Hukum Adat Di Indonesia
Hukum Adat Di Indonesia
Oleh karena itu menyinggung sedikit teor-teori berikut yang berhubungan antara Hukum Adat
dan Agama:
1.Receptio in Complexu
Receptio in Complexu merupakan teori yang dikemukakan oleh Lodewijk Willem Christian
Van Den Berg (1845–1927). Teori ini bermakna bahwa hukum yang diyakini dan
dilaksanakan oleh seseorang seharmoni dengan agama yang diimaninya. Oleh sebab itu, jika
seseorang beragama Islam maka secara langsung hukum Islamlah yang berlaku baginya,
demikian seterusnya. Dengan kata lain, teori ini dapat dipadankan dengan sebutan “teori
penerimaan secara kompleks atau sempurna”.
2. Receptie Theorie
Receptie Theorie atau teori resepsi merupakan teori yang diperkenalkan oleh Christian
Snouck Hurgronje (1857–1936). Teori ini selanjutnya ditumbuhkembangkan oleh pakar
hukum adat Cornelis Van Vollenhoven (1874–1933) dan Betrand Ter Haar (1892–1941).
Teori resepsi berawal dari kesimpulan yang menyatakan bahwa hukum Islam baru diakui dan
dilaksanakan sebagai hukum ketika hukum adat telah menerimanya. Terpahami di sini bahwa
hukum Islam berada di bawah hukum adat. Oleh karena itu, jika didapati hukum Islam
dipraktekkan di dalam kehidupan masyarakat pada hakikatnya ia bukanlah hukum Islam
melainkan hukum adat. Teori ini dapat pula dipadankan dengan sebutan “teori penerimaan”.
3. Receptio a Contrario
Sebagaimana diutarakan di depan bahwa teori ini merupakan teori pematah–populer yang
dikemukakan oleh Hazairin (1906–1975) dan Sajuti Thalib (1929–1990). Dikatakan sebagai
teori pematah karena teori ini menyatakan pendapat yang sama sekali berlawanan arah
dengan receptie theorie Christian Snouck Hurgronje di atas. Pada teori ini justru hukum adat-
lah yang berada di bawah hukum Islam dan harus sejiwa dengan hukum Islam. Dengan
sebutan lain, hukum adat baru dapat berlaku jika telah dilegalisasi oleh hukum Islam[4].
E. UNSUR-UNSUR
Menurut Soerojo dalam bukunya Hukum Adat memiliki dua unsur, yaitu:
1. Unsur Kenyataan: bahwa adat itu dalam keadaaan yang sama selalu diindahkan oleh
rakyat.
2. Unsur Psikologis,bahwa terdapat adanya keyakinan pada rakyat, bahwa adat dimaksud
mempunyai kekuatan hukum.
Unsur inilah yang menimbulkan adanya kewajiban hukum( opinio yuris necessitatis).
Selain itu Soerjono Soekanto dalam bukunya juga menyebutkan Unsur-unsur Hukum Adat
sebagai berikut:
1. Hukum asli Indonesia
2. Hukum agama
3. Kenyataan walaupun hukum adat ini tidak tertulis tapi dipatuhi oleh masyarakat
4. Punya kekuatan hukum[11]
5. Bidang-bidang hukum adat
Adapun Unsur lainnya yang kami kutip, unsur- unsur Hukum Adat terdiri dari:
1. Unsur Asli
a. Perbuatan Tingkah Laku masyarakat
b. Keputusan- keputusan para tokoh adat/para yg berwibawa
c. unsur Agama
2. Unsur Asing
Terbentuknya hukum adat melalui unsur asing, itudikarenakan hukum adat bersifat terbuka,
ia tidak menolak unsur-unsur yang datang dari luar, asalsaja tidak bertentangan dengan jiwa
hukum adat itu sendiri. [12]
contoh : terjadinya perkawinan di antara dua orangyang berbeda adat.
A. KESIMPULAN
Hukum adat itu adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan
keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis,
senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai akibat hukum (sanksi).
Hukum adat lahir dari dan dipelihara oleh keputusan-keputusan, keputusan para warga
masyarakat hukum, terutama keputusan berwibawa dari kepala-kepala rakyat yang
membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum. keputusan tersebut diambil dari nilai-
nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dn hidup kemasyarakatan anggota-anggota
persekutuan itu.
Jauh sebelum kedatangan bangsa Barat seperti Spanyol , Portugal, Belanda dan Inggreis,
sejak Abad ke- IV yaitu kedatangan bangsa Hindu dari India, karena pengaruh
kerajaan-kerajan yang ada di Indonesia maka masyarakat Indonesia dapat kita sebut telah
mengenal aturan-aturan sebagai pedoman berprilaku yang kita sebut Hukum. Jadi negeri
ini bukannya negeri yang tanpa hukum. tidak hanya itu, pada komunitas-komunitas lokal,
seperti di flores, sumba, bali,dan nusa tenggara mereka telah mengenal aturan hidup yang kita
disebut hukum.
B. SARAN
Perubahan-perubahan Hukum adat yang ada di Indonesia, tak lepas dari pengaruh barat
tempo dulu, oleh karena itu mari kita sekarang sama-sama mulai menjaga Hukum Adat di
Indonesia, karena tak dapat dipungkiri kearifan lokal dan warisn budaya yang kita miliki
sangat menarik perhatian asing untuk mempelajarinya.
NB. CANTUMKAN ALAMAT BILA INGIN MENGCOPY
DAFTAR PUSTAKA
Rato, Dominikus. 2014. Hukum Adat di Indonesia (Suatu Pengantar). Laksbang Justitia:
Surabaya
Haar, Ther. 1980. Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Pradnya Paramita: Jakarta Pusat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 Tentang Pembinaan dan
Pengembangan Adat Istiadat Ditingkat Desa/kelurahan
Soekanto, Soerjono. 2005.Hukum Adat Indonesia. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Ismail, Badruzzaman. 2003. Bunga Rampai Hukum Adat. Banda aceh
Soekanto, Soerjono. 1986. Kedudukan Kepala Desa Sebagai Hakim Perdamaian. Cv
Rajawali: Jakarta
http://mnahyanzullfikar.blogspot.co.id/2014/11/makalah-hukum-adat.html diunduh 17
September 2015
https://rezzeq.wordpress.com/2013/12/01/makalah-hukum-adat/ diunduh 17 September 2015
http://www.academia.edu/5698052/unsur_unsur_pembentuk_hukum_adat diunduh 17
September 2015
http://merantiblogs.blogspot.co.id/p/teori-teori-receptio.html diunduh 17 September 2015