Anda di halaman 1dari 17

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS PANEKAN


Jl Raya Panekan No. 08 Telepon ( 0351 ) 892445
PANEKAN 63352
KATA PENGANTAR

Penyusunan Dokumen SOP ( Standard Operating Procedur ) Pelayanan


Kesahatan Jiwa di Puskesmas Panekan ini merupakan rangkaian pelaksanaan kegiatan
program jaminan mutu yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dasar.

Adapun tujuan khusus pembuatan Dokumen ini adalah agar petugas


kesehatan di Puskesmas memahami dan mampu melaksanakan jaminan mutu sesuai
dengan standar pelayanan yang baik sehingga Puskesmas mampu meningkatkan
utilitas dan efektivitas pelayanan Kesehatan Jiwa kepada masyarakat di wilayah
puskesmas Panekan

SOP Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas ini di susun atas kerjasama


tim dari Puskesmas Panekan baik medis dan paramedis serta pengelola Program
Kesehatan Jiwa Puskesmas Panekan.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan


sumbangan pikiran dalam rangka penyusunan dokumen ini hingga dapat di tetapkan
menjadi SOP ( Standar operating Procedure ) Pelayanan Kesehatan Jiwa Puskesmas
Panekan.

Panekan,

KEPALA UPTD PUSKESMAS


PANEKAN

dr. NURHAYATI TRIASIH


NIP.19800920 200901 2 007

ii
PENDAHULUAN

Standar Operating Procedure atau yang disingkat SOP diterjemahkan menjadi


Prosedur Operasional Standar yaitu prosedur kegiatan yang baku. Istilah lain yang
sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah PROTAP atau Prosedur tetap.

SOP merupakan sekumpulan Instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan


rutin atau berulang yang dipatuhi oleh suatu organisasi. SOP merupakan bagian integral
dari keberhasilan system kualitas yang menyediakan fasilitas dan informasi bagi individu
pelaksana untuk melaksanakan kegiatan secara benar sehingga menjamin kualitas
layanan dan layanan. SOP menguraikan elemen tekhnis dan administrative untuk
pengelolaan jaminan mutu.

SOP harus diuraikan tertulis sedemikian rinci sehingga seseorang dengan


pengertian dasar di bidangnya dapat melaksanakan kegiatan atau prosedur dengan baik
tanpa diawasi. Dengan demikian SOP adalah aturan tertulis yang rinci dan baku tentang
sumberdaya ( bahan, peralatan medik, non medik, tenaga, pencatatan dan pelaporan )
dengan menguraikan secara jelas tentang cara melaksanakan suatu kegiatan pelayanan
secara berurutan sehingga terjamin kualitas dan efektifitas pelayanan .

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………….....i

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………ii

Pendahuluan……………………………………………………………………………………iii

Daftar isi………………………………………………………………………………………...iv

SOP PENCATATAN DAN PELAPORAN KESEHATAN INDERA………………………………………………….1

SOP INVENTARIS BAHAN HABIS PAKAI NON MEDIS KESEHATAN INDERA………………………………..2

SOP PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA PUSKESMAS PANEKAN :

 PENGERTIAN , TUJUAN, METODE, STANDAR TENAGA, SARANA DAN PRASARANA…… 3

 PROSEDUR TETAP, CARA MELAKSANAKAN TIAP KEGIATAN…………………………………4

 DIMENSIA …………………………………………………………………………………………………..4

 SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK KRONIK LAIN………………………………………..5

 GANGGUAN PSIKOTIK AKUT…………………………………………………………………………..6

 GANGGUAN BIPOLAR……………………………………………………………………………………7

 GANGGUAN DEPRESI……………………………………………………………………………………8

 GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF…………………………………………………………………..10

 GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA ANAK / REMAJA…………………………………………….11

 KEPUSTAKAAN…………………………………………………………………………………………..12

iv
SOP PENCATATAN DAN PELAPORAN
KESEHATAN JIWA
No. Dokumen No. Revisi :
Halaman
………………. ………………..

Tanggal ditetapkan : Ditetapkan


Disusun oleh : KEPALA UPTD PUSKESMAS
PANEKAN

Penanggungjawab
Pengelola Kesehatan Jiwa
Puskesmas Panekan dr. NURHAYATI TRIASIH
NIP.19800920 200901 2 007
Pengertian Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan kesehatan jiwa bagi tenaga
kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa
laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dan rekapitulasinya dengan menggunakan
format yang ditetapkan.

Tujuan 1. Tujuan Umum


- Sistem Pencatatan dan Pelaporan bertujuan agar semua hasil kegiatan Unit
Pelayanan (di dalam dan di luar gedung) dapat dicatat serta dilaporkan ke
jenjang selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan
teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan jiwa masyarakat.
2. Tujuan Khusus
- Data & Informasi diperlukan untuk masukan dalam proses pengambilan
keputusan, serta meningkatkan manajemen Pelayanan kesehatan jiwa.
- Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan program kesehatan jiwa.
- Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan
- Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan.
- Pelaporan adalah upaya untuk memantau hasil kegiatan.
- Pelaporan adalah bahan perencanaan kegiatan di masa mendatang.
- Pelaporan adalah bahan melakukan advokasi terhadap stake holder
Metode -
Standar Petugas adalah 1 orang paramedis yang berkompeten
Tenaga
Standar 1. Ruangan dengan pencahayaan yang baik
Sarana dan 2. Ballpoint
Prasarana 3. Buku Register
4. Komputer

Prosedur  Rutin : Pelaporan hasil pelayanan tribulan


Tetap  Insidentil : Pelaporan kasus pasung

Cara 1. Setiap orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa baik gangguan kesehatan
Melaksanaka jiwa ringan, sedang, maupun berat yang datang berobat ke puskesmas
n Tiap dimasukkan ke register harian program kesehatan jiwa
Kegiatan
2. Laporan tribulan program keswa diambil dari register harian program keswa
3. Kegiatan diluar gedung dicatat di buku pintar program kesehatan jiwa

1
SOP
INVENTARIS BAHAN HABIS PAKAI MEDIS DAN NON MEDIS KESWA
No. Dokumen No. Revisi :
Halaman
………………. ………………..

Tanggal ditetapkan : Disusun oleh : Ditetapkan


KEPALA UPTD PUSKESMAS
PANEKAN

Penanggung jawab
Pengelola Kesehatan Jiwa
dr. NURHAYATI TRIASIH
Puskesmas Panekan NIP.19800920 200901 2 007
Pengertian Mencatat jumlah barang habis pakai medis dan non medis kesehatan jiwa yang
tersedia
Tujuan Agar diketahui jumlah persediaan yang ada
Metode -
Standar Petugas adalah 1 orang paramedis yang berkompeten
Tenaga
Standar - Buku register inventarisasi, blanko inventarisasi
- Alat tulis menulis ( buku, ballpoint, penggaris, korektor)
Sarana dan
Prasarana
Prosedur  Penerimaan
Tetap  Pencatatan
 Pemeriksaan
 Pengajuan
Cara 1. Terima bahan habis pakai medis dar GFK dan bhp non medis dari Dinas Kesehatan
2. Catat persediaan bahan habis pakai medis dan non medis ke buku inventaris
Melaksana-
3. Periksa keadaan barang BHP non medis setiap selesai digunakan
kan Tiap 4. Ajukan permintaan BHP non medis apabila habis sesuai kebutuhan
Kegiatan

SOP
2
PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS PANEKAN
No. Dokumen No. Revisi :
Halaman
………………. ………………..
Tanggal ditetapkan : Ditetapkan
Disusun oleh :
KEPALA UPTD PUSKESMAS
PANEKAN
Penanggung jawab
Pengelola Kesehatan Jiwa
Puskesmas Panekan
dr. NURHAYATI TRIASIH
NIP.19800920 200901 2 007
Pengertian Suatu pelayanan deteksi dini dan penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada
pasien yang datang berobat ke pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan yang lainya secara terintegrasi sesuai
dengan kompetensinya masing masing.
Tujuan Tujuan Umum
 Tertanganinya kasus kesehatan jiwa pada pasien yang dating berobat ke
pelayanan kesehatan dasar
Tujuan Khusus
 Mendeteksi secara dini kasus kesehatan jiwa yang datang ke pelayanan kesehatan
dasar
 Menangani kasus kesehatan jiwa yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
sesuai dengan kompetensi masing masing tenaga kesehatan
 Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan

Metode  Pemeriksaan head to toe


 Wawancara
Standar Dokter, perawat dan bidan
Tenaga
Standar 1. Sarana Non Medis :
a. Ruang Pemeriksaan
Sarana dan
 Ukuran minimal 3 m x 4 m²
Prasarana  Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
 Ruangan bersih dan rapi
 Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta
lap/ handuk tangan yang bersih
b. Mebelair
 Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
c. Lain lain
 Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah
 Buku registerpasien
 Status / lembar rekam medis
 Kertas resep
 Blanko permintaan laboratorium
 Alat tulis menulis
 Formulir rujukkan.

2. Sarana Medis : 3
 Stetoskop duplex dan tensimeter
 Spuit 3 cc
 Obat obatan psikofarmaka baik per OS maupun injeksi
 Kapas alcohol
 Handscon
Prosedur 1) Anamnesa
Tetap 2) Pemeriksaan Fisik
3) Diagnosa
4) Penatalaksanaan
5) Penyuluhan
6) Pencatatan dan pelaporan
Cara 1) Gunakan kartu status yang biasa dipakai di Puskesmas
Melaksana- 2) Petugas harus bersikap ramah dan memperhatikan kebutuhan pasien secara
menyeluruh
kan Tiap
3) Anamnesa dilakukan pada semua pasien ( anak/ dewasa/ baru/ lama )
Kegiatan 4) Pasien dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan disamping meja petugas
5) Pada pasien dewasa/18 th keatas/ usila
 Tanyakan keluhan utama pasien catat pada status dengn menggunakan bahasa
pasien
 Golongkan keluhan utama terebut apkah termasuk kedalam : keluhan fisisk
murni ( F1 ); keluhan fisik diertai keluhan mental emosional ( F2 ); keluhan
psikosomatis ( PS ); atau keluhan mental emosional ( ME ); dan beri kode
 Bila keluhan utama termasuk PS atau ME , lanjutkan dengan pertanyaan (aktif)
 Beri paraf di bawahnya, dan lanjutkan dengan pemeriksaan rutin lain ( Vital
sign)
6) Pada pasien anak dan remaja ( dibawah 18 th )
 Tanyakan keluhan utama pada anak / pengantar, catat pada status
 Golongkan keluhan utama terebut apkah termasuk kedalam : keluhan fisisk
murni ( F1 ); keluhan fisik diertai keluhan mental emosional ( F2 ); keluhan
psikosomatis ( PS ); atau keluhan mental emosional ( ME ); dan beri kode
 Selalu ditanyakan adanya keluhan mental emosional dan status perkembangan
anak
 Lanjutkan dengan pertanyaan no 3 ( dari pertanyaan aktiv )
 Beri paraf di bawahnya
7) Dokter memeriksa kembali hasil anamnesa dengan melihat keadaan pasien secara
menyeluruh dan menanyakan kembali hal ahal yang meragukan , atau
menanyakan hal hal lainya
8) Setelah pemeriksaan fisik dan mental , lalu tetapkan diagnosis baik fisik maupun
mental serta cantumkankode diagnosisnya
9) Pada kolom terapi cantumkan resep obat yang diberikan dan beri paraf
10)Setelah selesai , pasien dengan gangguan mental, dapat ditindaklanjuti pada hari
lainnya secara khusus
11) Pada kunjungan berikutnya, ikuti prosedur yang sama seperti di atas

PENEGAKAN DIAGNOSA
1. DIMENSIA : Gangguan daya ingat dengan stressor organobiologik seperti usia
lanjut, degenerasi, gangguan serebrovaskular.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi, daya pikir penilaian,
orientasi, dan kemampuan berbahasa
 Pasien tampak apatis, acuh tak acuh, tapi bias juga siaga walaupun daya
ingatnya buruk
4
 Penurunan daya fungsi sehari hari
 Kehilangan kendali emosional , mudah bingung, menangis, atau mudah
tersingung
 Lazim pada usia lanjut > 60 th jarang terjadi pada usia lebih muda ( dimensia
presenilis)

PENANGANAN
 Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa kehilangan daya ingat
biasanya berkembang lambat, tetapi perjalananya sangat bervariasi.
Kehilangan daya ingat dan kebingungan bias menyebabkan problem prilaku,
misalnya agitasi, curiga dan letupan emosional.
 Hindari menempatkan pasien di tempat atau situasi yang asing
 Agitasi yang tak terkendali mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit
 Penggunaan obat sedative atau hipnotik harus hati hati, karena dapat
meningkatkan kebingungan

MEDIKASI
 Untuk mengendalikan agitasi , gejala psikotik dan agresi diperlukan anti
psikotik dosis rendah misalnya : Haloperidol 2 x 0,5 mg atau Risperidon 2 x
0,5-1 mg. waspadi efek samping dan interaksi obat.

Rujuk dan konsultasi spesialis apabila:


 Kehilangan daya ingat terjadi menadak atau agitasi tidak terkendali
 Dimensia akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik
 Jika membutuhkanperawatan intensif rawat di rumah sakit

2. SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK KRONIK LAIN :


Gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu bulan
KELUHAN
Pasien / keluarga mungkin datang dengan keluhan:
 Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
 Laporkan tentang mendengar suara suara yang tidak ada sumbernya
 Keyakinan yang aneh
 Keluhan fisik yang tidak lazim.

PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Penarikan diri secara social
 Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
 Gangguan berpikir yang tampak dari pembicaraan yang tiak terangkai atau
aneh
 Agitasi / kegelisahan
 Perilaku aneh
 Halusinasi baik audio maupun visual
 Delusi/waham

PENANGANAN
 Informasikan kepada keluarga bahwa perilaku aneh dan agitasi adalah gejala
penyakit jiwa , gejala dapat hilang dan timbul. Oleh karena itu keluarga perlu
mengantisipasinya dengan memberikan obat secara teratur dan
memeriksakan ke sarana kesehatan
 Dorong pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan
kegiatan sehari hari
 Kurangi stress pada pasien dengan tidak beragumentasi terhadap pikiranya
5
yang psikotik dan hindari konfrontasi atau mengeritik

MEDIKASI
 Antipsikotik yang dimulai dari dosis rendah dan di tingkatkan secara
bertahap ex Haloperidol 3 x 2-5 mg/hari , dosis harus serendah mungkin
untuk menghilangkan gejala
 Bagi pasien yang tidak patuh minum obat secara teratur dapat diberikan
antipsikotik injeksi ex Modecate yang diberikan 1 x sebulan i.m.
 Beritahu keluarga bahwa medikasi yang kontinu akan mengurangi resiko
kekambuhan . pada umumnya antipsikotik harus dilanjutkan sekurang
kurangnya 3 bulan sesudah suatu episode pertama penyakitnya dan lebih
lama sesudah episode berikutnya. Beberapa pasien mungkin minum obat
angka panjang bahkan seumur hidup
 Beritahu pasien atau keluarga kemungkinan efek samping obat

KONSULTASI SPESIALIS/ RUJUK APABILA :


 Jika fasilitas tersedia , pertimbangkan untuk konsultasi bagi semua kasus
baru dengan ganggu psikotik untuk memastikan diagnosis dan terapi lain
 Terdapat depresi atau mania dengan gangguan psikotik, yang mungkin
membutuhkan terapi lain
 Pertimbangkan konsultasi untuk kasus dengan efek samping motorik yang
berat

3. GANGGUAN PSIKOTIK AKUT


Gejala psikotik yang berlangsung kurang dari satu bulan

KELUHAN
Pasien / keluarga mungkin datang dengan keluhan:
 Mendengar suara suara
 Keyakinan/ ketakutan yang aneh/asing
 Kebingungan
 Was-was

PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Halusinasi
 Waham
 Agitasi/ bizarre
 Pembicaraan aneh
 Keadaan emosional yang labil dan ekstrem
 Gejala timbul mendadak < 1 bulan.

PENANGANAN
 Informasikan kepada keluarga bahwa perilaku aneh dan agitasi adalah gejala
penyakit pasien,episode akut sering mempunyai prognosa baik, tapi lama
perjalanan penyakit sukar diramalkan , diperlukan pengobatan
berkesinambungan selama beberapa bulan setelah gejala hilang
 Upayakan keamanan pasien dan mereka yang merawatnya
 Kurangi stress dan stimulant
 Agitasi yang membahayakan pasien dan masyarakat memerlukan
hospitalisasi
 Dorong pasien agar melakukan kegiatan sehari hari etelah gejala membaik

MEDIKASI
6
 Antipsikotik akan mengurangi gejalapsikotik . dosis harus serendah mungkin
ex Haloperidol 3 x 2-5 mg/hari
 Antiansietas juga digunakan bersama dengan Antipsikotik untuk
mengendalikan agitasi akut ex Lorazepam 3 x 12 mg sehari
 Lanjutkan pemberian anti psikotik sekurang kurangnya 3 bulan setelah
gejala menghilang
 Monitor efek samping obat ( distonia/spasme akut, akatsia/ keelisahan
motorik berat, gejala Parkinson/ tremor )
KONSULTASI SPESIALIS/ RUJUK APABILA :
 Jika fasilitas tersedia , pertimbangkan untuk konsultasi bagi semua kasus
baru dengan gangguan psikotik untuk memastikan diagnosis dan terapi lain
 Pada kasus dengan efek samping motorik yang berat ( demam, kekauan,
hipertensi ) hentikan obat konsulkan ke dokter spesialis

4. GANGGUAN BIPOLAR
Gejala manik dengan atau tanpa gejala depresi

KELUHAN
Pasien mungkin mengalami periode depresi , mania, atau eksaserbasi

PEDOMAN DIAGNOSTIK
Episode manic dengan gejala :
 Aktivitas dan tenaga bertambah
 Bicara cepat
 Berkurangnya kebutuhan tidur
 Perhatian mudah beralih
 Peningkatan suasana perasaan dan mudah tersinggung
 Kehilangan hambatan
 Merasa diri penting secara berlebihan
Episode depresi dengan gejala :
 Suasana perasaan menurun
 Kehilangan minat atau kemapuan untuk merasa senang
Gejala penyerta yang sering ditemukan
 Gangguan tidur
 Rasa bersalah atu rendah diri
 Kelelahan atau kehilangan tenaga
 Konsentrasi buruk
 Gangguan nafsu makan
 Pikiran atau tindakkan Bunuh diri
Salah satu dari episode tersebut bias sangat menonjol. Diantara kedua episode
tersebut bias di temukan suasana perasaan normal. Pada kasus berat, pasien
bias mengalami halusinasi, waham, selama episode mania atau depresi

PENANGANAN
 Informasikan pada keluarga bahwa perubahan dalam suasana perasaan
dan perilaku adalah gejala dari penyakit. Tersedia pengobatan yang efektif
dan pengobatan jangka panjang bisa mencegah kekambuhan . jika tidak
diobati, episode manic bisa menjadi berbahaya apabila disertai dengan
gejala Psikotik
 Episode manic sering kali menjurus kepada kehilangan oekerjaan , problem
hokum, problem keuangan, atau perilaku seksual yang beresiko tinggi
 Selama depresi tanyakan perihal bunuh diri jika mengarah pada upaya 7
bunuh diri perlu mendapatkan pengamatan ketat oleh keluarga/kerabat atau
teman
 Selama periode manic hindari konfrontasi kecuali untuk mencegah tindakan
berbahaya
 Sarankan untuk berhati hati terhadap perilaku impulsive atau berbahaya
 Jika agitasi atau perilaku kacau cukup berat pertimbangkan Hospitalisasi,
rujuj RSJ sesuai dengan prosedur

MEDIKASI
 Antipsikotik misal haloperidol 3 x 2-5 mg sehari atau chlorpromazine 3 x
100-200 mg sehari
 Dosis harus serendah mungkin untuk menghilangkan gejala ,Walaupun
beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih tinngi. Jika timbul efek
samping seperti Trihexifenidil 2-3 x 2mg sehari. Penggunaan rutin tidak
diperlukan
 Benzodiazepin dapat juga digunakan bersamaan dengan antipsikotik untuk
megendalikan agitasi akut misal lorazepham 4x 12 mg sehari
 Setelah pasien dalam keadaan tenagn dapat diberikan karbamazepin 3 x
200 mg sebagai stabilisator suasana perasaan
 Medikasi anti depresan seringkali diperlukan selama periode depresi, tapi
bisa mepresipitasi mania apabila diberikan tersendiri

KONSULTASI KE SPESIALIS / RUJUK


 Jika ada resiko tinggi untuk untuk bunuh diri atau perilaku acau
 Jika gejala depresi/ mania yang bermakna tetap berlanjut

5. GANGGUAN DEPRESI
Adanya gejala Depresi
KELUHAN
 Pasien mungkin semula mengemukakan satu atau lebih gejala fisik ,seperti
kelelahan atau rasa nyeri
 Pemeriksaan selanjutnya ditemukan gejala depresi atau kehilangan minat
akan hal hal yang menjadu kebiasaanya
 Iritabilitas cepat marah, mudah tersinggung, kadang merupakan masalah
yang dikemukakan.
 Khusus pada anak remaja sering depresi bermanifestasi dalam bentuk
gejala gangguan tingkah laku, menarik diri, atau perilaku acting out misalnya
sikap menetang, ngebut, mencari perkelahian dan perilaku mencederai diri
lainya
 Beberapa kelompok tertentu termasuk kelompok resiko tinggi misalnya
mereka yang baru saja melahirkan atau mengalami stroke

PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Suasana perasaan rendah atau sedih
 Kehilangan minat atau gairah akan hal hal yang menjadi kebiasaanya
 Gangguan tidur
 Rasa bersalah atau hilang keperayaan diri
 Kelelahan atau kehilangan tenaga atau penurunan libido
 Agitasi atau perlambatan gerak atau pembicaraan
 Gangguan nafsu makan
 Pikiran atau tindakan bunuh diri
 Sulit berkonsentrasi
 Ansietas atau kegelisahan
8
 Jika terdapat halusinasi atau waham pertimbangkan adanya gangguan
depresi berat

PENATALAKSANAAN
 Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa depresi adalah penyakit yang
lazim dan tersedia terapi yang efektiv, depresi bukan kelemahan atau
kemalasan pasien, pasien berupaya keras untuk mengatasi tapi tidak
berdaya
 Tanyakan resiko bunuh diri, mungkin diperlukan pengawasan yang ketat
oleh keluarga, teman, atau hospitalisasi . Tanyakan tentang resiko
mencederai orang lain
 Rencanakan kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien dan
membangkitkan kepercayaan diri
 Dorong pasien untuk melawan pesimisme atau kritik diri yang berlebihan ,
tidak bertindak atas dasar ide psimisme misal mengakhiri perkawinan ,dan
tidak memusatkan pada pikiran negative atau rasa bersalah
 Identifikasi adanya stres social atau problem kehidupan yang mutakhir.
Fokuskan pada langkah kecil yang khas , yang dapat dilakukan oleh pasien
untuk mengurangi atau mengatasi problem dengan lebih baik. Hindari
keputusan yang besar atau perubahan pola hidup.
 Jika terdapat gejala fisik, bicarakan hubungan antara gejala fisik dengan
suasana perasaan.
 Jika sudah ada perbaikan , rencanakan bersama pasien tindakan yang
harus diambil jika terjadi kekambuhan.

MEDIKASI
 Pertimbangan pemberian antidepresan jika suasana perasaan sedih atau
kehilangan minat menonjol selama 2 minggu dan 4 atau lebih gejala berikut
ditemukan :
- Kelelahan atau kehilangan tenaga.
- Konsentrasi kurang
- Agitasi atau perlambatan gerak dan pembicaraan
- Gangguan tidur , khususnya terbangun dini hari dan tidak bisa tidur
kembali.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
- Rasa bersalah atau menyalahkan diri.
- Nafsu makan terganggu.
 Pada kasus yang berat , pertimbangkan medikasi pada kunjungan pertama.
 Pada kasus sedang, pertimbangkan pada medikasi pada kunjungan berikut,
jika konseling tidak menolong secara memadai.
 Pilihan medikasi :
- Jika pasien bereaksi baik terhadap obat tertentu di masa lampau,
gunakan obat itu lagi.
- Jika pasien usia lanjut atau sakit fisik, gunakan medikasi dengan efek
samping antikolinergik dan kardiovaskuler yang lebih ringan.
- Jika pasien cemas atau tidak bisa tidur , gunakan obat dengan efek
sedatif yang lebih kuat.
 Berikan antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya imipramin) ,
dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap malam dan dinaikkan sampai 100-150
mg dalam dosis terbagi. Pada pasien usia lanjut atau sakit fisik, berikan
dosis yang lebih rendah atau menggunakan antidepresan lain dengan efek
samping yang minimal.
 Jelaskan kepada pasien bahwa medikasi harus minum setiap hari, bahwa
9
perbaikan akan terjadi dalam 2-3 minggu sesudah memdikasi dimulai, dan
mungkin timbul efek samping ringan, tapi biasanya menghilang dalam 7-10
hari. Tekankan bahwa pasien harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
menghentikan obat.
 Lanjutkan pemberian antidepresan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
keadaa membaik.

KONSULTASI KE SPESIALIS/RUJUK :
Jika pasien menunjukkan :
 Resiko bunuh diri atau berbahaya terhadap orang lain.
 Gejala psikotik
 Depresi tetap bertahan sesudah tindakan pengobatan di atas.
 Kebutuhan akan psikoterapi yang lebih intensif (misalnya , terapi kognitif,
terapi interpersonal) yangmungin bermanfaat sebagai terapi awal dan
mencegah kekambuhan

6. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF


Pikiran yang terpaku dan perilaku yang harus dilakukan berulang ulang.
KELUHAN
 Pasien mengeluh melakukan pekerjaan berulang ulang dan tak kuasa untuk
mengendalikanya , walaupun mereka menyadari bahwa pekerjaan itu tak
ada gunanya.

PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Obsesi adalah pikiran yang berulang ulang yang tidak bisa dihindari oleh
pasien dan yang menimbulkan ansietas yang bermakna. Biasanya pikiran
tentang terkontaminasi dengan kuman , keraguan yang patologik,
kecemasan tentang gangguan somatic, impuls agresif atau seksual
 Kompulsi adalah perilaku yang berulang ulang yang tidak bisa dihindari ,
untuk menetralisir kecemasan akibat dari pikiran obsesi tadi, ex memeriksa,
mencuci, membersihkan , menghitung, bertanya, atau mengaku dosa
berulang ulang, dll
 Akan timbul ansietas apabila tidak melakukan perilaku yang berulang ulang
tersebut.
 Menimbulkan dampak pada pekerjaan , pergaulan social, dan hubungan
dalam keluarga
 Gejala lain yang menyertai adalah rasa bersalah dan tak berdaya

PENATALAKSANAAN
 Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa pikiran dan perilaku yang
berulang ulang adalah gejala dari gangguan pasien bukan perilaku yang
dibuat buat
 Upayakan agar pasien melakukan metode relaksasi untuk mengurangi
gejala fisik dari ketegangan
 Bila gejala ringan dapat dilakukan terapi tingkah laku

MEDIKASI
 Untuk kasus yang lebih berat dapat di berikan Clomipramine dengan dosis
3 x 25-50 mg/ hari atau Fluoxetine 1-2 x 10-20 mg /hari, mulai dengan dosis
kecil yang dinaikkan secara berahap . Mungkin diperlukan dosis yang lebih
tinngi dibandingkan untuk gangguan depresi. Reaksi klinik mungkin dicapai
setelah pemberian 6 minggu atau lebih
KONSULTASI KE SPESIALIS/RUJUK :
10
 Bila terdapat gangguanmental lainya atau gejala pasien sangat berat,
sehingga dia tidak mampu bekerja atau melakukan kegiatan sehari hari
 Bila timbul ide bunuh diri
 Bila pasien membutuhkan psikoterapi

7. GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA ANAK / REMAJA


KELUHAN
 Tingkah laku melawan atau menentang , melanggar hak asasi orang lain,
atau melanggar peraturan atau norma yang berlaku
 Para guru dan orangtua merasa kesulitan dan memerlukan bantuan untuk
manangani tingkah laku tersebut

PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Adanya pola tingkah laku agresif berulang dan menetap seperti : berkelahi,
tindak kekerasan , berbohong, mencuri, brutal, suka kabur ( melarikan diri
dari rumah/ sekolah ), membual
 Penetapan gangguan tingkah laku ini harus disesuaikan dengan umur dan
norma budaya setempat
 Gangguan tingkah laku dapat berkaitan dengan adanya stress, baik dirumah
maupun disekolah
 Gangguan tingkah laku mungkin terjadi bersamaan dengan gejala aktivitas
yang berlebihan dan gangguan pemusatan perhatian yang menonjol

PENATALAKSANAAN
 Informasikan kepada keluarga bahwa disiplin yang efektif harus jelas dan
dilaksanakan secara konsisten, namun tidak melukai perasaan anak ( tidak
kasar ) . Hindari pemberian hukuman , lebih baik memberikan pujian untuk
perilaku yang positif
 Tanyakan tentang alasan tingkah laku pasien yang menentang Sedapat
mungkin usahakan untuk mengubah kondisi lingkungan anak menjadi lebih
baik
 Dorong orangtua untuk memberikan umpan balik positif dan pujian terhadap
perilaku anak yang baik
 Dorong orangtua untuk menerapkap disiplin secara konsisten . Buat
peraturan yng jelas dan batasan yang tegas tentang tingkah laku yang
buruk, serta memberitahukan kepada anak konsekuensi yang harus
ditanggungnya apabila melanggar peraturan tersebut. Orangtua harus
segera melaksanakan konsekuensi tersebut dan tidak boleh ditunda
 Sarankan kepada orangtua untuk membicarakan cara mendisiplinkan anak
tersebut bersama guru
 Anggota keluarga, teman dan lingkungan dapat mendukung para orangtua
dalam melaksanakan disiplin secara konsisten

MEDIKASI
 Tidak ada medikasi atau pengobatan fisik untuk gangguan tingkah laku
 Apabila gangguan tingkah laku akibat dari gangguan hiperkinetik maka
kondisi ini dapat diobati

KONSULTASI KE SPESIALIS/RUJUK :
 Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke psikiater apabila problem tingkah
laku tersebut tidak teratasi dengan cara tersebut diatas

11
KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan RI : Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Dasar, 2009.

2. Direktorat Kesehatan Jiwa, Dep.Kes.RI:PPDGJ ( Pedoman Penggolongan

Diagnosis Gangguan Jiwa ) III 1993


3. Departemen Kesehatan RI : Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di

Puskesmas, 2004

4. Departemen Kesehatan RI : Petunjuk Tekhnis Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten / Kota, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai