Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Teori
1.1 Definisi
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. (Obstetri Fisiologi dalam Nasrullah, 2015)
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin difundus uteri.
(Manuaba C 2008 dalam Nasrullah, 2015). Letak sungsang adalah bila bayi letak
longitudinal dan bokong berada di bawah uterus ibu. (Chapman V 2006 dalam Nasrullah,
2015). Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.(Wiknjosastro
2006 dalam Nasrullah, 2015).
Jenis persalinan sungsang
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
2. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
3. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Macam-Macam Letak Sungsang
a. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat keatas, kadang kaki sampai
menyentuh telinga.
b. Letak bokong kaki sempurna (Complet Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki
sempurna/lipat kejang). Seakan posisi “jongkok” dengan bokong diatas mulut rahim,
lutut terangkat ke perut.
c. Letak bokong kaki tidak sempurna (Incomplete Breech)
Bila satu kaki diatas dan kaki yang lainnya dibawah, dalam dunia kedokteran disebut
presentase bokong kaki.
d. Letak kaki (Footling Presentation)

1.2 Etiologi
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air tuban masih banyak dan
kepala anak relatif besar.
b. Hydramnion karena anak mudah bergerak.
c. Placenta praevia karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
d. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
e. Panggul sempit; walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sungsang masih
disangsikan oleh berbagai penulis.
f. Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
g. Sudut Ibu
1. Keadaan Rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma bersama kehamilan
2. Keadaan Plasenta
a. Plasenta letak rendah
b. Plasenta previa
3. Keadaan Jalan Lahir
a. Kesempitan rahim
b. Deformitas tulang panggul
c. Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
4. Sudut Janin
a. Tali pusat pendek/lilitan tali pusat
b. Hidrosefalus/anesefalus
c. Kehamilan gemelli (kembar)
d. Hidramnion atau oligohidramnion

1.3 Manifestasi Klinis


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian
atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin
belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya
apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II
teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong
dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya
bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan
pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama,
bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena
jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii
membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba
satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan
prosesus untuk diagnosis posisi.

1.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.
PATHWAY

Hidramion, janin Plasenta previa, Panggul sempit, Gimeli Lilitan tali


kecil (prematur), tumor pelvis hidrosefalus (kehamilan pusat/ tali pusat
multipara ganda) pendek

Anak mudah Menghalangi Kepala susah Posisi tubuh


bergerak karena kepala turun ke menyesuaikan menyesuaikan
mobilisasi panggul kejalan lahir anatomi uterus

Letak Sungsang

Sectio Caesarea

Perubahan fisiologis

Sistem saraf dan eliminasi bowel Sistem Integumen Sistem kardiovaskuler

Post Anastesi Perdarahan Perubahan laju


Jaringan terbuka aliran akibat
Jaringan hilangnya hasil
Volume darah
Penurunan medula Penurunan Kerja Pons terputus konsepsi
Proteksi menurun
oblongata
berkurang
Penurunan kerja otot Merngsang MK : Defisit Aliran melalui
Penurunan refleksi eliminasi Invasi bakteri vol. cairan
batuk area sensoris uteroplasenta
terhenti
Gangguan peristaltik usus MK :
Akumulasi sekret MK : Syok
Nyeri Resiko Infeksi Curah jantung
MK : Perubahan pola meningkat
MK : Ketidakefektifan eliminasi BAB, Konstipasi
bersihan Jalan Nafas
Perubahan fisiologis

Sistem Eliminasi Urin Sistem Endokrin


Perubahan psikologis

Distensi kandung Penurunan progesteron


kemih dan peningkatan esterogen Penambahan anggota
baru

Penurunan sensivitas Kontraksi uterus meningkat Merangsang pembentukan kelenjar susu


dan sensasi kandung Masa krisis
kemih
Involunsi tidak adekuat Rangasangan H. Anterior meningkatkan
hormon prolaktin
Perubahan fisiologis MK :
Perdarahan Perubahan pola peran
Isapan bayi merangsang H. posterior Gangguan Parenting
MK : gangguan mengeluarkan prolaktin
eliminasi urin Hb turun MK : Merangssang laktasi oksitosin
Kekurangtan
MK : Kekurangan vol cairan dan
elektrolit Pengeluaran ASI Tidak efektif MK :
Defisit perawatan diri oksigen Gangguan laktasi

Kelemahan Kurang informasi MK :


Nutrisi bayi terpenuhi Efektif perawatan Defisit
MK : intoleransi payudara pengetahuan
aktivitas
Pada Bayi :

MK :
Letak sungsang Resiko cedera pada janin Sectio cesaerea

Melalui Persalinan normal

Persalinan lama

Gangguan suplai O2 +
nutrisi ke plasenta
menurun
Hipoksia intra uteri

MK : Fetal distress
Resiko gawat janin

Kematian janin
1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau
MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.

1.6 Penatalaksanaan
a. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang
yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda,
kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest
position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi).Versi luar sebaiknya
dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu
ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi
luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam
keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.

Gambar 1 Versi luar


Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan
terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman
membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor
(Bhisop-like score).

Tabel 1. Skor Bishop


Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position posterior Mid anterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis
harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya
tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi luar.
b. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya
ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti
kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika
tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni
(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada
riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu :
a) Persalinan bokong
1) Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2) Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
3) Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4) Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
5) Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6) Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
7) Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
b) Persalinan bahu
1) Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2) Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3) Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
4) Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5) Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
6) Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
7) Bahu melakukan putaran paksi dalam.
c) Persalinan kepala janin
1) Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi
dagu berada dibagian posterior.
2) Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan
oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput
sebagai hipomiklion.
3) Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.
4) Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi
dapat lahir.
5) Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir
dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti
biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.

1.7 Komplikasi
a. Dari faktor ibu:
a) Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
b) Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
c) Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
b. Dari faktor bayi:
a) Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahanalat-alat
vital intra-abdominal.
b) Infeksi karena manipulasi
c) Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture
alat-alat vital intra abdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata,
telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


2.1 Riwayat keperawatan
1. Biodata
a. Nama perlu dikaji sehubungan dengan membedakan pasien atau supaya tidak
terjadi kesalahan pasien.
b. Umur perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam usia resiko tinggi
untuk hamil.
c. Agama perlu dikaji untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan di dalam
asuhan kebidanan.
d. Pendidikan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat penangkapan ibu terhadap
pertanyaan yang diajukan, dan kie yang diberikan oleh petugas.
e. Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas ibu dan social
ekonominya.
f. Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang dapat berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi.
g. Alamat untuk mempermudah jika melakukan kunjungan rumah.
h. Biodata suami untuk mengetahui tingkat social ekonomi sehubungan dengan
pemberian obat atau terapi.
2. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang dapat mempengaruhi
jalannya persalinan, membuat intervensi.
3. Riwayat haid
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche, siklus, jumlah darah
serta adakah gangguan waktu haid, misalnya: dismenorhe, siklus yang tidak teratur.
4. Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana dengan
persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis persalinannya, tempat persalinan,
bagaimana keadaan setelah persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang
digunakan setelah persalinan yang lalu.
6. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa saja yang diperoleh
dari ANC.
7. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit menular misalnya
DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada kehamilannya.
8. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita saat ini.
9. Riwayat psikososial dan budaya
Untuk mengetahui keadaan kondisi klien dalam keluarga dan lingkungan keluarga,
mengetahui tradisi yang dianut klien yang berpengaruh pada kehailan, persalinan,
nifas, dan pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
10. Riwayat spiritual
Untuk mengetahui kepecayaan dan agama yang dianut klien agar lebih mudah
melakukan pendekatan pada klien.
11. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa belum ada pantangan
apa tidak.
b. Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
c. Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
d. Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh atau tidak
terhadap kehamilannya
e. Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa kali mandi, ganti
baju dan ganti celana dalam berapa kali sehari.
f. Pola hubungan seksual
Untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat hamil dapat
berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.
g. Kebiasaan lain
Untuk mengetahui kebiasaan lain yang ddilakukan oleh ibu yang dapat
membahayakan kehamilannya seperti merokok, minum alcohol dan jamu-
jamuan.

2.2 Pemeriksaan fisik: Data Fokus


1. Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
Pernafasan : Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg perminggu diwaspadai kemungkinan PE,
hingga akhir kehamilan pertambahan BB normal 9-10 kg.
TB : Kurang dari 145 waspadai CPD
2. Pemeriksaan fisik
Leher : teraba pembesaran kelenjar tyroid/tidak,
teraba bendungan vena jugularis/tidak.
Payudara : kolostrum keluar/tidak, ada nyeri
tekan/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
Abdomen : sesuai usia kehamilan
Leopold I : menentukan TFU
Leopold II : menentukan letak janin
puka/puki
Leopold III : menentukan bagian
terbawah janin
Leopold IV : menentukan seberapa
jauh bagian terbawah,
masuk PAP
DJJ : berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya

2.3 Pemeriksaan penunjang


USG : untuk mengetahui kondisi janin
Pemeriksaan khusus
VT : untuk mengetahui kemajuan persalinan.

2.4 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri akut
2.4.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi.
2.4.2 Batasan karakteristik
1. Anoreksia
2. Ekspresi wajah nyeri
3. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
4. Perubahan pola tidur
2.4.3 Faktor yang berhubungan
Agen cedera fisik (prosedur bedah)
Diagnosa 2: Resiko infeksi
2.4.4 Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organism patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
2.4.5 Faktor risiko prosedur invasif
2.4.6 Perencanaan
Diagnosa 1:
2.5.1 Tujuan dan Kriteria hasil (Outcomes Criteria): Berdasarkan NOC
NOC:
1. Pain Level,
2. Pain control,
3. comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur

2.5.2 Intervensi keperawatan dan rasional: Berdasarkan NIC


NIC:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Diagnosa 2:
2.5.3 Tujuan dan Kriteria hasil (Outcomes Criteria): Berdasarkan NOC
NOC :
1. Immune Status
2. Knowledge : Infection control
3. Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
e. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
2.5.4 Intervensi keperawatan dan rasional: Berdasarkan NIC
NIC :
1. Pertahankan teknik aseptif
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
7. Tingkatkan intake nutrisi
8. Berikan terapi antibiotik:.................................
9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
10. Pertahankan teknik isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
III. Daftar Pustaka ( Minimal 10 Tahun dari Tahun sekarang)
Carpenito L. J. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
https://www.scribd.com/document/283439965/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-
KLIEN-POST-PARTUM-DENGAN-LETAK-SUNGSANG diakses tanggal 9 Desember
2017 pukul 21.17 wita

Anda mungkin juga menyukai