KONJUNGTIVITIS
Oleh:
Steven Hilmi
16710205
Pembimbing:
dr. Bambang Tuharianto, Sp. M
dr. Imama Q, Sp. M
dr. Resty, Sp. M
idmedicine
Identitas Pasien
• Nama :Nn. C
• Umur : 15 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Pelajar
• Pendidikan : SMA
• Agama : Islam
• Alamat :R
• Status Pernikahan : Belum menikah
• Suku : Jawa
• Tanggal periksa : 24 Oktober 2017
Keluhan Utama dan RPS
• Keluhan Utama : Mata merah
• Riwayat Penyakit Sekarang
– Nn.C datang ke Poli Mata RSUD IBNU SINA dengan keluhan mata
merah sejak 2 minggu yang lalu.
– Mata merah dialami pada mata kanan. Mata kanan terasa
mengganjal.
– Terdapat kotoran yang lengket dan lebih banyak pada saat bangun
tidur pagi.
– Mata kanan terasa pedih dan panas.
– Oleh pasien, keluhan ini belum diobati. Tidak ada demam.
RPD
Refleks fundus + +
Silia / supersilia Trichiasis (-), Madarosis (-) Trichiasis (-), Madarosis (-)
Palpebra superior Pseudoptosis (+), Udem (+) Ptosis (-), Udem (-)
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (+), papil (-), folikel (+) Hiperemis (-), papil (-), folikel (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi kongjungtiva (+), injeksi siliar (-) Injeksi kongjungtiva (-), injeksi siliar (-)
Pupil Refleks (+/+), ukuran 3 mm, bulat, letaknya disentral Refleks (+/+), ukuran 3 mm, bulat, letaknya disentral
Gerakan bulbus okuli Bebas bergerak ke segala arah Bebas bergerak ke segala arah
Review of System
• Darah Lengkap
• Kultur dan uji resistensi
Penatalaksanaan
– Aspek Personal
• Keluhan Utama : Mata meah
• Harapan : Pasien dan keluarga berharap agar
keluhannya bisa cepat sembuh.
• Kekhawatiran : Pasien dan keluarga takut dengan
penularan ke anggota keluarga yang lain.
– Aspek Klinis
• Konjungtivitis Akut
– Aspek Resiko Internal
• Rendahnya tingkat kepedulian terhadap kesehatan.
• Jika sakit parah dan dianggap telah mengganggu aktifitas, Nn.C
dan keluarga berobat ke Dokter.
• Pengetahuan keluarga yang kurang mengenai kesehatan.
• Tingkat pendidikan keluarga yang kurang.
– Aspek Resiko Eksternal
• Pondok tempat pasien sekolah dan tinggal kurang memenuhi
standar kesehatan
– Aspek Fungsional
• Pasien dapat beraktifitas namun sedikit menurun.
Penatalaksanaan Komprehensif
• Promotif :
–Cuci tangan dengan sabun sesaat setelah menyentuh
mata
–Obati secara teratur
–Hindari daerah yang terlalu terang dan berdebu
• Preventif :
–Mencegah penularan ke anggota keluarga yang lain,
dengan meminimalisir kontak dengan mata.
• Kuratif :
–Teratur dalam mengkonsumsi obat yang telah
didapat.
• Rehabilitatif :
–Dianjurkan untuk tetap aktif sesuai kemampuan
tanpa terganggu dengan sakit yang diderita.
Konjungtivitis
Definisi Konjungtivitis
• Konjungtiva adalah membran mukosa (selaput lendir) yang
melapisi kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi
bagian depan bola mata sampai limbus, di mana
konjungtiva berbatasan dengan lapisan superfisial kornea.
• Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat.
• Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering
disebut mata merah.
Etiologi dan Klasifikasi
• Bakteri
• Viral
• Alergi
• Gonore
• Trachoma
• Konjungtivitis Bakteri
–Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis.
–Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.
• Konjungtivitis Viral
–Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human
adenovirus (yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleosis.
–Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.
–Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
• Konjungtivitis Alergi
– Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi
dan panas, dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen
misalnya polen (serbuk sari).
– Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang
berlebihan.
– Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea
bias terlibat.
– Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan
reaksi alergi yang lain.
• Konjungtivitis Gonore
–Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea.
–Infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi
baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung
selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang
menderita gonore, konjungtivitis yang berat
disebut oftalmia neonatorum.
• Trachoma
–Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan Chlamydia trachomatis.
–Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari (5 – 14 hari).
–Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa
muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut.
–Cara penularannya melalui kontak langsung dengan
sekret atau alat-alat pribadi.
Manifestasi Klinis
• Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
• Produksi air mata berlebihan (epifora).
• Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)
seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan
peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
• Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai
reaksi nonspesifik peradangan.
• Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
• Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen
protein).
• Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
• Gejala
– Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran.
– Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih.
– Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang
jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama
pada konjungtivitis karena alergi.
– Gejala lainnya adalah:
• Mata berair
• Mata terasa nyeri
• Mata terasa gatal
• Pandangan kabur
• Peka terhadap cahaya
• Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Penunjang Konjungtivitis
– Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival
bulbar. Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi
sakit tenggorokan dan demam.
– Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada
kerikan konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.
– Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika
konjungtivitis disebabkan bakteri.
– Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme
bacterial yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic
yang tepat.
Penatalaksanaan
• Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,
diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO,
bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin
atau erythromycin sebelum tidur.
• Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif.
• Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun.
• Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin
250 mg QID PO.
• Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu.
• Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan
tuberkulosis.
• Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide
(sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %;
chlorampenicol 0,5 %).
• Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan
konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena
alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline
0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
• Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk
memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2
sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat
menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
• Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok
dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.