SKRIPSI
Oleh
FERNANDO TAMPUBOLON
NIM : 13007800
Beton adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen dan air serta
kadang–kadang ditambahkan zat–zat additive (admixture) sebagai bahan
tambahan. Penambahan zat additive ini bertujuan untuk mendapatkan mutu
beton yang lebih baik lagi. Dan salah satu contoh zat additive yang digunakan
pada penelitian ini yaitu Waterproof Integral. Waterproof Integral merupakan
bahan yang kedap air yang penggunaannya pada struktur beton bertulang
semakin banyak terutama untuk struktur dinding penahan tanah seperti pada
basement.Akan tetapi,penggunaan Waterproof Integral ini menimbulkan
banyak pertanyaan terutama pengaruhnya terhadap kekuatan beton.Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan
Waterproofing Integral terhadap mutu beton, menganalisis hubungan
waterproofing Integral dengan factor air semen ( FAS ) karena waterproofing
sendiri berbentuk cairan, dan kadar penambahan Waterproofing Integral yang
paling efektif. Penelitian ini menggunakan bahan uji berbentuk kubus dengan
ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm dengan jumlah benda uji sebanyak 60 buah
dengan mutu beton K-175. Perbandingan komposisi campuran pada penelitian
ini adalah 0,6 : 1 : 2.2 : 3.3 dimana 0.6 bagian air : 1 bagian semen : 2.2 agregat
halus : 3.3 bagian agregat kasar dengan alat pembanding yaitu berupa berat dari
ember. Variasi campuran pada penelitian ini antara lain 0 % waterproofing (
Normal), 0.5 % waterproofing dari berat semen, 1% Waterproofing dari berat
semen,1.5% waterproofing dari berat semen, dan 2 % waterproofing dari berat
semen. Dari penelitian ini didapat bahwa Penambahan waterproofing Integral
membawa dampak negative terhadap mutu beton dimana kuat tekan beton hasil
penambahan waterproofing Integral adalah dibawah kuat tekan beton Normal
(tanpa waterproofing). Hal ini diakibatkan oleh FAS,dimana kadar semen
berkurang akibat bertambahnya kadar air yang mempengaruhi semakin
besarnya Nilai Slump dan juga mempegaruhi kekuatan beton.Waterproofing
Integral tidak baik digunakan untuk beton structural.
i
ABSTRACT
Concrete is a mixture of coarse aggregate, fine aggregate, cement and water and
sometimes added additive substances (Admixture) as an additive. The addition of
other additives aimed to obtain a better quality of concrete anymore. And one of the
other additives used in this study is Waterproof Integral. Integral Waterproof is
waterproof material whose use of reinforced concrete structures more and more,
especially for structures such as retaining walls basement.Akan However, the use of
Integral Waterproof raises many questions, especially its impact on power
beton.Adapun purpose of this study was to determine the effect of adding Integral to
the quality of concrete waterproofing, waterproofing Integral to analyze the
relationship between water cement factor (FAS) for liquid waterproofing yourself,
and increase the levels of the most effective integral waterproofing. This study used a
cube-shaped test material with a size of 15 cm x 15 cm x 15 cm with a number of
specimens were 60 pieces with concrete quality K-175. Comparison of the
composition of the mixture in this study was 0.6: 1: 2.2: 3.3 where 0.6 parts water: 1
part cement: 2.2 fine aggregate: 3.3 parts coarse aggregate by means of comparison
in the form of weight of the bucket. Variations in the mixture in this study include 0%
waterproofing (Normal), 0.5% by weight of cement waterproofing, waterproofing 1%
by weight of cement, 1.5% by weight of cement waterproofing, waterproofing and 2%
by weight of cement. From this research found that the addition of Integral
waterproofing negative impact on the quality of the concrete compressive strength of
concrete results in which the addition of Integral waterproofing concrete compressive
strength is below normal (without waterproofing). It is caused by FAS, which is
reduced due to increasing levels of cement water levels affect the amount of value
and also Slump concrete effect.Waterproofing Integral power is not used for
structuralconcrete.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji serta syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat
dan karunianya kepada Penulis sehingga selesai penulisan skripsi ini dan semoga
memberika ridho-Nya atas apa yang telah Penulis capai dan jalani dalam studi di
Universitas Komputer Indonesia.
Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan selesai tanpa bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Y. Djoko Setiyarto ST., MT., selaku Pembimbing dalam penulisan skripsi ini
yang telah memberikan bimbingan dan waktunya.
2. Yatna Supriyatna ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Komputer Indonesia dan Koordinator Skripsi.
3. M. Donie Aulia ST., MT. dan Vitta Pratiwi ST., MT., selaku Dosen di
Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia.
4. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
6. Kedua Orang Tua Saya Yang Selalu Sabar Menyuport baik secara Materi dan
juga Doa
iii
8. Kepada Teman Satu Jurusan Teknik Sipil Unikom Yang Tidak bisa Saya
Sebutkan Satu per satu Yang Slalu Membantu Saya Dalam Menyelesaikan
Kuliah Saya.
9. Akhir Kata, Semoga TYME Membalas Semua Kebaikan Para Pihak pihak
Yang Tercantum diatas.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan rendah hati Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
sehingga dapat menciptakan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini atau
penulisan-penulisan karya ilmiah berikutnya.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya.
Penulis
Fernando Tampubolon
13007800
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
ABSTRACT ……………………………………………………………………. ii
v
BABII ………………………………………………………………………….. II-1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton …………………………………………………………………. II-1
2.2 Kekuatan Beton ……………………………………………………… II-2
2.2.1 Faktor factor yang mempengaruhi kekuatan beton ………. II-3
2.3 Semen Portland ………………………………………………………. II-3
2.4 Agregat ………………………………………………………………. II-4
2.4.1 Agregat Halus ………………………………………………. II-5
2.4.2 Agregat Kasar ………………………………………………. II-5
2.5 Kuat Tekan (fc) ……………………………………………………… II-5
2.6 Faktor Air Semen ……………………………………………………. II-6
2.7 Waterproofing Integral ……………………………………………… II-6
BAB III
METODE ANALISIS ………………………………………………………….. III-1
3.1 Perencanaan Beton ………………………………………………….. III-1
3.1.1 Tahap Persiapan …………………………………………… III-2
3.1.2 Tahap Pengujian Agregat ………………………………….. III-2
3.1.3 Tahap Pembuatan Benda Uji ……………………………… III-2
3.2 Penambahan Waterproofing Integral ………………………………. III-3
3.2.1 Komposisi Campuran ……………………………………… III-3
3.2.2 Cara Pencampuran ………………………………………… III-3
3.3 Pengujian Kuat Tekan Beton ………………………………………. III-4
3.4 Data Hasil …………………………………………………………… III-4
3.5 Pengolahan Data ……………………………………………………. III-4
3.6 Kendala ……………………………………………………………… III-4
3.6.1 Proporsi Air ………………………………………………… III-4
3.6.2 Keseragaman Campuran ………………………………….. III-5
3.6.3 Ketepatan Proporsi ………………………………………… III-6
3.6.4 Slump Test …………………………………………………. III-7
v
3.6.5 Perawatan Benda Uji ………………………………………. III-7
3.6.6 Pengujian Kuat Tekan ……………………………………... III-8
BAB IV
ANALISIS DATA LABORATORIUM ………………………………………. IV-1
DAN DATA HASIL PENGUJIAN
4.1 Analisis Data Laboratorium …………………………………………. IV-1
4.1.1 Agregat Halus ………………………………………………. IV-1
4.1.1.1 Analisis Ayakan Agregat Halus ……………………... IV-1
v
4.2.1 Data Campuran ………………………………………………. IV-22
v
v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagian besar orang percaya bahwa beton sudah biasa digunakan selama
berabad–abad. Bangsa Romawi dulu memang menggunakan semen yang disebut
pozzolan sejak sebelum masehi. mereka menemukan tambang abu pasir vulkanik
besar di dekat Gunung Vesuvius dan ditempat–tempat lainya di Italia. Ketika
mereka mencampur bahan ini dengan batu-kapur dan air bersama–sama dengan
pasir dan kerikil, bahan tersebut mengeras seperti batu dan digunakan sebagai
bahan bangunan. Orang mungkin akan mengira bahwa mutu beton yang
dihasilkan relatif rendah bila dibandingkan dengan beton yang ada saat ini, tetapi
beberapa struktur beton buatan bangsa Romawi masih tetap berdiri hingga saat ini.
Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat
kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan
merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai bahan konstruksi karena
berbagai keuntungannya. Nilai kekuatan setara dengan daya tahan beton merupakan
fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu
bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur,
dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas.
Seiring dengan modernisasi tata ruang suatu daerah, maka fungsi, kuat tekan, nilai
dan umur ekonomis suatu konstruksi dapat saja cepat berubah.
Pada zaman sekarang ini berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan kuat tekan
beton yang tinggi seperti penambahan zat-zat kimia, perawatan yang maksimal
dengan tujuan untuk mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi.Hal itu juga yang
membuat Penulis ingin menganalisis penambahan waterproof kedalam adukan
beton.dimana waterproof sendiri berfungsi sebagai pelapis beton yang retak,akan
tetapi waterproof sendiri adalah bahan yang kedap air.
I-1
I-2
1.3. Permasalahan
Dalam penulisan laporan ini penulis mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas
dalam laporan ini, yaitu :
1. Apa pengaruh penambahan waterproof terhadap air semen.
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan peningkatan mutu
yang maksimal.
3. Berapa kadar campuran waterproof untuk mendapatkan mutu beton yang
terbaik.
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan sifat dan karakteristik material yang digunakan dalam menganalisis kuat
tekan beton yang disubstitusikan dengan semen,agregat halus, agregat kasar,dan
penambahan cairan waterproof dan langkah perencanaan campuran.
Menjelaskan penelitian Hubungan waterproof dengan air, dan hasil penelitian kuat
tekan beton di laboratorium.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup,
Permasalahan, Metode Penulisan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE ANALISIS
- Membuat benda uji
- Penambahan Water proof kedalam
campuran beton
- Melakukan Uji tekan
BAB IV
STUDI KASUS
-Analisis data Laboratorium
- Pembahasan hasil Laboratorium
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk
bangunan gedung,jembatan, jalan, dan lain-lain.Beton merupakan satukesatuan yang
homogen.Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat
kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen Portland atau dengan
semen hidrolik yang lain, kadang- kadang dengan tambahan zat additive yang bersifat
kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan
yang homogen.Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.Pengerasan terjadi
akibat adanya reaksi kimia antara semen dengan air.
Beton yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan
rongga-rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah) dan diisi
oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat halus diisi
oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai perekat atau
pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling terekat
dengan kuat sehingga terbentuklah satu kesatuan yang padat dan tahan lama.
Membuat beton sebenarnya tidaklah sederhana,hanya sekedar mencampurkan bahan-
bahan dasarnya untuk membentuk campuran yang plastis sebagaimana sering kita
lihat pada pembuatan bangunan sederhana.Tetapi jika ingin membuat beton yang
baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih
tinggi, maka harus diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan
beton segar dan memperoleh beton keras yang baik pula.Beton segar yang baik ialah
beton segar yang dapat diaduk, dapat diangku, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak
ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan
air dan semen dari adukan.Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama,
kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo, 1996)
II-1
II-2
Kelebihan beton :
1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat tahan
terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat yang posisinya sulit.
5. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
Kekurangan beton :
1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak.
Oleh karena itu perlu diberikan baja tulangan sebagai penahan gaya teriknya.
2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mengatasi retakan-retakan akibat
terjadinya perubahan suhu.
3. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan dengan
pengerjaan yang teliti
4. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti secara
seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2. Umur Beton
3. Jenis Semen
4. Jumlah Semen
5. Sifat Agregat
NO OKSIDA PERSENTASE
1 Kapur ( ) 60 – 65
2 Silika (Si ) 17 – 25
3 Aluminia ( ) 3–8
4 Besi ( 0,5 – 6
5 Magnesia (MgO) 0,5 – 4
6 Sulfur ( ) 1–2
7 Soda/Portash( ) 0,5 - 1
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut :
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat
2.4 Agregat
Agregat merupakan butiran mineral alami atau buatan yang berfungsi sebagai bahan
pengisi campuran beton. Agregat menempati 70 % volume beton, sehingga sangat
berpengaruh terhadap sifat ataupun kualitas beton, sehingga pemilihan agregat
merupakan bagian penting dalam pembuatan beton. Menurut Tjokrodomulyo (1992)
agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.
2. Kerikil untuk besar butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
3. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Jenis agregat yang digunakan sebagai bahan susun beton adalah agregat halus
dan agregat kasar.
II-5
a. Agregat halus
Agregat halus adalah semua butiran lolos saringan 4,75 mm. Agregat halus
untuk beton dapat berupa pasir alami, hasil pecahan dari batuan secara alami, atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu yang biasa disebut abu
batu. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, serta tidak
mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton. Kegunannya adalah untuk
mengisi ruangan antara butir agregat kasar dan memberikan kelecakan.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar ialah agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm atau agregat
yang semua butirannya dapat tertahan di ayakan 4,75 mm. Agregat kasar untuk beton
dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi alami dari batu – batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan manual atau mesin. Agregat kasar
harus terdiri dari butir–butiran yang keras, permukaan yang kasar, dan kekal. Agregat
harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,
dan tidak mengandung zat–zat organik yang dapat merusak beton.
Kuat tekan beton yang diisyaratkan fc adalah kuat tekan beton yang ditetapkan
oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi
300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam Mega Paskal
atau Mpa (SK SNI-T-15-1991-03).
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan
kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150
mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Tata cara pengujian yang umumnya dipakai
adalah standar ASTM (American Sosiety for Testing Material), C39-86. Menurut
Dipohusodo (1994: 7), kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan
tekan tertinggi (fc) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama
percobaan. Menurut Tjokrodimuljo (1996: 59), faktor-faktor yang sangat
II-6
mempengaruhi kekuatan beton antara lain faktor air semen, umur beton, jenis
semen, jumlah semen, dan sifat agregat.
Fc =
Dengan :
Dari rumus di atas tampak bahwa semakin rendah nilai f.a.s semakin tinggi kuat
tekan betonnya, namun kenyataannya pada suatu nilai f.a.s tertentu semakin rendah
nilai f.a.s kuat tekan betonnya semakin rendah pula.
- Beton akan kering dan non absorbtif, kebocoran hanya terjadi jika ada retak,
keropos dan kegagalan disambungan. Bocor akan lebih mudah diperbaiki langsung
ke sumbernya dengan metode injeksi.
Damdex sebagai bahan tambah (additive) dalam campuran pembuatan beton akan:
Akan tetapi karena waterproof itu sendiri adalah bahan yang kedap air,maka dalam
penelitian ini Penulis akan menganalisis hubungan dan pengaruh waterproof damdex
terhadap air semen dan juga kuat tekan beton.
II-8
METODE ANALISIS
PERSIAPAN
Pengukuran Berat
Pencampuran Waterproofing
BENDA UJI
UJI TEKAN
PENGOLAHAN DATA
III-1
III-2
Tahap persiapan
Tahapan ini mulai membuat campuran beton yang di rencanakan yaitu membuat
campuran beton dengan perbandingan 1: 3 : 5, dimana 1 semen, 3 pasir dan 5 kerikil.
Dengan berat jenis masing-masing bahan di tentukan oleh volume ember. Dan jumlah
rencana pembuatan benda uji ada dalam tabel 2 dibawah ini :
Komposisi Campuran
1 Bagian semen (portland) + 3 bagian kerikil + 5 pasir + air + berat Damdex dari
berat semen. Penambahan Waterproofing antara lain 0.5 %, 1 %, 1.5 %, dan 2 % dari
berat semen tanpa mengurangi berat air.
Cara Pencampuran
1. Campurkan semen, kerikil, pasir, dan air terlebih dahulu sesuai komposisi yang
telah ditentukan, lalu aduk hingga merata.
2. Tuangkan Damdex sesuai takaran kedalam campuran lalu aduk kembali sampai
merata, dan campuran harus segera dipakai.
Catatan : Bila diperlukan, adonan plesteran? Pemasangan bata dapat dicampur air
sesuai kebutuhan untuk mengurangi kecepatan beku.
III-4
Untuk mengetahui dari sempel yang ada, maka digunakan suatu alat ukur kuat tekan.
Besarnya kuat tekan benda uji, dapat dilihat dari angka yang tercantum pada alat
ultrasonik pulse velocity. Pengujian beton dilakukan setelah masa perawatan
dilakuakan pada hari ke 3, 7, 14, 28. Beton yang akan d uji berbetuk kubus dengan
ukuran 15x15 cm sebayak 48 (empat puluh delapan) buah.
Data Hasil
Tahap ini adalah mencatat hasil dari pengujian di lab.
Pengolahan Data
Dan tahap yang terakhir pengolahan data tahap ini mengolah dan menghitung hasil
uji.
3.2 KENDALA
3.2.1 Proporsi Air
Karena air mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air
tidak dapat ditambahkan sembarangan dalam pengadukan mortal, jadi harus diingat
faktor air semennya disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu
beton yang diinginkan. Dan yang perlu dicatat bahwa jumlah air yang terlalu banyak
dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah.
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap tahap dalam pembuatan beton adalah
penting dan berkaitan satu sama lain Dalam tahap ini menentukan metode komposisi
beton menjadi penting karena setiap komposisi yang kita kurangi atau tambah akan
mempengaruhi kekuatan beton yang kita buat.
Seperti yang telah dikemukakan dalam tahap pertama, beton terdiri atas semen,
agregat, air, bahan tambahan mineral dan kimia. Dalam membuat komposisi ada tata
cara yang baik. Sama halnya dengan tahap-tahap yang lain.
Setelah kita menyelesaikan tahap yang pertama. Muncul pertanyaan seberapa banyak
komposisi atau keseragaman campuran bahan-bahan penyusun agar kuat dan murah.
Bagaimana agar tidak mengalami susut. Dan bagaimana agar mudah diolah.
Beberapa perbandingan yang digunakan biasanya adalah 1:2:3. 1 untuk semen, 2
untuk agregat halus dan 3 untuk agregat kasar. Namun dalam teorinya, beton
memiliki batasan-batasan. Batasan-batasan itu antara lain :
Di awal sudah dikemukakan pula, berbeda karakteristik beton maka berbeda pula cara
memperlakukannya termasuk dalam tahap yang kedua ini. Sebagai contoh beton yang
dapat memadat sendiri (SCC). Komposisinya berbeda dengan yang lain karena
membutuhkan nilai keenceran yang tinggi maka agregat kasar dibuat lebih sedikit dan
agregat halus dibuat lebih banyak. Perbandingan antara agregat kasar dan agregat
III-6
halus adalah 35% : 65% atau 40% : 60%. Juga diperlukan bahan tambahan seperti
silika fume yang berbanding terbalik dengan jumlah semen. Diperlukan bahan
tambahan aditif untuk memperdaya beton yang kita buat.
Intinya dalam pembuatan komposisi campuran beton adalah melanjutkan tahap
pertama lalu sesuai dengan karakteristik bahan-bahan, membuat komposisi yang
sesuai pula, yakni :
1. Jika nilai penyerapan agregat tinggi perlu diperhatikan nilai banyaknya air yang
akan ditambahkan.
2. Jika diberikan bahan addmixture maka juga perlu diteliti bagaimana
karakteristik bahan addmixture. Misal untuk superpalstisizer, tidak perlu
membutuhkan banyak air karena karakteristik superpalstisizer dapat
memperencer campuran beton saat pembuatan.
3. Nilai lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton.
4. Semakin banyak komposisi agregat halus akan memperencer campuran beton.
Sebaliknya semakin banyak agregat kasar akan semakin sukar diolah.
5. Dan sebagainya.
Lalu apa yang akan dihasilkan pada tahap yang kedua ini akan menentukan apa yang
akan dilakukan pada tahap yang ketiga. Sehingga perlu diteliti secara benar untuk
komposisinya. Jangan ada yang salah. Dan diperiksa ulang beberapa kali. Karena
tidak cukup satu kali dikoreksi. Ingat komposisi yang dibuat akan menghasilkan
beton yang dipakai masyarakat. Sedikit kesalahan akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat tersebut.
tersebut akan menyebabkan variasi dari produk beton yang dihasilkan, untuk
menghalikan beton dengan kekuatan yang maksimum dan bahan yang optimal kita
perlu memperhatitan ketepatan proporsi campuran dalam pembuatan beton.
Kemudah pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identuk dengan tingkat
keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah pngerjaannya. Unsure-
unsur yang mempengaruhinya antara lain :
1. Jumlah air pencampur, semakin bayak air semakin mudah untuk
dikerjakan
2. Kandungan semen, jika FAS tetap semakin bayak semen berarti semakin
bayak kebutuhan air sehingga keplastisannyapun akan lebih tinggi
3. Gradasi campuran paris-kerikil, jika memenuhi syarat dan standar akan
lebih mudah dikerjakan
4. bentuk butiran agregat kasar, berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk
dikerjakan
5. butiran maksimum
6. cara pemadatan dan alat pemadat
percobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan.
Percobaan ini dilakukan dengan alat kerucut terpancung, yang diameter atasnya 10
cm dan diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm, dilengkapi dengan kuping untuk
mengangkat beton segar dengan tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60
cm. selanjutnya dilakukan percobaan slump untuk meneliti hasil pengadukan dari
hasil pengadukan dari hasil percobaan slump diperoleh nilai slump 170 mm.
Pekerjaan perawatan dimaksudkan untuk menjaga agar beton segar selalu lembab,
sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban
permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi
semen dengan pasir) dapat berlangsung dengan sempurna. Untuk memperoleh beton
III-8
yang kuat dan tidak timbul retak-retak maka diperlukan proses perawatan beton yang
dilakukan dengan cara menyelimuti permukaan beton dengan karung basah kemudian
disiram setiap dua hari sekali.
Dalam pelaksanaan praktikum beton ini, benda uji beton kubus yang telah mencapai
umur 28 hari sejak beton yang telah padat dilepaskan dari cetakan akan dilakukan
pengujian terhadap kuat tekan beton kubus tersebut. Kuat tekan beton merupakan
nilai yang ditunjukkan dengan jalan menekan benda uji beton melalui alat tekan
beton, dimana nilai yang didapatkan melalui alat penguji kuat tekan tersebut
selanjutnya dibagi dengan luas permukaan.
BAB IV
Pada penelitian ini, yang pertama kali dilakukan di lab adalah pengujian agregat halus
dan agregat kasar, yang mana pada pelaksanaannya meliputi :
1. Analisis ayak agregat halus
2. Penentuan berat isi dan rongga
3. Penentuan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
4. Penentuan butir lebih halus
5. Penentuan kekerasan agregat
6. Penentuan kadar zat organik agregat
7. Penentuan kekekalan agregat halus dengan menggunakan Natrium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan distribusi besar butir agregat halus dengan
ayakan.
Alat :
Adapun Alat yang digunakan dalam analisa ayakan agregat halus adalah :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
IV-1
IV-2
Bahan :
Adapaun bahan yang digunakan adalah pasir beton.
Prosedur Pengerjaan :
Susunan saringan agregat kasar bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
IV-3
Ayakan NO 4
Ayakan NO 8
Ayakan NO 16
Ayakan NO 30
Ayakan NO 50
AYAKAN NO 100
PAN
Σbm = σbk + m,
dimana m = k x Sd
= 1.64 x 7
= 11.5 N/
σbm = 17.5+11.5
= 29.0
IV-4
1. Nilai faktor air semen hitung = 0,66 (grafik 12 SK SNI T-15 1990-03)
2. Nilai slump ditentukan = 70-100 mm
3. Ukuran maksimum kerikil = 20 mm
4. Kadar air bebas = 205 Kg/m3 (tabel 6 SK SNI T-15 1990-03)
5. Kadar semen = Kadar air bebas
f.a.s
=308 Kg/m3
= 2270 – (205+310)
= 1755 Kg/m3
= 702 Kg/m3
= 1053 Kg/m3
IV-5
Komposisi campuran :
Kondisi SSD
Air = 205 L
Semen = 310 Kg
Pasir = 702 Kg
Kerikil = 1053Kg
Volume kubus :
V = ( 15 x 15 x 15)
= 3375 cm3
= 0.003 m3
Untuk 60 kubus :
V = (60 x 15 x 15 x 15)
=202500 cm3
= 0.2 m3
IV-6
Pengolahan Data :
Langkah-langkah Percobaan:
1. Disediakan sampel dalam keadaan kering, lalu oven sebanyak 500 gram.
2. Sampel ditimbang : A gram.
3. Ambil satu set saringan beserta tutup alasnya, kemudian letakkan sampel pada
saringan yang teratas / terbatas.
4. Susunan saringan tersebut digetarkan dengan alat penggetar selama 10 – 15 menit.
5. Saringan dibiarkan sebentar sampai debu-debunya turun, lalu berat sampel pada tiap
saringan ditimbang.
6. Berat sampel pada tiap saringan dijumlahkan : W gram.
7. Persentasi kehilangan berat dihitung dengan rumus :
(A – W) / A x 100%
Bila persentase kehilangan < 1%, percobaan dapat diterima.
8. Persentase berat sampel yang tertahan pada setiap saringan dapat dihitung dengan
rumus :
Wtertinggal / Wtotal x 100%
saringan tersebut ditambah dengan persentase yang tertahan pada saringan itu
sendiri.”).
10. Dihitung persentase kumulatif dari berat sampel yang lolos saringan : 100%
persentase kumulatif berat sampel yang tertahan.
11. Digambar kurva gradasinya (persentase berat kumulatif sampel yang lolos
saringan terhadap ukuran agregat yang lolos saringan / ukuran saringan).
12. Angka kehalusan (fineness modulus) dapat dihitung dengan menjumlahkan
persentase kumulatif berat sampel yang tertahan pada saringan dengan lubang
yang lebih besar atau sama dengan 2.36 mm kemudian penjumlahan itu dibagi
100.
Analisis Saringan
NO 16
(1.18 114.3 20.9 43.2 56.8
mm)
NO 30
(0.60 91.5 16.8 60 40
mm)
NO 50
(0.30 70.4 12.9 72.9 27.1
mm)
NO 100
(0.15 69.6 12.8 85.7 14.3
mm)
Pan 78.2 14.3 -
Jumlah 544,9 100 284.1
60
1,18; 56,8
50
40 0,6; 40
30 0,3; 27,1
20
0,15; 14,3
10
0
0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4
Diameter Ayakan
Langkah-langkah :
Hasil Percobaan:
Suhu : 25°C
IV-9
4.1.1.4 Absorption
Langkah-langkah:
Hasil percobaan:
Acuan :
- ASTM C 128 – 88
- SNI 03 – 1970 – 1990
IV-10
Hasil percobaan :
Tabel 7 Bagian Lebih Halus dari 75 µM (NO 200) Dalam Agregat Dengan Ayakan (kadar Lumpur)
Merupakan bahan-bahan kandungan organik yang terdapat pada agregat halus. Dapat
diketahui dengan melihat warna NaOH 3% yang telah dicampur air dan contoh agregat
yang akan digunakan.
Langkah – Langkah :
Hasil Percobaan:
Acuan :
- ASTM c 40 – 84
- SNI 03 – 1775 – 1990
Suhu : 25°C
IV-12
Prosedur Analisis agregat kasar sama dengan prosedur Analisis agregat halus seperti
sudah dijabarkan diatas.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan distribusi besar butir agregat halus dengan
ayakan.
Alat :
Adapun Alat yang digunakan dalam analisa ayakan agregat halus adalah :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Ayakan dengan lobang persegi dan tersusun mulai dari ayakan :
- NO 1” ( 25,0 mm ) 500 gram
- NO ¾”( 19,0 mm ) 1000 gram
- NO ½”( 12,5 mm ) 2000 gram
- NO 3/8”( 9,5 mm ) 3000 gram
- NO 4 ( 4,75mm ) 4000 gram
- PAN
3. Dapur pengering
4. Sikat dengan bulu yang lemes.
Bahan:
Prosedur Pengerjaan
- Menyusun ayakan mulai dari PAN penampungan (paling bawah), diatasnya
berturut-turut ayakan no 1”, no ¾”, no1/2”, no 3/8”,dan no 4.
IV-15
Susunan saringan agregat kasar bias dilihat pada gambar dibawah ini:
Ayakan NO 1”
Ayakan NO ¾’’
Ayakan NO ½”
Ayakan NO 3/8”
Ayakan NO4
PAN
Pengolahan Data:
Langkah-langkah Percobaan:
1. Disediakan sampel dalam keadaan kering, lalu oven sebanyak 500 gram.
2. Sampel ditimbang : A gram.
3. Ambil satu set saringan beserta tutup alasnya, kemudian letakkan sampel pada
saringan yang teratas / terbatas.
4. Susunan saringan tersebut digetarkan dengan alat penggetar selama 10 – 15 menit.
5. Saringan dibiarkan sebentar sampai debu-debunya turun, lalu berat sampel pada
tiap saringan ditimbang.
6. Berat sampel pada tiap saringan dijumlahkan : W gram.
7. Persentasi kehilangan berat dihitung dengan rumus :
IV-16
(A – W) / A x 100%
Bila persentase kehilangan < 1%, percobaan dapat diterima.
8. Persentase berat sampel yang tertahan pada setiap saringan dapat dihitung dengan
rumus :
Wtertinggal / Wtotal x 100%
25.0 mm 0 0 100
19.0 mm 113.8 2.1 2.1 97.9
60
1,18; 56,8
50
40 0,6; 40
30 0,3; 27,1
20
0,15; 14,3
10
0
0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4
Diameter Ayakan
Langkah-langkah
Hasil Percobaan
IV-18
4.1.2.4 Absorption
Langkah-langkah:
Hasil percobaan
Acuan :
- ASTM C 128 – 88
IV-19
Hasil percobaan :
Tabel 12 Bagian Lebih Halus dari 75 µM (NO 200) Dalam Agregat Dengan Ayakan (kadar Lumpur)
SIMBOL URAIAN PENGUJIAN CONTOH
2.BOBOT ISI
a. Isi gembur , (kg/ltr) 1,109
Farmly
b. Isi padat , (kg/ltr) 1,276
Losely
5. KEKERASAN
IV-22
- Timbangan
- Ember
- Molen (mesin Pengaduk)
- Sekop
- Batang penumbuk yang terbuat dari baja dengan diameter 16 mm dan panjang
600 mm
- Picnometer kapasitas 500
- Kerucut Abrams
- Bejana berbentuk silinder terbuat dari baja berdiameter 20 cm, panjang 19 cm.
- Sampel berbentuk kubus sebanyak 60 sampel.
- Pasir
- Split / batu pecah
- Semen Portland Tipe I
IV-25
- Air
- Damdex.
Pekerjaan perawatan dimaksudkan untuk menjaga agar beton segar selalu lembab,
sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban
permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen ( reaksi semen
dengan agregat) dapat berlangsung dengan sempurna. Untuk memperoleh beton yang
kuat dan tidak timbul retak-retak maka diperlukan proses perawatan beton yang
IV-30
dilakukan dengan cara merendam beton didalam bak perendaman selama 3 hari, 7 hari,
14 hari, dan 28 hari.
Dalam pelaksanaan praktikum beton ini, benda uji beton kubus yang telah mencapai
umur perendaman 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari masa perendaman akan dilakukan
pengujian terhadap kuat tekan beton kubus tersebut. Kuat tekan beton merupakan nilai
yang ditunjukkan dengan jalan menekan benda uji beton melalui alat tekan beton,
dimana nilai yang didapatkan melalui alat penguji kuat tekan tersebut selanjutnya
dibagi dengan luas permukaan, seperti dijabarkan pada rumus dibawah ini:
Langkah Percobaan
- Kaliper
- Penolok ukur
- Timbangan
Bahan :
Jalannya pengujian :
1. Setelah benda uji berumur 3, 7, 14, dan 28 hari maka, benda uji di
timbang beratnya, kemudian dites kuat tekannya. Benda uji diletakkan
pada tempat yang telah tersedia pada mesin tekan.
2. Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang
telah dicantumkan pada tabel berikut :
Beton Normal
Beton Normal
Beton Normal
IV-37
Beton Normal
300
250
Kuat Tekan (kg/cm2)
200
K 175 (Normal)
150 K 175 + 0.5 %
K 175 + 1 %
100
K 175 + 1.5 %
K 175 + 2 %
50
0
3 7 14 28
Lama Perendaman (Hari)
Uji Tekan
300
250
Uji Tekan (kg/cm2)
200
150
100
50
0
0 0,5 1 1,5 2
% tase Penambahan Waterproofing
Tabel 16 Persentase Penurunan Kuat Tekan Beton dengan Penambahan Waterproofing Integral
terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Pada Umur 28 hari.
Komposisi
Kuat Tekan Persentase
WaterProofing
Beton Pada Penurunan
Integral
Umur 28 hari
(%) (%)
0 251.3 kg/cm² -
0.5 188.6 kg/cm² -33.24
1 186 kg/cm² -35.1
1.5 177 kg/cm² -41.97
2 181 kg/cm² -38.83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
V-1
Daftar pustaka
3. American Society for Testing and Materials, Annual book of ASTM Standards.
5. http://www.ilmusipil.com/pengertian-beton-adalah
6. http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/08/tes-slump-seri-cara-membuat-
beton-ix.html
7. http://azwaruddin.blogspot.com/2008/02/slump-test.html
8. http://yogie-civil.blogspot.com/2010/07/air-dalam-pembuatan-beton-normal-0.html
9. http://maconwaterproofing.blogspot.com/
10. http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/perencanaan-campuran-beton-
atau.html
11. ASTM (American Sosiety for Testing Material), C39-86. “Standar kekuatan
beton”
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Email : andobalige21@gmail.com
Pendidikan Formal :