Anda di halaman 1dari 5

63

Lampiran 1
SOP MEDIS
GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN ANEMIA
1. Pengertian Transfuse darah adalahh tindakan memasukkan sel
(Definisi) komponen darah ke dalam tubuh melalui vena dengan
tujuan memberikan kebutuhan komponen darah sesuai
indikasi.
1. Definisi anemi renal disebut anemi renal jika kadar
hemoglobin (Hb) lebih kecil dari 14 gr/dl (laki-laki)
atau di bawah 12 gr/dl pada perempuan.
2. Anemia renal adalah anemia pada penyakit ginjal
kronis (PGK) yang terutama disebabkan penurunan
kapasitas produksi eritropostin. Beberapa factor lain
yang berkonstribusi untuk terjadinya anemia renal
termasuk defisiensi besi, umur eritrosit yang
memendek, infeksi, inflamasi, hiperparatiroid
sekunder.
3. Definisi anemia defisiensi besi pada PGK
3.1 Anemia defisiensi berat absolut bila saturasi
transferrin (ST) kurang dari 20%dan fentin serum
(FS) kurang dari 200ng/ml (PGK-HD)
3.2 Anemia defisiensi besi fungsional bila ST kurang
dari 20% dan FS lebih besar atau sama dengan
100ng/ml (PGK non D, PGK-PD) dan lebih dari
sama dengan 200ng/ml (PGK-HD).
2. Anamnesis Letih, lemah, lelah, nafsu makan menurun, pucat,
sefalgia, nyeri kepala, sesak nafas.
3. Pemeriksaan fisik 1. Kepala : konjungtiva anemis, kulit pucat.
Dada : Thoraks, jantung membesar, bising jantung (±).
Ekstremitas : akral pucat.
4. Pemeriksaan 1. Skrining Hb pada pasien PGK dilakukan minimal 1x
penunjang sebulan.
2. Jika didapatkan anemia dilanjutkan dengan :
a. Pemeriksaan darah lengkap, Hb, hematocrit (Ht)
indeks eritrosit, leukosit dan hitung jenis,
trombosit.
b. Hapusan darah tepi.
c. Hitung retikulosit
d. Uji darah samar feses.
e. Evaluasi status besi : besi serum (SI), kapasitas
ikat besi total (TIBC), saturasi transferin (ST),
status besi di periksa setiap 1-3 bulan sekali.
3. Evaluasi penyebab anemia lainnya bila ada kecurigaan
klinis. Anemia umumnya mulai terjadi PGK stadium
III, dan hamper selalu ditemukan pada PGK stadium
V. pada pasien PGK-HD, waktu yang dianjurkan
64

untuk pemeriksaan Hb adala sebelum tindakan HD


dilakukan (pre HD). Jika pada evaluasi diduga ada
kelainan hematologi lain seperti hemoglobinapati atau
anemia hemolitik autoimun, maka diperlukan
pemeriksaan lanjutan dan konsultasi pada konsultan
hematologi onkologi medic.
5. Kriteria Diagnosis Indikasi tranfusi darah :
a. Hb ≤7g/dl dengan atau tanpa gejala anemia.
b. Hb ≤8g/dl dengan gangguan kardiovaskularr yang
nyata.
c. Perdarahan akut dengan gejala gangguan
hemodinamik.
d. Pasien yang akan menjalani operasi.
6. Diagnosis kerja Anemia pada penyakit ginjal kronis
7. Diagnosis banding Anemia pada kondisi lain
Anemia pada keganasan
Hemophilia A
8. Terapi Transfusi dengan sel darah merah pekat (Packed Red
Cell) penjelasan :
a. Penatalaksanaan anemia renal diutamakan dengan
pemberian ESA oleh karena pada pasien HD resiko
transfuse drah lebih besar.
b. Transfuse darah diberikan secara bertahap untuk
menghindari bahaya over hidrasi, hiperkataboliki
(asidosis), dan hyperkalemia.
c. Transfuse diutamakan dalam bentuk PRC.
Dosis dan cara pemberian yang harus diperhatikan.
Dosis (ml) : (Hb yang diinginkan - Hb actual) x 3 x BB

Target Hb :
Target pencapaian Hb dengan tranfusi 7-9 g/dl

Cara pemberian transfusi darah :


a. Dianjurkan dalam umlah kecil dan bertahap.
b. Transfuse darah sebaiknya diberikan dengan
kecepatan tetesan 1ml/menit pada 15menit pertama
dilanjutkan 4ml/menit.
c. Pada pasien HD sebaiknya diberikan saat HD

Resiko transfuse :
a. Circulation overload
b. Transmisi penyakit infeksi
c. Febrile non hemolyticreaction
d. Reaksi alergi atau anafilaktik
e. Iron overload
f. Transfusion Related AcuteLung Injury (TRALI)
9. Edukasi Perbaikan nutrisi sesuai diet gagal ginjal kronis
Protein 1 gram/kgBB
65

10. Prognosis Dubia


11. Tingkat evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. Dr. Agatha Maharani, Sp.PD.
2. Dr. M. Mahfudz, Sp.PD, Finasim
3. Dr.Irma Yuliawati Puji Lestari, SpPD
14. Indicator medis Perbaikan klinis, laboratoris
15. Kepustakaan - Panduan Praktik Klinis Ilmu Penyakit Dalam,
cetakan kedua, November 2015, editor Prof. Dr. dr.
Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,
FAPSIC, FACP.
- Konsensus manajemen Anemia pada Penyakit
Ginjal Kronis, Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) 2011, edisi cetakan I
66

Lampiran 2
SOP MEDIS
GAGAL GINJAL KRONIS
1. Pengertian 1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau
lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan lajufiltasi glomerulus
(LFG), berdasarkan:
- Kelainan patologik atau
- Perubahan kerusakan ginjal, termasuk kelainan
pada komposisi darah atau urine, atau kelainan
pada pemeriksaan pencitraan.
2. LFG <60ml/menit/1.73m2 yang terjadi selama 3
bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
2. Tujuan Mengendalikan (mencegah) komplikasi yang
disebabkan oleh GGK
3. Kebijakan Standart Pelayanan Medik PAPDI 2006, hal : 152-154
4. Prosedur Diagnosis
Anamnesis: lemas, mual, muntah, sesak nafas, pucat,
BAK berkurang pemeriksaan fisik : anemis, kulit
kering, edema tungkai atau palpebral, tanpa
bendungan paru.

Laboratorium : gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan penunjang :
DL, RFT, UL, CCT ukur, elektrolit (Na, K, Cl, Ca, P,
Mg), gula darah, BGA, USG ginjal, BOF, hemostatis
lengkap, HbsAg, Anti HIV.

Terapi :
Non farmakologi :
- Pengaturan asupan protein :
- Pasien non-dialisis 0,6-0,75 gram/kgBB
ideal/hari sesuaidengan CCT dan toleransi
pasien.
- Pasien hemodialysis 1-1,2 gram/kgBB
ideal/hari.
- Pasien peritoneal dialysis 1,3 gram/kgBB
ideal/hari.
- Pengaturan asupan kalori : 35kal/kgBB
ideal/hari
- Pengaturan asupan lemak : 30-40% dari kalori
total dan mengandung jumlah yang sama antara
asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh.
- Pengaturan asupan karbohidrat : 50-60% kalori
total.
67

- Garam (/NaCl) : 2-3 gram/hari


- Kalium : 40-70 mEq/kgBB/hari
- Fosfor : 5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD : 17
mg/hari
- Kalsium : 1400-1600 mg/hari
- Besi : 10-18 mg/hari
- Magnesium : 200-300 mg/hari
- Asam folat pasien HD : 5 mg
- Air : jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible
water loss). Pada CAPD air disesuaikan dengan
jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan berat badan
diantara waktu HD < 5% BB kering.

Farmakologi :
- Control tekanan darah :
- Penghambat ACE atau antagonis reseptor
angiotensin II evaluasi kreatinin dan kalium
serum, bila terdapat peningkatan kreatinin >
35% atau timbul hyperkalemia harus di
hentikan .
- Penghambatan kalsium
- Diuretic
- Pada pasien DM, control gula darah hindari
pemakaian. Metformin, dan obat-obatan
sulfonylurea dengan masa kerja panjang. Target
HbA1C untuk DM tipe I : 0,2 di atas nilai normal
tertinggi, untuk DM tipe II : adalah 6%
- Koreksi anemia dengan target Hb 11-12 g/dl.
- Control hiperfosfatemi : kalsium
karbonat/kalsium asetat
- Control osteodistrofi renal.
- Koreksi asidosis metabolic dengan target HCO,
20-22 mEq/dl.
- Koreksi hiperkalemi.
- Control dyslipidemia dengan target LDL < 100
mg/dl, dianjurkandengan stafin.
- Terapi ginjal pengganti.
5. Unit terkait - unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, IGD, ICU
sentral, Instalasi Gizi, Instalasi Laboratorium,
Instalasi Radiologi.

Anda mungkin juga menyukai