Nama Dosen :
Risnawati K, S.T.,M.Si
Dr.Ir. Syafri, M.Si
Iswahyudin, S.T.,M.Sp
Disusun Oleh :
𝐖𝐈𝐖𝐈𝐊 𝐁𝐔𝐃𝐈𝐀𝐑𝐓𝐈
𝟔𝟎𝟖𝟎𝟎𝟏𝟏𝟔𝟎𝟐𝟒
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi wilayah yang berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia
di masa lalu adalah asset yang harus di manfaatkan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan bersifat langgeng. Perlu ada
perencanaan yang memberi arahan penggunaan lahan secara keseluruhan yang
menjadi panduan bagi perencanaan lainnya (sektoral) yang bersifat pribadi
Dalam laporan ini, akan di bahas tentang evaluasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan, dalam kajian penggunaan lahan.
C. Permasalahan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi
1. Definisi Evaluasi
Secara umum evaluasi adalah, suatu proses identifikasi untuk mengukur /
menilai apakah suatu kegiatan yang di laksanakan sesuai dengan perencanaan atau
tujuan yang ingin di capai. Evaluasi adalah program pendidikan merupakan
kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. suatu
seni,tidak ada satu pun evaluasi yang sempurna, walaupun dilakukan dengan teknik
yang berbeda-beda (Cronbach, 1982) Evaluator sebagiannya tidak memberikan
jawaban terhadap suatu pernyataan khusus.bukanlah tugas seorang evaluator
memberikan rekomendasi pertimbangan tentang diteruskan dan tidaknya sesuatu
program.
Pengertian evaluasi menurut para ahli, adalah :
a. Anne Anastasi
Menurut Anne Anastasi (1978), arti evaluasi adalah proses sistematis untuk
menentukan sejauh mana tujuan instruksional dicapai oleh seseorang. Evaluasi
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan
terarah berdasarkan tujuan yang jelas.
b. Sajekti Rusi
Menurut Sajekti Rusi (1988), pengertian evaluasi adalah proses menilai
sesuatu, yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif
(pengukuran) maupun kualitatif (penilaian).
c. Suharsimi Arikunto
d. Menurut Suharsimi Arikunto (2003), arti evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program
pendidikan.
e. A.D Rooijakkers
f. Menurut A.D Rooijakkers, pengertian evaluasi adalah suatu usaha atau proses
dalam menentukan nilai-nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga
diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil
pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
g. Norman E. Gronlund
h. Menurut Norman E. Gronlund (1976), pengertian evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siswa
Tujuan evaluasi adalah penilaian tentang pencapaian manfaat yang telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang termasuk penentuan faktor-faktor yang
menyebabkan pencapaian lebih dan atau kurang dari manfaat yang telah ditetapkan
dalam rencana tata ruang. Alat atau instrument yang digunakan dalam evaluasi,
adalah:
a. RTRW (yang telah disahkan dengan Perda) atau Rencana Detail yang telah
disahkan oleh Bupati/Walikota;
b. Ijin-ijin tentang lokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
c. Ijin tentang bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
d. Analisa mengenai dampak lingkungan (jika ada)
e. Kriteria lokasi dan standar teknis yang berlaku di bidang penataan ruang.
2. Tahap Evaluasi
Setiap keputusan yang telah disepakati dan yang akan dikerjakan sesuai
dengan program kerja tentunya harus melewati suatu proses untuk mencapai tujuan
dan misi. Tetapi di dalam melakukan suatu kegiatan belum tentu sesuai dengan
keinginan, hal tersebut dapat terjadi kapan dan di mana saja karena beberapa faktor
seperti : sumber daya manusia yang tidak siap baik secara kualitas maupun
kuantitas, kurangnya data yang dikumpulkan dan kurangnya sarana dan prasarana
yang mendukung, sehingga diperlukan manejemen dan teknik evaluasi untuk
meminimalkan kesalahan yang akan terjadi. Secara garis besar proses evaluasi
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan ini merupakan penunjang untuk pelaksanaan
evaluasi melalui beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data dan informasi
yang dibutuhkan. Kegiatan ini meliputi :
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peta-peta yang menunjukkan kondisi eksisting
tersebut digunakan sebagai bahan bandingan RTRW yang akan dievaluasi.
Dari pembandingan kedua peta tersebut, kemudian dilakukan penilaian
penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan prosedur dan metoda
penilaian/perhitungan yang akan digunakan. Dalam penilaian penyimpangan
yang terjadi melalui prosedur dan teknik yang telah ditetapkan, perlu
ditambahkan keterangan sebab terjadinya penyimpangan, seperti, adanya
prioritas yang berbeda; strategi pembangunan yang berubah, misalnya adanya
areal lahan yang tidak dapat dibebaskan sehingga mengakibatkan
dipindahkannya lokasi proyek; kondisi tanah yang tidak sesuai yang tidak
terliput pada waktu penyusunan rencana; adanya program pembangunan dari
pusat yang berskala besar.
c. Tahap Analisis
Pada tahap analisis, untuk menghasilkan nilai analisisnya dilakukan melalui
perhitungan penyimpangan setiap aspek dan selanjutnya dijumlahkan nilai
seluruh aspek yang menyimpang untuk kemudian dihitung rat-ratanya. Hasil
rata-rata akan memberi makna besarnya tingkat penyimpangan suatu rencana
dengan kondisi eksisting. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi nilai untuk rekomendasi yang telah ditetapkan, untuk mengetahui
kebijaksanaan apa yang harus diusulkan dari hasil evaluasi ini
d. Penyusunan Rekomendasi
1) Apakah yang direncanakan itu serasi ? Harus ada keyakinan bahwa tanah
dan air digunakan untuk maksud yang paling bermanfaat.
2) Apakah yang yang direncanakan itu dapat dibangun tanpa melewati batas
daya dukung (carrying capacity) dari tanah ? harus diperhatikan :sistem
teknologi alam,persedian air serta kualitasnya, kualitas udara, polusi
udara, erosi, banjir, peninggalan historis, keadaan bentang alam, flora dan
fauna, integrasi dari ruang terbuka.
3) Apakah yang direncanakan ini akan membawa pengaruh yang baik
terhadap sekitarnya ? yang tampak terhadap alam apakh pengaruh baik
atau buruk, mengurangi atau menambah pemasukan pajak, melestarikan
atau merusak kekhusukan wilayah (alam dan kebudayaan ). Suatu proyek
yang baik akan meningkatkan keadaan lingkungan, dan tidak akan
merusak.
4) Apakah pelayanan umum yang layak dapat disediakan ? harus dapat
disediakan lalu lintas yang lancar, sistem penyediaan air dan energi,
sekolah,tempat rekreasi, pencegahan kebakaran
5) Menurut hal tersebut di atas ternyata bahwa hal yang direncanakan ini
harus memajukan wilayah secara umum. Di samping itu suatu rencana
harus memberikan keuntungan pada usaha pelestarian alam dan pada
peningkatan yang seimbang dalam pertumbuhan material dan spiritual
bagi penduduk. (Jayadinata, 1999)
B. Lahan
1. Definisi Lahan
Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya.
Pada sisi lain, kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidaklah sama. Hal
ini membaut penggunaan atau kepemilikan lahan tidak dapat sepenuhnya di
serahkan kepada mekanisme pasar. Apabila dibiarkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar, lahan dapat berada pada segelintir orang dan menetapkan sewa
yang tinggi untuk orang-orang yang membutuhkan lahan. Padahal setiap orang
membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha.
Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik
berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik
adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam penggunaan lahan, perlu
diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan kerusakan bagi tanah serta
daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan adalah kemiringan lereng dan
ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan berpengaruh besar terhadap
kendali air yang menentukan ada atau tidaknya kerusakan.
Lahan merupakan area atau luasan tertentu dari permukaan bumi yang
memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik diatas atau di
bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah geologi, hidrologi populasi
tumbuhan dan hewan, dan dipengaruhi oleh kegiatan manusia (ekonomi, sosial,
budaya) di masa lampau dan sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi potensi
penggunaanya pada masa yang akan datang. (Baja dan Phil 2012).
Sifat dari faktor pembentuk lahan tersebut dapat dibedakan menjadi dua
yaitu yang relatif tetap dan faktor yang cepat berubah (dinamis), (Mangunsukardjo,
1977). kondisi masing-masing faktor lahan tersebut secara spasial dari suatu tempat
ke tempat lain sangat berbeda. Oleh karena itu, kualitas lahan yang dihasilkan juga
sangat beragam dan sebagai akibatnya lahan yang membentang dipermukaan bumi
ini bervariasi dalam hal potensi dan kemanfaatannya. Faktor-faktor yang
menentukan sumberdaya lahan adalah :
1) Faktor Iklim
Faktor utama yang dinamis dan berpengaruh pada pembentukan dan
perkembangan kualitas sumberdaya lahan, unsur iklim seperti hujan, suhu,
kelembaban, radiasi, angin dan evaporasin menjadi lebih penting dikaji
dalam hubungannya dengan sumberdaya lahan. (Worosuprojo,1997).
2) Faktor Bahaya Geologi
Faktor yang berpengaruh pada kompleksitas bentang lahan baik
dipermukaan maupun dibawah permukaan bumi oleh proses-proses geologi
yang bekerja didalam bumi (endogen) maupun diluar bumi (eksogen).
Faktor geologi ini meliputi dinamika tektoik dan struktur geologi (kondisi
dan pola deformasi), selaku lipatan (antiklin-sinklin), kekar (retakan akibat
tekanan), sesar (patahan), penangkatan(up lift), penurunan (subsidence).
3) Faktor Batuan
Faktor batuan suatu lahan ditentukan oleh kondisi geologi lahan tersebut,
dalam kaitan dengan transgresi-regresi pembentuk stratifikasi batuan.
Asosiasi pola deformasi dengan pembentukan batuan terobosan (intrusi),
proses mineralisasi panas bumi.
4) Faktor Tanah
Faktor tanah sangat berkaitan dengan peran iklim dan organisme yang
merubah batuan menjadi tanah. Faktor air dan hidrologi wilayah
menentukan perkembangan bentang lahan dan pemanfaatan sumberdaya
lahan untuk pertanian, peternakan, perikanan,industri, dan domestik. Faktor
vegetasi merupakan indikasi dari tipe-tipe tanah.
5) Faktor Hidrologi
Faktor hidrologi menentukan fotensi sumberdaya air yang dimiliki suatu
lahan. Kandungan air dapat berasal dari hujan, mata air, air run off(sungai),
air tanah, danau dan sebagainya. Ketersediaan sumberdaya air adalah suatu
yang sangat vital untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tumbuhan dan
binatang yang berada dan menepati lahan tersebut.
6) Faktor Geomorfologi
Faktor geomorfologi menentukan proses perkembangan bentang lahan dan
kualitas sumberdaya lahan. Karakteristik geomorfologi seperti morfometri,
morforgenesia, morfoarrangemen dan morfokronologis sangat terkait
dengan tipe bentang lahan dan kompleks lahan.
7) Faktor Flora Dan Fauna
Faktor flora dan fauna menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sumberdaya yang dimiliki oleh suatu lahan. Oleh karena itu, peruntukan
suatu lahan aspek ekologi yang ada didalam sutau lahan harus di
pertimbangkan untuk menjaga kelestariannya.
8) Faktor Tutupan Lahan
Faktor tutupan lahan adalah semua yang menepati diatas lahan, dari
bermacam-macam jenis vegetasi dan oleh berbagai hasil budidaya manusia.
6. Penggunaan lahan
Penggunnaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campuran tangan
(intervensii) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kenutuhan hidupnya
baik material maupun spritual (Vink,1975). penggunaan lahan secara umum
tergatung pada kemampuan lahandan pada lokasi lahan. Penggunaan lahan
tergatung pada kelas kemampuan lahan yag dirincika oleh adanya mperbedaan pada
msifat-sifat yang menjadipenghambat bagi penggunaannya seperti untuk lahan
pertanian, maka tergantung pada tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampua
menahan air dan tingkat erosi.
Penggunaan lahan tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerahdaerah
pemukima, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Supramoko,
1995). Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yag mempengaruhi penggunaan
lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbanga ekonomi dan faktor
insitusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat
fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan
kependudukan. Faktor pertimbagan ekonomi dicirika oleh hukum pertahanan,
keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.
(Wilayah, 2012).
Ketiga kebijakan itu tidaklah mutlak terpisah satu sama lain, tetapi bias juga
berupa kombinasi. Bagaimana masing –masing kebijakan itu sebaiknya di terapkan
akan di uaraikan lebih lanjut berikut ini :
Semua hal diatas di tunjang oleh fakta-fakta yang akurat, yaitu dari system
informasi pertanahan, yang salah satunya akan memantau setiap perkembangan
yang akan menjadi masukan baru bagi penyesuaian dan pengendalian
perkembangan pemanfaatan dan penggunaan lahan dalam pembangunan
1) Pengembangan tanah/lahan
System pengembangan lahan di kota adalah system yang di gunakan untuk
pengembangan lahan untuk keperluan pembangunan kota. System
pengembangan lahan ini sifatnya sangat teknis sehingga dapat di kembangkan
model-model dan teknik yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. System pengembangan lahan yang sering di lakukan di Indonesia ini
adalah system konvensional, yaitu pengadaan lahan baik dalam skala kecil
maupun skala besar melalui cara pembebasan tanah, transaksi tanah, dan
percabutan ha katas tanah (jarang di lakukan). Setelah lahan di kuasai,
kemudian di matangkan dan di lengkapi prasarananya sehingga siap untuk di
banguni.. system kpengembangan lahan kyang inkonvensional, yang ada saat
ini telah di terapkan di beberapa daerah di Indonesia, pertama adalah
konsolidasi lahan perkotaan (di kotamadya Bandung dan beberapa tempat
lain
2) Bank tanah atau bank lahan
Menurut konsepsi Djoko Soejarto, system bank lahan yang secara
konvensional telah di kembangkan di beberapa Negara maju dan di beberapa
Negara sedang berkembang, misalnya Amerika Latin : pemerintah kota
berusaha menguasai lahan sebanyak mungkin dengan melalui pembelian
tanah dari masyarakat penjual tanah. System banka lahan yang
inkonvensional adalah dengan mengikutsertakan para pemilik tanah yang
belum mampu membangun lahananya sebagai nasabah dimana tanah
miliknya dapat di masukkan sebagai simpanan pada bank lahan. Pada
dasarnya bank lahan ini akan menjadi bank yang menghimpun lahan-lahan
penduduk yang tercakup di dalam suatu peruntukan tertentu sehubungan
dengan proyek peremajaan kota ( urban redveloment). Dengan demikian,
berdasarkan konsepsi tersebut tidak ada pihak yang harus dikorbankan atau
berkorban demi pembangunan kota, karena semua pihak ikut berpartisipasi.
3) Pembangunan tanah/lahan
Pembangunan tanah/lahan adalah pembangunan pada tanah/lahan secara fisik
yang di maksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu, dan oenggunaan
lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional
sehingga dpaat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara
optimal di tinjau dari segi social ekonomi, social budaya, fisik,, dan secara
hukum. Pembangunan lahan berarti pula peningkatan nilai dan harga
tanah/lahan. Proses teknik pembangunan lahan dapat mencakup :
a. Perencanaan dan perancangan
b. Pembukaan tanah dengan membuang tumbuhan dsb. (land clearing)
c. Perataan tanah/lahan (cut and fill)
d. Perlengkapan prasarana, yaitu jaringan jalan dan utilitas umum
e. Penataan dan penetapan batas-batas persil
f. Pengadaan prasarana lingkungan
g. Pengukuhan status legal dan hak tanah
h. Pengamanan hak tanah
i. Pembangunan fisik (bangunan pribadi, milik lembaga, dsb)
4) System informasi pertanahan
Kesatuan informasi mengenai pertanahan, terorganisasi secara sistematis
untuk menunjang kebutuhan perencanaan pemanfaatan, penggunaan,
pengembangan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan lahan serta
penetapan status hak tanah. System informasi pertanahan sangan penting
sebagai :
a. Alat pemantau perkembangan pemanfaatan, penggunaan, dan
pembangunan tanah
b. Dasar pertimbangan di dalam kebijakan pertanahan
c. Dasar pertimbangan perencanaan tata guna tanah
d. Dasar pengambilan keputusan hal yang berkaitan dengan
pembangunan penggunaan lahan
e. Alat pengendalian pengawasan pembangunan lahan.
2. Klimatologi
Berdasarkan data curah hujan dari stasiun pengamat iklim yang tersebar di
kabupaten pangkep, bahwa rerata curah hujan dari 6 stasiun pengamat iklim adalah
sebesar 2.195 mm/tahun. Tertinggi 3.257 mm di stasiun Labbakang/Gentung dan
terendah 1.623 mm di Segeri Mandale/Manggalung.
Tabel.3: banyaknya curah hujan dan hari hujan setiap bulan tahun 2015
Kelurahan Curah hujan (mm) Jumlah hari hujan
(1) (2) (3)
Januari 1.042 31
Februari 331 28
Maret 420 26
April 407 23
Mei 174 20
Juni 72 18
Juli 122 2
Agustus 0 0
September 0 0
Oktober 0 0
November 143 15
Desember 813 26
Jumlah 3524 189
Sumber : Coordinator BPP Kecamatan
3. Hidrologi
Kondisi geologi yang dijumpai di wilayah Kabupaten Pangkep termasuk
Kecamatan Minasa’tene adalah for-masi berumur quarter terbentuk pada jaman
holosen yang terdiri dari endapan aluvium, danau dan pantai (Qac), Terum- bu koral
(Qc). Sementara formasi dengan umur tersier yang terbentuk pada jaman plistosen
yakni endapan undak yang ter-diri dari kerikil, pasir dan liat (Qpt). Sedangkan
formasi Walanae terdiri dari batupasir, batulanau, tufa, napal, batuliat,
konglomerat, batugamping (Tmpw) yang terbentuk pada jaman pliosen, anggota
Tacipi adalah dari formasi Walanae be-rupa batugamping (Tmpt) terbentuk pada
jaman pliosen.
Di wilayah daratan Kabupaten Pangkep dapat pula dijumpai beberapa
sungai yang relatif besar. Sungai-sungai ini umumnya mengalir ke arah barat seperti
S. Segeri, S. Limbangan, S. Lerang-lerang, S. Bonto-ala, S. Bontomarannu, S.
Pangkajene, S. Jenae dan tentunya juga terdapat beberapa sungai kecil yang
merupakan anak-anak sungai besar tersebut.
Pengairan
as, N. (2013). struktur tata ruang wilayah dan kota. makassar: alauddin uniersity
pers.