Anda di halaman 1dari 2

Sumur Gumuling, Keindahan Arsitektur Masjid Bawah Tanah Yogyakarta

Dulu, Sumur Gumuling merupakan masjid yang digunakan oleh raja-raja Yogyakarta.
Bangunan cagar budaya ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubawana I.

Masyarakat lebih mengenal bangunan kuno ini dengan nama Masjid Bawah Tanah Taman
Sari. Masjid itu memang berlokasi di kompleks Taman Sari yang dibuat sebagai tempat
peristirahatan keluarga raja Yogyakarta. Kompleks Taman Sari yang dibangun pada
pertengahan abad ke-18 itu terletak di sebelah selatan Keraton Yogyakarta.

Dulunya, ada 59 bangunan di kompleks Taman Sari, antara lain berupa bangunan masjid,
ruang meditasi, kolam renang, dan 18 taman air serta paviliun yang dikelilingi danau buatan.

Sayangnya sebagian besar bangunan tersebut hancur pascaperang Jawa dan akibat serangan
Inggris. Bencana gempa bumi kemudian memperparah kehancurannya. Saat ini, bekas
reruntuhan Taman Sari telah digunakan sebagai perkampungan penduduk.

Yang tersisa dari dari kompleks tersebut adalah tempat permandian dan bangunan masjid
yang bernama Sumur Gumuling. Lokasi bangunan masjidnya tersembunyi, dapat dicapai
dengan melewati lorong bawah tanah yang mirip labirin.

Bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana I itu berfungsi
sebagai tempat ibadah sampai masa Sultan HB II. Setelah keraton membangun Masjid Gedhe
Kauman, Sumur Gumuling tidak lagi difungsikan sebagai masjid.

Selain sebagai masjid, Sumur Gumuling juga difungsikan sebagai benteng perlindungan
bawah tanah. Itu sebabnya, bangunannya tampak kokoh dan besar. Temboknya memiliki
ketebalan sekitar 1,25 meter.

Arsitektur tempat permandian dan Masjid Sumur Gumuling merupakan perpaduan budaya
Jawa dan Eropa. Sebelum proses pembangunan dimulai, arsitek Taman Sari sempat
berkunjung ke Batavia dua kali untuk mempelajari arsitektur Eropa.

Arsitektur masjidnya sendiri unik. Bagian atasnya membentuk bulatan tanpa atap. Bangunan
masjid terdiri atas dua lantai. Pada masanya, lantai 2 diperuntukkan untuk imam dan jemaah
pria, sementara lantai dasar diperuntukkan untuk jemaah wanita. Di masing-masing lantai
terdapat dua mihrab atau tempat berdiri imam untuk memimpin salat jemaah.

Pada bagian dalam, terdapat sumur dikelilingi lima tangga yang melambangkan jumlah rukun
Islam. Persis di bawah tangga yang saling bertemu di tengah terdapat kolam air dari Sumur
Gumuling.

Di bagian dinding juga terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi
bagian dalam masjid. Inilah yang membuat bangunan kuno ini spesial. Meskipun berada di
bawah tanah, arsitektur bangunan dengan banyak ventilasi dan atap yang terbuka
memungkinkan udara dan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.

Saat ini, bangunan yang berada di pusat Kota Yogyakarta tersebut menjadi destinasi wisata
arsitektur dan sejarah.

Anda mungkin juga menyukai