggaya
ekstra dipasang
apungdi sebesar
perairan rizontal.
63,30%. Pada kondisi yang sebenarnya hanya

Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung… 119


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

5. KESIMPULAN report). Australia: Department of Agriculture


Fisheries and Forestry, Australian Govern-
Konstruksi rumpon pada penelitian ini ment.
memiliki beberapa jenis material, antara lain
ponton, wire, tali utama, atraktor (daun kelapa Monintja DR. 1993. Study On The Development
dan permanen) dan pemberat (utama, antara of Rumpon As Fish Aggregation Device In
dan atraktor). Material pelengkap lainnya ada- Indonesia. Maritek. Buletin ITK. Bogor:
lah swivel, segel, selang, hillban, karung, kuku Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan,
macan, tali rafia dan tali PE. Perhitungan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
teknis menghasilkan sejumlah data, yaitu total 3 (3): 137 hal.
gaya apung material rumpon adalah Nelson PA. Marine fish assemblages associa-
2.743.896,59 gs dan total gaya tenggelam ma- ted with fish aggregating device (FADs):
terial rumpon adalah 1.006.888,74 gs, sehingga effects of fish removal, FAD size,fouling
terdapat ekstra gaya apung sebesar 63,30%. communities and prior recruits. Fish. Bull.
Total gaya apung dan gaya tenggelam ini lebih 101: 835–850
kecil dibandingkan dengan breaking strength
tali utama (6.500.000 gs), sehingga tali utama Palladin M. Safety system developed for light
dapat bertahan saat gaya apung dan gaya FADs. SPC Fish Aggregating Device
tenggelam maksimum. Disarankan untuk meng- Information Bulletin 3-March 1998.
gunakan 8–12 strand plaited ropes hal ini untuk
Rumpon Studi Group Bogor Agricultural Univer-
mencegah terlepasnya pilinan pada tali.
sity. 1987. Final Report Survey On The Lo-
cation And Design Of Rumpon (Payaos) In
DAFTAR PUSTAKA Ternate, Tidore And Bacan Waters. (tidak
dipublikasikan). Bogor: The Departement
Bach P, Dagorn L, Josse E, Bard FX, Abbes R, Of Fisheries Resource Utilization Faculty Of
Bertrand and Misselis C. 1998. Experimen- Fisheries Bogor Agricultural University.
tal research and fish aggregating devices Hal V 1 -10.
(FADs) in French Polynesia. SPC Fish
Aggregating Device Information Bulletin. 3 Stewart J. 1998. Kalkulus. (alih bahasa I Nyo-
March 1998. man Susila, Hendra Gunawan, 2001). Edisi
4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hal 1.
de San M and Pages A. 1998. FADs – The
Western Indian Ocean experience. SPC Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penang-
Fish Aggregating Device Information Bulle- kapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
tin. 3 – March 1998. Jurnal Penelitian dan Perikanan Laut no. 50
tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian
IRD, 2008. Does fishing on drifting fish aggre- Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pe-
gation devices endanger the survival of ngembangan Pertanian Departemen Perta-
tropical tuna ?.Actualite’ Scientifique. Scien- nian. Hal 8-14.
tific News. France: Institut de recherche
pour le développement. Sudirman H dan Mallawa. 2004. Teknik Pe-
nangkapan Ikan. Jakarta: Asdi Maha Satya.
FAO. 1990. IPFC Symposium on Artificial Reefs Rineka Cipta. Hal 27-32.
and Fish Aggregating Devices (FADS) as
Resource Enchancement and Fisheries Tipler PA. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Management Tools. Colombo, Srilanka, Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal
May 1990. Food and Agriculture Organiza- 383-398.
tion of The United Nations Victoria. Yusfiandayani R. 2004. Studi Tentang Meka-
Klust G. 1987. Bahan Jaring untuk Alat Pe- nisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di
nangkap Ikan. (alih bahasa tim penerjemah Sekitar Rumpon dan Pengembangan Peri-
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan kanan di Perairan Pasauran Propinsi Ban-
Semarang). Semarang: BPPI. Hal 69-88. ten. Disertasi (tidak dipublikasikan). Bogor:
Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah
Koopman M and Hotchin J. 2008. Trial of fish Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 229
Aggregation evices in Victorian water (Final Hal.

120 Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung…


Buletin PSP, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

Lampiran contoh penghitungan gaya apung dan gaya tenggelam

Perhitungan Teknis Material Rumpon b. Berat (w)


1. Ponton ρ gabus = wgabus
plat baja = 4 mm = 0,4 cm ; diameter = 95
V gabus
cm isi ponton = gabus ; panjang = 305 cm
w gabus = ρ gabus x V gabus
tinggi kerucut = 42,5 cm 3 3
= 0,25 gs/cm x 2.220.664,21 cm
= 555.166,05 gs
a. Volume (V)
w baja = ρ baja x V baja
Vponton = Vtabung + Vkerucut 3 3
= 7,4 gs/cm x 41.659,16 cm
2 1 2
= (π r t) + ( /3 π r t)
= 308.277,78 gs
2 1 2
= {π x (47,5) x 305} + { /3 π x (47,5) x 42,5}
wponton = W gabus + W baja
1
={πx 2256,25 x 305}+{ /3 π x 2256,25 x 42,5}
= 555.166,05 gs + 308.277,78 gs
= 2.161.906,62 + 100.416,43
= 863.443,43 gs
3
= 2.262.323,05 cm
c. Berat jenis (ρ)
Ukuran gabus :
ρ ponton = wponton
panjang = 305 – 0,4 = 304,6 cm
V ponton
Ф = 95 – (2 x 0,4) = 95 – 0,8 = 94,2 cm 3
= 863.443,43 gs = 0,3817 gs/cm
tinggi kerucut = 42,5 – 0,4 = 42,1 cm 3
2.262.323,05 cm
Vgabus = Vtabung + Vkerucut
2 1 2
= (π r t) + ( /3 π r t) d. Gaya apung (F)
2 1 2
={π x (47,1) x 304,6}+{ /3 π x (47,1) x 42,1} F = ρ air laut x V ponton
1 3 3
={πx 2218,41x 304,6}+{ /3πx 2218,41 x 42,1} = 1,025 gs/cm x 2.262.323,05 cm
= 2.122.861,13 + 97.803,08 = 2.318.881,13 gs
3
= 2.220.664,21 cm
e. Gaya tenggelam (Fs)
Vbaja = Vponton – Vgabus
FS = w ponton – F
= 2.262.323,05 – 2.220.664,21
3 = 863.443,43 gs - 2.318.881,13 gs
= 41.659,16 cm
3 3 = - 1.455.437,3
ρ gabus = 250 kgs/m = 0,25 gs/cm
3 3
ρ baja = 7400 kgs/m = 7,4 gs/cm

Pertimbangan Desain dan Estiasi Gaya Apung… 121

Anda mungkin juga menyukai