Oleh:
Prodi matematika
JURUSAN MATEMATIKA
2013
Metode Newton-Raphson 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode Newton-Raphson 2
numerik untuk mendapatkan jawabannya. Salah satu metode numerik yang
sering digunakan adalah metode Newton-Raphson.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian metode Newton-Raphson,
2. Memahami penggunaan metode Newton-Raphson dengan bahasa
pemrograman dalam menyelesaikan masalah persamaan gas ideal pada
termodinamika dengan menggunakan turbo pascal.
Metode Newton-Raphson 3
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1.1
′( ∆ ( ) ′( ( )
= )= = atau )=
∆
( )
= − ; ′( ) ≠ 0
′( )
Metode Newton-Raphson 4
2. Penurunan rumus Newton-Raphson dengan bantuan deret Taylor
Uraikan ( ) di sekitar ke dalam deret Taylor:
( − )
( ) ≈ ( )+( − ) ′( ) + ′′ ( )
2
Kriteria Penghentian
Metode Newton-Raphson 5
1. Molekul-molekul
molekul dalam keadaan gas tidak memiliki gaya apapun, baik
gaya tarik-menarik
menarik maupun gaya tolak-menolak antara satu dengan yang
lain,
2. Volume molekul diabaikan karena begitu kecilnya dibandingkan dengan
wadahnya.
Plot gas-gas gas nyata (CO2, CH4, dan N2) dan gas
ideal (H2) terhadap tekanan (P) pada suhu 200K
PV
=1
RT
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa kondisi = 1 untuk 1 mol hanya
dapat tercapai ketika tekanannya rendah. Semakin meningkat tekanannya,
maka kerapatan gas akan meningkat sehingga letak molekul-molekul
molekul ekul gas akan
semakin dekat. Akibatnya gaya tarik-menarik
tarik ataupun tolak-menolak
menolak antar
molekul tersebut juga semakin besar. Oleh karena itu, gas-gas
gas gas tersebut tak
dapat dianggap sebagai gas ideal.
Metode Newton-Raphson 6
E. Persamaan Gas Nyata (Persamaan van der Waals)
Gas menempati ruang dan memiliki volume. Ketika gas didinginkan pada
0 K, gas dapat berubah menjadi cair ataupun padat. Pada kondisi 0 K, apapun
wujudnya, hasil perubahan gas tersebut seharusnya masih memiliki volume,
walaupun sangat kecil. Akan tetapi menurut persamaan gas ideal pada suhu 0
K untuk 1 mol zat,
PV = RT
⟺ V =
×
⟺V=
⟺V=0
Sehingga diperlukan tambahan konstanta b sehingga persamaannya menjadi
berikut:
= + .
Di antara molekul-molekul akan terjadi gaya tarik-menarik atau tolak-
menolak apabila jarak mereka dekat. Di antara jarak-jarak tersebut, terdapat
jarak optimum sehingga gaya tarik-menarik akan mempunyai energi (yaitu
energy potensial). Van der Waals beralasan gaya tarik-menarik akan
mengurangi tekanan gas. Pengurangan tekanan sebanding dengan konsentrasi
molekul dengan konsentrasi molekul yang lain atau dengan kata lain
pengurangan tekanan sebanding dengan kerapatan (densitas) dikuadratkan.
Kerapatan (densitas) berbanding terbalik dengan volume molar. Jadi, gaya
tarik-menarik sebanding dengan . Hal ini sesuai dengan hukum gravitasi
dimana energy potensial dari gaya tarik-menarik sebanding dengan dua massa
yang saling bertarikan. Oleh karena itu, rumus persamaan gas ideal dapat
diubah menjadi
RT a
P= −
V−b V
atau
+ ( − )=
Metode Newton-Raphson 7
Persamaan terakhir inilah yang disebut persamaan Van der Waals. Nilai a
dan b adalah konstanta empiris yang nilainya bergantung pada gas tertentu.
Konstanta ini diperoleh melalui percobaan. Berikut ini adalah nilai dari a dan
b untuk beberapa jenis gas:
∙
Gas
He 0.0341 0.0237
Ne 0.211 0.0171
Ar 1.35 0.0322
Kr 2.32 0.0398
Xe 4.19 0.0511
H2 0.244 0.0266
N2 1.39 0.0391
O2 1.36 0.0318
Cl2 6.49 0.0562
CO2 3.59 0.0427
CH4 2.25 0.0428
NH3 4.17 0.0371
H2 O 5.46 0.0305
( )= + ( − )− .
( )= − + .
Metode Newton-Raphson 8
( )
= −
( )
Tebakan awal akar diperoleh dari volume molal yang dicari dengan
menggunakan rumus gas ideal = .
Metode Newton-Raphson 9
G. Diagram Alur (Flow Chart)
Newton_Raphson
)
Mulai
Iterasi 0
input P, T, a, b
Cari ( ) dan ′( )
Cari
Apakah
| ′( )| < ?
Newton_Raphson
ya tidak
Selesai
( )
Berhenti = −
( )
Iterasi = Iterasi + 1
ya
Apakah
‘berhenti?’
ya tidak
Selesai
Metode Newton-Raphson 10
H. Contoh Program
PROGRAM Program_penghitung_volum_molal_suatu_gas;
USES
Wincrt;
VAR
p, a, b, T, v0, v_sebelumnya: real;
gas: String;
CONST
R=0.082054;
PROCEDURE Newton_Raphson(v:real);
CONST
epsilon1=0.000001;
epsilon2=0.000000001;
Nmaks=30;
VAR
i:integer;
berhenti:boolean;
FUNCTION f(v:real):real;
BEGIN
f:=((p+(a/(v*v)))*(v-b))-(R*T);
END;
FUNCTION f_aksen(v:real):real;
BEGIN
f_aksen:=p-(a/(v*v))+((2*a*b)/(v*v*v));
END;
BEGIN
i:=0;
berhenti:=false;
REPEAT
IF ABS(f_aksen(v)) < epsilon2 THEN
berhenti:=true
ELSE
BEGIN
v_sebelumnya:=v;
v:=v-f(v)/f_aksen(v);
i:=i+1;
END;
UNTIL (ABS(v-v_sebelumnya) < epsilon1) OR
(i>Nmaks);
IF berhenti THEN
BEGIN
WriteLn('Hampiran akar tak dapat ditemukan');
WriteLn('Pembagian dengan bilangan hampir 0');
END
ELSE
IF i>Nmaks THEN
BEGIN
WriteLn('Hampiran akar tak dapat ditemukan');
WriteLn('Divergen');
END
ELSE
BEGIN
WriteLn('Hampiran akar v = ', v:10:6);
WriteLn('Jadi, volume molal gas ',gas,' adalah ',v:10:6);
END;
END;
Metode Newton-Raphson 11
BEGIN
WriteLn;
WriteLn('======================SelamatDatang=================
=====');
WriteLn;
WriteLn('Ini adalah program penghitung volume molal suatu
gas');
WriteLn('CATATAN:1.) Jumlah zat yang digunakan adalah 1
mol');
WriteLn(' 2.) Metode yang digunakan adalah metode
Newton-Raphson');
WriteLn;
Write('Jenis gas : '); ReadLn(gas);
Write('Tekanan dalam atm (P) = '); ReadLn(p);
Write('Suhu dalam Kelvin (T) = '); ReadLn(T);
Write('a = '); ReadLn(a);
Write('b = '); ReadLn(b);
WriteLn;
WriteLn;
v0:=R*T/p;
Newton_Raphson(v0);
END.
Gambar 1
Metode Newton-Raphson 12
Gambar 2
Metode Newton-Raphson 13
Metode yang digunakan adalah metode Newton-Raphson karena
dalam kasus ini f (v) mudah dihitung. Jadi, sifat-sifat kekonvergenan yang
cepat dari metode Newton-Raphson dapat dimanfaatkan. Selain itu, metode
Newton-Raphson hanya mensyaratkan satu tebakan awal akar yang telah
disediakan oleh penghitungan volume molal dengan menggunakan hukum
gas ideal. Kemudian, dengan menganggap bahwa kerangka waktunya cukup
pendek sehingga tekanan dan suhu tidak berubah-ubah dengan melonjak yang
besar di antara komputasi-komputasi, penyelesaian akar yang sebelumnya
akan menyediakan suatu terkaan bagus untuk penerapan berikutnya. Jadi,
terkaan dekat yang sering merupakan prasyarat untuk kekonvergenan metode
Newton-Raphson akan tersedia secara otomatis sehigga jebakan pada metode
Newton-Raphson yang berupa kasus divergen tak akan terjadi.
sehingga akar-akarnya hanya satu. Hal ini menyebabkan program yang telah
dibuat tak akan mengalami jebakan yang kedua, yaitu akar ganda. Untuk
jebakan ketiga yang dimiliki oleh metode Newton-Raphson, yaitu akar-akar
fungsi tak akan didapatkan ketikaf (x) = 0, ditanggulangi oleh munculnya
ε . Nilaiε digunakan sebagai perbandingan untuk nilai f′(x), sehingga nilai
ε dibuat mendekati nol. Jika ε < ′( ) maka program akan menampilkan
tulisan “Pembagian dengan bilangan hampir 0” sehingga akar tak dapat
ditemukan.
Metode Newton-Raphson 14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
1. Dalam menyelesaikan masalah komputasi sebaiknya menggunakan
metode numerik karena dapat dipakai dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang rumit, misalnya persamaan non-linear. Salah satunya
menggunakan metode Newton-Raphson.
Metode Newton-Raphson 15
DAFTAR PUSTAKA
Metode Newton-Raphson 16