Anda di halaman 1dari 12

Bab 3

Persamaan Akuntansi

Mengenal laporan keuangan dan pengaruh transaksi terhadap la-


poran keuangan diawali dengan pengetahuan dasar, yang disebut
sebagai persamaan akuntansi.

3.1 PENGANTAR
Mempelajari akuntansi yang mendasar dimulai dari mengenal konsep
persamaan akuntansi (accounting equation). Mempelajari akuntansi
memang sering kali dianggap membosankan, kurang menarik, rumit,
susah, dan sebagainya. Bagi mereka yang akan dan sedang mem-
pelajari akuntansi barangkali kesan semacam itu tidak seluruhnya
salah. Tetapi mulai saat ini, buang kesan jauh-jauh bahwa belajar
akuntansi itu sulit, merepotkan, dan membosankan. Akuntansi yang
identik dengan laporan keuangan pada dasarnya dapat diseder-
hanakan karena berbasis angka. Sesuatu yang berbasis angka dapat
dipelajari dengan mengedepankan logika; atau singkatnya meng-
gunakan operasi matematika sederhana, seperti yang telah dijelaskan
dalam pembahasan bab sebelumnya. Mengapa? Karena pada
dasarnya perhitungan hanya berupa penambahan atau pengurangan
angka; sangat mudah bukan? Kesulitan belajar akuntansi yang
berbasis angka seperti yang banyak dibahas dalam buku pengantar
akuntansi, salah satunya disebabkan angka berupa cetakan hingga
statis. Coba kalau tampilan angka tersebut dibuat dengan program
aplikasi Excel akan menjadi dinamis sehingga mudah dipelajari.
Materi pembahasan tentang persamaan dasar akuntansi dilengkapi
tabel data yang dibuat dengan program aplikasi Excel. Silakan
pembaca aktifkan program aplikasi Excel dan file BAB03 untuk
memahami pembahasan.

18
3.2 PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
Langkah pertama belajar akuntansi setelah mengenal laporan
keuangan adalah memahami persamaan dasar akuntansi. Mempe-
lajari akuntansi tidak perlu membayangkan perusahaan besar dengan
kekayaan dengan nilai yang fantastis. Mulailah dari diri sendiri,
pernahkan kita menghitung berapa banyak kekayaan kita. Coba
hitung harta apa saja yang pembaca miliki, dan perkiraan berapa
nilainya. Setelah diketahui perkiraan nilai harta, pertanyaan berikutnya
adalah, apakah pembaca punya utang. Harta yang dimiliki dikurangi
utang inilah yang disebut sebagai kekayaan bersih.
Studi Kasus 1. Misal, seseorang memiliki harta berupa uang tunai,
tabungan, perhiasan, kendaraan, tanah, dan rumah dengan perkiraan
nilai sebesar Rp 300 juta. Seandainya, dia memiliki utang, katakanlah
untuk pembelian rumah senilai Rp 100 juta, sehingga dapat dikatakan
kekayaan bersih sebesar Rp 200 juta. Mudah bukan, selanjutnya
amati dan perhatikan tampilan dalam Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1. Persamaan dasar akuntansi (1)

Mempelajari akuntansi pada tahap awal dikenalkan dengan istilah


aset, kewajiban, dan ekuitas. Itulah tiga kata yang diajarkan secara
formal dalam mempelajari akuntansi. Penggunaan istilah aset, dulu
disebut sebagai aktiva, yang berarti harta. Sedangkan kewajiban, dulu
disebut dengan istilah utang, dan ekuitas dikenal secara umum
sebagai modal. Tanpa mengabaikan istilah yang baku, dalam proses
belajar, penulis menggunakan istilah yang mudah-mudahan dipahami
oleh pembaca. Gambaran umum tentang data yang disebutkan di
awal studi kasus, jika ditempatkan dalam persamaan dasar akuntansi,
terlihat dalam neraca. Neraca menggambarkan posisi keuangan pada
saat tertentu, terdapat dua sisi, sebelah kiri berisi data aset atau

19
harta. Sisi kanan untuk menempatkan data utang dan modal atau
kekayaan; data dalam posisi sebelah kiri dan kanan jika dijumlahkan
harus sama - lihat penjelasan pada bagian persamaan dasar
akuntansi.
Studi Kasus 2. Misal, seseorang memiliki aset sebesar Rp 250 juta
dan menurut perkiraan memiliki kekayaan bersih (ekuitas) sebesar
Rp 225 juta. Berdasarkan data tersebut, berarti yang bersangkutan
memiliki utang sebesar Rp 25 juta. Silakan klik tab sheet KASUS2 dan
perhatikan tampilan data dan persamaan dasar akuntansi melalui
Gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2. Persamaan dasar akuntansi (2)

Studi Kasus 3. Misal, seseorang telah memiliki catatan utang


(kewajiban) sebesar Rp 25 juta kepada pihak lain. Seandainya yang
bersangkutan menghitung jumlah kekayaan bersih senilai Rp 275 juta,
berarti yang bersangkutan memiliki aset senilai Rp 300 juta. Silakan
klik tab sheet KASUS3 dan perhatikan tampilan persamaan dasar
akuntansi melalui Gambar 3.3.
Silakan pembaca berlatih melalui tiga tab sheet yang telah dibahas,
untuk menetapkan angka aset, utang, atau ekuitas (kekayaan), klik
tombol scroll-bar. Amati setiap perubahan data dalam neraca se-
derhana, bukankah persamaan dasar akuntansi tersebut sangat
mudah untuk dipahami? Setelah pembaca mampu memahami per-
samaan dasar akuntansi yang sederhana tersebut, pembahasan
berikutnya mengupas tentang neraca.

20
Gambar 3.3. Persamaan dasar akuntansi (3)

3.3 MEMAHAMI NERACA


Bentuk neraca yang sederhana seperti pada persamaan dasar
akuntansi dikembangkan dengan mengisi rincian data pada aset,
utang, dan modal, atau disederhanakan sebagai kekayaan bersih.
Misal aset berupa uang, tabungan, perhiasan, kendaraan, tanah, dan
rumah. Utang berupa utang KPR (kredit kepemilikan rumah) dan
kekayaan merupakan kekayaan bersih, yaitu selisih antara aset
dengan utang. Isian uang, tabungan, dan seterusnya disebut dengan
istilah akun (account), atau dulu disebut sebagai rekening. Sedangkan
aset, utang, dan ekuitas atau kekayaan, disebut sebagai klasifikasi
atau kelompok akun/rekening. Pencantuman akun dalam neraca yang
berlaku umum adalah kas untuk menyebut uang tunai, bank untuk
menyebut tabungan atau giro di bank, sedangkan perhiasan, ken-
daraan, tanah dan rumah, dapat disebut tetap dengan nama tersebut.
Studi Kasus 4. Silakan klik tab sheet KASUS4, klik tombol scroll-bar
untuk menetapkan nilai atau saldo masing-masing akun. Berdasarkan
saldo tersebut dapat disusun neraca seperti dalam Gambar 3.4.
Perhatikan nama akun dalam data di posisi sebelah kiri yang terdiri
atas uang tunai, tabungan, perhiasan, kendaraan, tanah, rumah, dan
utang KPR. Data tersebut jika disusun dalam bentuk laporan
keuangan dapat dilihat dalam neraca; perhatikan susunan akun dan
persamaan dasar akuntansi. Data untuk menyusun neraca terdiri atas
klasifikasi akun aset dan kewajiban atau utang, sehingga ekuitas
adalah selisih nilai aset dengan utang. Mengapa isian akun pada

21
ekuitas bukan modal? Istilah kekayaan bersih untuk memudahkan
dalam memahami isi neraca dari data keuangan pribadi.

Gambar 3.4. Neraca

Studi Kasus 5. Transaksi pembelian kendaraan secara tunai. Silakan


klik tab sheet KASUS5, tetapkan data untuk menyusun neraca
sebagaimana dalam Studi Kasus 4, dan perhatikan susunan laporan
keuangan dalam neraca. Contoh menunjukkan harta yang dimiliki
oleh seseorang senilai Rp 416,5 juta dan utang sebesar Rp 110 juta
sehingga kekayaan bersih senilai Rp 306,5 juta. Misal, dia bermaksud
membeli sepeda motor (kendaraan) baru dengan harga Rp 18,5 juta.
Dana untuk membeli kendaraan tersebut dari uang tunai atau kas
sebesar Rp 4,5 juta, dan sisanya sebesar Rp 14 juta diambil dari
tabungan di bank – lihat data pembelian tunai kendaraan.

Gambar 3.5. Neraca dan transaksi pembelian kendaraan (tunai)

22
Apakah dengan adanya pembelian kendaraan tersebut harta yang
bersangkutan berkurang? Jawabannya adalah tidak! Transaksi ter-
sebut hanya menyebabkan perubahan pada saldo akun, yaitu kas dan
bank berkurang, sedangkan kendaraan bertambah. Perhatikan tam-
pilan neraca di posisi atas (sebelum pembelian kendaraan) dan posisi
bawah (setelah pembelian kendaraan), seperti dalam Gambar 3.5.
Studi Kasus 6. Transaksi pembelian kendaraan secara kredit.
Transaksi ini akan menyebabkan nilai aset bertambah di posisi
sebelah kiri neraca, dan nilai utang juga bertambah di posisi sebelah
kanan dalam neraca. Sebagaimana halnya pada Studi Kasus 5,
silakan klik tab sheet KASUS6, silakan tetapkan saldo masing-masing
akun, nilai kendaraan yang akan dibeli dan uang muka yang dibayar
dengan klik tombol scroll-bar. Contoh isian data keuangan dan neraca
(sebelum dan sesudah transaksi pembelian kendaraan), dapat dilihat
dalam Gambar 3.6 berikut ini.

Gambar 3.6. Neraca dan transaksi pembelian kendaraan (kredit)

Perhatikan nilai aset dalam neraca di posisi atas, yaitu sebesar


Rp 500 juta. Transaksi pembelian kendaraan secara kredit menun-
jukkan bahwa nilai kendaraan sebesar Rp 25 juta dengan pemba-
yaran uang muka 30% senilai Rp 7,5 juta sehingga utang sebesar
Rp 17,5 juta. Pembiayaan uang muka sebesar Rp 7,5 juta bersumber
dari kas sebesar Rp 2,5 juta dan diambilkan dari tabungan sebesar
Rp 5 juta. Transaksi ini menyebabkan bertambahnya nilai aset dari

23
Rp 500 juta menjadi Rp 517,5 juta. Nilai kendaraan dari semula
Rp 15 juta menjadi Rp 40 juta, namun di sisi lain, saldo kas dan bank
berkurang sebesar Rp 7,5 juta. Selisih antara nilai kendaraan yang
dibeli dengan uang muka yang dibayar sebesar Rp 17,5 juta dapat
dilihat dalam akun Utang Motor pada neraca.
Studi Kasus 7. Mengangsur utang, misal setiap bulan angsuran
utang KPR yang harus dibayar sebesar Rp 5 juta. Setiap angsuran
utang pada dasarnya terdiri atas dua komponen, yaitu angsuran
pokok pinjaman dan bunga. Angsuran pokok pinjaman akan mengu-
rangi utang (neraca), sedangkan bunga merupakan biaya atau beban
(laporan laba rugi). Asumsi dalam kasus ini, transaksi merupakan
angsuran pokok pinjaman sehingga mengurangi utang. Silakan klik
tab sheet KASUS7 dan perhatikan tampilan dalam Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Neraca dan transaksi mengangsur pokok pinjaman

Berdasarkan data keuangan, terlihat informasi dalam neraca (posisi


atas) berupa aset sejumlah Rp 450 juta, utang sebesar Rp 125 juta
dan kekayaan bersih senilai Rp 325 juta. Setelah transaksi pem-
bayaran angsuran pokok pinjaman sebesar Rp 5 juta, nilai aset
berkurang menjadi Rp 445 juta dan utang menjadi Rp 120 juta (lihat
neraca di posisi bawah). Bagaimana dengan bunga pinjaman? Pem-
bahasan secara lengkap pembayaran angsuran yang terdiri atas
pokok pinjaman dan bunga pinjaman akan dibahas dalam Studi
Kasus 11.

24
Studi Kasus 8. Menerima pendapatan, misal seseorang setiap bulan
menerima penghasilan berupa gaji dan pendapatan lain sebesar
Rp 10 juta. Penerimaan penghasilan tersebut oleh yang bersangkutan
ditabung sebesar Rp 7,5 juta sedangkan sisanya sebesar Rp 2,5 juta
disimpan di rumah (kas). Transaksi penghasilan akan menambah
kekayaan yang bersangkutan. Silakan klik tab sheet KASUS8 seperti
diperlihatkan dalam Gambar 3.8. Perhatikan data keuangan sebelum
penerimaan pendapatan dan neraca di posisi atas, aset berjumlah
Rp 400 juta, utang sebesar Rp 110 juta, dan kekayaan bersih senilai
Rp 290 juta. Selanjutnya, setelah transaksi penerimaan, informasi
pada neraca di posisi bawah menunjukkan aset bertambah menjadi
Rp 410 juta, dan kekayaan juga bertambah dari Rp 290 juta menjadi
Rp 300 juta. Perubahan pada aset, saldo kas yang semula Rp 10 juta
menjadi Rp 12,5 juta, dan saldo bank yang semula Rp 55 juta
bertambah menjadi Rp 62,5 juta.

Gambar 3.8. Neraca dan transaksi penerimaan pendapatan

Studi Kasus 9. Transaksi pembayaran biaya, misal, seseorang yang


memiliki data keuangan dan neraca (posisi atas) mengeluarkan dana
dari kas di tangan sebesar Rp 500.000,00 untuk membayar biaya
listrik. Transaksi ini menyebabkan aset berkurang dari semula
Rp 410 juta menjadi Rp 409,5 juta, yaitu pada posisi saldo kas dari
Rp 12,5 juta menjadi Rp 12 juta. Hal yang sama terjadi pengurangan
saldo pada kekayaan bersih dari semula Rp 300 juta menjadi

25
Rp 299,5 juta. Silakan klik tab sheet KASUS9 dan perhatikan tampilan
dalam Gambar 3.9; lihat perubahan data dalam kedua neraca dan
bandingkan isinya.

Gambar 3.9. Neraca dan transaksi pembayaran biaya

3.4 MEMAHAMI LAPORAN LABA RUGI


Setelah pembaca memahami persamaan dasar akuntansi dalam
kaitan dengan laporan keuangan neraca, pembahasan berikut akan
mengupas pengaruh transaksi terhadap persamaan dasar akuntansi
dalam neraca dan laporan laba rugi. Pembahasan dalam studi kasus
di atas mengupas setiap transaksi akan berpengaruh terhadap posisi
keuangan pada neraca. Coba perhatikan kembali transaksi yang
memengaruhi ekuitas, yaitu pendapatan dan biaya. Artinya, setiap
terjadi transaksi pendapatan dan atau biaya, akan memengaruhi
saldo ekuitas, dalam hal ini kekayaan bersih. Transaksi pendapatan
dan biaya (beban) tidak secara langsung berpengaruh terhadap
ekuitas, tetapi melalui laporan laba rugi.
Laporan laba rugi berisi informasi tentang pendapatan dan biaya atau
beban. Selisih nilai antara pendapatan dengan biaya/beban jika
bernilai positif (pendapatan > biaya) disebut laba, dan jika bernilai
negatif (pendapatan < biaya) disebut rugi. Laba akan menambah

26
kekayaan (ekuitas), sedangkan rugi akan mengurangi kekayaan;
dengan demikian, jika terjadi transaksi pendapatan dan atau biaya,
akan berpengaruh terhadap neraca dan laporan laba rugi. Pembaca
dapat melihat laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan atau
kantor akuntan. Istilah lain yang identik dengan laporan laba rugi
adalah perhitungan hasil usaha pada badan usaha koperasi.
Studi Kasus 10. Pembahasan berikut merupakan kelanjutan dari
studi sebelumnya dengan contoh keuangan pribadi. Laporan laba rugi
penulis ganti dengan istilah laporan pendapatan dan biaya, apa pun
istilahnya, yang penting dapat dipahami oleh pembaca. Misal,
seseorang telah memiliki data keuangan dan menyusun neraca
(posisi di bagian atas), pada suatu bulan menerima pendapatan
Rp 10 juta. Dia memutuskan sebagian pendapatan sebesar Rp 6 juta
ditabung, sisanya disimpan di rumah untuk membiayai pengeluaran
sebesar Rp 4 juta. Selama sebulan, pengeluaran sebesar
Rp 3,75 juta yang dibiayai dari uang di tangan atau uang kas. Data
sebelum dan sesudah transaksi, tersimpan dalam tab sheet KASUS10
seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.10 berikut ini.

Gambar 3.10. Neraca dan transaksi pendapatan & biaya

Data sebelum transaksi menunjukkan aset yang dimiliki berjumlah


Rp 410 juta, utang sebesar Rp 110 juta, dan kekayaan awal
Rp 300 juta. Lihat saldo kas sebesar Rp 10 juta dan saldo di bank
senilai Rp 55 juta (lihat neraca di posisi atas). Selama sebulan,
pendapatan yang diterima sebesar Rp 10 juta, nilai sebesar Rp 6 juta
ditabung di bank sehingga saldo bank bertambah dari Rp 55 juta
menjadi Rp 61 juta. Sisa pendapatan sebesar Rp 4 juta disimpan di
rumah (kas), dan selama sebulan, pengeluaran berjumlah
Rp 3,75 juta sehingga saldo kas yang semula Rp 10 juta menjadi
Rp 10,25 juta. Selisih pendapatan dengan pengeluaran berjumlah

27
Rp 6,25 juta (Rp 10 juta – Rp 3,75 juta), karena pendapatan lebih
besar dari biaya, sehingga terjadi selisih lebih (positif atau laba).
Perhatikan informasi keuangan tersebut dalam neraca di posisi
bawah, amati dalam klasifikasi aset dan ekuitas.
Studi Kasus 11. Transaksi pendapatan dan pembayaran angsuran
pinjaman. Silakan klik tab sheet KASUS11 dan perhatikan tampilan
Gambar 3.11. Misal, seseorang memiliki data keuangan dan neraca
seperti yang dapat dilihat di posisi atas dalam Gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11. Neraca dan transaksi pendapatan & angsuran pinjaman

Perhatikan data keuangan dan neraca, aset yang dimiliki berjumlah


Rp 400 juta, utang senilai Rp 110 juta dan kekayaan awal sebesar
Rp 290 juta. Transaksi yang terjadi adalah menerima pendapatan
sebesar Rp 10 juta yang seluruhnya ditabung di bank. Selanjutnya
pada bulan bersangkutan, dia mengangsur pinjaman sebesar
Rp 7,5 juta dengan rincian pokok pinjaman sebesar Rp 6 juta dan
bunga pinjaman sebesar Rp 1,5 juta. Pembayaran angsuran dilaku-
kan dengan cara mentransfer atau menarik dana dari tabungan di
bank.
Pengaruh transaksi sebagai berikut.
Saldo bank bertambah Rp 2,5 juta dari semula Rp 45 juta menjadi
Rp 47,5 juta. Rinciannya, seluruh pendapatan sebesar Rp 10 juta
menambah saldo bank sehingga dari Rp 45 juta menjadi Rp 55 juta,
tetapi kemudian dikurangi sebesar Rp 7,5 juta untuk membayar
angsuran pinjaman sehingga saldo akhir menjadi Rp 47,5 juta.
Saldo Utang KPR berkurang sebesar Rp 6 juta, dari semula
Rp 110 juta menjadi Rp 104 juta.

28
Saldo ekuitas bertambah dari semula Rp 290 menjadi Rp 298,5 juta
yang merupakan selisih antara pendapatan (Rp 10 juta) dengan biaya
bunga bank (Rp 1,5 juta).
Bagaimana membaca informasi laporan keuangan dalam neraca di
posisi bawah jika dibandingkan neraca di posisi atas? Aset di sisi kiri
neraca bertambah Rp 2,5 juta, rinciannya, penerimaan sebesar
Rp 10 juta dan terjadi pengeluaran angsuran sebesar Rp 7,5 juta.
Sedangkan pada posisi sebelah kanan neraca, utang berkurang
sebesar Rp 6 juta, tetapi kekayaan bertambah Rp 8,5 juta, sehingga
terjadi peningkatan sebesar Rp 2,5 juta.
Studi Kasus 12. Transaksi penerimaan penghasilan dan pengeluaran
biaya rutin bulanan. Misal, seseorang menerima penghasilan bulanan
sebesar Rp 15 juta, terdiri atas gaji sebesar Rp 10 juta dan peng-
hasilan lain sebesar Rp 5 juta. Nilai penerimaan selanjutnya disimpan
tunai (kas) sebesar Rp 2,5 juta dan sisanya sebesar Rp 12,5 juta
ditabung (bank). Selama sebulan, terdapat pengeluaran meliputi
belanja bulanan, biaya sekolah anak, membayar rekening listrik,
telepon/membeli pulsa, dan pengeluaran lain-lain. Nilai pengeluaran
sebesar Rp 3,575 yang didanai dari kas sebesar Rp 2 juta dan
sisanya sebesar Rp 1,575 dari dana di bank. Transaksi ini akan
menyebabkan aset bertambah sebesar Rp 11,425 yaitu selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran. Angka selisih ini juga akan
meningkatkan nilai ekuitas atau kekayaan seseorang dari semula
Rp 290 juta menjadi Rp 301,425 juta. Silakan klik tab sheet KASUS12
dan perhatikan tampilan dalam Gambar 3.12 berikut ini.

Gambar 3.12. Neraca dan transaksi pendapatan & pengeluaran rutin

29

Anda mungkin juga menyukai