Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN TERAPI KELUARGA PADA LANSIA DEPRESI

DI KOTA MALANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

MUHAMMAD IMAM MUSTAGHFIRIIN TJ

(P17220174065)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN LAWANG


2019

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Imam Mustaghfiriin Tj

Nim : P17220174065

Progam Studi : D III Keperawatan Lawang

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Menyatakan dengan sebenarnyab bahwa Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 17 Mei 2019

Mengetahui

Pembimbing Yang Membuat Pernyataan

Muhammad Imam Mustaghfiriin Tj


NIM P17220174065

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Keluarga kepada Lansia Depresi di Kota

Malang” oleh Muhammad Imam Mustaghfiriim Tj NIM P17220174065 telah diperiksa dan di

setujui untuk diujikan.

Lawang, 17 Mei 2019

Pembimbing 1
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah dengan judul Penerapan Terapi Keluarga kepada Lansia Depresi di Kota

Malang” oleh Muhammad Imam Mustaghfiriim Tj NIM P17220174065 telah dipertahankan

didepan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Penguji Utama Penguji Anggota 1

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang


KATA PENGANTAR

Puji syukur kamipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya-Nya sehingga

dapat terselesaikanya Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Keluarga

kepada Lansia Depresi di Kota Malang” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan progam

pendidikan Diploma III Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang. Terima kasih dan pernghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat :

1. Budi Susatia.S.Kp.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang

telah memberikan sarana dan prasarana kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

2. Imam Subekti,S.Kp.M.Kep,Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan Malang

yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Budiono selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang yang telah memberikan ijin penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu

5. .

6. .

7. .
8. Kedua orang tua saya Bapak X , Ibu X dan saudara saya tercinta yang selalu mendoakan

dan memberi semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.

9. Teman-teman angkatan yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya

selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Semoga di berikan balsan atas amal oleh

Allah SWT. Dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini yang disusun ini bisa bermanfaat untuk

diri sendiri dan juga pihak lain untuk menambah wawasan.

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Depresi menurut WHO (World Health Organization) merupakan suatu gangguan mental

umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan

bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi yang

rendah. Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan individu

untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Sekitar

80% lansia depresi yang menjalani pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati

kehidupan mereka, akan tetapi 90% mereka yang depresi mengabaikan dan menolak pengobatan

gangguan mental tersebut. Oleh karena itu para lansia perlu mendapat perhatian dan dukungan
dari lingkungan dan keluarga agar dapat mengatasi perubahan yang terjadi, selain perubahan

keadaan fisik dan keadaan mental yang makin rentan.

Populasi penduduk lansia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia

meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan negara penyumbang tingginya angka

persentase tersebut. Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia.

Tempat dimana lansia tinggal merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya

depresi.

Depresi yang menyerang sebagian besar lansia dapat diminimalisir dengan pendekatan

terhadap keluarganya untuk memberikan support untuk lansia agar depresi dapat ditangani.

1.1 Rumusan Masalah

Dari fenomena yang ada tentang lansia yang mengalami depresi dan dengan dampak

yang telah disebutkan, maka bagaimanakah cara untuk membantu lansia menghilangkan

rasa kesepian yang ada parga dirinya melalui peran keluaga?

1.2 Tujuan penelitian

Mengidentifikasi peran perawat sebagai tenaga kesehatan untuk membantu lansia

mengurangi atau menghilangkan depresi dengan bantuan keluarganya

1.3 Manfaat penelitian

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan pendidikan, di bagian keperawatan gerontik dam keperawatan jiwa

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lansia

Lansia Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan

terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan tahapan

menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh

terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem

kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan

fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada

kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan

sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah,

2010).
Batasan-batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age)

antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut

usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia

menjadi : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai

memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita

berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)

2.2 Pengertian depresi

Depresi merupakan perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan hal-hal yang biasa

dilakukannya dan tidak dapat mengekspresikan kegembiraan. Biasanya terjadi pada awal sampai

pertengahan usia dewasa. Dapat terjadi sekali, dapat terjadi sering kali, dapat sebentar, dapat

selama hidup, dapat bertahap, dan dapat mendadak berat (Sarwono, 2010).

2.1.1Faktor yang Mempengaruhi Depresi

Menurut teori psikodinamika klasik mengenai depresi yang dikemukakan Freud dan para

pengikutnya meyakini kemarahan orang yang ditinggalkan kepada orang yang meninggalkannya

terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri

sendiri, dan depresi yang berkelanjutan. Orang-orang yang sangat tidak mandiri diyakini sangat
rentan terhadap proses tersebut. Teori psikodinamika klasik merupakan dasar pandangan

psikodinamika yang diterima secara luas yang menganggap depresi sebagai kemarahan

terpendam yang berbalik menyerang diri sendiri (Davison, 2010).

2.2.1 Gambaran Klinis Depresi

Depresi pada lansia adalah proses patologis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan.

Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa

kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi.

Gejala umumnya banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri dan

biasanya sulit untuk di diagnosis (Iskandar, 2012).

Menurut Depkes RI (2007), gejala depresi berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya hal

tersebut dipengaruhi oleh beratnya gejala. Depresi mempengaruhi fisik, perasaan, pikiran dan

kebiasaan sehari-hari (perilaku).

2.2.2 Perubahan pada Lansia Depresi

A. Perubahan Fisik

a. Nafsu makan menurun

b. Gangguan tidur

c. Kelelahan dan kurang energi

d. Agitasi

e. Nyeri, sakit kepala, otot keram dan nyeri tanpa penyebab fisik
B. Perubahan Pikiran

a. Merasa bingung, lambat dalam berpikir, konsentrasi menurun dan sulit mengingat

informasi

b. Sulit membuat keputusan, selalu menghindar

c. Kurang percaya diri

d. Selalu merasa bersalah dan tidak mau dikritik

e. Pada kasus berat sering dijumpai halusinasi dan delusi

f. Adanya pikiran untuk bunuh diri

C. Perubahan Perasaan

a. Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis

b. Merasa bersalah dan tak berdaya

c. Merasa sedih

d. Sering menangis tanpa alasan yang jelas

e. Iritabilitas, marah dan terkadang agresif

D. Perubahan Kebiasaan Sehari-hari

a. Menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan pekerjaan

b. Menghindari membuat keputusan

c. Menunda pekerjaan rumah


d. Penurunan aktivitas fisik dan latihan

e. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri

2.2.3 Derajat Depresi

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman

Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International

Classification Diagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang dan

ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan

seseorang (Maslim, 2013)

Tabel 1. Penggolongan Depresi Menurut ICD-10

Tingkat Gejala Gejala Fungsi Keterangan


depresi utama tambahan

Ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak


distress

Berat 3 >4 Sangat Sangat


terganggu distress
(Soejono, 2007)

2.3 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998 dalam

Murniasih, 2007)

2.3.1 Bentuk Dukungan Keluarga

Terdapat beberapa bentuk dukungan keluarga (Friedman, 2010 dalam Surdana, 2011)

yaitu:

A. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan

baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi

stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,

penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif

seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat

membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

B. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial

dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi
dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya

bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu

pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat

saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan

nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan me mengurangi depresi individu. Pada

dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

C. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di

dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan

informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan

spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar

dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan

menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi

dan pemberi informasi.

D. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas dan

kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan

dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat
mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga

individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

E. Dukungan Keluarga Bagi Kesehatan Lansia

Keluarga merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk

tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut usia. Dukungan keluarga itu dapat dibagi

menjadi empat aspek yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan

informasional dan dukungan emosional (Kaplan HI, Sadock BJ, 2010) Dukungan keluarga

dapat diukur dengan menggunakan Perceived Social Support Questionnaire Family (PSS-fa).

Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui persepsi individu terhadap dukungan yang

didapatkan dari keluarga sesuai dengan yang dibutuhkan. Bentuk dukungan keluarga ini adalah

dukungan fisik, informasi dan umpan balik dari keluarga (Procidano dan Heler dalam Surdana,

2011).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi

kasus deskriptif kualitatif. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang dianalisis secara

mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus, maupun tindakan dan reaksi
kasus terhadap suatu perlakuan atas pemaparan tertentu. Meskipun di dalam penelitian ini yang

diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi aspek yang

sangat luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integratif (Notoatmodjo, 2010) Penelitian

deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Mukhtar (2013: 28) Pada

studi kasus ini akan dideskripsikan tentang cara mengatasi kesepian pada lansia melalui terapi

keluarga untuk mengatasi depresi.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada studi kasus ini adalah seorang lansia yang ttingal di Desa Sumber

Porong Lawang dengan criteria inklusi sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi subyek dengan menandatangani informed consent

2. Seorang lansia dan keluarganya di Kota Malang

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan peneliti dalam penelitian untuk

memperoleh data yang diinginkan. Adapun tempat yang dipilih dalam studi kasus ini adalah

Kota Malang. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian. Studi kasus ini

dilangsungkan selama beberapa hari.

3.4 Fokus Studi

Fokus studi adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan

operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya

(Setiadi, 2013). Fokus studi pada penelitian ini adalah cara penerapan terapi keluarga pada lansia

depresi
3.5 Definisi Operasional

Dalam studi kasus berjudul “Penerapan Terapi Keluarga pada Lansia Depresi di Kota

Malang” ini memiliki definisi operasional sebagai berikut : Terapi Keluarga adalah suatu

metode terapi dimana keluarga ikut serta dalam menangani lansia yang mengalami depresi.

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan metode observasi dan

wawancara. Menurut (Hidayat, 2008) Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan

atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan data dengan cara observasi ini dapat digunakan

apabila objek penelitian adalah perilaku manusia, proses kerja, atau responden kecil.

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana

peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian

(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Wawancara juga

sebagai pembantu utama dari metode observasi (Notoatmodjo, 2010). Peneliti melakukan

wawancara kepada responden, kemudian peneliti melakukan mobilisasi dini dan mengobservasi

perkembangan mobilisasi selama 5 hari.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Dalam studi kasus ini instrument penelitian yang digunakan adalah check list. Check list

yang digunakan dalam studi kasus ini untuk mengetahui tipe depresi pada lansia. Check list yang
digunakan adalah check list tentang penilaian depresi pada lansia. Dan juga catatan

perkembangan lasia depresi setelah diberikan terapi keluarga.

Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas terpimpin. Menurut

(Notoatmodjo, 2010) wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi dari wawancara tidak

terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada arah

pembicaraan secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini memiliki ciri fleksibilitas tetapi

arahnya jelas.

3.7 Etika Penelitian

Proses pengumpulan data setelah peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing

penelitian dan telah memperoleh surat pengantar atau ijin melaksanakan penelitian dari Kepala

Prodi Kampus 2 Lawang Poltekkes Kemenkes Malang, surat pengantar selanjutnya diserahkan

ke Pemerintah Kota Malang. Setelah dari Pemerintah Kota Malang mendapat surat balasan

bahwa peneliti mendapat izin untuk melakukan penelitian. Selanjutnya untuk pengambilan data

awal mendatang warga lansia yang tinggal seorang diri. Lalu warga mengisi informed consent

jika setuju menjadi responden kemudian warga diberi lembar observasi. Kemudian peneliti

mengobservasi tipe depresi sebelum dilakukan terapi keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.

Astuti, V. W. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia di
Posyandu Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, 3(2), 78-
84.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Evy. (2008, Juni). Waspadai Depresi pada Lansia. Kompas. Diunduh dari
http://tekno.kompas.com/read/2008/06/26/1912429/waspad ai.depresi.pada.lansia.
tanggal 20 Agustus 2013.

Nugroho, Wahyudi, 2008, Keperawatan Gerontik, Edisi 2, EGC, Jakarta

Kristyaningsih, D. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada


Lansia. Jurnal Keperawatan, 1(1), 1- 10.

Tamher S & Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai