PENDAHULUAN
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang memiliki nilai ekonimis yang cukup tinggi dan merupakan
komoditas ekspor yang permintaannya dari tahun ketahun semakin meningkat.
Sampai saat ini, seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari
hasil penangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah
populasinya di alam (Amtoni dkk, 2010).
Rajungan tergolong hewan dasar pemakan daging yang termasuk dalam
family portunidae (Sidauruk, 2018). Rajungan dapat ditemukan pada daerah
intertidal dan subtidal yang ditumbuhi padang lamun dengan substrat umumnya
terdiri dari pasir halus sampai pasir kasar serta pada kedalaman 31meter dengan
substrat berupa hamparan pasir halus (Hamid et al.,2016).
Jaring adalah salah satu alat penangkap rajungan yang kerap digunakan
nelayan karena konstruksinya yang sederhana dengan metode pengoperasian yang
relatif lebih mudah. (Martasuganda, 2008).
Kelurahan Lapulu adalah salah satu wilayah kelurahan di Kecamatan
Abeli Kota Kendari. Memiliki wilayah pantai dan daratan yang salah satu
aktivitas masyarakat di Kelurahan Lapulu merupakan nelayan tangkap, pada
sektor penangkapan ikan beragam jenis alat tangkap yang kerap digunakan seperti
gillnet, purse seine, pancing ulur, pancing tonda, dan lain-lain.
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kelurahan Lapulu untuk
menangkap rajungan adalah jaring rajungan yang prinsip pengoperasiannya sama
dengan jaring insang dimana dalam pengoperasiannya di bawah atau di dasar
perairan yang sasaran utama penangkapan adalah rajungan. Rajungan yang
tertangkap oleh alat tangkap jaring mempunyai kualitas tinggi meskipun ada
beberapa bagian rajungan yang tidak utuh (Sari, et al., 2016).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan setiap hari pada bulan Februari sampai bulan Maret
2022. Lokasi penelitian bertempat di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara.
Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:
50 cm
5
M E
at
a
11,8 Cm
D
1.056 Mata
B
Gambar 2. Desain Alat Tangkap Jaring
Keterangan :
A. Pelampung penanda
B. Batu pemberat
C. Pelampung
D. Pemberat
E. Mata jaring
F. Mesh size = 3 inci
Jaring rajungan yang diamati di lokasi penelitian memiliki ukuran mata
(mesh size) 3 inci (7,62 cm) ukuran mata jaring yang digunakan sama pada seluruh
badan jaring. Jaring yang digunakan berwarna bening dengan simpul bendera.
Bentuk simpul yang demikian ditujukan agar simpul tidak mudah bergeser karena
sifat permukaan benang yang licin. Jaring yang digunakan terbuat dari bahan PA
monofilament.
Penggunaan bahan PA monofilament karena sifatnya yang tahan, lebih
lentur, tenggelam, sedikit menyerap air dan tidak kaku dibandingkan bahan
sintetis lain yang banyak di pasaran seperti nylon. Menurut Prado dan Dremiere
(1991), bahan PA monofilament memiliki kekuatan dan daya tahan gesekan yang
baik, kemuluran dan kelenturan amat baik. Perawatan untuk jaring ini mudah
dilakukan hanya di angin-anginkan hingga kering. Sifat bahan yang demikian
diperlukan, mengingat jaring ini dipasang di permukaan perairan seluruh bagian
jaring tenggelam. Selain itu sifat bahan yang lentur, akan memudahkan saat
melakukan penurunan jaring di dalam perairan.
Jumlah mata jaring horizontal pada tepi atas sama dengan tepi bawah yaitu
1.050 mata dan jumlah mata jaring secara vertikal yaitu 5 mata. Jumlah
pelampung sebanyak 43 buah dengan jarak antar pelampung 50 cm sedangkan
pelampung tanda sebanyak 2 buah dan pemberat sebanyak 179 buah dengan jarak
antar pemberat 11,8 cm sedangkan pemberat jangkar sebanyak 2 buah sesuai
jumlah pelampung tanda.
Tali pelampung, tali pemberat, dan tali pelampung tanda sama-sama
terbuat dari bahan polyethylene (PE) yang berdiameter 1,64 mm. Tali pelampung
berfungsi sebagai tempat tergantungnya pelampung dan tali pemberat berfungsi
sebagai tempat tergantungnya pemberat. Pelampung tanda yang digunakan oleh
nelayan berjumlah dua buah, masing-masing dipasang pada setiap ujung jaring.
Pelampung ini terbuat dari gabus. Pelampung tanda ini berb entuk kotak dengan
panjang 170 mm, lebar 170 mm, dan tebal/tinggi 80 mm. Pelampung tanda ini
berfungsi sebagai tanda di ujung jaring.
Tali ris atas yang sekaligus sebagai tali pengikat pelampung terbuat dari
bahan polyethylene (PE) yang berdiameter 0,78 mm berfungsi untuk menggantung
jaring dan untuk mengikat pelampung pada tali pelampung. Tali ris bawah terbuat
dari bahan PA monofilament yang berdiameter 0,4 mm berfungsi untuk mengikat
pemberat pada tali pemberat.
Jaring rajungan dioperasikan dengan menggunakan perahu yang terbuat
dari bahan fiber glass. Perahu yang digunakan memiliki panjang keseluruhan
(Length over all/LOA) 6 m, lebar (breadth maximum/Bmax) 0,60 m, dan tinggi
(depth/D) 0,50 m menggunakan mesin katinting sebagai alat penggerak dengan
menggunakan bahan bakar bensin. Perahu yang digunakan nelayan memiliki
sayap apung di kedua sisi sebagai penyeimbang perahu. Bentuk perahu yang
digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 3.
50
40
30
20
10
0
82,3- 91,4- 100,5- 109,6- 118,7- 127,8- 136,9- 146,0- 155,1 -
91,3 100,4 109,5 118,6 127,7 136,8 145,9 155,0 164,1
Ukuran Lebar (mm)
30
25
20
15
10
5
0
23,9- 32,0- 40,1- 48,2- 56,3- 64,4- 72,5- 80,6- 88,7-
31,9 40,0 48,1 56,,2 64,3 72,4 80,5 88,6 96,7
Bobot (gram)
Ga
mbar 5. Komposisi ukuran bobot rajungan
3.1.4 Hasil Tangkapan Sampingan
Meskipun target utama tangkapan jaring adalah jenis rajungan, tetapi juga
ada beberapa spesies yang ikut tertangkap karena pengoperasian alat tangkap
jaring adalah di dasar perairan sehingga ikan yang habitatnya di dasar perairan
juga ikut tertangkap. Hasil tangkapan sampingan yang tertangkap pada alat
tangkap jaring selama penelitian dapat dilihat pada gambar 6.
70
Tangkapan Utama
Tangkapan Sampingan
212
Daftar Pustaka
Adam , I. Jaya, M.F. Sondita (2006). Model Numerik Difusi Populasi Rajungan
(Portunus Pelagicus) di Perairan Selat Makassar. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia. 13(2): 83-88.
Akiyama, S. 1997. Discarded Catch of Set-Net Fisheries In Tateyama Bay.
Journal of The Tokyo University Of Fisheries.
Arios, A.H., Anhar, S, & Suradi, W.S. 2013. Hasil Tangkapan Rajungan
(Portunus Pelagicus) dengan Menggunakan Alat Tangkap Bubu Lipat yang
Didaratkan di TPI Tanjung Sari Kabupaten Rembang. Journal of
management of aquatic resources. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro. Semarang. Vol 2 (2): hlm 243-248.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Corsini F. M., Kondylatos, G, & Economidis, P, S. 2004. Occurrence of the
lessepsian species Portunus pelagicus (Crustacea) and Apogon pharonis
(Pices) in the marine area of Rhodes Island. Mediterranean Marine
Science. Vol 5(1): page 83-89.
Darya. 2002. Pengaruh lama perendaman (soaking time) jaring kejer terhadap
tangkapan rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Gebang Mekar,
Cirebon, [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, S., Sudirman , S., Bahri., E., Nurcahyono, H., Batubara dan M.
Syaichudin. 2006. Petunjuk teknis pembenihan rajungan (Portunus
Pelagicus Linnaenus). Diterbitkan atas kerjasama departemen kelautan
dan perikanan, Direktor Jendral Perikanan dengan Balai Budidaya Air
Payau, Takalar.
Gardenia, Y.T/2006. Teknologi Penangkapan Pilihan Untuk Perikanan Rajungan
Di Perairan Gerbang Mekar Kabupaten Cirebon. Skripsi, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Gonzales, RMP DAN Harold, MM. 2017. Effects of net height of crab entangling
nets on the capture of targeted economically important portunid species
and non-target species. Japanese Society of Fisheries Science.
Hamid, A. and Wardianto, Y. 2018. Diversity of Decapod Crustaceans in
Lasongko Bay, South-east Sulawesi, Indonesia. Biodiversity Journal, 9
(3): 303-311.
Hamid, Abdul, Yusli Wardiatno, Djamar T F Bumban Batu, Dan Etty Riani. 2016.
“Distribusi Ukuran Spasial-Temporal Dan Berdasarkan Tingkat
Kematangan Ronad Rajungan (Portunus Pelagicus Linnaeus 1758) Di
Teluk Lasongko, Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.” Jurnal Omni-
Akuatika, 12(2).
Ihsan. 2018. Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan
(Portunus Pelagicus) di Perairan Kabupaten Pangkep. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. UMI Makassar. Makassar. Vol 9.
Juwana, S & Kasijan. 2000. Perikanan Rajungan, Cara Budidaya dan Menu
Masakan. Djambatan. Jakarta. 138 hlm.
Kangas, M.I. 2000. Synopsis of Biology and Exploitation of the Blue Swimming
Crab, Portunus pelagicus Linnaeus, in Western Australia. Fisheries
Research Report No. 121. Fisheries Western Australia. Western Australia.
Perth. 22 hlm.
Kordi, M.G.H 2009. Budi Daya Perairan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodologi. Universitty of British Columbia.
Levinton, J.S 1982. Marine Ecology, Prentice hall, Inc, Englewood cliffs, New
Jersey.
Mardhan, N.T., La Sara dan Asriyana. 2019. Analisis Hasil Tangkapan Rajungan
(Portunus Pelagicus) sebagai target utama dan komposisi bycatch alat
tangkap gillnet di perairan pantai purirano, Sulawesi tenggara. Jurnal
biologi tropis, 19 (2):205-213.
Muhammad,S.Irfan I & Eko, GS. 2014. Pemberdayaan Tujuh (Saptagon / Heptag
on) Akses Rumah Miskin, Penguatan Ekonomi Rumah Tangga Untuk
Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Munthe, T. & RivoHasper Dimenta. 2022. Biologi Reproduksi Rajungan
(Portunus Pelagicus) di Ekosistem Mangrove Kabupaten Labuhan Batu.
Muslim. 2000. Studi penangkapan rajungan (Portunus pelagicus) di perairan
Cambaya, Kota Madya Makassar. Sulawesi Selatan, [Skripsi]. Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nofrizal, Romie J, Yani AH, Alfin. 2018. Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch
dan Discard) pada Alat Tangkap Gombang (Fillter net) Sebagai Ancaman
Bagi Kelestarian Sumberdaya Perikanan. Marine Fisheries. 9(2): 221-233.
Subani, W. dan Barus, H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta. .
Suharyanto (2005). Pemeliharaan Induk Kepiting Rajungan (Portunus Pelagicus)
dengan warna dasar bak yang berbeda. Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Payau Maros. Sulawesi Selatan. 12-19 hal.
Sumpton WD, Potter MA & Smith GS. (1994). Reproduction and Growth of the
Commercial Sand Crab (Portunus Pelagicus) in Moreton Bay Queensland.
Asian Fisheries Science 7(1994) : 103-133.
Tambunan, Sutan Barita S., Fauziyah & Fitri Agustriani (2010). Selektivitas Drift
Gillnet Pada Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger Kanagurta) di Perairan
Belawan Pantai Timur Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara. Jurusan
Ilmu Kelautan FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia.
Trijuno, D.D. Yushinta, F. Agviranti. & Syamsurya, M. 2015. Quality of Blue
swimming crab Portunus pelagicus Larvae from Domesticated
Broodstock. Aquacultura Indonesiana vol. 16, no. 1:22-28.
Tzanatos E, Somarkis S, Tserpes G, Koutsikopoulus C. 2007a. Discarding
Practices in a Mediterrsnean Small-Scale Fishing Fleet (Patraikos Gulf,
Greece). Fisheries Manangement and Ecology. 14(4): 277-285.
Williams, M. J. 1982. Natural food and feeding in the commercial and crab
Portunus pelagicus Linnaeus, 1766 (Crustacea: Decapoda: Portunidae) in
Moreton Bay, Queensland. Journal of Experimental Marine Biology and
Ecology, 59(2-3), 165-176.
Yokes, M.B., Karhan, S.U., Okus, E., Yuksek, A., Aslan-Yilmaz, A., Yilmaz N.,
Demirel, V., Galil, B.S. 2007. Alien Crustacean Decapodas from the
aegnean Coast of Turkey. Aquatic Invasions 2(3); 162-168. G