Anda di halaman 1dari 17

1

BAB III
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun

Suku/Bangsa : Sumatera

Alamat : Desa Darat RT 015 RW 003, Palembang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Masuk Poli Mata : 1 Juli 2019


II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 1 Juli 2019 di Poli
Mata RS Muhammadiyah Palembang.

Keluhan Utama
Mata kabur bagian kiri

Keluhan Tambahan
Penglihatan mata kabut (+), merasa silau (+), penglihatan ganda (+), tidak bisa
melihat dimalam hari (+).

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik mata RS Muhammadiyah Palembang mengeluh
pandangannya kabur yang dimulai pada mata kiri, padangan berkabut (+),
penglihatan merasa silau (+), melihat ganda (+), tidak bisa melihat dimalam hari
(+), penglihatan seperti tirai (-), sakit kepala (-), mual (-), dan muntah (-).
Mata kiri mulai kabur sejak 4 bulan lalu, penglihatan kedua mata semakin kabur
sehingga menggangu aktivitas, pandangan berkabut semakin memberat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat memakai kacamata disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat operasi disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat darah tinggi (+)

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat memakai kacamata disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat operasi disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat darah tinggi (+)
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.6 oC
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala : Normocephali
THT : Dalam batas normal
Mulut : Karies gigi (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonkii -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-
Status Oftalmologi

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 1/ 1/300
2. Tekanan Intra Okuler 15,5 mmHg 15,5 mmHg
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi ortoforia ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas baik baik
Bawah baik baik
Temporal baik baik
Temporal atas baik baik
Temporal bawah baik baik
Nasal baik baik
Nasal atas baik baik
Nasal bawah baik baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas
11. Limbus kornea
Arkus senilis (+) (+)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman normal normal
Kejernihan jernih jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna coklat coklat
Gambaran radier jelas jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk bulat bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas reguler reguler
Isokoria isokor isokor
Letak central central
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan keruh keruh
Shadow test (+) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
Refleks fundus dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
Papil dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- warna papil dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- bentuk dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- batas dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
Retina dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- warna dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- perdarahan dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
- eksudat dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
Tidak bisa
Tidak bisa dilakukan
Makula lutea dilakukan karena
karena lensa keruh
lensa keruh
IV. Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RS Muhammadiyah Palembang mengeluh
pandangannya kabur yang dimulai mata kanan lalu diikuti mata kiri, padangan
berkabut (+), penglihatan merasa silau (+), melihat ganda (+), tidak bisa melihat
dimalam hari (+), penglihatan seperti tirai (-), sakit kepala (-), mual (-), dan muntah
(-).
Mata kiri mulai kabur sejak 4 bulan lalu, penglihatan kedua mata semakin kabur
sehingga menggangu aktivitas, pandangan berkabut semakin memberat.

Status Oftalmologi :
OD Penilaian OS

1/300 Ph (-) Visus 1/60 Ph (-)

Arcus senilis (+) Limbus kornea Arcus senilis (+)


Keruh, shadow test (-) Lensa Keruh, shadow test (+)

V. Diagnosis Kerja
- Katarak senilis matur OS

VII. Rencana Pemeriksaan


- Keratometri
- Biometri

VIII. Penatalaksanaan
Non farmakologi :
- Pembedahan
- Edukasi:
1. Tajam penglihatan tidak akan membaik dengan pemberian kacamata
2. Sebaiknya dilakukan tindakan operasi katarak
3. Stabilisasi hipertensi
4. Antibiotik sebagai profilaksis

IX. Prognosis
OD Ad vitam : ad Bonam
Ad fungtionam :dubia ad Bonam
OS Ad vitam : ad Bonam
Ad fungtionam : dubia ad Bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS

Penderita adalah seorang perempuan berusia 67 tahun, datang dengan


keluhan utama mata kanan dan kiri kabur. Dari anamnesis didapatkan bahwa
tajam penglihatan menurun perlahan, penglihatan ganda, terasa silau dan tidk
bisa melihat malam hari. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan
penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding penyakit mata yang
ditandai dengan penurunan visus perlahan mata tenang, diantaranya yaitu
katarak, kelainan refraksi, glaukoma kronis, ambliopia, retinoblastoma dan
retinopati. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menyingkirkan diagnosis
banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Kemungkinan ambliopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari
identifikasi dimana penderita berusia sudah berusia 67 tahun. Ambliopia
adalah berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya
perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga
usia 10 tahun. Pada penderita ini penurunan visus mulai terjadi sejak dua
tahun terakhir sedangkan sebelumnya penglihatan normal. Retinoblastoma
merupakan kelainan kongenital yang biasanya baru terlihat pada anak
berumur 1-2 tahun. Pada pasien retinoblastoma, penurunan visus secara
perlahan biasanya disertai dengan perubahan gerak bola mata menjadi
strabismus, pelebaran pupil dengan refleks warna kuning mengkilat
(amourotic cat’s eye), dan meningkatnya tekanan intraokuler.
Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis
dimana penderita tidak mengeluhkan gambaran pelangi di sekitar lampu
(halo) maupun merasakan sakit kepala yang hilang timbul. Dari pemerikan
tonometri dengan tonometri Schiotz tidak terdapat peningkatan tekanan
intraokuler (TIOD = 15,5 mmHg, TIOS = 18,5 mmHg).
Kemungkinan retinopati tidak dapat ditegakkan, karena pemeriksaan
opthalmologis pada segmen posterior mata kanan untuk menilai ada tidaknya
degenerasi atau kelainan dari retina tidak bisa dilakukan karena adanya
kekeruhan lensa.
Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan terhadap penderita, didapatkan
visus mata kanan 1/300 dan visus mata kiri 1/60. Pada pemeriksaan segmen
anterior mata kanan ditemukan kekeruhan pada lensa disertai shadow test (-)
pada mata kanan yang menunjukkan tanda katarak matur, sedangkan shadow
test (+) pada mata kiri. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas,
penderita ini didiagnosis dengan katarak matur ODS.
Pada pasien ini telah direncanakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler
(ECCE) dan penanaman intra okuler lensa (IOL). Pertimbangan pemilihan
ECCE adalah karena ukuran insisi yang diperlukan lebih kecil sehingga
timbulnya trauma pada pada endotel kornea lebih sedikit. Kapsul posterior
yang intak dapat menempatkan IOL pada posisi anatomis yang lebih baik,
mengurangi mobilitas iris dan vitreus, serta mengurangi insiden cystoid
macular edema, ablasi retina dan edema kornea, Kapsul posterior yang intak
juga mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme, yang mungkin
terdapat pada bilik mata depan saat operasi, ke dalam badan vitreus dan
menyebabkan endopthalmitis. Pemasangan IOL dilakukan karena dianggap
lebih praktis jika dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata afakia
yang suatu saat harus diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh
pasien. Selain itu, pemasangan IOL tidak ada kontraindikasi kecuali orang
yang menderita uveitis.
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak
mengancam kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata
penderita dapat kembali normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan
yang tepat, sehingga pada penderita ini prognosis quo ad functionam dubia
ad bonam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Penuaan merupakan penyebab umum katarak. Namun faktor lain
yang juga dapat terlibat dalam pembentukan katarak, yaitu: toksin,
trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes mellitus), dan
herediter.
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia diatas 50 tahun . Katarak senilis merupakan hasil dari proses
penuaan normal yang mengakibatkan lensa menjadi keras dan
keruh. penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti teori putaran
biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori “A free
radical”, dan teori “A-cross link”. Katarak senilis dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis,
katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium insipien,
stadium imatur, stadium matur, stadium hipermatur.
Indikasi pembedahan pada katarak terdiri dari indikasi medis
yaitu adanya penyulit seperti glaukoma ataupun indikasi sosial yaitu
permintaan pasien bahwa penglihatannya sudah mengganggu
pekerjaan sehari-hari.
Pada pasien disimpulkan diagnosa kerja pasien katarak
senilis matur ODS. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang
dialami pasien dan pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana yang
diberikan pada pasien ini adalah pembedahan dengan teknik
ECCE (ExtraCapsular Cataract Extraction) dan pemasangan IOL.
Prognosis pasien ini adalah baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Katarak kongenital. Ed 3. Balai


Penerbit FKUI: Jakarta. 2010. Hal 201-204

2. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 17.Jakarta: EGC. 2012

3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology. Thieme: New York. 2000

4. Weng SK, William RL. Ophthakmic Pathology. USA: Blackwell


publishing. 2005. Hal 13

5. American academy of ophtalmology. Lens and cataract, basic and clinical


science course. AAO. 2011

6. J. Mariannete. Cataract and Lens Disorder. Clinical Guide to


Comprehensive Opthalmology. New York: Thieme Medical Publishers,
1999, 303-331.

Anda mungkin juga menyukai