Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN

1. Moh. Ilham Cholisyawan (P17220171002)


2. Erryna Shepty Andriyani (P17220171004)
3. Afif Fitriana (P17220171005)
4. Linda Saputri (P17220173010)
5. Deka Rosita Sari (P17220173014)
6. Aini Nurma (P17220173028)
7. Vira Agustin S. P. (P17220173031)
8. Rizka Dewi S. (P17220173037)
PENGERTIAN

Perencanaan (planning), merupakan fungsi dasar dari manajemen dan semua fungsi dalam manajemen
tergantung dari fungsi perencanaan. Maksudnya fungsi-fungsi yang lain dari manajemen tidak akan berjalan
secara efektif tanpa adanya perencanaan yang baik.
Hal ini sesuai dengan definisi perencanaan dari Swansburg dan Swansburg (1999), bahwa perencanaan adalah
proses berkelanjutan yang diawali dengan menetapkan tujuan, dan kemudian melaksanakannya sesuai dengan
proses, memberikan umpan balik dan melakukan modifikasi rencana jika diperlukan. Lebih lanjut Swansburg
dan Swansburg (1999) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses berfikir atau proses mental dalam
membuat keputusan dan peramalan yang berorientasi pada masa yang akan datang.
TUJUAN PERENCANAAN DALAM
MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Standar pengawasan
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
5. Meminimalkan kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu
6. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan
KOMPONEN/UNSUR PERENCANAAN

1 2 3
Tindakan apa yang Ada sebabnya tindakan Dimana tindakan
harus dikerjakan tersebut harus dilakukan tersebut harus dilakukan

4 5 6
Kapan tindakan tersebut Siapa yang akan Bagaimana cara
harus dilakukan melakukan tindakan melaksanakan tindakan
tersebut tersebut
PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN
Yaitu perencanaan yang dilakukan dengan
menganalisa sarana produksi yang dimiliki
dan dihubungkan dengan kebutuhan yang
muncul dari lingkungan. Mengusahakan
terjadinya keseimbangan antara sarana yang
dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.

SALING BANGUN: SA (Sarana Produksi)


LING (Lingkungan masyarakat), BANGUN
(Perkembangan yang menguntungkan)

1. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth


Approach)
2. Pendekatan SWOT ( Strenght, Wakness,
OpportunitydanThreat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan,
dimulai dengan menganalisa faktor internal yang
berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan
kelemahan (Weaknes), selanjutnya melakukan
analisa factor eksternal yang berhubungan dengan
peluang (opportunity) dan tekanan/ancaman
(Threat).
Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk
mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus
diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang
mencantumkan target yang harus dicapai.
CONTOH KASUS

Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-


laki dengan 34 TT dan BOR 85%. Staf anda terdiri
dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, dan
3 cleaning service. Hasil survey direktur
keperawatan saudara menunjukkan adanya
ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75%
pelanggan ekternal & 68% pelanggan internal)
PEMBAHASAN
Proses Perencanaan
Hierarki perencanaan, meliputi:
Rumah Sakit Ojo Radiat
Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam
pelayanan bedah secara holistik tahun 2020.
Misi
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan
seluruh potensi rumah sakit dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan
keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang bermutu.
Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:
1. Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan perawatan secara
holistik tahun 2020.

2. Misi
a. Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan bersahabat
untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah.
c. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
perawatan bedah.
d. Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian perawatan bedah
di ruang rawat bedah laki-laki.

3. Filosofi
Profesional dalam melayani
4. Tujuan

Tujuan jangka panjang


Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis
evidence based practice.

Tujuan jangka pendek


- Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan
keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
- Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan reabilitasi
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5. Kebijakan

a. Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.


b. Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c. Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan.
d. Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e. Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah
sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f. Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g. Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h. Memiliki standar operasional prosedur.
6. Prosedur

Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat, bagian administrasi akan
menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut dengan rincian:
1) informasi kelas yang akan dipilih
2) informasi pola tarif
3) informasi persyaratan
4) tanda tangan perjanjian
5) pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.
Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien dengan memperhatikan
surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan instruksi yang tertera dari perawatan di UGD
dan melakukan pengecekan ulang mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan
tempat tidur yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi, perawat
menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Profesional), kemudian memindahkan
pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan, mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai
fasilitas yang terdapat di ruangan, lalu memulai proses keperawatan.
Tahap/Langkah Perencanaan

1. Pengumpulan data
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai
standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan
standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat
dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat
tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.
• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi
penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien
sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.
2. Analisis lingkungan - Analisa SWOT

Strength
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini
dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
Weakness

• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS
yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.
Opportunity

• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Threat

• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.


• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai