Anda di halaman 1dari 44

Kegiatan Belajar 4: Perawatan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika

CAPAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Menerapkan pengetahuan tentang perawatan dan perbaikan rangkaian elektronika.

Sub Capaian Kegiatan Pembelajaran


1. Menjelaskan pengertian, aktifitas, alat dan bahan pada pada perawatan dan
perbaikan rangkaian elektronika
2. Menjelaskan penerapan metoda pelacakan kerusakan rangkaian elektronika
3. Menjelaskan gejala kerusakan dan perbaikan rangkaian elektronika
4. Menjelaskan penerapan manajemen perawatan dan perbaikan rangkaian
elektronika.

POKOK POKOK MATERI


Materi 1: Perawatan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika
Materi 2: Pelacakan Kerusakan Rangkaian Elektronika
Materi 3: Kerusakan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika
Materi 4: Manajemen Perawatan dan Perbaikan Rangkaian Eletronika

URAIAN MATERI

Materi 1: Perawatan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika


A. Pengertian dan Tujuan Perawatan
B. Jenis Aktifitas Perawatan
1. Kegiatan Perawatan Preventif
2. Kegiatan Perawatan Korektif
C. Alat/Bahan Keperluan Perawatan

Materi 2: Pelacakan Kerusakan Rangkaian Elektronika


A. Proses Pelacakan Kerusakan
B. Spesifikasi Komponen Elektronika
C. Keandalan dan Kegagalan
1. Mean Time To Fail (MTTF)
2. Mean Time Between Failures (MTBF)
3. Hukum Eksponen Keandalan
D. Metoda-Metoda Pelacakan Kerusakan
1. Metoda Symptom-function
2. Metoda Signal-tracing
3. Metoda tegangan dan hambatan
4. Metoda Half-splitting
5. Metoda Pemutusan Lup
6. Metoda substitusi
E. Analisa Problem Solving
1. Analisis Kegagalan
2. Analisis Sinyal
3. Analisis Logika
4. Diagnosa Rutin

Materi 3: Kerusakan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika


A. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Pasif
B. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Aktif
C. Kerusakan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika

Materi 4: Manajemen Perawatan dan Perbaikan Rangkaian Eletronika


A. Perencanaan Pekerjaan
B. Perorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan
C. Pelaksanaan Pekerjaan dan Pelaporan
D. Audit dan Evaluasi

RANGKUMAN
TUGAS
TES FORMATIF
MATERI I
PERAWATAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

A. Pengertian dan Tujuan

Pengertian perawatan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau


menjaga fasilitas atau peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi peralatan
yang efektif. Perawatan dilakukan secara sengaja dan sistematis terhadap
peralatan hingga mencapai hasil yang dapat diterima dan diinginkan.
Pengertian yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kegiatan perawatan
dalam bidang elektronika merupakan kegiatan mengikuti cara tertentu untuk
menghindari kegagalan berdasarkan keandalan masing-masing komponen,
sehingga hasil kerja alat menjadi optimal. Dalam bidang elektronika,
kegagalan sistem hanya disebabkan oleh kegagalan dini, dan kegagalan
normal karena faktor usia pakai alat. Kegiatan perawatan secara rutin pada
umumnya dilakukan oleh industri dan lembaga sekolah.

Perawatan yang dilakukan di industri secara umum selalu dikaitkan dengan


tanggungjawab terhadap produk yang berkualitas, tepat waktu dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Untuk industri yang berskala besar,
kegiatan perawatan selalu dikaitkan dengan aset dan investasi. Keberadaan
unit perawatan pada industri merupakan bagian yang sangat penting.

Bagi sekolah yang memiliki peralatan untuk menunjang kegiatan


pembelajaran bersifat keterampilan khususnya teknik elektronika, kegiatan
perawatan pada umumnya berkaitan penyediaan peralatan yang siap pakai
dan memperpanjang usia pakai alat, seperti alat ukur, komponen dan modul
rangkaian elektronika berupa trainer. Keberadaan unit perawatan di sekolah
secara khusus untuk melakukan kegiatan penanganan perawatan belum
seluruh sekolah memiliki. Penanganan kegiatan perawatan dilakukan sesuai
bidang kompetensi keahlian dan pada umumnya dilakukan oleh teknisi.
Berkaitan dengan masalah perawatan, kegiatan yang dilakukan memiliki
tujuan, antara lain; (1) memperpanjang usia pakai peralatan, (2) menjamin
daya guna dan hasil guna, (3) menjamin kesiapan operasi atau siap pakai
peralatan, dan (4) menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan.

B. Jenis Aktifitas Perawatan

Dalam prakteknya aktifitas perawatan dilakukan secara tidak terencana dan


terencana. Jenis aktifitas perawatan tidak terencana diperlukan pada saat
terjadinya kondisi darurat, misalnya saat pelaksanaan praktikum pengukuran
atau pengujian rangkaian elektronika terjadi kerusakan/kerja alat yang tidak
normal, alat pengaman (fuse) putus, instalasi pengawatan terbakar karena usia
dan memungkinkan dapat ditangani secara darurat. Aktifitas perawatan
terencana dilakukan dalam bentuk korektif dan preventif. Kegiatan perawatan
preventif dilakukan baik secara terjadwal maupun tidak terjadwal. Bentuk
kegiatan lain perawatan preventif diperlukan untuk pemantauan kondisi
peralatan sebelum dipakai. Secara diagram blok, prosedur perawatan
terencana untuk memudahkan dalam hubungan antar bagian diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.

Gambar Diagram blok perawatan terencana


1. Kegiatan Perawatan Preventif

Perawatan preventif dalam pengertian yang luas, meliputi aspek rekayasa


(engneering) dan manajemen. Perawatan preventif bidang rekayasa dapat
berupa pendeteksi dan koreksi penggunaan peralatan pada saat peralatan
dipakai, seperti kalibrasi alat ukur dan modul elektronika sebagai trainer
secara penciuman dan penglihatan terdeteksi terjadinya arus lebih atau
hubung singkat. Bentuk kegiatan lain berupa analisa statistik kegagalan
atau kesalahan berdasarkan catatan perbaikan yang terdokumentasi.
Analisis dilakukan secara tepat oleh para ahli dibidangnya dan dilakukan
secara berkala dan terjadwal. Pengaturan jadwal kegiatan perawatan
diperlukan dengan tujuan untuk menjaga produktifitas (industri) dan
keberlangsungan proses belajar mengajar (sekolah) serta menekan biaya
perawatan bila dilakukan terlalu sering.

Kerusakan peralatan sering terjadi pada awal pemakaian alat. Faktor


penyebab, antara lain kelalaian pemakai dan atau kerusakan internal
komponen dari pabrik pembuat alat, yang disebut kegagalan produk.
Tingkat kerusakan alat akan menurun setelah pemakai mulai terbiasa
menggunakan alat tersebut. Setelah melewati masa kritis, alat akan
semakin sering mengalami gangguan, sehingga kegiatan perawatan
semakin sering dilakukan sampai masa pakai alat habis (rusak yang tidak
dapat diperbaiki atau perbaikan yang membutuh biaya yang tidak
seimbang dibanding manfaat yang diperoleh). Secara grafik dapat
diperlihatkan pola kerusakan alat pada umumnya.
Jumlah kerusakan

titik kritis

t
pemakaian normal alat rusak

awal pemakaian

Gambar Pola Kerusakan Alat pada Umumnya


2. Perawatan Korektif

Aktifitas perawatan korektif berkaitan dengan deteksi kerusakan,


penentuan lokasi kerusakan, dan perbaikan atau penggantian bagian yang
rusak. Langkah-langkah perawatan korektif meliputi; deteksi,
menentukan kerusakan dan perbaikan. Kegiatan deteksi dilakukan
dengan cara memeriksa fungsi, kinerja dan membandingkan dengan
spesifikasi alat. Kegiatan menentukan lokasi perawatan dilakukan dengan
cara memeriksa tiap blok rangkaian dan komponen didalamnya. Kegiatan
perbaikan dilakukan dengan cara mengganti komponen yang rusak.

C. Alat/Bahan Keperluan Perawatan

Alat/bahan dalam aktifitas perawatan rangkaian elektronika dapat digunakan


semua jenis yang bersifat membantu kerja. Peralatan ini diperlukan oleh
teknisi atau tenaga ahli untuk menentukan jenis aktifitas perawatan dan lokasi
sistem yang perlu membutuhkan perawatan. Peralatan tersebut dapat berupa
buku manual perawatan, peralatan uji meliputi multimeter, osiloskop, logic
probe, dan peralatan khusus untuk kalibrasi alat ukur. Peralatan mekanik
meliputi toolset, solder dan kelengkapannya. Peralatan pendukung lainnya
dapat berupa cairan pembersih mekanik untuk komponen yang sering
digerakkan seperti pontensiometer.

Peralatan elektronika pada umumnya dilengkapi buku manual untuk petunjuk


operasi dan petunjuk perawatan atau cara mengatasi gangguan pada alat
tersebut. Buku manual yang lengkap berisikan deskripsi sistem dan cara
mengoperasikan alat, spesifikasi kinerja sistem, teori operasi (sistem, blok
diagram dan atau rangkaian), cara pemeliharaan (preventif dan cara
mengatasi kondisi darurat), daftar suku cadang, dan tata letak mekanis.
Lakukan perawatan sesuai dengan langkah demi langkah sesuai buku
petunjuk dan diagram alir.
MATERI II
PELACAKAN KERUSAKAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

A. Proses Pelacakan Kerusakan

Banyak teknik pelacakan kerusakan dapat digunakan dalam bidang


elektronika. Proses pelacakan kerusakan secara umum dapat dilakukan
melalui pengamatan fisik, mengenali gejala kerusakan, melakukan pengujian
komponen dan pemeriksaan input output tiap blok. Pada dasarnya
kompleksitas rangkaian elektronika dibentuk atas beberapa blok rangkaian
(sub-sistem) dan mempunyai fungsi yang berbeda beda. Setiap blok
rangkaian terdiri atas ratusan atau ribuan komponen. Proses pelacakan dengan
memeriksa melalui pengujian untuk masing-masing komponen pasti tidak
mudah.

Mengenali gejala-gejala yang ditimbulkan pada masing-masing blok


rangkaian elektronika akan memberikan kemudahan dalam melakukan proses
pelacakan kerusakan. Secara sistematis, proses pelacakan kerusakan diawali
dengan melakukan analisis pada masing-masing blok sesuai dengan bentuk
gejala yang terjadi. Pelacakan kerusakan akan menjadi mudah bila analisis
yang dilakukan dilengkapi dengan diagram alir.

Alternatif kerusakan pada diagram alir akan menuntun langkah demi langkah
dalam melokalisasi kerusakan. Sistem kerja ini lehih dikenal dengan kegiatan
melokalisir kerusakan dari lingkup yang luas menuju fokus kerusakan. Uraian
berikut diberikan sebuah kasus proses pelacakan kerusakan pada rangkaian
power suplay. Rangkaian ini dilengkapi regulator dengan jumlah komponen
dalam hitungan puluhan, seperti diperlihakan pada gambar berikut.

Gambar Rangkaian power suplay dilengkapi regulator


Diagram alir pelacakan diperlihatkan pada gambar berikut,

Diagram alir proses pelacakan kerusakan power suplay

B. Spesifikasi Komponen Elektronika

Pelacakan kerusakan rangkaian elektronika dapat dikenali melalui data


spesifikasi komponen yang digunakan. Penggunaan lembar spesifikasi
komponen akan membantu proses pelacakan dalam mengenali tentang
pemakaian, batas maksimum mutlak, dan batas data kelistrikan penting
lainnya. Cara terbaik untuk menilai spesifikasi komponen adalah dengan
mencari sumber dari buku data pabrik yang bersangkutan. Dalam buku data
spesifikasi komponen selalu terdapat informasi yang penting dan berguna,
meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Dimensi fisik memuat ukuran-ukuran standar untuk masing jenis
komponen.
2. Rentangan resistansi meliputi nilai maksimum dan minimumnya.
3. Toleransi seleksi mencakup nilai batas maksimum dan minimum yang
dimiliki komponen, misalnya ± 2 %, ± 5 %, ± 10 % atau ± 20 % .
4. Rating daya memuat daya maksimum dalam watt yang dapat
didisipasikan, biasanya dinyatakan pada temperatur 70° C (komersial),
125° (militer).
5. Koefisien temperatur terhadap perubahan resistansi menurut temperatur
dan dinyatakan dalam bagian-bagian per sejuta (ppm) per °C. Koefisien
ini diperlukan untuk mendapatkan data tentang sifat perubahan dalam
bentuk fungsi linier dan non linear. Komponen dengan perubahan linear
lebih disukai dibandingkan non linear.
6. Koefisien tegangan pada data komponen diperlukan untuk mengetahui
perubahan resistansi menurut tegangan yang terpasang dan dinyatakan
dalam ppm per volt.
7. Tegangan kerja maksimum diperlukan untuk mengetahui tentang nilai
tegangan maksimum yang dapat dipasangkan pada kaki komponen.
8. Tegangan breakdown merupakan batas tegangan maksimum yang dapat
dipasang di antara badan resistor dan konduktor yang menyentuh bagian
luar (tegangan breakdown dari pelapis yang mengisolasi resistor).
9. Resistansi penyekat (insulation resistance) menyatakan nilai resistansi
dari pelapis yang mengisolasikan.
10. Stabilitas umur pembebanan yaitu perubahan resistansi setelah batas
waktu operasi dengan beban penuh pada 70° C. Waktu operasi biasanya
diambil 1000 jam.
11. Range temperatur kerja mencakup nilai minimum dan maksimum yang
diizinkan untuk temperatur ambient.
12. Temperatur permukaan maksimum yaitu nilai temperatur maksimum dan
minimum yang diizinkan untuk badan resistor, kadang-kadang disebut
"HOT SPOT TEMPERATURE".
13 Noise (desah) kelistrikan yang disebabkan oleh tegangan yang terpasang.
14 Klasifikasi kelembaban menyatakan batas tertentu perubahan resistansi
dalam mengikuti suatu temperatur standar yang tinggi sesuai dengan test
siklus waktu kelembaban.
15. Efek penyolderan yaiitu perubahan resistansi yang diakibatkan oleh test
penyolderan standar.

C. Keandalan dan Kegagalan

Keandalan dan Kegagalan memiliki hubungan erat terhadap pelacakan


kerusakan. Suatu rangkaian elektronika yang memiliki keandalan yang teruji,
tidak terlalu sering mengalami kerusakan. Sebaliknya rangkaian elektronika
yang memiliki keandalan yang rendah akan mengalami kegagalan. Saat
terjadi kegagalan diperlukan proses pelacakan kerusakan.

Pada prinsipnya tidak ada peralatan yang dapat bekerja secara sempurna
sepanjang waktu, meskipun kualitas dan teknologinya canggih. Peralatan
elektronika setelah dipakai beberapa waktu akan mengalami kemunduran
kinerja dan akhirnya mengalami kerusakan. Pengetahuan tentang kualitas
peralatan elektronika sesuai kemampuan masing-masing komponen yang
memenuhi spesifikasi dapat digunakan untuk menentukan keandalan kualitas
terhadap waktu.

Keandalan dan kualitas suatu peralatan akan mempengaruhi usia kerja alat.
Peralatan elektronika yang dibuat dengan mempertahankan faktor kualitas
akan beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama dibanding sistem yang
dikerjakan dengan kurang memperhatikan faktor kualitas. Peramalan
seberapa jauh keandalan suatu alat, diperlukan pengetahuan tentang
kemampuan suatu item untuk melaksanakan suatu fungsi. Persyaratan yang
perlu dipenuhi adalah batas suatu kondisi yang ditentukan dalam periode
waktu tertentu (lamanya waktu jaminan purna jual).

Keandalan sangat erat hubungannya dengan kegagalan. Akhir kemampuan


suatu komponen elektronika untuk melaksanakan fungsi yang dipersyaratkan
dikenal dengan istilah kegagalan. Bila suatu komponen elektronika
menunjukkan penurunan keandalannya berarti adanya gejala kegagalan.

Selama usia pakai suatu peralatan akan terjadi tiga tahap kegagalan. Tahap
kegagalan dini (infant mortality) merupakan kegagalan peralatan sesaat
setelah alat tersebut dibuat dan dikirimkan ke pelanggan. Kegagalan ini
disebabkan oleh kerusakan komponen dan kesalahan perancangan yang
terlalu menitikberatkan pada satu bagian dari peralatan tersebut. Biasanya
kegagalan dini masih berada dalam garansi perusahaan dan perbaikan
menjadi tanggung jawab perusahaan.

Setelah terjadi kegagalan dini akan diikuti dengan kegagalan normal terhadap
usia kerja peralatan elektronika. Pada umumnya laju kegagalan normal
memiliki angka persentase paling rendah. Kegagalan tahap akhir adalah
periode suatu peralatan mengalami laju kegagalan paling tinggi. Penyebabnya
adalah faktor usia kerja alat sudah berakhir. Cepat tidaknya suatu peralatan
memasuki tahap akhir kegagalan tergantung pada cara pemeliharaan peralatan
selama digunakan.

Upaya menghindari terjadinya kegagalan tahap akhir diperlukan pelacakan


kerusakan berdasarkan gejala yang terjadi. Bila dibekali pengetahuan tentang
suatu komponen telah habis masa pakainya, sebaiknya cepat diganti sebelum
menyebabkan kegagalan pada peralatan tersebut.

Perubahan karakteristik atau parameter di luar batas spesifikasi, namun tidak


sampai mengurangi fungsi alat secara menyeluruh disebut dengan kegagalan
sebagian atau parsial. Jenis kegagalan ini disebabkan oleh satu faktor,
misalnya pada rangkaian elektronika terdapat rangkaian pembangkit frekuensi
yang masih berfungsi menghasilkan sinyal, namum nilai frekuensi yang
dihasilkan tidak sesuai dengan posisi batas ukurnya. Pada peralatan
elektronika telekomunikasi akan terjadi kegagalan dalam bentuk video atau
audio atau kedua-duanya dan dalam bentuk lain tidak dapat mengirim atau
menerima sinyal dari luar.
Tabel berikut hanya merupakan suatu pedoman yang menunjukkan laju
kegagalan (Failure Rate) dari komponen elektronik yang sering digunakan.

Tabel Kecepatan Kegagalan (FR) Komponen


Kecepatan kegagalan (FR)
Komponen Tipe
[×10-6/jam]
Resistor Karbon Komposit 0,05
Karbon Film 0,2
Metal Film 0,03
Oxide Film 0,02
Wire wound 0,1
Variabel 3
Kapasitor Kertas 1
Polyestor 0,1
Keramik 0,1
Elektrolit (1 foil) 1,5
Tantalum (solid) 0,5
Komponen Audio Induktors 0,5
Lilitan RF Coils 0,8
Power Transformer 0,4
(each winding)
Semikonduktor Dioda (sinyal) 0,05
Dioda (regulator) 0,1
Dioda (penyearah) 0,5
Transistor  1Watt 0,8
IC Digital (plastic DIL) 0,2
IC Linear (plastic DIL) 0,3
Lampu dan Filament 5
Indikator LED 0,1
Valves (Thermionic) 5
Saklar (per kontak) 0,1
Hubungan Solder 0,01
Crimped 0,02
Wrapped 0,001
Plug dan Sokects 0,05

Proses pelacakan kerusakan rangkaian elektronika membutuh pengetahuan


dan pengalaman. Kerusakan rangkaian elektronika yang bersifat kompleks
membutuhkan waktu dan melelahkan bila tidak dibarengi pengetahuan
tentang usia pemakaian komponen. Pengetahuan tentang usia komponen akan
membantu dalam proses pelacakan kerusakan untuk menemukan lokasi
kerusakan. Berikut dipaparkan pengetahuan tentang usia komponen.

1. Mean Time To Fail (MTTF) adalah lamanya pemakaian komponen


sampai dicapai kegagalan. MTTF digunakan untuk menghitung usia
komponen elektronika yang tidak dapat direparasi.
Formula penghitungan diberikan oleh rumus:
1
MTTF=
FR

Sebuah resistor karbon film merupakan komponen yang tidak bisa


diperbaiki bila telah tejadi kerusakan. Nilai FR diperoleh dari tabel FR
sebesar 0,2 x 10 –6 / jam. Lama masa pakai komponen resistor;

1
MTTF= =208333,3 hari
0,2 x 10−6 jam

Angka usia yang diperoleh sangat panjang untuk sebuah komponen yang
berdiri sendiri (belum menyatu dalam sebuah rangkaian).

2. Mean Time Between Failures (MTBF) adalah lamanya pemakaian suatu


sistem sampai dicapai kegagalan. MTBF digunakan untuk rangkaian
yang dapat diperbaiki, seperti instrumen dan sistem. Formula
penghitungan diberikan oleh rumus:

FR(rangkaian)=FR (A ) + FR (B) + FR (C )

FR(rangkaian)=α

1
MTBF(rangkaian)=
α

Suatu rangkaian dibentuk oleh 4 buah resistor karbon film, 2 buah


kapasitor elektrolit, 2 buah LED dan 2 buah transistor < 1 Watt.
Berdasarkan tabel FR, diperoleh data FR untuk:
FR( A )=¿
resistor karbon film = 0,2×10-6/jam

FR(B )=¿
kapasitor elektrolit = 1,5×10-6/jam

FR(C) =¿
LED = 0,1×10-6/jam

FR( D)=¿
transistor < 1 Watt = 0,08×10-6/jam
FR(rangkaian)=FR (A ) + FR (B) + FR (C )+ FR (D )

FR(rangkaian)=[( 4 × 0,2 )+ (2 ×1,5 )+ ( 2× 0,1 )+ (1 × 0,08 ) ]∙ 10−6 / jam

FR(rangkaian)=[0,8+3+0,2+0,16 ]∙ 10−6 / jam=4,16 × 10−6 / jam

1
MTBF (rangkaian)= −6
=240384,615 jam=10016 hari .
4,16 ×10 / jam

Angka MTBF yang diperoleh memberikan interpretasi bahwa komponen


dalam rangkaian memiliki tingkat kegagalan/kerusakan akan jauh lebih
kecil dibandingkan kegagalan sebuah komponen berdiri sendiri.
3. Hukum Eksponen Keandalan

Hukum Eksponen Keandalan menyatakan bahwa peluang tidak adanya


kegagalan sistem dalam waktu t merupakan fungsi eksponensial dari
waktu tersebut. Makin lama sistem dioperasikan, keandalannya akan
menjadi berkurang dan peluang kegagalan (Q) akan naik. Secara formula
dinyatakan dengan persamaan:
Q=1−R=1−e−αt

Hubungan antara keandalan (R) dan laju kegagalan sistem (λ) dituliskan
dengan persamaan:
R=e−αt

Karena MTBF atau m = 1/λ


R=e−t / m

t = waktu operasi (jam);


λ = kecepatan kegagalan sistem adalah jumlah dari semua kegagalan
komponen (per jam);
e = basis logaritma,
R = keandalan dalam waktu t.

Suatu sistem radar mempunyai estimasi MTBF 10.000 jam. Peluang


keberhasilan untuk waktu misi:
t = 100, Peluang keberhasilan R =e-0,01 =0,99 = 99%,
t = 2000, Peluang keberhasilan R =e-0,2 =0,819 = 81,9%,
t = 5000, Peluang keberhasilan R =e-0,5 =0,607 = 60,7%,
Nilai R tak mungkin berharga 1, data ini memberikan interpretasi bahwa
sistem radar tak pernah gagal.
Beberapa cara untuk memperbaiki keandalan (R) adalah dengan:

a. Derating: mengoperasikan komponen dibawah batas maksimumnya.


Contohnya: menggunakan resistor ½ Watt untuk rangkaian yang
sebenarnya hanya butuh resistor ¼ Watt.

b. Redundancy: Menyambungkan suatu unit ke unit yang lain dengan


fungsi yang sama, sehingga kalau yang satu gagal yang lain akan
mengambil alih fungsi yang lain. Biasanya unit ini terpasang secara
parallel. Terdapat dua cara redundancy:
1) Aktif: bila suatu unit stand by hidup mengikuti suatu kegagalan.
Contohnya: UPS terpasang pada komputer, lampu darurat AC
yang selalu siap menyala apabila tegangan AC mati.

2) Pasif: bila elemen-elemen bersekutu membagi beban atau


melaksanakan fungsinya secara terpisah. Contohnya: generator
pada gedung perkantoran yang tersedia tapi tidak dijalankan dan
tidak otomatis.

D. Metoda-Metoda Pelacakan Kerusakan

Pemilihan metoda yang sesuai dalam mencari kerusakan akan dapat


menentukan efisiensi kerja. Beberapa teknik yang bisa digunakan, antara lain:
Symptom-function, Signal-tracing, metoda tegangan dan hambatan untuk
mengisolasi kerusakan komponen atau daerah rangkaian tertentu, Metoda
Half-splitting, Metoda Pemutusan Lup, dan Metoda substitusi.

1. Metoda Symptom-function

Metoda Symptom-function (fungsi gejala) diperlukan untuk mengisolir


kerusakan pada bagian tertentu. Metoda ini sudah digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Saat menyalakan lampu belajar ternyata tidak
menyala (gejalanya), periksa kabel power, terhubung atau terputus.
Lampu mati atau hidup, jika masih tidak menyala mungkin switchnya
tidak bekerja dengan baik dan seterusnya. Dengan melihat gejala
kerusakan, dapat diperkirakan jenis dan letak kerusakan alat tersebut.
Dengan mengetahui prinsip kerja alat dan berdasarkan pengamatan kerja
alat, memungkinkan diketahui kerusakannya, tanpa menggunakan alat
ukur dan tanpa melakukan pengukuran.

2. Metoda Signal-tracing

Metoda Signal-tracing dipakai untuk menemukan blok tertentu penyebab


Sig.Gen. kegagalan pemakaian. Prinsip kerja metoda signal-tracing dalam
pemakaiannya dijelaskan oleh gambar berikut.
RG
AMP
VO
RL

Gambar

Generator sinyal dengan hambatan dalam RG memberikan sinyal input


pada penguat, dan dapat dilihat apakah penguat akan menguatkan sinyal
DC, audio, video atau IF. Amplitudo dari sinyal input yang terukur pada
Vi ketika diukur pada impedansi input R1. Output dari penguat terukur
oleh Vo ketika diukur pada beban resistor RL:

a. Dengan membandingkan pembacaan Vi dan Vo, dapat ditentukan


penguatannya. Metoda ini disebut juga metoda Output-Input.
b. Dengan mengubah amplitudo keluaran dari generator sinyal, dapat
dilihat apakah penguat linear di daerah sinyal input.

c. Dengan variasi impedansi beban RL, dapat dilihat apakah penguatan


linear terhadap perubahan beban.

d. Dengan merubah frekuensi generator sinyal, dapat ditentukan respon


frekuensi dari penguat.
Dengan pengaturan yang sederhana, karakteristik penting dari penguat
dapat diukur dengan sistem signal-tracing meliputi amplitudo dan
frekuensi dari input ke output penguat.
Pada beberapa peralatan elektronik, pemberian sinyal dari luar tidak
selalu diperlukan, terutama bila sinyal yang seharusnya ada pada
peralatan tersebut dapat dengan mudah diketahui. Metode ini disebut
dengan metode signal-tracing pasif. Pemakaiannya dapat digunakan
untuk memeriksa sebuah catu daya seperti berikut.

Gambar Metoda
a. Tegangan Signal
jala-jala Tracing
diukur Pasif
dengan sebuah
voltmeter ACCatu
pada Daya
stop kontak
dinding, pada sekring, dan pada saklar. Bila ada tegangan AC 220 V
pada ujung primer transformator, dapat dipastikan bahwa plug,
kabel, sekring dan saklar dalam kondisi baik.

b. Sinyal AC pada sekunder trafo dapat diukur pada masing-masing sisi


(sekunder trafo ada CT) terhadap ground. Bila ada tegangan pada
sekunder trafo yang besarnya sesuai, dapat dipastikan bahwa trafo
dalam keadaan baik.

c. Selanjutnya, gunakan saklar meter pada skala DC. Ukur tegangan


pada C1 dan pada C2. Bila tidak ada tegangan DC pada C1 maupun C2
berarti kapasitor tersebut terhubung singkat. Bila lilitan L terbuka,
maka hanya ada tegangan DC pada C1, tetapi tak ada pada C2. Bila
C1 dan C2 terbuka (putus), atau bila penyearah CR1 dan CR2 terbuka,
atau keduanya terhubung-singkat, maka tegangan DC yang terukur
tidak benar. Dalam kondisi seperti itu, perlu dilakukan pengukran
resistansi untuk memastikan komponen yang rusak.

d. Cara kedua merupakan kebalikan dari cara pertama, yakni dimulai


dari pengukuran tegangan DC pada kapasitor C2, dilanjutkan dengan
pengukuran tegangan DC pada kapasitor C1 dan seterusnya. Hasilnya
sama saja karena pengukuran hanya menggunakan voltmeter.
Metoda Signal-tracing dalam pemakaian untuk pelacakan kerusakan
dapat dilakukan dengan dua cara. Pelacakan dimulai dari rangkaian input
menuju rangkaian output. Cara ke dua merupakan kebalikan dari cara
Pendeka
pertama, yaitu pelacakan dimulai dari output mundur kebelakangn
menuju rangkaian input. Contoh pemakaian pelacakan metoda signal-
tracing cara pertama dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut.

a. Lepaskan antena, hubungkan generator sinyal ke tuner RF, atur pada


frekuensi yang sama antara generator sinyal dan tuner. Bila tidak
terdengar sesuatu pada loudspeaker, pindahkan generator sinyal pada
titik A. Ubah frekuensi sinyal generator pada frekuensi 10.7 MHz
(Standar untuk radio FM). Bila terdengar suara (tone dari sinyal
generator), ini berarti kerusakan ada pada bagian RF tuner.
b. Bila tidak terdengar sesuatu, pindahkan sinyal generator pada
keluaran penguat tengah (IF amplifier) pada titik B. Naikkan
amplitudo sinyal generator untuk memberikan kompensasi
penguatan pada penguat tengah.
c. Berikan sinyal generator dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi audio pada titik C.
d. Pada titik D seharusnya sinyal generator cukup kuat untuk
menggerakkan loudspeaker. Uji dengan memeriksa tegangan pada
driver amplifier. Kurangi tegangan sesaat dengan menghubungkan
sebuah resistor ke ground. Pada kondisi ini hasil menghasilkan klik
pada loudspeaker.
Penjelasan cara dua, perhatikan gambar berikut.
Pendeka

a. Pemeriksaan dilakukan dari output (speaker) menuju input (tuner).


Pemeriksaan awal, misalnya dilakukan dengan menghubung singkat
antara input penguat audio dengan ground, dengan menggunakan
obeng atau ujung klip. Bila saat dihubungkan terdengar bunyi klik
pada loudspeaker, berarti loudspeaker dan penguat audio bekerja
dengan baik.
b. Bila tidak terdengar suara, guna cara ke dua sebagai pilihan terbaik,
kerusakan terjadi di antara loudspeaker dan penguat audio.
c. Bila terdengar bunyi klik, pemeriksaan dengan cara kedua masih
dapat diteruskan mulai dari titik C, atau dengan cara pertama. Kedua
cara mempunyai peluang kecepatan pemeriksaan yang sama.
Kesimpulan: Metoda signal-tracing memerlukan sinyal masukan pada
daerah yang dicurigai dan dapat diukur keluarannya dengan teliti. Signal-
tracing selalu memerlukan sedikitnya satu peralatan test dan pada
umumnya dibutuhkan dua peralatan test.

3. Metoda tegangan dan hambatan.

Metoda ini digunakan untuk mengisolasi kerusakan komponen atau


rangkaian pada daerah tertentu. Pemeriksaan rangkaian elektronika yang
dicurigai rusak, pada umumnya dilakukan pengukuran tegangan dan
resistansi. Pengukuran tegangan memerlukan peralatan dalam kondisi
ON. Pengukuran resistansi dilakukan pada saat peralatan dalam kondisi
OFF.
Kondisi operasi normal pada titik tes tertentu, nilai tegangan pada
diagram rangkaian biasanya sama besarnya dengan nilai tegangan yang
terdapat pada lembar data spesifikasi komponen yang dikeluarkan pabrik.
Lokasi kerusakan pada jaringan dan komponen dapat diketahui bila
terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran terhadap data
spesifikasi komponen. Pengukuran resistansi merupakan satu metoda
yang sangat bermanfaat untuk memeriksa komponen elektronika.
Pengukuran nilai resistansi merupakan cara sederhana yang dapat
digunakan untuk meyakinkan kesinambungan pengawatan.

Resistor tipe komposisi karbon mayoritas digunakan pada peralatan


elektronik. Nilai resistansi cenderung berubah karena usia dan panas.
Untuk meyakinkan data ukur tahanan resistor atau komponen lain pada
rangkaian, bandingkan data tersebut dengan hasil pemeriksaan pada
gambar rangkaian. Perubahan nilai suatu resistor yang bertambah besar
dalam hubungan paralel, tidak akan mengubah nilai impedansi.

Teknik metoda tegangan dan hambatan sering digunakan dalam metoda


symptom-function untuk menunjukkan indikasi lokasi kerusakan pada
rangkaian atau komponen tertentu.

KESIMPULAN: Metoda Tegangan dan Hambatan digunakan untuk


menunjukkan dengan tepat suatu komponen atau kerusakan rangkaian
dengan cara membandingkan data hasil ukur terhadap data spesifikasi
komponen yang dikeluarkan perusahaan pembuat.

4. Metoda Half-splitting.
Metoda ini digunakan untuk rangkaian dengan blok-blok tersusun seri.
Pelacakan dilakukan untuk setengah sistem dan secara berturut-turut
dilakukan untuk setengah sistem yang lainnya sampai kerusakan
ditemukan. Cara ini akan mempercepat menemukan kerusakan.
Perhatikan gambar di bawah ini.

1 2 3 4

5 6 7 8

Gambar Blok Sub Sistem Tersusun Seri


Periksa keluaran blok 4, jika bekerja baik berarti blok 1 sampai dengan 4
tidak ada masalah. Bila terjadi masalah, periksa secara berturut-turut
mulai keluaran blok 1, 2. 3 dan 4 sampai ditemukan kerusakan dan
perbaiki.

Hasil pelacakan kerusakan blok 1 sampai 4 tidak ditemukan masalah,


lanjutkan pelacakan kerusakan untuk setengah blok berikutnya, seperti
diperlihatkan pada gambar berikut.

5 6 7 8

Gambar Blok 5 sampai 8 Tersusun Seri


Lacak keluaran blok 8, jika bekerja baik berarti blok 5 sampai dengan
blok 8 tidak ada masalah. Bila terjadi masalah, periksa secara berturut-
turut mulai keluaran blok 5, 6, 7 dan 8 sampai ditemukan kerusakan dan
perbaiki.

5. Metoda Pemutusan Lup.


Sistem atau subsistem elektronik dengan umpan-balik sangat sulit
dilacak. Metoda pemutusan lup digunakan untuk melacak kerusakan
pada rangkaian elektronika dengan cara memutuskan lup. Tegangan DC
atau sinyal yang sesuai diinjeksikan pada titik tempat lup terputus.
Variasikan besaran tegangan dari keadaan normal untuk melihat
perubahan respon rangkaian. Teknik ini dapat digunakan misalnya pada
sebuah PLL (phase lock loop), seperti diperlihatkan pada gambar berikut.
Pembagi Frekuensi

Osilator Referensi
Pembanding Phasa Filter Lolos VCO
Bawah

Keluaran Pembanding Phasa Injeksi Tegangan DC Variabel

Gambar Contoh Pemutusan Lup


Pastikan VCO dalam kondisi tidak normal melalui indikasi tegangan
yang tidak stabil atau hilang. Sebelum lup diputuskan, periksa tegangan
referensi catu daya dan keluaran osilator. Selanjutnya lakukan pemutusan
lup pada titik yang sesuai. Pemutusan lup tidak mutlak dilakukan pada
bagian umpan balik. Pemutusan dapat dilakukan pada daerah rangkaian
sinyal kecil yang mudah di beri injeksi tegangan DC atau sinyal yang
sesuai.

6. Metoda substitusi.

Metoda substitusi biasanya memerlukan penyolderan atau penggantian


komponen sebagai tahap akhir dari proses pelacakan kerusakan. Dua
tahap pokok dalam metoda substitusi yang harus dilakukan, yakni
penggunaan komponen pengganti yang benar dengan hubungan
rangkaian yang benar. Sebelum melakukan penggantian, disarankan
untuk melakukan pemeriksaan dengan metoda lain, seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, sehingga yakin komponen mana yang mengalami
kerusakan.

Lakukan pengukuran tegangan untuk meyakinkan apakah tegangan yang


seharusnya ada memang benar-benar ada. Pemeriksaan tegangan yang
dilakukan pada komponen gabungan resistor dan kapasitor, akan dapat
menunjukkan apakah keduanya rusak atau hanya salah satu saja. Dalam
praktek, biasanya sangat sulit mencari pengganti komponen berupa IC,
transistor dan dioda yang sama persis dengan komponen yang diganti.
Untuk mengatasi hal ini, diperlu pencarian data ekivalen tipe IC,
transistor atau dioda pada buku petunjuk semikonduktor. Bila komponen
yang diganti mempunyai tipe khusus, misalnya transformator, coil
deflection yoke, dan komponen khusus lain, maka perlu dicari komponen
pengganti yang benar-benar sesuai.
E. Analisa Problem Solving

Metoda yang telah diuraikan sangat cocok untuk melokalisasi kerusakan yang
bersifat spesifik, hubung-singkat, terputus atau kerusakan komponen. Bila
menghadapi sistem elektronik yang kompleks atau kerusakan yang berulang,
cara yang telah dikemukakan belum cukup. Cara yang lebih canggih dapat
dilakukan dengan melakukan analisa problem solving melalui metoda analisis
kegagalan, analisis sinyal, analisa logika dan diagnosa rutin. Dua metode
pertama (analisis kegagalan dan analisis sinyal) dapat dipakai untuk semua
tipe sistem; tiga metode terakhir (analisis sinyal, analisa logika dan diagnosa
rutin) terbatas untuk sistem digital dan dapat dipakai khusus untuk macam-
macam komputer digital.

1. Analisis Kegagalan

Dua metode pertama dapat dipakai untuk semua tipe sistem; tiga metode
terakhir itu terbatas untuk sistem digital dan dapat dipakai khusus untuk
macam-macam komputer digital. Metode analisis kegagalan digunakan
ketika kegagalan berulang pada suatu rangkaian dan menekankan pada
penyebab kerusakan dari pada kerusakan komponen dan perangkat
rangkaian elektronika. Tiga langkah penting yang perlu dilakukan dalam
analisis kegagalan; analisis cara kerja rangkaian, melakukan pengukuran
dan mempelajari data produk.

Contoh yang paling sederhana adalah rangkaian dasar regulator DC


seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Tidak Teregulasi Teregulasi

R1 DC
R2 R3
Q1

Q2 R4

R5
D

Gambar Contoh Analisis Kegagalan pada Regulator DC


Rangkaian terdiri dari sebuah transistor daya Q1 sebagai pengontrol arus
DC. Q1 selalu mengalami kerusakan setelah diganti dua kali. Kerusakan
yang sedemikian perlu dilakukan analisis kegagalan dengan langkah-
langkah sebagai berikut;
a. Untuk transistor daya, kegagalan seringkali disebabkan oleh arus
yang berlebih, dan panas yang bertambah.
b. Arus berlebih terjadi karena hubung singkat atau kelebihan beban
pada output DC regulasi. Kombinasi dari R2 dan dioda D akan
mengcutoffkan Q2 dan juga Q1, sehingga tegangan DC regulasi akan
menuju level bawah dan arus lebih karena kelebihan beban sangat
kecil kemungkinan terjadi.
c. Melakukan pengukuran arus melalui Q1, temperatur pendingin Q1,
serta nilai resistansi setiap resistor. Secara cepat analisis akan dapat
menunjukkan bahwa ripel tegangan AC yang ada pada DC mungkin
merupakan salah satu faktor penyebab beban lebih Q1. Singkatnya,
dalam menganalisis kerusakan pada regulator DC seperti Gambar
harus dipertimbangkan semua aspek rangkaian karakteristik Q1 dan
Q2 untuk mencari penyebab kerusakan yang sering terjadi pada Q1.

2. Analisis Sinyal
Metoda analisis sinyal dapat membantu dalam membuat analisis, bila
sinyal yang diamati dapat memberikan petunjuk tentang lokasi
kerusakan. Metode ini biasanya memerlukan sebuah osiloskop memori
atau peralatan lain yang dapat menvisualisasikan sinyal. Analisis Sinyal
tanpa alat bantu akan membingungkan.
Contohnya ditemui pada pengujian perekam kaset video (VCR). Pada
pesawat video rumah, mungkin akan sulit menentukan, bagian yang tidak
benar kerjanya bila hasil rekaman tidak berwarna.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Transmisi dari studio yang rusak.
b. Alat perekam yang rusak sehingga tidak dapat merekam gambar
dengan sempurna.

c. Kerusakan terletak pada penerima TV.


Bila pesawat penerima TV bekerja dengan baik, maka dapat direkam
sinyal tes dari masukan video perekam, dan menampilkannya
bersama-sama dengan keluaran video perekam. Dapat dianalisa
perbedaan sinyal masukan dan keluaran bila perekam itu sendiri
bekerja dengan baik. Sinyal tes terekam akan dapat memberikan
petunjuk seberapa jauh kerusakan VCR.

3. Analisis Logika
Analisis logika terbatas untuk rangkaian digital dan dapat menangani
analisis dari yang paling sederhana, pengujian bit-per-bit untuk Test-
Word dan dengan menggunakan peralatan otomatis penganalisis logika.
Metoda ini menggunakan sinyal digital satu dan nol, untuk menentukan
fungsi logika yang mengalami kerusakan.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh apa yang dapat dilakukan
Masukan Paralel
dengan analisis logika.
Masukan Seri

Keluaran Paralel

a. 8-Bit Shift Register


Test Word A Test Word B Test W

Input 10101010 01010101 1111

P.In/P.Out 10101010 01010100 1101

S.In/P.Out 10101010 01010101 1111

b. Output Paralel dengan Input Paralel dan Ser

Gambar Contoh Analisis Logika pada Shift

Register 8 bit Gambar a, data masukan dapat dimasukkan secara seri


maupun parallel, keluarannya selalu paralel.
Gambar b menunjukkan test word masukan dan hasilnya. Test word
dapat dimasukkan secara seri atau paralel. Pada testword A, LSB nol,
test-word A tampak benar, baik dimasukkan secara seri maupun paralel.
Pada test-word B, mempunyai LSB 1, tampak ada kesalahan pada
keluaran LSB. Bila data masukan dimasukkan secara paralel, akan benar
bila data masukan dimasukkan secara seri. Test-word C yang semua
terdiri dari logic 1, tampak benar keluarannya bila data masukan
dimasukkan secara seri. Bila data masukan dimasukkan secara paralel,
data keluaran akan tampak salah (lihat LSB-nya). Melalui analisis logika,
secara umum dapat dikatakan, bahwa kerusakan terjadi pada rangkaian
gerbang masukan paralel pada bagian LSB. Sebuah logika nol yang salah
dapat terjadi bila data dimasukkan ke register 8-bit. IC 8 bit register ini
rusak bagian LSB. Kalau bagian LSB terbentuk dari IC tersendiri dapat
diganti bagian LSB.

4. Diagnosa Rutin

Diagnosa rutin adalah bagian program tes-diri komputer dan dapat


dipanggil untuk membuat pemeriksaan secara cepat pada bagian sistem
komputer. Bagian atau peripheral yang akan dites harus diketahui, agar
dapat dipilih diagnosa rutin yang tepat. Diagnosa rutin juga dapat
mengetahui bagian dasar dari sistem komputer yang mengalami
gangguan. Diagnosa rutin hanya dapat dibuat pada sistem yang minimum
mempunyai sebuah mikroprosesor yang dapat diprogram.
Sebagai contoh penerapan diagnosa rutin, akan dibahas kerusakan CD–
ROM yang paling sering dijumpai, yaitu CD-ROM tak dapat membaca.
Bila dimasukkan disk pada CD-ROM, CPU akan mengeluarkan pesan
secara seri pada CD-ROM, pada gilirannya akan memeriksa semua
pengontrol CD-ROM. Dapat diperiksa gangguan pada CD-ROM dengan
membentuk diagnosa rutin pada CPU. Pesan-pesan akan dikirimkan oleh
CPU pada CD-ROM untuk melakukan langkah berikut:
CPU akan mencatatnya dan akan memberhentikan pemeriksaan pada
titik-titik tersebut, dan itu tak membutuhkan waktu yang lama.

MATERI III
KERUSAKAN DAN PERBAIKAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

Setiap komponen elektronika bersifat pasif dan aktif memiliki keterbatasan dalam
pemakaian. Bagian penting dalam mencari kerusakan adalah memahami dengan
baik tentang komponen dan keterbatasan keterbatasannya. Rangkaian disekitar
komponen aktif terdapat komponen pasif. Pada umumnya komponen pasif yang
digunakan terdiri atas beberapa resistor. Komponen sering mengalami kerusakan
dalam bentuk hubung singkat. Bila ada kecurigaan kerusakan hubung singkat tak
perlu lagi melakukan pemeriksaan resistor-resistor pada rangkaian yang dibentuk
dari komponen aktif. Sisi lain yang perlu diperhatikan, bahwa 40% kerusakan
komponen disebabkan oleh kesalahan pemakaian. Kesalahan yang terjadi
kebanyakan pada saat mengoperasikan komponen diluar batas kemampuan.

A. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Pasif


Komponen pasif rangkaian elektronika terdiri atas resistor, kapasitor dan
induktor. Komponen induktor dalam pemakaian pada rangkaian elektronika
jarang mengalami kerusakan.

1. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Resistor

Setiap resistor ketika beroperasi akan mendisipasikan daya. Kenaikan


temperatur yang disebabkan oleh daya yang didisipasikan akan
maksimum ditengah-tengah badan resistor, ini disebut “Hot spot
temperature”. Resistor pada umumnya memiliki kecepatan kegagalan
yang rendah atau resistor itu sangat dapat diandalkan (reliable).
Kegagalan dan penyebab-penyebabnya komponen resistor dengan tipe
komposisi karbon, resistor-resistor film (karbon, oksida logam, film
logam, metal glase), dan resistor kawat (wire wound), terdapat pada tabel
berikut.
Tabel Kegagalan-Kegagalan pada Resistor-Resistor Tetap
Tipe Resistor Bentuk Kegagalan Kemungkinan Penyebab
Komposisi karbon Nilai resistansi membesar a. Perubahan karbon atau zat pengikat di
bawah pengaruh panas, tegangan atau
kelembaban.
b. Penyerapan udara lembab menyebabkan
pembengkakan, dan menjadikan partikel-
partikel karbon untuk memisahkan diri .
Sirkit terputus a. Panas berlebih membakar tengah-tengah
resistor.
b. Tekanan-tekanan mekanik menyebabkan
retak-retak pada resistor.
c. Kap-kap ujungnya terlepas karena
montase yang buruk pada papan.
d Kawat putus karena pembengkokan yang
berulang-ulang.
Resistor-resistor Sirkit terputus a. Film terkelupas karena temperatur tinggi
film.(karbon,oksida atau tegangan tinggi.
logam,film logam, b. Lapisan film tergores atau terkikis ketika
metal glase) di fabrikasi.
c. Pada nilai-nilai resistansi yang tinggi
(lebih besar 1 mega ohm) spiral resistan
sinyal harus tipis dan karenanya
kegagalan sirkit terbuka lebih besar
kemungkinannya.
d. Kontak-kontak ujungnya buruk.
Biasanya disebabkan oleh tekanan
mekanik karena
montase yang jelek pada sirkit

Resistor kawat Sirkit terputus a. Keretakan kawat, terutama bila diguna-


(Wire wound) kan kawat kecil , karena ketidakmurnian
menyebabkan keretakan.
b. Perkaratan kawat yang disebabkan oleh
elektrolitis yang ditimbulkan oleh udara
lembab yang terserap.
c. Kegagalan sambungan-sambungan yang
dilas.

Kecepatan kegagalan pada resistor variabel lebih tinggi dari pada jenis
resistor tetap. Potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan pada
umumnya kira-kira 3×10-6 perjam, tetapi angka-angka itu berubah
bergantung pada metode yang digunakan oleh pabriknya. Kerusakan
yang terjadi pada sebuah potensiometer bisa sebagian atau total.
Kerusakan sebagian disebabkan oleh kenaikan resistansi kontak yang
menimbulkan kenaikan noise kelistrikan. Bentuk lain kegagalan sebagian
disebabkan oleh kontak yang terputus-putus karena partikel-partikel
debu, minyak gemuk (pelumas) atau bahan-bahan ampelas yang
terkumpul antara kontak geser dan jalur. Gangguan tersebut dapat
dihilangkan dengan bahan pembersih seperti contact cleaner.
Kerusakan total disebabkan sirkit terbuka diantara jalur dan sambungan
ujung-ujungnya atau antara kontak geser dan jalur. Hal ini dapat
disebabkan oleh perkaratan bagian logam karena kelembaban, atau
pembengkakan logam atau plastik yang terjadi saat penuangan jalur yang
menggunakan temperatur tinggi.

2. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Kapasitor

Kapasitor merupakan komponen yang dapat diandalkan karena memiliki


tingkat kegagalan yang rendah terutama. Umur kapasitor dapat
diperpanjang dengan cara:
a. dioperasikan di bawah batas tegangan yang diperbolehkan.
b. dioperasikan pada temperatur ambient yang rendah, dengan
menurunkan temperatur 10ºC dapat melipatkan umurnya dua kali
lebih panjang.
Kerusakan yang mungkin terjadi disebabkan katastrofik (mendadak dan
total) dalam bentuk:
a. hubung singkat disebabkan dielektrik tembus,
b. sirkit terbuka yang disebabkan kerusakan pada penyambung ujung
lepas.
Kerusakan secara berangsur-angsur dan sebagian (degradasi) dalam
bentuk:
a. Penurunan resistansi dari isolasi atau kenaikan arus bocor pada jenis
elektrolit secara berangsur-angsur,
b. Kenaikan resistansi seri yang disebabkan oleh kenaikan faktor
disipasi.
Beberapa penyebab kerusakan diantaranya adalah:
a. Kerusakan ketika fabrikasi: kontaminasi chloride pada elektrolit, akan
menimbulkan perkaratan pada sambungan internal, kerusakan
mekanis pada ujung dari kapasitor berlapis logam, menimbulkan
panas berlebih dan sirkit terbuka.
b. Salah pakai: Kapasitor digunakan melebihi tegangan yang tertulis,
atau teknik assembling yang jelek menimbulkan tekanan mekanis
terhadap penyambung-penyambung ujung dan selubung (seal).
c. Lingkungan: Kejutan-kejutan mekanik, getaran mekanik, temperatur
tinggi/rendah, dan kelembaban.
Daftar kerusakan dan kemungkinan penyebab untuk beberapa jenis
kapasitor terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Kerusakan Kapasitor dan Penyebabnya.
Jenis
Jenis Kerusakan Kemungkinan Penyebab
Kapasitor
Kertas a. Kering bahan renda a. Kebocoran seal. Kejutan mekanik,
man, menimbulkan termal atau perubahan- perubahan
sambung singkat tekanan.
b. Sirkuit terbuka. b. Kejutan mekanik/thermal.
Keramik a. Sambung singkat a. Pecahnya dielektrika karena kejutan
atau getaran
b. Sirkuit terbuka b. Pecahnya sambungan
c. Perubahan-perubah c. Elektroda perak tidak melekat benar
an kapasitansi pada perak
Film plastik Sirkuit terbuka Kerusakan pada semprotan diujung,
ketika fabrikasi atau asembeling.
Alumunium a. Sambung singkat, a.Hilangnya dielektrika. Temperatur
Elektrolit karena bocor. tinggi.
b. Kapasitansi mengecil. b.Hilangnya elektrolit karena tekanan,
c. Sirkuit terbuka kejutan mekanik atau temperatur.
c. Pecahnya sambungan internal.
Mika a. hubung singkat a. Perpindahan perak disebabkan oleh
kelembaban yang tinggi.
b. Sirkuit terbuka. b. Perak tidak menempel ke mika.

B. Kerusakan dan Perbaikan Komponen Aktif

Komponen aktif rangkaian elektronika dibedakan atas dua macam, yaitu


semikonduktor bipolar (dioda, transistor, ujt, IC logika dan IC linear) dan
semikonduktor unipolar (FET, MOSFET, VMOS, CMOS dan IC linear).
Kedua semikonduktor tersebut mudah rusak kalau mendapat beban lebih.
Kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah hubung singkat pada junction
BE, BC atau CE, dan hubungan terbuka pada junction BE atau BC.
Beberapa penyebab kerusakan semikonduktor, diantaranya adalah kerusakan
mekanis, salah pemakaian dan bahaya lingkungan. Kerusakan mekanis saat
fabrikasi disebabkan oleh proses-proses difusi, proses metalisasi dan proses
mekanis. Kerusakan salah pemakaian meliputi kerusakan yang disebabkan
oleh melewati tegangan catu, arus dan daya maksimum, memasukan atau
mencabut IC saat tegangan hidup. Kerusakan yang disebabkan bahaya
lingkungan meliputi interferensi kelistrikan, kejutan tegangan oleh mesin
atau relay, dan medan magnetik.

C. Kerusakan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika


Perbaikan rangkaian elektronika dimulai dari kegiatan pelacakan kerusakan
dengan menggunakan berbagai metoda, melakukan pengukuran dan
pengujian, serta melakukan perbaikan (pergantian). Kegiatan pelacakan
kerusakan dengan berbagai metoda telah dikemukakan pada bagian uraian
materi pelacakan kerusakan. Bagian ini diuraikan perbaikan rangkaian
elektronika dalam bentuk pengujian dan pergantian komponen yang
mengalami kegagalan. Uraian pengujian yang dilakukan sebagian besar saat
ada tegangan kerja pada suatu rangkaian. Bila ditemukan kerusakan jangan
tergesa-gesa melepas solderan suatu komponen, lakukan pengukuran terlebih
dahulu untuk meyakinkannya.

1. Dioda.
Standar tegangan maju dioda silicon, germanium, Schottky, tunel, dan
zener harusnya tidak lebih dari 1,1V (dalam rangkaian). Bila lebih dari
VCC
short
nilai tersebut menandai adanya dioda terbuka, yang harus dilepaskan,
diuji, dan diganti. Bila suatu dioda mengalirkan arus tetapi drop tegangan
dioda nol atau hanya beberapa milivolt, berarti dioda hubung singkat,
Gambar Pengetesan Transistor
pindahkan, uji, dan ganti. Dioda penyearah yang hubung singkat dapat
merusak dioda lain , kapasitor filter, dan trafo daya, lakukan pemeriksaan
sebelum memberikan catu daya.

2. Transistor
Bila ditemukan tegangan transistor pada daerah tegangan maju basis-
emitter lebih dari 1,1V (basis positif untuk NPN, basis negatif untuk
PNP) mempunyai junction base-emitter yang terbuka dan harus diganti.
Transistor yang telah melewati tahap pengetesan dapat diputuskan bahwa
transistor tersebut dalam keadaaan baik. Cara pengetesan transistor,
perhatikan gambar di bawah ini.

Vrc
drops

RCVCC Vce
rise

short

Gambar Pengetesan Transistor Beban L


Hubung singkat antara basis ke emiter menyebabkan tegangan kolektor
menjadi naik dan sama dengan VCC dan VRC turun ke nol, kecuali jika
transistor dibiaskan secara normal pada cut off. Untuk kolektor memiliki
beban nol (antara VCC dan kolektor diberikan induktor), seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
VCC

short

Bila beban kolektor mempunyai resistansi yang mendekati nol, arus turun
pada resistor emiter. Hubung singkat antara B-E menyebabkan VRE
short
Sinyal Kecil turun, kecuali jika transistor dibiaskan secara normal pada cut off.
VCE RB Untuk transistor yang dirangkai paralel, seperti diperlihatkan pada
Daya Tinggi
drops
gambar berikut.

RC

VCC

Gambar Pengetesan Transistor saat pemberian


bias dihentikan
Jika dua transistor diparalel, kedua-duanya harus dioffkan untuk
mengamati turunnya VRC.
Bila transistor dihentikan pemberian bias, seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Bias VC = VCC, resistor ditambahkan dari VCC ke basis untuk


mengonkan transistor. Hitung R untuk memastikan bahwa IB< 1 mA
untuk sinyal yang kecil dan IB<100mA untuk transistor daya.
Penambahan RB menyebabkan VC turun.
Q2
Q1

0,1µF
100Ω
1 Vp-p VCC

Jika basis diatur secara langsung oleh transistor, seperti gambar di bawah
ini.
Gambar Pemberian bias rangkaian
1. Rise
2. Drop transistor aktif
short
2

Diperlukan meng-off-kan Q1 sebelum Q2 agar


VCC dapat diuji dengan
short
menggunakan salah satu metoda
1
yang telah dijelaskan untuk transistor.

Gambar Pengetesan Basis Transistor


diatur secara langsung

IG

10MΩ
VG 15V shorted gate
R=10MΩ

Gambar di atas menunjukkan pemberian bias rangkaian transistor aktif,


sinyal kolektor terbalik dari sinyal basis walau pun distorsi. Jika
penurunan tegangan kolektor ketika tegangan basis naik, dan sebaliknya,
pada dasarnya transistor berfungsi.

3. FET

FET dalam kondisi baik memiliki IG = 0 (arus pada gate = 0), seperti
yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Deviasi yang besar dari VG yang diinginkan menunjukkan arus gate
mengalir. Pentrigeran gate ditentukan dari jaringan resistif yang
sederhana dan tegangan yang diharapkan dapat dihitung, karena Jika FET
tersebut merupakan FET insulated-gate, itu artinya FET tersebut rusak.
Hal itu terjadi jika sambungan pada FET rusak, atau diberi trigger maju
pada gatesource. Periksa tegangan VGS 0.6V. Kerusakan FET seringkali
sinyal setengah
gelombang + ditandai dengan adanya tegangan gate yang tidak normal.
Gambar Pengetesan SCR
4. SCR

short
SCR dalam kondisi ON memiliki tegangan 0,1V hingga 1,5V antara
anoda dan katodanya atau ketika konduksi anoda-katoda positif. SCR
rusak hubung singkat bila tegangannya mendekati nol. VGK seharusnya
tidak pernah di atas +1,2V saat ada tegangan kerja. Jika terjadi, berarti
gate rusak terbuka. Terjadinya hubung singkat antara gate-katoda
menyebabkan SCR tetap ditrigger, melewatkan tegangan positif dari
anoda-katoda seperti pada gambar di bawah ini.

Jika tegangan positif tidak muncul saat diberi sinyal sinus antara anoda
dan katodanya, berarti beban terbuka atau SCR yang hubung singkat.
Dengan Ohmmeter seharusnya SCR menunjukkan hubungan seperti
sebuah dioda antara gate katoda (satu polaritas hambatannya kecil dan
selalu besar untuk semua polaritas ohmmeter

Gambar Pengetesan SCR


hubungkan dengan
dioda

Ohmmeter

sebaliknya), dan hambatan amat besar (terbuka) untuk kedua polaritas


anoda-katoda, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Dengan Ohmmeter dapat juga dilakukan sebagai berikut: polaritas +


Ohmmeter ke anoda SCR dan satunya lagi ke katoda menunjukkan harga
besar sekali, kemudian dalam kondisi demikian hubungkan sebentar
colok pada anoda (tanpa terlepas dari anodanya) ke gate, maka
penunjukan Ohmmeter akan kecil (beberapa puluh Ohm).

5. UJT

V Biasanya rusak karena tegangan VCC


emiter tidak dapat mencapai tingkat
penembakan atau karena rangkaian
A pengisian memberi terlalu banyak
arus sehingga UJT menahannya. Sebaiknya kaki emiter tidak disolder
dan ukur VC seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar Rangkaian Osilat


pengetes UJT

Jika tegangan tersebut tidak lebih dari 0,85VB2 periksa rangkaian


pengisian dan C. Selanjutnya, hubungkan milliameter dari C ke B1. Jika
arus melebihi spesifikasi arus lembah UJT, maka rangkaian pengisian
memberi banyak arus, sehingga UJT on.

MATERI IV
MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN
RANGKAIAN ELEKTRONIKA

Aktifitas perawatan dan perbaikan secara sistematis dan terprogram dengan


mengikuti cara tertentu dapat menghindari beberapa bentuk kerugian, antara lain;
rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda, produktifitas turun, efisiensi turun,
dan menambah biaya operasional. Penerapan sistem perawatan dan perbaikan
secara sistematis dan terprogram pada dasarnya merupakan penerapan sistem
manajemen untuk seluruh pekerjaan perawatan dan perbaikan. Secara umum
prinsip manajemen terdiri atas unsur perencanaan, perorganisasian pelaksanaan
pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan, serta audit dan evalusi.

A. Perencanaan Pekerjaan

Pekerjaan perawatan yang terencana akan mendapatkan hasil yang baik dan
optimal. Untuk itu diperlukan format khusus yang digunakan untuk membuat
perencanaan. Secara umum format perencanaan pekerjaan perawatan memuat
isi tentang jenis atau tipe pekerjaan, sifat atau level pekerjaan, tenaga
pelaksana yang diperlukan, material atau suku cadang yang diperlukan, waktu
atau lama pengerjaan, dan sebagainya.

B. Perorganisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Koordinasi pekerjaan pemeliharaan yang terorganisir akan membantu


percepatan penyelesaian pekerjaan. Bagi sekolah keterampilan menggunakan
peralatan yang beragam sesuai dengan kompetensi keahlian, mengorganisasi
pelaksanaan pekerja sangat diperlukan. Teknisi menyiapkan usulan perawatan
peralatan jauh sebelum kegiatan sekolah dilaksanakan. Pimpinan sekolah
memproses usulan dan menyediakan peralatan. Kegiatan perawatan dilakukan
oleh teknisi dan selesai sebelum kegiatan sekolah dimulai. Pengorganisasi
pelaksanaan pekerjaan untuk lembaga industri membutuhkan koordinasi yang
melibatkan front office, bagian bengkel, gudang, administrasi dan keuangan.
Seorang perencana untuk mempermudah pekerjaan biasanya membuat suatu
mekanisme kerja pemeliharaan dengan menggunakan sarana yang disebut
Perintah Kerja (Work Order). Seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus
ditaati oleh seluruh karyawan.

C. Pelaksanaan Pekerjaan dan Pelaporan

Secara manajemen dibutuhkan dua jenis pelaporan dari pelaksanaan


pekerjaan. Pelaporan pertama menyangkut masalah volume pekerjaan yang
berkaitan dengan waktu dan jumlah pekerja. Volume pekerjaan bagi
manajemen diperlukan untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan.
Pelaporan yang ke dua menyangkut masalah bahan atau material yang
berkaitan dengan ketersediaan suku cadang (industri) dan ketersediaan dana
(sekolah). Informasi yang diperoleh dari pelaporan diperlukan oleh
manajemen untuk memberikan informasi kepada pelanggan atau pemberi
pekerjaan kapan pekerjaan tersebut selesai. Bagi manajemen sekolah,
informasi yang diperoleh dari pelaporan baik berupa usulan perawatan dan
pelaporan hasil pekerjaan diperlukan untuk memberikan informasi kepada
atasan berkaitan dengan permintaan dana dan pertanggung jawaban
penggunaan dana.

D. Audit dan Evaluasi

Kegiatan audit dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan pemeliharaan dan


perbaikan dilakukan setelah seluruh pekerjaan selesai dikerjakan. Kegiatan ini
melibatkan seluruh bagian dengan tujuan untuk selalu menjaga kualitas dan
kinerja, baik pada lembaga industri maupun lembaga pendidikan.

RANGKUMAN
PERAWATAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

1. Perawatan dilakukan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk:


memperpanjang usia alat, meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan
produktifitas, memelihara aset, dan sebagainya.
2. Sifat perawatan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi direncanakan
(preventif maupun korektif) dan perawatan yang tidak dapat direncanakan
(bersifat darurat).
3. Untuk membantu pelaksanaan kegiatan perawatan diperlukan alat-alat bantu,
seperti buku manual, multimeter, probe, dan lain-lain.

RANGKUMAN
PELACAKAN KERUSAKAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

1. Banyak teknik pelacakan kerusakan dapat digunakan dalam bidang


elektronika. Proses pelacakan kerusakan secara umum dapat dilakukan
melalui pengamatan fisik, mengenali gejala kerusakan, melakukan pengujian
komponen dan pemeriksaan input output tiap blok.
2. Pelacakan kerusakan akan menjadi mudah bila analisis yang dilakukan
dilengkapi dengan diagram alir
3. Lembar spesifikasi komponen akan membantu proses pelacakan dalam
mengenali tentang pemakaian, batas maksimum mutlak, dan batas data
kelistrikan penting lainnya.
4. Keandalan dan Kegagalan memiliki hubungan erat terhadap pelacakan
kerusakan. Suatu rangkaian elektronika yang memiliki keandalan yang teruji,
tidak terlalu sering mengalami kerusakan. Sebaliknya rangkaian elektronika
yang memiliki keandalan yang rendah akan mengalami kegagalan. Saat
terjadi kegagalan diperlukan proses pelacakan kerusakan.
5. Keandalan sangat erat hubungannya dengan kegagalan. Akhir kemampuan
suatu komponen elektronika untuk melaksanakan fungsi yang dipersyaratkan
dikenal dengan istilah kegagalan.
6. Tahap kegagalan dini (infant mortality), kegagalan normal dan kegagalan
akhir
7. Kegagalan dini (infant mortality) merupakan kegagalan peralatan sesaat
setelah alat tersebut dibuat dan dikirimkan ke pelanggan. Kegagalan ini
disebabkan oleh kerusakan komponen dan kesalahan perancangan yang
terlalu menitikberatkan pada satu bagian dari peralatan rangkaian elektronika.
8. Kegagalan normal disebabkan oleh usia kerja peralatan elektronika dan pada
umumnya laju kegagalan normal memiliki angka persentase paling rendah.
9. Kegagalan tahap akhir adalah periode suatu peralatan mengalami laju
kegagalan paling tinggi. Penyebabnya adalah faktor usia kerja alat sudah
berakhir.
10. Mean Time To Fail (MTTF) adalah lamanya pemakaian komponen sampai
dicapai kegagalan. Formula penghitungan diberikan oleh rumus:
1
MTTF=
FR

11. Mean Time Between Failures (MTBF) adalah lamanya pemakaian suatu
sistem sampai dicapai kegagalan. MTBF digunakan untuk rangkaian yang
dapat diperbaiki, seperti instrumen dan sistem. Formula penghitungan
diberikan oleh rumus:
FR(rangkaian)=FR (A ) + FR (B) + FR (C )

FR(rangkaian)=α

1
MTBF(rangkaian)=
α

12. Hukum Eksponen Keandalan menyatakan bahwa peluang tidak adanya


kegagalan sistem dalam waktu t merupakan fungsi eksponensial dari waktu
tersebut. Secara formula dinyatakan dengan persamaan:
Q=1−R=1−e−αt

Hubungan antara keandalan (R) dan laju kegagalan sistem (λ) dituliskan
dengan persamaan:
R=e−αt

Karena MTBF atau m = 1/λ


R=e−t / m

13. Pemilihan metoda yang sesuai dalam mencari kerusakan akan dapat
menentukan efisiensi kerja. Beberapa teknik yang bisa digunakan, antara lain:
Symptom-function, Signal-tracing, metoda tegangan dan hambatan untuk
mengisolasi kerusakan komponen atau daerah rangkaian tertentu, Metoda
Half-splitting, Metoda Pemutusan Lup, dan Metoda substitusi.
14. Analisa problem solving terdiri atas analisis kegagalan, analisis sinyal, analisa
logika dan diagnosa rutin.

RANGKUMAN
KERUSAKAN DAN PERBAIKAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA
1. Setiap komponen elektronika bersifat pasif dan aktif memiliki keterbatasan
dalam pemakaian. Bagian penting dalam mencari kerusakan adalah
memahami dengan baik tentang komponen dan keterbatasannya.
2. Setiap resistor ketika beroperasi akan mendisipasikan daya. Kenaikan
temperatur yang disebabkan oleh daya yang didisipasikan akan maksimum
ditengah-tengah badan resistor, ini disebut “Hot spot temperature”.
3. Kecepatan kegagalan pada resistor variabel lebih tinggi dari pada jenis
resistor tetap. Potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan pada umumnya
kira-kira 3×10-6 per jam, tetapi angka-angka itu berubah bergantung pada
metode yang digunakan oleh pabriknya.
4. Kapasitor merupakan komponen yang dapat diandalkan karena memiliki
tingkat kegagalan yang rendah terutama. Umur kapasitor dapat diperpanjang
dengan cara menggunakan kapasitor di bawah batas tegangan yang
diperbolehkan dan pada temperatur ambient yang rendah. Penurunan
temperatur 10ºC dapat melipatkan umurnya dua kali lebih panjang.
5. Tiga penyebab kerusakan semikonduktor (komponen aktif); kerusakan
mekanis, kerusakan salah pemakaian dan kerusakan bahaya lingkungan.
6. Perbaikan rangkaian elektronika terdiri atas tiga kegiatan; kegiatan pelacakan
kerusakan dengan menggunakan berbagai metoda, melakukan pengukuran
dan pengujian, serta melakukan perbaikan (pergantian).

RANGKUMAN
MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN
RANGKAIAN ELEKTRONIKA

1. Aktifitas perawatan dan perbaikan secara sistematis dan terprogram dengan


mengikuti cara tertentu dapat menghindari beberapa bentuk kerugian, antara
lain; rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda, produktifitas turun, efisiensi
turun, dan menambah biaya operasional.
2. Secara umum prinsip manajemen terdiri atas unsur perencanaan,
perorganisasian pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan,
serta audit dan evalusi.
3. Format perencanaan pekerjaan perawatan memuat isi tentang jenis atau tipe
pekerjaan, sifat atau level pekerjaan, tenaga pelaksana yang diperlukan,
material atau suku cadang yang diperlukan, waktu atau lama pengerjaan, dan
sebagainya.
4. Koordinasi pekerjaan pemeliharaan yang terorganisir akan membantu
percepatan penyelesaian pekerjaan.
5. Seorang perencana untuk mempermudah pekerjaan biasanya membuat suatu
mekanisme kerja pemeliharaan dengan menggunakan sarana yang disebut
Perintah Kerja (Work Order) dan diakhiri dengan penyimpanan file Backlog
Work Order. Seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus ditaati oleh
seluruh karyawan.
6. Secara manajemen dibutuhkan dua jenis pelaporan dari pelaksanaan
pekerjaan; pelaporan menyangkut masalah volume pekerjaan, waktu dan
jumlah pekerja
7. Volume pekerjaan bagi manajemen diperlukan untuk memperkirakan biaya
yang dibutuhkan.
8. Mengetahui jumlah bahan atau material yang dibutuhkan diperlukan bagi
manajemen untuk memperkirakan ketersediaan suku cadang (industri) dan
ketersediaan dana (sekolah).
10. Kegiatan audit dan evaluasi yang melibatkan seluruh bagian memiliki tujuan
untuk selalu menjaga kualitas dan kinerja, baik pada lembaga industri
maupun lembaga pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Peni Handayani dan Trisno Yuwono Putro, 2008. Teknik Pemeliharaan dan
Perbaikan Sistem Elektronika Jilid 1, 2 dan 3. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Hendra Jaya dkk, 2018. Perawatan Dan Perbaikan Peralatan Elektronika.


Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Pekik Argo Dahono, 2012. Keandalan dan Ketersediaan. Bandung: Sekolah


Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung.
(https://konversi.wordpress.com/2012/11/27/keandalan-dan-ketersediaan/,
diakses tanggal 7 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai