PENDAHULUAN
Karena COX-1 dan COX-2 mirip dan bekerja dalam tahap yang sama pada
jalur arakidonat, penghambatan selektif menjadi tantangan tersendiri. Berbekal
asumsi bahwa COX berperan aktif dalam proses inflamasi, NSAID penghambat
COX bermunculan.5 Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAID) termasuk
dalam kelompok obat yang paling sering diresepkan di dunia. Kelompok obat ini
mencakup aspirin, penghambat cyclooxygenase (COX) nonselektif, dan
penghambat COX-2 selektif. Mereka memiliki kemampuan umum sebagai
analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik.6
Untuk memahami mekanisme kerja dan efek NSAID terhadap tubuh, kita
perlu memiliki pemahaman mengenai proses apa yang dihambat obat tersebut yakni
enzim COX dan jalur arakidonat tempat enzim tersebut bekerja. Diharapkan paper
ini dapat menambah wawasan mengenai COX, jalur arakidonat, dan NSAID
sehingga dapat menunjang pelayanan kesehatan kedepannya.
2.1. Definisi
Secara umum peradangan dapat diartikan sebagai suatu respon tubuh terhadap
stimulus yang disebabkan oleh adanya cedera. Proses peradangan dapat timbul oleh
beberapa hal seperti infeksi, antibodi dan trauma fisik. Apapun penyebab
peradangan, responnya secara klasik hampir sama yaitu berupa kalor (panas), dolor
(nyeri), rubor (kemerahan), dan tumor (bengkak).
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan
obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas),
dan antiinflamasi (anti radang). Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas
penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-
2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin
dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa
pesan pada proses inflamasi (radang).
Penghambatan terhadap enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) diperkirakan
memediasi efek antipiretik (penurunan suhu tubuh saat demam), analgesik
(pengurangan rasa nyeri), dan antiinflamasi (anti-peradangan). Sedangkan
penghambatan enzim COX-1 menyebabkan gangguan pada pencernaan. Oleh
karena itu NSAIDs yang ideal adalah NSAIDs yang hanya menghambat enzim
COX-2 tanpa mengganggu enzim COX-1.
NSAIDs digunakan terutama untuk mengurangi nyeri dan demam yang
menyertai peradangan. Seperti nyeri pada infeksi gigi-gusi, Nyeri pada penyakit
rematik dan nyeri serta peradangan akibat trauma fisik.
antaranya adalah:20
2.5. Farmakokinetik
NSAID yang diberikan secara peroral sangat cepat diabsorpsi, biasanya
dalam 15-30 menit. Setelah diabsorpsi, 90% obat akan berikatan dengan albumin
dan beredar bersamanya. Kondisi hipoalbuminemia akan menyebabkan banyak
obat tidak terikat dan efek samping yang ditimbulkan semakin besar.6
Hati akan memetabolisme hampir semua NSAID dan ekskresinya akan melalui
ginjal atau empedu. Sirkulasi enterohepatik terjadi ketika NSAID atau metabolitnya
diekskresi ke empedu dan terserap kembali di usus.6 Penelitian menunjukkan bahwa
derajat iritasi pencernaan akibat efek samping NSAID ternyata berkorelasi positif dengan
jumlah sirkulasi enterohepatik.18 Penurunan fungsi ginjal akan memperpanjang waktu
paruh obat sehingga dosis obat mungkin perlu dikurangi. Gangguan hati akan
menghambat metabolisme NSAID sehingga meningkatkan toksisitas obat.
2.6. Farmakodinamik
NSAID terutama bekerja dengan menghambat jalur COX. Pada jalur ini,
kebanyakan NSAID bekerja secara reversibel dengan mencegah pertemuan asam
arakidonat dengan tempat aktif enzim COX sehingga biosintesis prostaglandin dapat
dihambat.6 Aspirin adalah pengecualian, karena aspirin bekerja dengan mengasetilasi