LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MR
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
1
B. Anamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSIS dengan keluhan gatal dan merah di seluruh tubuh. Awalnya 1 bulan lalu
muncul bercak kemerahan di kaki. Semakin lama menyebar keseluruh tubuh, terasa panas dan gatal
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Bertambah merah, panas dan gatal jika pasien
berkeringat. Selain itu pasien juga mengeluh seluruh tubuh pecah-pecah, bersisik mengelupas terasa
perih, kaki dan tangan terasa kaku dan bengkak kadang pasien menggigil. Untuk mengurangi
keluhannya pasien berobat ke puskesmas. Dari puskesmas pasien mendapatkan obat. Obat tersebut
dapat mengurangi keluhannya namun kembali kambuh saat obat habis. Pasien tidak mengetahui jenis
Riwayat DM disangkal
2
Riwayat Pengobatan :
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 89x/menit
Suhu : 37,5 0 C
Kepala / leher :
Rambut : normal
Telinga : normal
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
3
Inferior : akral hangat +/+, oedem +/+
Status Lokalis
Pada gambar 1 di regio generalisata tampak makula eritema batas tidak tegas, terdapat
skuama tipis menyebar merata.
D. Diagnosis
Eritroderma
E. Diagnosis Banding
Eritroderma
Dermatitis seboroik
4
F. Penatalaksanaan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma,
dermatos (skin = kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada
permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu
ditemukan, misalnya pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik,
pada mulanya tidak disertai skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas
karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Nama lain penyakit ini adalah dermatitis
tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi
eksematus. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada
B. Epidemiologi
Insiden eritroderma di Amerika Serikat bervariasi, antara 0,9 sampai 71,0 per 100.000
penderita rawat jalan dermatologi. Hasan dan Jansen (1983) memperkirakan insiden
eritroderma sebesar 1–2 per 100.000 penderita. Sehgal dan Srivasta (1986) pada sebuah
penelitian prospektif di India melaporkan 35 per 100.000 penderita eritroderma dirawat jalan
6
dermatologi Angka kematian tergantung pada penyebab eritroderma. Sigurdson (1996)
melaporkan dari 102 penderita eritroderma terdapat 43% kematian, 18% disebabkan
Augustus 2007 sampai 31 Juli 2008 dilaporkan 50 pasien terdiagnosis eritroderma, 33 (66%)
sudah mengalami penyakit kulit sebelurnnya, yang sudah dibuktikan dari riwayat pasien dan
didukung dari hasil histopatologi pasien. Pada kelompok ini ditemukan ekzema 19 (38%),
diikuti psoriasis 8 (16%) sedangkan kontribusi dari penyakit lain seperti pemfigus foliaseus,
iktiosis, skabies, eritroderma iktiosifonn bulosa dan non-bulosa tidak terlalu signifikan,
Penyebab eritroderma juga di laporkan berupa reaksi obat 6 (12%), 2 (4%) karena CTCL dan
9 (18%) eritroderma idiopatik. Angka kejadian kasus eritroderma pada laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan dengan perbandingan 2:1-4:1. Berdasarkan penelitian Nanda dkk
(2009) di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya dilaporkan jumlah penderita eritroderma 30 orang (1,2%) dari seluruh
penderita rawat inap. Didapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,7:1 dengan
rentang usia terbanyak >65 tahun. Sedangkan penyebab terbanyak adalah dermatitis seboroik
(43,3%), diikuti dengan alergi obat (26,7%), psoriasis vulgaris (3,3%), dermatitis kronis.(3,3)
7
C. Etiopatogenesis
C.1 Etiologi
yang mendasari eritroderma ini bisa berupa penyakit yang terbatas pada kulit ataupun
penyakit yang terbanyak mendasari timbulnya eritroderma yakni mencapai 52% dari
obat sebesar 15% dan akibat cutaneous T cell lymphoma (CTCL) atau sezary syndrome
sebesar 5%. Sekitar 20% dari kasus-kasus eritroderma tidak dicetuskan oleh penyakit
Penyebab eritroderma yang kurang umum pada pasien dewasa antara lain
penyakit imunobulosa, penyakit jaringan ikat, infeksi yang meliputi skabies dan
dermatofit, pitiriasis rubra piliaris (PRP) dan penyakit keganasan. Selain dicetuskan
oleh penyakit, eritroderma juga dapat ditimbulkan akibat reaksi obat. Beberapa obat
C.2 Patogenesis
yang mendasari timbulnya penyakit ini. Mekanisme kelainan yang mendasari akan
atau bagaimana timbulnya eritroderma secara idiopatik tidak diketahui secara pasti.
8
Riset terbaru mengenai imunopatogenesis dari infeksi yang diperantarai toksin, misalnya
teori yang mengatakan bahwa kemungkinan kolonisasi stafilokokus aureus atau antigen
lain, seperti toksin-1 toxic shock syndrome, berperan dalam pathogenesis eritroderma.
Pada pasien eritroderma ditemukan kolonisasi S. aureus di hidung pada 83 persen dan
pada kulit dan hidung pada 17 persen pasien. Peningkatan immunoglobulin E (IgE)
dapat terjadi pada berbagai kelainan yang mendasari terjadinya eritroderma, dan
dimana peningkatan IgE pada pasien ini adalah akibat perubahan dari profil sitokin T
helper 1 pada psoriasis menjadi sitokin T helper 2 pada eritroderma karena psoriasis.
Mekanisme ini berbeda dengan overproduksi IgE primer pada dermatitis atopik.
Sindroma hiper IgE adalah suatu defisiensi imun yang berhubungan dengan eritroderma,
pada kasus ini produksi IgE tinggi akibat ketidakcukupan sekresi interferon γ
selektif. Peningkatan IgE ini mungkin terkait dengan proses penyakit yang mendasari
atau dengan manifestasi penyakit sebagai eritroderma. Jumlah sel germinal dan
kulit normal, sehingga waktu transit sel melalui epidermis menjadi lebih pendek.
Akibatnya protein, asam amino, dan asam nukleat yang memediasi proses tersebut akan
lebih cepat hilang dari tubuh. Kehilangan unsur protein yang lebih tinggi daripada
D. Gejala Klinis
Pada eritroderma yang disebabkan oleh efek samping obat dan golongan dermatitis
biasanya timbul dalam waktu singkat. Dimulai dengan bercak eritema yang cepat sekali
9
meluas. Bisa disertai dengan demam, menggigil atau malaise yang tidak terlalu berat. Bercak
eritema tersebut biasanya mencapai keseluruhan permukaan tubuh dalam 12-48 jam.
Selanjutnya diikuti dengan timbulnya deskuamasi dalam 2-6 hari, seringkali dimulai di
daerah lipatan kulit. Seluruh kulit tampak kemerahan, mengkilap dan mengelupas serta
teraba panas dan menebal pada palpasi. Penderita merasa kulitnya ketat, gatal atau kadang-
kadang terasa panas seperti terbakar. Setelah eritroderma berlangsung beberapa minggu,
rambut kepala bisa rontok, juga kulit jadi menebal dan kasar.3,4
1. Anamnesis perlu ditanyakan hal-hal yang menjurus pada penyebab awal dari penyakit ini
yaitu:
Pekerjaan/kebiasaan/hobi penderita
2. Pemeriksaan klinis
Keadaan umum penderita (terutama bila penderita tua atau balita) perlu
dsb
10
Periksa keadaan kulit kepala dan rambut serta kuku
3. Pemeriksaan laboraturium
leukemia
4. Diagnosis
penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu
proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta
F. Penatalaksanaan
11
Diet tinggi protein
G. Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus karena
penyebab obat dapat membaik setelah obat penggunaan obat dihentikan dan diberikan
terapi yang sesuai. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti
limfoma akan tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan . Kasus idiopatik adalah
kasus yang tidak terduga,dapat bertahan dalam waktu yang lama, sering kali disertai
dengan kondisi yang lemah. Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi
obat secara sistemik, prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat
dibandingkan dengan golongan lain. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya,
ketergantungan kortikosteroid.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
muncul bercak kemerahan di kaki semakin lama semakin menyebar keseluruh tubuh. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan eritema di seluruh tubuh yang disertai dengan skuama halus,
batas tidak tegas, berwarna putih. Dari uraian diatas dapat dikatakan diagnosis pada pasien
ini sudah tepat yaitu eritroderma. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Penyebab eritroderma dibagi menjadi 3 golongan yaitu akibat alergi obat secara
sistemik, akibat perluasan penyakit kulit, dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
Pada pasien ini penyebab yang paling mungkin yaitu akibat obat kortikosteroid, Karena
sebelumnya pasien mengaku bahwa mendapat obat dari puskesmas untuk kulitnya. Pasien
dianjurkan untuk tidak mencubit/menggaruk daerah kulit yang sangat gatal, motivasi pasien
untuk memakan nutrisi tinggi kalori tinggi protein, dan jaga kebersihan kulit pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Earlia, Nanda; Nurhaini, Firdausi; Jatmiko, Catur A; Ervianti, Evy. 2009. Penderita
Eritroderma di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Tahun 2005–2007. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 2
Agustus 2009.
2. Dwi S, Anugerah; Thaha, Athuf; Izazi, M. 2015. Angka Kejadian dan Faktor Penyebab
Eritroderma di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin
3. Airlangga University Press, 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. Pusat
4. Listiawan,. Agusni & Martodihardjo, 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Surabaya.
5. Adiyani. 2013. Eritroderma Et Causa Dermatitis Kontak Iritan. Medulla, Volume 1, Nomer
5, Oktober 2013.
6. Sihombing JE, 2013. Eritroderma Et Causa Alergi Obat Pada Penderita Hipertensi Stage II,
Chronic Kidney Disease, Anemia, dan Hepatitis. Medula, Volume 1, Nomor 4, Oktober
2013.
14