Anda di halaman 1dari 25

BAB I

IDENTITAS PASIEN

1.1 Identitas Pasien

Nama : An. A

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds. Kambingan, Kec. Cerme, Gresik

No. RM : 709308

Tanggal MRS : Kamis, 23 September 2018

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Demam


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa ke IGD RSUD Ibnu Sina dengan keluhan demam sejak 4 hari
yang lalu, demam timbul secara mendadak dengan suhu 38.5ºC dan demam terus
menerus tidak turun setelah diberikan obat. Pasien diberikan obat sanmol 3 kali 1 cth.
Pasien tampak lemah dan tidak aktif bermain. Nyeri kepala (-), mata cowong (+),
bengkak pada kelopak mata (-), pandangan kabur (-), pilek (-), mimisan (-), nyeri
telinga (-), pendengaran menurun (-), keluar cairan dari telinga (-), bercak putih
multiple pada dinding mukosa mulut (+), gusi berdarah (-), karies gigi (-), batuk (-),
muntah (+) ±3 kali sehari muntah susu (150-200cc sekali muntah), nyeri telan (-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), sesak (-), diare (-), nyeri perut (-
), nyeri saat BAB (-), ruam kulit pada perut (-), perut membesar (-), turgor kulit >3
detik, akral dingin basah pucat (+), ptekie (-), ruam kulit pada kedua tangan (+), ruam
kulit pada kedua kaki (+), bengkak pada kedua tangan (-), bengkak pada kedua kaki (-
), nyeri saat BAK (-), dalam 1 hari ganti pampers sebanyak 2 kali setiap ganti
pampers tidak penuh seperti biasanya, BAB sebanyak 1 kali dalam sehari padat

1
kuning berbau (+) lendir (-) darah (-), pasien tidak mau makan dan hanya minum
sedikit, pasien minum susu formula 2 botol dalam sehari dan minum air putih.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien tidak pernah demam tinggi disertai ruam kulit pada kedua tangan dan
kedua kaki sebelumnya.
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.
4. Riwayat Pengobatan :

Pasien diberikan obat sanmol 3 kali 1 cth.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada keluarga yang demam tinggi disertai ruam kulit sebelumnya.
- Tidak ada keluarga yang batuk dan pilek sebelumnya
6. Riwayat Kehamilan :
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
7. Riwayat Kelahiran :
- Lahir cukup bulan spontan, langsung menangis, sianosis (-), kejang (-).
- Tempat lahir : Praktek Bidan
- Berat lahir : 3000 gram
- Panjang lahir : 50 cm
- Tidak ada riwayat penyakit kongenital.
8. Imunisasi :

Pasien sudah mendapat imunisasi lengkap .

9. Riwayat Perkembangan :
Perkembangan pasien sesuai usia anak normal.
10. Riwayat Diit :

Saat sehat pasien makan nasi dan minum susu, pasien minum susu formula
sejak usia 1 tahun. Saat pasien sakit tidak mau makan dan hanya minum sedikit.

2
1.3 Objektif

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Berat badan : 14 kg

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 120 x/menit, Reguler

Pernafasan : 24 x/menit, Reguler

Suhu : 38.5°C

1.4 Pemeriksaan Fisik


1. Kepala : Normal, Simetris
• Mata : Anemis (-), Ikterus (-), Mata cowong (+),
Edema kelopak mata (-), Gerakan bola mata simetris (+),
Refleks cahaya (+), Pandangan kabur (-), Mata kering (-)
• Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), Epistaksis (-)
• Telinga : Simetris, Serumen (-), Otalgia (-), Otorrhea (-)
• Bibir : Sianosis (-), Bibir kering (+)
• Mulut : Bercak putih multiple pada dinding mukosa mulut (+),
Mukosa hiperemi (-), Gusi berdarah (-), Karies gigi (-)
• Tenggorokan : Mukosa Hiperemi (-), nyeri telan (-), T1/T1 normal
2. Leher : Normal, Simetris, Pembesaran KGB (-),
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
3. Thorax

• Dinding Dada

Inspeksi : Normal, Simetris, Jejas (-), Retraksi dinding dada (-)

• Jantung

Inspeksi : Iktus cordis (-)

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

3
Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : S1 S2 Tunggal Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

• Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris, Retraksi (-)

Palpasi : Fremitus suara normal

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

4. Punggung : Normal, Simetris, Jejas (-)

5. Abdomen

- Inspeksi : Soepel, Tampak distended (-), Turgor >3 detik

- Auskultasi : Bising usus (+) normal

- Perkusi : Meteorismus (-), Asites (-)

- Palpasi : Nyeri tekan (-), Liver lien tidak teraba membesar

6. Ekstremitas

- Akral dingin basah pucat di keempat ekstremitas (+)

- Ruam kulit di keempat ekstremitas (+)

- Edema di keempat ekstremitas (-)

- CRT <2 detik

- Ptekie (-)

4
1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap

Nama
23/09/18 24/09/18 25/09/18 Nilai Normal
Pemeriksaan

Hb 12,8 14,2 13,7 13.0 g% - 17.0 g%

LED 12 4 4 0 – 15

Leukosit 4.800 4.130 8.910 4.500 – 11.000

PCV 38 43 41 40 – 50 %

Thrombosit 117.000 71.300 53.400 150.000 – 450.000

MCV 71 70 70 80 – 94

MCH 24 23 23 26 – 32

MCHC 34 33 33 32 – 36

Nama
26/09/18 27/09/18 28/09/18 Nilai Normal
Pemeriksaan

Hb 12,9 12,8 11,2 13.0 g% - 17.0 g%

LED 8 20 23 0 – 15

Leukosit 10.600 10.100 8.780 4.500 – 11.000

PCV 37 37 33 40 – 50 %

Thrombosit 48.500 71.200 134.000 150.000 – 450.000

MCV 69 69 70 80 – 94

MCH 24 24 24 26 – 32

MCHC 35 34 34 32 – 36

5
Pemeriksaan Urine Lengkap 24/09/18

Pemeriksaan Urine Hasil Nilai Normal

pH 7,0 7,2 – 7,6

BJ 1.020 1000 – 1015

Protein ++ 75 Negatif

Glukose + 50 Negatif

Sed.L.

E. 2–3 0 – 1 plp

Ep. 1–2 Negatif

Kr. 2–4 Negatif

1.6 Diagnosis Banding

1. Dengue Hemorrhagic Fever

1.7. Diagnosis Kerja

Dengue Fever + Dehidrasi Ringan-Sedang + Moniliasis

1.8 Planning Terapi

• Infus Ds ¼ 1200cc/24 jam

• Inj Ranitidin 2 x 15 mg

• Inj Ondancentron 3 x 1,5 mg

• Inj Santagesik 4 x 175 mg

• Psidii 2 x 1 cth

• Nystatin 100.000 IU 1x1ml drop

6
1.9 Monitoring

• Balance cairan
• Asupan
• Keluhan
• TTV
• Hasil lab

1.10 Edukasi

• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.


• Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
• Pasien istirahat di kasur dan tidak boleh naik turun kasur.
• Mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan.
• Menjaga kebersihan tempat botol susu beserta tempat dan alat makan.
• Makan dan minum sebanyak mungkin, minum 1200 cc/hari.
• Menghitung volume minuman yang di konsumsi.
• Laporkan kepada perawat jika terdapat tanda berikut ini :
 Anak sesak
 Anak demam tinggi
 Timbul tanda-tanda perdarahan (bercak kemerahan, gusi berdarah, BAB
berwarna hitam)

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Dengue
2.1 Definisi
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi. 1
Dengue merupakan salah satu penyakit virus yang memiliki penyebaran paling
luas di dunia. Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan beberapa spesies
Aedes lainnya (Ae. albopictus, Ae. polysiensis, Ae. scutellaris complex). 2

2.2 Epidemiologi
Dengue merupakan penyakit endemik di daerah tropik dan subtropik (antara
lintang 30o Utara dan 40o Selatan). Sekitar 3 milyar orang memiliki risiko untuk
terinfeksi. Sekitar 75% kasus dengue terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik
Barat. Sekitar 50-100 juta kasus dengue didiagnosis di dunia per tahun, dengan
beberapa ratus ribu kasus diantaranya merupakan kasus berat. Dengue menyebabkan
kematian sekitar 20 ribu kasus du seluruh dunia per tahun. Angka ini melebihi jumlah
kematian akibat demam berdarah viral yang disebabkan virus yang lain.
Terdapat ekspansi infeksi dengue yang signifikan dalam beberapa dekade
terakhir yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pertumbuhan penduduk,
urbanisasi, peningkatan perjalanan dari dan ke daerah endemik. Walaupun dengue
sebelumnya merupakan penyakit infeksi yang terutama terjadi di anak-anak, saat ini
dengue terjadi pada semua kelompok umur.
Wabah terjadi apabila terdapat serotipe virus dengue yang endemik secara
simultan ataupun epidemik secara sekuensial, serta bila sering terdapat infeksi dengan
serotipe heterologus. Di daerah endemik, kasus demam berdarah biasanya
berhubungan dengan infeksi dengue sekunder, atau infeksi primer pada bayi kurang
dari 1 tahun yang lahir dari ibu dengan imunitas terhadap dengue. 2
World Health Organization melaporkan telah terjadi lonjakan laporan kasus
infeksi dengue baik di daerah tropik maupun subtropik di Asia. Pada awalnya infeksi
virus dengue hanya terjadi di daerah perkotaan, namun saat ini telah meluas ke daerah
pedesaan. Infeksi dengue merupakan penyebab perawatan dan kematian pada anak-

8
anak dan dewasa muda. Indonesia merupakan negara yang paling tinggi melaporkan
kasus infeksi dengue setiap tahun. 3

2.3 Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dengue,
yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 yang merupakan virus RNA single-
stranded dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue juga merupakan
virus vector-borne (Arbovirus) yang penting di samping virus chikungunya, Zika,
West Nile virus, yellow fever virus, Japanesse encephalitis (JE) virus, St. Louis
encephalitis virus. Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi
lebih dari satu kali selama hidupnya oleh serotipe yang sama atau yang berbeda.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Virus dengue termasuk arthropod-borne virus, yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes (Stegomyia) agypti atau Ae. albopictus. Transmisi dari nyamuk
ke manusia terjadi baik secara epidemik atau endemik. Masa inkubasi virus dengue
dalam darah nyamuk 8-12 hari sebelum menularkan kepada individu yang rentan.
Sekali nyamuk terinfeksi, virus dengue akan menetap seumur hidup nyamuk dan
dapat menularkan kepada manusia yang digigitnya. Transmisi dapat juga terjadi
secara vertikal dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya atau saat melahirkan. 3

2.4 Cara Penularan


Virus ditularkan oleh nyamuk dari genus Aedes, subgenus Stegomyia, dan
terutama oleh spesies Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Ae. aegypti dapat ditemukan di
sebagian besar wilayah tropik dam subtropik, dan merupakan vektor utama dan paling
efisien dalam transmisi dengue. Nyamuk ini mudah tertular virus dengue, menyukai
darah manusia, memiliki gigitan yang tidak terlalu terasa, menggigit pada siang hari,
dan perlu menggigit beberapa oranb untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Ae.
aegypti mudah beradaptasi dengan lingkungan perkotaan dan berbiak pada air bersih
yang stagnan buatan manusia, seperti: air di ban bekas, kaleng, pot bunga,
penampungan air. Ae. albopictus berasal dari Asia, namun saat ini dapat ditemukan di
daerah yang lebih dingin, sehingga menimbulkan risiko untuk ekspansi dengue.
Nyamuk ini bersifat eksofilik dan kurang efisien dalam transmisi dengue
dibandingkan Ae. aegypti. 2

2.5 Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko transmisi dengue, antara lain: berdiam diri di daerah
endemik dengue, perjalanan/wisata ke daerah endemik dengue. Suseptibilitas manusia
terhadap infeksi dengue tergantung pada status imun dan predisposisi genetik. Faktor
risiko terkena dengue dengan stadium berat, antara lain: infeksi dengue sebelumnya
dengan serotipe yang lain, usia ekstrem (sangat muda atau sangat tua), komorbiditas
dengan penyakit lain, virulensi strain virus tertentu. 2

2.6 Patogenesis

9
Dari studi in-vitro dan autopsi diduga terdapat tiga organ penting yang terlibat
dalam patogenesis infeksi dengue yaitu sistem imun, hati, dan sel endotel pembuluh
darah. Virus masuk ke dalam tubuh manusia diawali dengan gigitan nyamuk yang
mengandung virus dengue. Setelah virus masuk ke dalam aliran darah akan terjadi
infeksi sel Langerhans imatur (epidermal dendritic cells dan keratinocytes) yang ada
di lapisan epidermis dan dermis. Sel yang terinfeksi akan memasuki kelenjar limfe
dan selanjutnya terjadi infeksi sel monosit dan makrofag yang menjadi target infeksi
dengue dan terjadi viremia. Viremia primer tersebut akan mengakibatkan infeksi pada
monosit dan mielosit yang bersirkulasi pada akhirnya terjadi infeksi pada makrofag
yang berada di dalam hati dan limpa.
Respons imun pada infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue yang
berbeda, diawali oleh IgG anti dengue yang telah ada dengan kadar yang tinggi, dan
selanjutnya akan membentuk kompleks imun dengan virus dengue yang baru masuk
(kompleks antigen-antibodi). Kompleks imun yang terjadi tersebut mengakibatkan
uptake virus oleh reseptor sel monosit/makrofag meningkat, replikasi virus
meningkat, sehingga viral load juga meningkat. Sel mononuklear yang terinfeksi akan
mati (apoptosis), namun sel dendrit akan terangsang untuk mengeluarkan mediator
yang akan berperan dalam inflamasi dan hemostasis. Sel yang terinfeksi dan viremia
yang terjadi akan berperan dalam menghasilkan sitokin pro-inflamasi dan anti-
inflamasi. Saat terjadi syok, virus sudah tidak dapat dideteksi lagi sehingga respons
pejamu akan memegang peran penting pada patogenesis infeksi dengue. Hati
merupakan organ penting, peningkatan enzim transaminase berhubungan dengan
peningkatan tendensi terjadinya perdarahan. Virus dengue juga mengakibatkan
kematian sel hepatosit dan nekrosis, walaupun reaksi inflamasi dalam jaringan hati
sangat terbatas.
Sel endotel pembuluh darah memegang peran dalam respons koagulasi akibat
inflamasi. Keterlibatan sel endotel terutama pada pembuluh darah pulmonal dan
abdominal. Dalam studi in-vitro tampak replikasi virus yang mengakibatkan kelainan
fungsi endotel dan tidak terjadi perusakan morfologi sel. Pada autopsi dijumpai
apoptosis pada sel endotel di paru dan abdomen, hal tersebut yang menyebabkan
perembesan plasma hanya terbatas pada jaringan paru dan abdomen. Sehingga hanya
terjadi efusi pleura dan asites sedangkan edema tidak terjadi tempat lain.
Peran sel T pada patogenesis virus dengue juga sangat penting. Berdasarkan
penelitian in-vitro dan in-vivo, dilaporkan bahwa aktivasi sel T berperan pada
terjadinya perembesan plasma (plasma leakage). Interaksi antigen-prensenting cell
(APC) dan sel T akan memicu proliferasi dan produksi sitokin pro-inflamasi. Sitokin
tersebut secara langsung berdampak pada endotel vaskular sehingga terjadi
perembesan plasma. Terjadinya perembesan plasma merupakan patogenesis yang
terjadi pada DBD dan tidak terjadi pada DD, maka pada DBD dapat terjadi syok
hipovolemik. 3

2.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis infeksi dengue memperlihatkan spektrum yang sangat luas,
sebagian besar tidak memperlihatkan gejala (asimptomatis), gejala klinis ringan (flu-

10
like syndrome) atau demam dengue, dan pada infeksi berat disertai gangguan
koagulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, selanjutnya akan diikuti dengan syok
hipovolemik. 3
Demam dengue memiliki masa inkubasi sekitar 4-6 hari (berkisar antara 3-14
hari). Demam dengue ditandai oleh panas tinggi mendadak disertai menggigil. Panas
biasanya antara 39o - 40o C, bifasik dan berlangsung sekitar 5-7 hari pada kebanyakan
kasus. Seringkali disertai dengan wajah kemerahan (flushing) serta nyeri kepala.
Dapat terjadi ruam difus di kulit, dengan bentuk makulopapular atau rubeliformis
pada hari ke-3 atau 4, ruam perlahan menghilang pada akhir fase panas atau awal fase
defervesens. Gejala konstitusional lainnya bervariasi, nyeri retro orbital, fotofobia,
nyeri punggung, nyeri otot, nyeri persendian/tulang, anoreksia, pengecapan berubah,
konstipasi, nyeri kolik, nyeri perut, nyeri tenggorok, depresi. Keluhan dan gejala
tersebut biasanya bertahan beberapa hari.
Pada daerah endemis, tes torniket positif dan leukopenia (leukosit ≤ 5000
3
sel/mm ) dapat menjadi dugaan diagnosis dini infeksi dengue dengan positive
predictive value 70-80%. Total leukosit pada onset panas biasanya normal, dan
kemudian menurun dengan neutrofil yang menurun. Trombosit dapat normal,
menurun ringan (100.000-150.000 sel/mm3), ataupun kurang dari 100.000 sel/mm3
(sebagian besar kasus), jarang didapatkan trombosit < 50.000 sel/mm3. Bisa
didapatkan peningkatan hematokrit ringan sekitar 10% akibat dehidrasi (panas tinggi,
muntah, anoreksia atau intake oral yang kurang). Enzim liver biasanya meningkat.
Beberapa tanda bahaya (warning signs) yang menunjukkan potensi yang lebih
besar untuk terjadinya komplikasi infeksi dengue yang lebih berat, antara lain, tidak
ada perbaikan saat fase afebril, muntah persisten, nyeri perut berat, kelemahan badan,
perdarahan, menggigil, oligouria/anuria dalam 4-6 jam, serta akral dingin, pucat dan
basah. 2

11
Gambar 1. Manifestasi infeksi virus dengue menurut WHO (2005)
Sumber : WHO (2005)

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus dengue, antara lain :
 Tes Hematologi
a. Darah Lengkap : Pemeriksaan standar untuk infeksi dengue dengan
monitor ketat terhadap hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan leukosit
b. Kimia Klinik : Gula darah, BUN, serum kreatinin, SGOT, SGPT,
albumin, elektrolit untuk diagnosis dan terapi terhadap komplikasi dan
komorbid
c. Faal Koagulasi : Untuk kasus dengan perdarahan aktif
d. Analisis gas darah, kalsium serum, laktat serum untuk kasus syok
refrakter atau prolonged
 Rapid Diagnostic Test (RDT)
a. Tes serologi untuk IgM dan IgG antibodi dengan hasil dalam 15 menit
pada beberapa produk
b. Akurasi tidak dapat ditentukan karena sebagian besar belum divalidasi
dengan baik
c. Hasil positif palsu dapat didapatkan akibat reaksi-silang dengan
flavivirus lain, malaria, leptospirosis, dan penyakit imunologis
d. Sebagian besar sampel serum yang diambil dalam 5 hari pertama
demam tidak dapat mendeteksi IgM, sehingga dapat menimbulkan
negatif palsu
 Tes Serologi
a. Haemmagglutination-inhibition (HI)
b. Complement fixation (CF)
c. Neutralization test (NT)
d. IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)
e. Indirect IgG ELISA
 Tes untuk deteksi Asam Nukleat Virus
a. Reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR)
b. Nested RT-PCR
c. One-step multiplex RT-PCR
d. Real-time RT-PCR
e. Isothermal amplification method
 Tes untuk deteksi Antigen Virus (NS1)
a. NS1 muncul mulai hari pertama onset demam dan menurun sampai
tidak terdeteksi dalam waktu 5-6 hari
b. Dapat digunakan untuk diagnosis dini, dengan sensitivitas 80,5% dan
spesivisitas 100%

12
Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan untuk membantu diagnosis dan
terapi)2:

 Foto Toraks
 USG Abdomen
 Elektrokardiografi

2.9 Diagnosa Banding


Diagnosa banding infeksi dengue meliputi berbagai penyakit yang prevalen di
lokasi tertentu, antara lain2:
 Infeksi Arbovirus: Chikungunya
 Infeksi Virus: Campak, rubella, virus Epstein-Barr, enterovirus, influenza,
hepatitis akut, Hantavirus
 Infeksi Bakteri: Meningokoksemia, leptospirosis, demam tifoid, meliodosis,
penyakit riketsia, demam scarlet
 Infeksi Parasit: Malaria

2.10 Tatalaksana
Pada kasus tersangka infeksi dengue yang perlu diperhatikan adalah adakah
warning signs sebagai gejala awal dari kegawatan. Jika terdapat warning signs segera
rawat, namun jika tidak ada dapat berobat jalan kecuali terdapat komorbiditas atau
indikasi sosial. Pada saat dipulangkan diberikan nasehat jika terdapat warning signs
segera kembali ke fasilitas kesehatan yang mengirim untuk dinilai kembali apakah
perlu perawatan atau tidak3.

13
Gambar 2. Tatalaksana Tersangka Infeksi Dengue
Sumber : Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis 2010

2.11 Komplikasi 4
 Orkhitis atau ofaritis
 Keratistsis
 Retinitis
 Bebergai kelaianan neurologis (penurunan kesadaran, paralisis sensorium
yang bersifat sementara, meningismus dan ensefalopati)

2.12 Pencegahan
Pencegahan infeksi dengue terdiri dari pengendalian vektor, penyuluhan dan
peran serta masyarakat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB, serta pemberian
vaksinasi3.

2.13 Prognosis
Sebagian besar kasus dengue akan membaik setelah 7 hari. Post-dengue
sekuele dapat terjadi sampai beberapa minggu atau bulan, namun biasanya bukan
kondisi yang serius, misalnya: astenia, rambut rontok, dan badan lemah. Kematian
terutama karena komplikasi syok atau perdarahan akibat dengue berat. Morbiditas dan
mortilitas dapat terjadi karena komplikasi lain terkait manifestasi atipikal, adanya
faktor risiko tinggi atau adanya penyakit komorbid. Bila tidak diterapi, dengue berat

14
akan menyebabkan kematian sampai 20%, namun demikian jumlah tersebut
berkurang menjadi 1% bila diterapi secara dini dan benar2.

B. Dehidrasi
2.1 Definisi
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh
karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau
kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak
daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan
hilangnya elektrolit. Derajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan
tanda yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Rejimen rehidrasi dipilih
sesuai dengan derajat dehidrasi yang ada5.

2.2 Klasifikasi Derajat Dehidrasi


Derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan6 :
- Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari berat badan.
- Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan.
- Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan.
-
2.3 Tanda dan Gejala Dehidrasi
Tanda dan gejala dehidrasi adalah berat badan menurun, ubun-ubun dan
mata cekung pada bayi, tonus otot berkurang, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), membran mukosa kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat
atau banyaknya kehilangan cairan yang hilang7
.
KLASIFIKASI TANDA-TANDA ATAU GEJALA PENGOBATAN
Terdapat dua atau lebih daritanda di Rencana terapi C
bawah ini:
 Letargis/tidak sadar
 Mata cekung
Dehidrasi Berat
 Tidak bisa minum atau malas
minum
 Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat ( ≥ 2 detik)
 Beri anak cairan dan
makanan untuk
Terdapat dua atau lebih tanda di dehidrasi ringan
bawah ini:  Rencana Terapi B
Dehidrasi Ringan
 Rewel, gelisah  Setelah rehidrasi,
/Sedang
 Mata cekung nasihati ibu untuk
 Minum dengan lahap, haus penanganan di rumah
 Cubitan kulit kembali lambat dan kapan kembali
segera
 Kunjungan ulang

15
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik
Sumber : WHO, 2005, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit, WHO, Jakarta

2.4 Faktor Risiko


Ada 3 faktor risiko terjadinya dehidrasi dengan diare yaitu, penanganan
diare di rumah yang tidak tepat, muntah yang berlebih saat diare, dan demam.
Secara umum diare disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
mengakibatkan peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorbsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Infeksi yang
terjadi dapat menyebabkan terjadinya demam dan muntah berlebih. Demam
merupakan respon sistemik dari invasi agent infeksi penyebab diare, timbulnya
demam menyebabkan anak tidak nafsu makan dan minum sehingga pemasukan
nutrisi dan cairan ke dalam tubuh kurang. Muntah merupakan bagian dari respon
inflamasi khususnya diare neurotoksin yang diperoleh dari agent infeksi. Apabila
mengalami muntah yang berlebih dan penanganan dirumah yang tidak tepat
maka akan menyebabkan pengeluaran cairan dalam tubuh semakin banyak
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akan menjadi semakin berat
apabila pemasukan cairan kedalam tubuh kurang. Dehidrasi atau kekurangan cairan
dalam tubuh memicu gangguan kesehatan. Mulai dari gangguan ringan seperti
mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal. Pada
dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10% berat badan 8.

2.5 Penanganan Dehidrasi dengan Faktor Risiko


a. Penanganan diare di rumah yang tepat
Penanganan diare di rumah yang tepat adalah dengan memberikan cairan
yang lebih banyak dari biasanya9 :
- Jika masih menyusui maka teruskan dalam pemberian ASI.
- Berikan oralit sampai diare berhenti, jika terjadi muntah tunggu 10 menit
lalu lanjutkan sedikit demi sedikit. Usia < 1 tahun berikan 50-100 ml setiap
kali berak, > 1 tahun berikan 100-200ml setiap kali berak.
- Berikan cairan rumah tangga seperti kuah sayur atau air matang sebagai
tambahan.
b. Muntah yang berlebih
Penanganan dehidrasi dengan muntah yang berlebih yaitu dengan cara
pemberian cairan tambahan seperti oralit dan zinc. Rincian pemberian oralit dan zinc
adalah sebagai berikut9 :

i. Dehidrasi ringan dan sedang


Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75ml x
berat badan anak, jika berat badan tidak diketahui dapat
menggunakan usia. Usia <1 tahun 300ml, 1-4 tahun 600ml, >5
tahun 1200ml, untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat asi

16
berikan juga 100-200ml air masak selama masa ini, untuk usia >6
bulan tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali asi dan
oralit. Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut, usia <6 bulan
½ tablet per hari, >6 bulan 1 tablet per hari.
ii. Dehidrasi berat
Beri cairan intravena segera ringer laktat atau NaCl 0,9%. Usia
<1 tahun 30ml/BB 1 jam pertama kemudian 50ml/BB per 5 jam,
>1 tahun 30ml/BB 30 menit pertama, kemudian 50ml/BB 2 ½
jam.nilai kembali tiap 15-30 menit serta diberikan oralit 5ml/kg/jam
jika bisa minum biasanya 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk
anak serta berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

2.6 Rencana Terapi C pada dehidrasi berat

17
Sumber : WHO, 2005, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit, WHO,
Jakarta

18
2.7 Recana Terapi B pada dehidrasi ringan-sedang

Sumber : WHO, 2005, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit, WHO,
Jakarta

C. Moniliasis
2.1 Definisi

19
Kandidiasis atau Moniliasis merupakan penyakit akibat infeksi kandida baik
primer maupun sekunder terhadap penyakit lain. Penyebab utama adalah Candida
albicans, tetapi dikenal beberapa spesies lain yang dapat hidup pada manusia antara
lain, C. stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicalis, C. krusei, C. parapsilosis, dan
C. guilliermondii. Jamur ini telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-17, dan
penyakit ini banyak dihubungkan dengan higiene yang tidak baik. Beberapa ahli
mengatakan penyakit ini berhubungan dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan
sumber infeksi dari kandungan ibunya, serta alat minum yang tidak bersih dan tangan
perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penyebaran penyakit ini. Pemberian
antibiotik dalam jangka waktu lama akan menyebabkan suburnya candida dan juga
oportunitis lain yang hidup dalam tubuh sebagai saproba yang dapat berubah menjadi
patogen4.

2.2 Epidemiologi
Infeksi jamur pada anak merupakan 14% dari seluruh penderita penyakit kulit,
nomor 2 setelah skabies. Di rumah sakit lain tercatat prevalensi penyakit jamur kulit
sebesar 10.5%. Urutan insidens penyakit jamur kulit di sub-bagian kulit anak
FKUI/RSCM Jakarta adalah pitiriasis versikolor 30%, kandidosis 15%, tinea korporis
14%, tinea kapitis 10%, dan penyakit jamur lain di bawah 10%4.

2.3 Etiologi
Penyebab utama adalah Candida albicans, tetapi dikenal beberapa spesies lain
yang dapat hidup pada manusia antara lain, C. stellatoidea, C. tropicalis, C.
pseudotropicalis, C. krusei, C. parapsilosis, dan C. guilliermondii.

2.4 Cara Penularan 4


 Infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari kandungan ibunya
 Alat minum yang tidak bersih
 Tangan perawat yang tercemar jamur
 Penggunaan berbagai obat, alat medis, dan tindakan medis untuk menolong
penderita yang mengakibatkan mudahnya invasif saat berada di rumah sakit
 Penggunaan antibiotik spektrum luas dengan dosis tinggi dan diberikan
dengan jangka waktu yang lama mengakibatkan suburnya kandida
 Kebersihan yang kurang pada payudara ibu mengakibatkan adanya invasif
kandida pada mukosa mulut bayi atau anak

2.5 Faktor Risiko


Faktor risiko yang menyebabkan pertumbuhan jamur :
 Pemberian antibiotik yang mematikan kuman akan menyebabkan
keseimbangan antara jamur dan bakteri terganggu
 Adanya penyakit diabetes mellitus dan atau kehamilan menimbulkan suasana
yang menyuburkan pertumbuhan kandida

20
Faktor risiko yang memudahkan invasi jamur ke jaringan 4:

 Adanya rangsangan setempat yang terus menerus pada lokasi tertentu oleh
cairan yang menyebabkan pelunakan kulit misalnya air pada sela jari kaki,
kencing pada pantat bayi, keringat pada daerah lipatan kulit, atau akibat liur di
sudut mulut orang lanjut usia
 Adanya penyakit tertentu seperti gizi buruk, penyakit darah, dan keganasan
 Tindakan atau prosedur medis serta alat yang digunakan

2.6 Patofisiologi
Kolonisasi Blastospora dari Candida secara adherens ke selaput mukosa atau
lapisan epitel kulit merupakan awal dari proses infeksi, sebelum proses terbentuknya
pseudohifa dan filamen. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor ketahanan atau kondisi
mikrojaringan pejamu. Penyebaran candida ke organ visceral mungkin terjadi secara
hematogen.

2.7 Manifestasi Klinis


 Pada stadium awal tampak selaput lendir berwarna merah dengan gambaran
granula yang membesar, hari selanjutnya tampak bercak putih sebesar jarum
pentul dan dalam 2-3 hari akan bergabung menjadi bercak kasar seperti
membran
 Tampak bercak-bercak putih kekuningan yang timbul pada dasar selaput
lendir yang merah dan mudah berdarah
 Rasa nyeri terjadi apabila tersentuh makanan
 Bagi yang paling sering terkena mukosa bucalis, bagian dorsal dan lateral
lidah, gusi dan faring

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Dilihat dibawah mikroskop yang dapat terlihat sebagai blasto-spora atau hifa
atau hifa semu (pseudohyfa) atau campuran keduanya.

2.9 Diagnosa
Dibutuhkan penilaian asosisasi gambaran klinis dengan uji diagnostik untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Bahan yang harus diperoleh harus sesteril
mungkin untuk menghindari jamur lain.

2.10 Tatalaksana
Prinsip pengobatan :
 Pemberian anti fungus
 Penanggulangan faktor risiko
 Penanggulangan sumber infeksi
Medikamentosa :
 Gentian violet, 1-2% topikal untuk kandidiasis selaput lendir dan kulit

21
 Derivat polien, dikenal antara lain : nystatis, ampoterycin b, pimaricyn dan
trikomicyn
 Derivat imidazol, bekerja merusak membran sel jamur dan menghambat
sintesis protein dan RNA. Dikenal dengan mikonazol, klotrimazol, ekonazol,
ketokonazole dsb.

BAB III
PEMBAHASAN

22
Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis dengue fever dengan dehidrasi ringan-sedang dengan
moniliasis. Hal-hal yang mendasari pengambilan diagnosis tersebut diantaranya :
Dengue Fever dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dengan Moniliasis
Dengue fever lebih banyak terdapat pada anak yang lebih tua (pada umur lebih
dari 10 tahun), remaja, atau dewasa. Viremia pada manusia terjadi selama 4-6 hari
setelah digigit nyamuk yang mengandung virus dengue. Gejala klinis diawali demam
tinggi yang timbul mendadak, bersifat kontinua, kadang-kadang bifasik, dan
berlangsung antara 2-7 hari. Muka tampak kemerahan, disertai nyeri otot, dan nyeri
sendi. Nafsu makan menghilang, seringkali disertai nyeri pada daerah epigastrik,
muntah, dan nyeri abdomen terutama dibawah arkus kosta kanan. Kadang-kadang
disertai nyeri tenggorokan, faring hiperemis, dan konjungtiva kemerahan. Perdarahan
ringan dapat dijumpai seperti ptekie, mimisan, atau perdarahan gusi. Ruam
makulopapular atau morbiliform dapat ditemukam pada fase awal sakit namun
berlangsung singkat sehingga luput dari pengamatan orang tua. Pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai leukopeni dan trombositopeni.
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena
hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi
keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah
yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya elektrolit.
Derajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang
mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Pada kasus dehidrasi ringan/sedang di
temukan gejala dua atau lebih tanda rewel dan gelisah; mata cekung; minum dengan
lahap/haus; cubitan kulit kembali lambat.
Moniliasis pada stadium awal tampak selaput lendir berwarna merah dengan
gambaran granula yang membesar, hari selanjutnya tampak bercak putih sebesar jarum
pentul dan dalam 2-3 hari akan bergabung menjadi bercak kasar seperti membran.
Tampak bercak-bercak putih kekuningan yang timbul pada dasar selaput lendir yang
merah dan mudah berdarah. Rasa nyeri terjadi apabila tersentuh makanan. Bagi yang
paling sering terkena mukosa bucalis, bagian dorsal dan lateral lidah, gusi dan faring

Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan demam sejak 4 hari
yang lalu, demam timbul secara mendadak dengan suhu 38.5ºC, dan demam tidak
turun setelah diberikan obat. Pasien diberikan obat sanmol 3 kali 1 cth. Pasien tampak

23
lemah dan tidak aktif bermain. Mata cowong (+), bibir kering (+), moniliasis (+),
vomitting ±3 kali dalam sehari (+), turgor kulit >3 detik, akral dingin basah pucat (+),
ruam kulit pada kedua tangan (+), ruam kulit pada kedua kaki (+), dalam 1 hari ganti
pampers sebanyak 2 kali setiap ganti pampers tidak penuh seperti biasanya, BAB
sebanyak 1 kali dalam sehari padat kuning berbau (+) lendir (-) darah (-), pasien tidak
mau makan dan hanya minum sedikit, pasien minum susu formula 2 botol dalam
sehari dan minum air putih.

Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, Nadi 120x/menit,


RR 24x/menit, Suhu 38.5ºC

Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap secara keseluruhan tidak ada


peningkatan yang bermakna hanya ditemukan penurunan trombosit dan penurunan
leukosit.

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Wardiyah, Ariyanti dkk. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
dan Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di
Ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan Holistik. Prodi Keperawatan FK Universitas Malahayati Bandar
Lampung. Vol. 10 No. 1 36-44.
2. Tjokroprawiro, Askandar dkk. 2015 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-2.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo.
Surabaya.
3. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. 2011. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6. Elsevier. Jakarta. h. 400-406.
4. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi
ke-2. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
5. Mentes, J.C, Kang, S. 2013. Hydration management. Universitas Dipenegoro
Semarang. Semarang
6. Leksana, E. 2015. Strategi Terapi Cairan Pada Dehidrasi. Universitas Dipenegoro
Semarang. Semarang
7. Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal
Dan Hepatobiliier. Jakarta : Salemba Medika.
8. WHO, 2005, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit, WHO,
Jakarta
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Jakarata.

25

Anda mungkin juga menyukai