Anda di halaman 1dari 153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN

KESIAPAN PENSIUN

PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi


Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Angela Iva Mayoli

NIM : 149114193

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

WITH GOD ALL THINGS ARE


POSSIBLE

Whatever you are,


Be a good one
-Abraham Lincoln-

Sometimes bad things happen because your


negative thinking
So stay positive and
believe with the strength in you

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi yang telah saya tulis dengan judul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan

Kesiapan Pensiun Pada PNS dan Karyawan BUMN” ini saya persembahkan kepada

Tuhan Yesus Kristus dengan segala kasih dan rahmat-Nya

&

Untuk setiap keringat, air mata, perjuangan, dan usaha yang telah saya keluarkan

dan lakukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 November 2018

Peneliti,

Angela Iva Mayoli

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN


KESIAPAN PENSIUN
PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN

Angela Iva Mayoli

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan


kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN. Self-efficacy merupakan
keyakinan di dalam diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
mengatasi suatu keadaan atau tantangan. Sementara itu, kesiapan pensiun adalah suatu
keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap memasuki masa pensiun. Subjek pada
penelitian ini adalah 69 orang PNS dan karyawan BUMN yang nol sampai lima tahun lagi
akan pensiun. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik sampling purposive.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah skala self-efficacy
(α = 0,833) dan skala kesiapan pensiun (α = 0,972). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman’s rho. Hasil uji
korelasi antara self-efficacy dan kesiapan pensiun yang diperoleh adalah 0,523 dengan taraf
signifikansi 0,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan
positif antara self-efficacy dan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN.

Kata kunci : kesiapan pensiun, self-efficacy, PNS, karyawan BUMN.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY WITH


RETIREMENT READINESS OF
CIVIL SERVANTS AND PUBLIC EMPLOYEES

Angela Iva Mayoli

ABSTRACT

The purpose of this study is to understand the correlation between self-efficacy with
retirement readiness especially for civil servants and public employees. Self-efficacy is
someone’s beliefs on their capabilities to overcome a situation or challange. Meanwhile
retirement readiness is someone’s condition which shows that they are ready to face the
retirement. There are 69 people from civil servants and public employees being the subject
of this study. The subjects are employees who will retire in about zero to five years ahead.
The subject in this study is obtained by sampling purposive method. The data is obtained
by self-efficacy scale (α = 0,833) and retirement readiness scale (α = 0,972). This study
uses a quantitative method which is analyzed by spearman’s rho correlation test. The result
of the correlation test between self-efficacy and retirement readiness is 0.523 and
significance level of 0,00. The result shows that there is significant and positive correlation
between self-efficacy with retirement readiness especially for civil servants and public
employees.

Keywords : retirement readiness, self-efficacy, civil servants, public employees

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Angela Iva Mayoli
Nomor Mahasiswa : 149114193
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY
DENGAN KESIAPAN PENSIUN
PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, serta
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 18 November 2018
Yang Menyatakan,

(Angela Iva Mayoli)

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat

dan cinta kasih-Nya akhirnya skripsi yang berjudul “Hubungan antara Self-Efficacy

dengan Kesiapan Pensiun pada PNS dan Karyawan BUMN” dapat ditulis dan

selesai dengan baik oleh penulis.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari segala bantuan

dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari begitu banyak

pihak di sekitar penulis dalam menghadapi setiap proses penulisan skripsi. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi,

Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D. selaku Kepala Program

Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan dukungan dan semangat untuk segera menyelesaikan

skripsi.

4. Bapak Dr. Minta Istono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

Terimakasih atas segala usaha, waktu, dukungan, kritik, serta saran yang

telah diberikan dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga

akhirnya skripsi ini telah selesai.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

mendidik dan memberikan ilmu serta pengalaman. Semoga dapat

bermanfaat bagi penulis untuk ke depannya.

6. Segenap staff dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan bantuan untuk urusan administrasi

akademik.

7. Papa dan Mama A.H. Budi Wuryanto dan Dyah Kurniani Rafiana

Kawengian. Terimakasih atas segala cinta, kasih dan perhatian yang

diberikan kepada penulis. Terimakasih atas segala bentuk dukungan dan

motivasi yang diberikan sehingga membuat penulis menjadi semangat

untuk segera menyelesaikan skripsi. Terimakasih karena papa dan mama

tidak pernah berhenti untuk mendoakan penulis dalam setiap langkah dan

usaha yang dilakukan.

8. Adik penulis Giovanni Victo Araya dan Gracia Putri Aura yang

terkadang membuat kesal namun tetap memberikan dukungan dan

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Terimakasih telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

10. Bude Titin, Pakde Heru, Pakde Mari, Bapak Fedyan, Bapak Dedy, Bapak

Yuli, dan Mbak Heni yang telah membantu penulis dalam proses

pengumpulan data.

11. Seluruh subjek pada penelitian ini yaitu karyawan PT Pos Indonesia,

karyawan Balai Monitoring Frekuensi Radio, karyawan Dinas

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, karyawan Balai

Pemberdayaan Perempuan & Masyarakat, karyawan Balai Besar

Pelatihan Transmigrasi dan karyawan Inspektoran Daerah Istimewa

Yogyakarta. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu untuk

membaca serta mengisi kuesioner.

12. Anastasia Irani Artika Dhaniheswara dan Sintami Retno Hidayati selaku

sahabat penulis. Terimakasih karena sejak hari awal perkuliahan hingga

saat ini selalu ada bagi penulis. Terimakasih karena sudah mau berbagi

senang, tawa, sedih, dan tangis. Terimakasih karena ada di saat sulit

maupun bahagia. Pokoknya sayang banget sama kalian.

13. Angel Nababan, Dhanis, Kevin Adian temen garap skripsi Sekawan

Squad. Terimakasih kalian sudah membuat acara mengerjakan skripsi

menjadi penuh tawa. Terimaksih sudah menjadi tempat curhat dan

berbagi cerita. Terimaksih atas semangat dan motivasi yang kalian

berikan. Semangat!!! Cepet nyusul sidang yaa. Maret wisuda bareng.

Amin!

14. Oncom alias Comsky, Arin alias Mbak Ninique, Sudani alias Pakbud,

dan Oven alias Oo. Terimakasih sudah menjadi obat penghilang stres dari

jaman susah semoga bisa sampai kapan pun. Terimakasih atas kekocakan

dan kebodohan yang tiada henti. Kapan, ke mana kuy!

15. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nindy, Dhanis, Ruth, Anus, Adit,

Clara, Poppy, Grace, Lius, Gesa, Sandro, Yuka, Tejo, Galih. Terimakasih

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karena sudah berbagi ilmu dan informasi. Semangat dan sukses untuk

teman-teman.

16. Teman-teman satu angkatan Psikologi Universitas Sanata Dharma 2014.

Terimakasih atas segala pengalaman dan kebersamaan dari sejak AKSI

2014 hingga saat ini.

17. Teman-teman kelas E Psikologi 2014. Terimakasih atas segala suka cita

dan tawa yang dibagikan bersama membuat perkuliahan menjadi lebih

berwarna.

18. Last but not least Yulius Gusti Pangestu Sancaya Putra sebagai partner

dalam love and hate relationship. Terimakasih selalu mengingatkan

penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini. Terimakasih atas segala

bentuk dukungan dan segala cara yang dilakukan untuk memberi

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna mengingat keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

sangat terbuka pada kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan

skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan

terima kasih.

Yogyakarta, 18 November 2018


Penulis,

Angela Iva Mayoli

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTACT ............................................................................................................ viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................15
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................16
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................16
1. Manfaat Teoritis .............................................................................16
2. Manfaat Praktis ...............................................................................16

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................18

A. Kesiapan Pensiun .....................................................................................18


1. Pengertian Kesiapan Pensiun .........................................................18
2. Aspek Kesiapan Pensiun ................................................................25
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Pensiun ..............................30
B. Self-Efficacy ............................................................................................36
1. Pengertian Self-Efficacy .................................................................36
2. Dimensi Self-Efficacy ....................................................................42
3. Sumber Self-Efficacy .....................................................................44
4. Dampak Self-Efficacy ....................................................................47
C. Karakteristik PNS dan BUMN dalam mempersiapkan Masa Pensiun ....51
D. Dinamika Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kesiapan Pensiun .....54
E. Skema Penelitian ......................................................................................56
F. Hipotesis ..................................................................................................57

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................58

A. Jenis Penelitian.........................................................................................58
B. Identifikasi Variabel.................................................................................59
1. Variabel Bebas................................................................................59
2. Variabel Tergantung .......................................................................59
C. Definisi Operasional ................................................................................59
1. Kesiapan Pensiun............................................................................58
2. Self-Efficacy ....................................................................................60
D. Subjek Penelitian .....................................................................................61
E. Metode dan Alat Ukur .............................................................................62
1. Skala Kesiapan Pensiun ..................................................................62
2. Skala Self-Efficacy ..........................................................................64
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................................65
1. Validitas ..........................................................................................65
2. Uji Coba Skala ................................................................................66
3. Uji Kesahihan Item .........................................................................67

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Reliabilitas .....................................................................................68
G. Metode Analisis Data ..............................................................................70
1. Uji Asumsi .....................................................................................70
2. Uji Hipotesis ..................................................................................71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................72

A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................72


B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................75
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................76
D. Hasil Analisis Data .................................................................................82
1. Uji Asumsi .....................................................................................82
2. Uji Hipotesis ..................................................................................84
E. Pembahasan .............................................................................................87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................92

A. Kesimpulan .............................................................................................92
B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................92
C. Saran .......................................................................................................93
1. Bagi Karyawan ..............................................................................93
2. Bagi Instansi Pemerintah dan Perusahaan .....................................94
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ..............................................................95

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................96

LAMPIRAN ........................................................................................................106

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Karakteristik Self-Efficacy Tinggi dan Rendah ...................................41

Tabel 3.1 : Persebaran Item Skala Kesiapan Pensiun ...........................................63

Tabel 3.2 : Persebaran Item Skala Self-Efficacy ...................................................65

Tabel 4.1 : Pelaksanaan Penelitian ........................................................................74

Tabel 4.2 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................75

Tabel 4.3 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..........................76

Tabel 4.4 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Jabatan ......................................76

Tabel 4.5 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy ......................77

Tabel 4.6 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun ..............78

Tabel 4.7 : Kategori Skor Self-Efficacy .................................................................78

Tabel 4.8 : Kategori Skor Kesiapan Pensiun ........................................................78

Tabel 4.9 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Kesiapan Pensiun Berdasarkan


Instansi dan Perusahaan ........................................................................................79

Tabel 4.10 : Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Self-Efficacy ......80

Tabel 4.11 : Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kesiapan Pensiun
................................................................................................................................81

Tabel 4.12 : Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian .........................................82

Tabel 4.13 : Hasil Uji Linearitas ...........................................................................84

Tabel 4.14 : Kriteria Interpretasi Korelasi ............................................................85

Tabel 4.15 : Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho ..................................................86

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Skema Hubungan antara Self-efficacy dengan Kesiapan Pensiun .........................56

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Blueprint Skala General Self-Efficacy .....................................107

LAMPIRAN 2 : Blueprint Skala Kesiapan Pensiun ...........................................110

LAMPIRAN 3 : Skala Penelitian ........................................................................114

LAMPIRAN 4 : Korelasi Item Total ..................................................................123

LAMPIRAN 5 : Reliabilitas Skala ......................................................................126

LAMPIRAN 6 : Deskripsi Statistik Data Penelitian ...........................................128

LAMPIRAN 7 : Uji Normalitas dan Uji Linearitas ............................................131

LAMPIRAN 8 : Uji Hipotesis ............................................................................133

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah lembaga survei bernama Aegon Center Longevity and

Retirement (www.aegon.com) telah melakukan survei kepada 16.000

responden yang terdiri dari 14.400 karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dan 1.600 karyawan yang telah memasuki masa pensiun. Responden

tersebut berasal dari 15 negara, yaitu Jepang, Spanyol, Hungaria, Polandia,

Prancis, Turki, Belanda, Australia, Kanada, China, Inggris, Jerman, Amerika

Serikat, Brazil, dan India. Lembaga tersebut mensurvei kesiapan pensiun

yang diukur melalui Aegon Retirement Readiness Index (ARRI). ARRI

diukur melalui skala dengan skor dari 1-10. Skor 8-10 menunjukkan level

kesiapan yang tinggi, skor 6-7,9 menunjukkan level kesiapan menengah dan

skor 0-5,9 menunjukkan level kesiapan rendah.

Skor ARRI yang diperoleh pada tahun 2018 adalah 5,9 yang

menunjukkan bahwa tingkat kesiapan di 15 negara tersebut masih tergolong

rendah. Hasil indeks tersebut mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan

dengan tahun 2017 yaitu 5,92 namun terdapat peningkatan jika dibandingkan

dengan hasil pada tahun 2016 yaitu 5,8 dan awal survei dilakukan yaitu tahun

2012 sebesar 5,2. Melihat data tersebut menunjukkan bahwa selalu terjadi

peningkatan sejak tahun 2012, namun belum ada satu negara pun yang

mencapai skor ARRI dengan kategori tinggi. Oleh karena itu, berdasarkan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hasil survei dapat dilihat bahwa di negara-negara besar dan maju pun ternyata

tidak menjamin karyawan siap memasuki masa pensiun.

Pemerintah pada setiap negara baik itu negara maju maupun negara

berkembang tentu berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyatnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk

rakyatnya adalah dengan memberikan program persiapan pensiun untuk

karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Pada berita yang dilansir oleh

www.nasional.sindonews.com mengatakan bahwa negara-negara maju di

dunia umumnya memiliki program pensiun berupa jaminan pensiun dan

jaminan kesehatan. Program tersebut bertujuan untuk menjamin

kesejahteraan hidup karyawan terutama dari segi finansial. Salah satu negara

dengan program pensiun yang baik adalah Belanda (sindonews, 2015).

Namun ternyata tingkat kesiapan pensiun di Belanda memiliki indeks

kesiapan pensiun sebesar 5,8 (Aegon, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa

jaminan pensiun yang diberikan pemerintah kurang mendukung kesiapan

pensiun karyawan. Padahal seharusnya dengan program pensiun yang

diberikan tersebut mampu mendukung karyawan untuk dapat lebih siap

dalam menghadapi masa pensiun.

Pada tahun 2015, HSBC merilis hasil survei The Power of Protection,

Confidence in The Future yang dilakukan kepada 1.000 responden

menunjukkan bahwa sebanyak 64% responden mengkhawatirkan kesehatan

fisiknya dan sebanyak 54% mengkhawatirkan kesehatan finansial di masa

depan kelak. Selain itu, 43% responden juga mengalami kecemasan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kualitas hidup di masa tua. Meskipun ada kekhawatiran 33% responden

tersebut ternyata tidak memiliki proteksi kesehatan dan 44% responden masih

fokus terhadap perencanaan jangka pendek. Hanya 36% responden yang

mengaku dirinya telah mempersiapkan keuangan jangka panjang dengan

baik. Berdasarkan data tersebut HSBC menyimpulkan bahwa 1 dari 3 orang

Indonesia belum siap memasuki masa pensiun. Sedangkan menurut direktur

PT Asabri di dalam republika.co.id sebanyak 90% karyawan Indonesia tidak

siap memasuki masa pensiun secara finansial. Oleh karena itu, berdasarkan

data tersebut dapat dilihat bahwa ketidaksiapan untuk menghadapi masa

pensiun tidak hanya terjadi di negara-negara maju, namun negara

berkembang seperti Indonesia pun juga memiliki kecenderungan untuk

mengalaminya.

Padahal pemerintah Indonesia beserta perusahaan sudah berupaya

untuk membantu karyawan dalam mempersiapakan masa pensiunnya melalui

Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Pensiun Usaha. Peraturan tersebut diharapkan mampu

menjamin kesejahteraan karyawan di Indonesia. Sedangkan perusahaan

berusaha membantu karyawan melalui program persiapan pensiun yang

disiapkan oleh masing-masing perusahaan.

Berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai

Negeri Sipil pasal 350 ayat (1) sampai dengan ayat (3) bahwa PNS yang telah

mencapai Batas Usia Pensiun, sebelum diberhentikan dengan terhormat

sebagai PNS dengan hak pensiun, dapat mengambil masa persiapan pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan dibebaskan dari Jabatan ASN (Apratur Sipil Negara). Masa Persiapan

Pensiun dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Selama masa

persiapan pensiun, PNS yang bersangkutan setiap bulan menerima 1 (satu)

kali penghasilan PNS terakhir diterima. Menurut wawancara yang dilakukan

dengan seorang karyawan PNS, selain masa persiapan pensiun yang sudah

diatur oleh PP Nomor 11 Tahun 2017 karyawan PNS juga diberikan program

persiapan pensiun kurang lebih lima tahun sebelum pensiun. Sedangkan pada

perusahaan BUMN, Masa Persiapan Pensiun diatur dengan Peraturan Direksi

pada masing-masing perusahaan. Pada PT Pos Indonesia (Persero) ditetapkan

bahwa Masa Persiapan Pensiun diambil oleh karyawan paling lama selama

satu tahun sebelum karyawan mencapai masa pensiun. Selama Masa

Persiapan Pensiun, karyawan PT Pos Indonesia menerima 1 (satu) kali

penghasilan yang terakhir diterima. Pada PT Pos Indonesia karyawan juga

diberikan program persiapan pensiun sebelum memasuki masa pensiun

kurang lebih lima tahun sebelumnya.

Program persiapan pensiun yang diberikan kepada karyawan baik pada

instansi pemerintahan maupun pada PT Pos Indonesia (Persero) berupa

pengenalan mengenai masa pensiun serta pelatihan untuk memberikan

pembekalan tentang strategi perencanaan keuangan, perencanaan kegiatan,

mempersiapkan kondisi mental, spiritual, rasa percaya diri, ataupun hal lain

yang berkaitan dengan masa pensiun. Program persiapan pensiun yang

diberikan juga berupa pembekalan kepada karyawan untuk dapat

berwirausaha bagi yang berminat. Program persiapan pensiun penting bagi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karyawan agar mereka dapat memiliki persepsi dan sikap yang tepat dalam

menghadapi masa pensiun (Inaja & Rose, 2013). Pemberian program

persiapan pensiun juga dapat membantu proses transisi dengan mengubah

sikap dan kebiasan menjadi lebih positif untuk lebih menyiapkan diri sebelum

pensiun (Ogunbameru & Asa, 2008). Selain itu, program persiapan pensiun

juga bertujuan agar karyawan memiliki keyakinan dan rasa percaya diri dalam

menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, melalui terlaksananya program

persiapan pensiun diharapkan karyawan Indonesia memiliki kesiapan dalam

menghadapi masa pensiun.

Ekspektasi yang diharapkan oleh perusahaan ternyata berlawanan

dengan realita yang terjadi. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan tampak

kurang membuahkan hasil yang maksimal. Meskipun perusahaan sudah

berupaya dalam mempersiapkan masa pensiun bagi karyawannya, ternyata

tidak sedikit karyawan Indonesia yang masih belum siap menghadapi masa

pensiun (CNN Indonesia, 2016). Bahkan ada pula karyawan yang merasa

takut dan cemas untuk menghadapinya (Joengs, 2017). Padahal perusahaan

dan pemerintah telah berupaya untuk membantu karyawan agar memiliki

kesiapan pensiun dan memiliki masa pensiun yang sejahtera.

Kesiapan pensiun atau readiness for retirement sendiri adalah suatu

keadaan ketika seseorang siap untuk menghadapi setiap perubahaan yang

terjadi dalam hidupnya terutama perubahan saat akan memasuki masa

pensiun yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar

diri individu (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Sedangkan menurut Harper


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2005) kesiapan pensiun adalah kondisi ketika seseorang merasa yakin karena

sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menghadapi setiap

perubahan di masa pensiun. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) aspek-

aspek dalam kesipan pensiun terdiri dari aspek finansial, fisik, mental dan

emosi, serta keluarga.

Masa pensiun merupakan masa yang pasti terjadi dan pasti dialami oleh

semua karyawan. Pada masa ini seseorang akan mengalami masa transisi dan

akan mengalami banyak perubahan yang tentunya sangat berdampak di dalam

hidupnya. Dampak yang paling dirasakan saat memasuki masa pensiun

adalah pendapatan berkurang. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun

1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda atau Duda, gaji yang

diterima pensiunan di Indonesia hanya sebesar 75% dari gaji pokok semasa

aktif bekerja. Selain itu, karyawan yang awalnya memiliki banyak tunjangan

dan fasilitas lalu berkurang. Bahkan ada pensiunan yang sama sekali tidak

mendapat uang pensiun setiap bulan sedangkan semakin bertambahnya usia

tuntutan hidup semakin tinggi terutama biaya kesehatan. Padahal menurut

Mucci, Giorgi, Roncaioli, Perez dan Arcangeli (2016) krisis ekonomi yang

terjadi pada masa pensiun dapat menjadi stressor negatif yang berakibat pada

mood disorder, depresi, dysthymia, dan bunuh diri. Perubahan lain yang

terjadi juga pada aktivitas harian. Aktivitas yang biasanya disibukkan oleh

rutinitas kerja berubah menjadi kegiatan rumah seperti menonton televisi atau

membersihkan rumah (Sprod, Olds, Brown, Burton, van Uffelen, Ferrar &

Maher, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Selain pendapatan dan aktivitas, perubahaan juga terjadi pada status

sosial. Padahal status sosial membuat seseorang merasa memiliki

penghargaan diri dan pengakuan dari orang lain (Tarigan, 2009) sehingga

ketika seseorang sudah tidak bekerja ia bisa kehilangan rasa keberhargaan diri

dan pengakuan dari orang lain. Salah satu status sosial yang berubah adalah

identitas pekerjaan. Seseorang yang tidak siap kehilangan identitas pekerjaan

dan tidak siap menghadapi pensiun dapat membuatnya merasa stres karena

tidak memiliki peranan penting (Kim & Moen, 2001; Jenkins, 2016) atau

biasa disebut dengan post power syndrome. Post power syndrome dapat

terjadi pada siapa pun baik yang memiliki jabatan tinggi maupun rendah dan

pada profesi apa pun (Tarigan, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi

tersebut dapat berpengaruh kepada persepsi individu terhadap dirinya,

kemampuannya, dan kualitas hidup (Kim & Moen, 2001). Oleh karena itu,

sangat wajar jika sebagian besar karyawan tidak siap dan cenderung

memandang pensiun sebagai hal yang tidak menyenangkan dan membuat

mereka menjadi cemas dan khawatir (Tarigan, 2009).

Pensiun tidak hanya dapat dimaknai secara negatif namun jika dapat

dimaknai secara positif dan dapat dipersiapkan. Menurut Fehr (2012) masa

pensiun dapat membuat seseorang menjadi kreatif dan mampu mencapai

aktualisasi diri. Fehr (2012) juga menambahkan pada masa pensiun seseorang

dapat menjadi tantangan untuk memberi energi dan dapat membangkitkan

gairah hidup. Pensiun juga dapat dimaknai sebagai masa untuk bersenang-

senang (Stephan, Fouqereau, & Fernandez, 2008). Pada penelitian yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan Mein, Martikainen, Hemingway, Stansfeld, dan Marmot (2003)

pada karyawan pensiun bahwa pensiun bisa meningkatkan kesehatan,

kesejahteraan, dan kesehatan mental. Seseorang hanya perlu memaknai masa

pensiun secara positif. Sedangkan apabila seseorang mempersepsikan masa

pensiun secara negatif maka perasaan cemas dan tidak siap yang akan muncul

ketika berhadapan dengan masa pensiun (Inaja & Rose, 2013).

Pada pensiun normal seseorang mulai berhenti bekerja ketika sudah

memasuki usia pensiun. Setiap perusahaan berhak menentukan usia pensiun

bagi karyawannya sesuai dengan Perjanjian Kerja (PK), Peraturan

Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (Joengs, 2017 di

www.finansialku.com). Pada umumnya di Indonesia menetapkan usia

pensiun berkisar antara 55-60 tahun. Masa pensiun tersebut dapat berubah

sewaktu-waktu seiring dengan usia harapan hidup yang terus meningkat

(Tarigan, 2009).

Menurut laporan Statistik Kesehatan Dunia yang dikeluarkan oleh

WHO pada tahun 2015 angka harapan hidup di dunia saat ini mengalami

peningkatan. Pada negara-negara maju usia harapan hidup mencapai usia 82

tahun. Sedangkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2017 mencapai usia 70,9

tahun. Semakin tingginya angka harapan hidup berdampak pada masa

pensiun seseorang yang akan menjadi semakin panjang.

Setiap orang tentunya menginginkan hidup dengan masa pensiun yang

menyenangkan dan berkualitas. Namun hal ini tidak dapat diperoleh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

instan sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Namun fakta

yang terjadi, hampir separuh karyawan tidak melakukan persiapan pensiun

secara nyata. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harsey, et al., 2007;

Jacobs-Lawson, Hersey, & Neukam, 2004; Quick & Moen, 1998 (dalam

Berk, 2012) menunjukkan bahwa memiliki tujuan masa depan dan memiliki

pengetahuan tentang perencanaan keuangan dapat menghasilkan tabungan

pensiun, penyesuaian, dan kepuasan yang lebih baik.

Faktor yang mendukung seorang karyawan siap menghadapi masa

pensiun dibagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor yang

berasal dari eksternal seperti dukungan sosial dan kemapanan finansial

((Sutarto & Ismulcokro, 2008; Mucci, et al., 2016). Kemudian ada faktor yang

berasal dari internal seperti faktor psikologis. Menurut hasil penelitian yang

dilakukan James, Matz Costa, & Smyer (2016) dan Aloudi & Njuguna (2017)

bahwa faktor psikologis turut mengambil peran penting dalam mendukung

kesiapan karyawan memasuki masa pensiun.

Berdasarkan teori hirarki kebutuhan dari Maslow, James et al. melihat

bahwa manusia membutuhkan perasaan aman tidak hanya secara finansial

namun juga secara psikologis. Sedangkan Aloudi dan Njuguna (2017) di

dalam penelitiannya kepada karyawan pada perusahaan asuransi menyatakan

bahwa faktor psikologis yang mendukung kesiapan psikologis adalah

persepsi, sikap, kestabilan emosi, tujuan yang jelas setelah pensiun, dan

keyakinan diri atau dalam istilah psikologi disebut self-efficacy. Faktor-faktor

tersebut cenderung sesuai dengan literature review dilakukan oleh Barbosa,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Monteiro, dan Murta (2016) terhadap penelitian yang ditulis sejak tahun

1995-2014 di Inggris, Portugis, dan Spanyol diketahui bahwa prediktor utama

yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri menuju masa pensiun

adalah kesehatan mental dan atribut psikologis seperti kestabilan emosi,

manajemen stres, optimisme, motivasi, locus of internal control, self-esteem,

self-efficacy, selera humor dan extraversion. Selain itu, terdapat hasil

penelitian dari Taylor dan Shore (1995) terhadap karyawan perusahaan

multinasional yang menyatakan bahwa faktor psikologis berupa keyakinan

diri dapat menentukan seseorang siap memasuki masa pensiun. Keyakinan

yang ada di dalam diri seseorang dalam psikologi disebut dengan self-

efficacy. Berdasarkan beberapa faktor yang telah dipaparkan oleh peneliti

sebelumnya, menunjukkan bahwa faktor psikologis yang berasal dari dalam

diri mengambil peran penting yang mempengaruhi kesiapan seseorang untuk

memasuki masa pensiun.

Bandura (1997) menyatakan di dalam bukunya bahwa self-efficacy

sendiri merupakan faktor penentu yang kuat terhadap perilaku seseorang

karena berdampak pada pengambilan keputusan, pengeluaran usaha, emosi,

bertahan dalam kesulitan, mencapai pengalaman sukses. Self-efficacy jika

dikaitkan dengan pensiun berhubungan dengan pernyataan Bandura (1997)

bahwa dalam menghadapi suatu masa yang penuh dengan ketidakpastian

seseorang memerlukan keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu

mengatasi perubahan serta beradaptasi pada situasi tersebut. Demikian pula

saat seseorang akan memasuki masa transisi dari bekerja menjadi pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

yang juga penuh ketidakpastian tentunya seseorang memerlukan keyakinan

di dalam dirinya bahwa ia bisa beradaptasi pada masa pensiun yang penuh

dengan ketidakpastian. Bandura menambahkan bahwa self-efficacy

merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses

adaptasi emosional selama proses transisi menuju masa pensiun.

Self-efficacy merupakan sebuah keyakinan yang ada di dalam diri

seseorang yang membuat seseorang percaya bahwa dirinya bisa mengasai

suatu keadaan dan mampu menghasilkan suatu hasil yang positif (Bandura

dalam Feldman, 2015). Self-efficacy mendasari keyakinan seseorang pada

kemampuannya untuk dapat berhasil dalam melakukan sesuatu atau untuk

mengasilkan sesuatu yang diinginkannya (Feldman, 2015). Semakin tinggi

self-efficacy yang dimiliki seseorang maka membuat seseorang memiliki

target tujuan yang tinggi, memiliki keinginan belajar yang tinggi, dan

semakin memiliki keyakinan dalam menghadapi tugas atau tantangan baru di

dalam hidupnya (Lunenberg, 2011). Seseorang dengan self-efficacy tinggi

cenderung untuk lebih mempersiapkan masa pensiunnya dan memiliki

tingkat kecemasan yang rendah terkait pensiun (Valero & Topa, 2014). Selain

itu self-efficacy tinggi juga membuat seseorang memiliki keyakinan bahwa

dirinya akan berhasil di masa pensiun (Bandura,1997). Akan tetapi jika self-

efficacy yang dimiliki oleh seseorang terlalu tinggi akan membuat seseorang

menjadi terlalu percaya diri dan meningkatkan kesalahan seseorang dalam

berlogika (Vancouver, Thompson, Tischner, & Putka, 2002).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Sebaliknya apabila seseorang dengan self-efficacy yang rendah

cenderung kurang memiliki motivasi dan menunjukkan performansi yang

rendah (Bandura & Locke, 2003). Orang dengan self-efficacy rendah juga

kurang memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu melakukan

sesuatu untuk mencapai keberhasilan. Self-efficacy rendah juga akan

membuat seseorang merasa cemas (tidak siap) menghadapi pensiun

(Bandura,1997). Self-efficacy ada di dalam diri seseorang tidak semata-mata

terjadi begitu saja. Self-efficacy dapat dibentuk melalui pengalaman dan

dukungan yang berasal dari lingkungan (Bandura, 1994).

Berdasarkan paparan tersebut self-efficacy dan kesiapan pensiun

(readiness for retirement) memiliki hubungan yang erat. Seseorang dengan

self-efficacy tinggi tentunya dapat menyikapi masa transisi dari bekerja

menuju pensiun sebagai sebuah tantangan (Bandura, 1997) dan siap untuk

mentargetkan diri bahwa kelak di masa pensiun ia dapat merasakan

kehidupan yang jauh lebih baik dan sukses daripada saat bekerja (Feist &

Feist, 2010). Sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan

cenderung tidak yakin pada dirinya sendiri (Bandura, 1997) serta

menganggap perubahan di dalam hidupnya sebagai ancaman. Self-efficacy

yang dimiliki karyawan dapat mengurangi perasaan khawatir dan cemas

terhadap masa depannya (Tahmassian & Jalali Moghadam, 2011; Ghaderi &

Salehi, 2011). Self-efficacy diperlukan oleh setiap karyawan untuk lebih siap

dalam menghadapi masa pensiun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Melalui hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari

Aloudi dan Njuguna (2017) dan penelitian dari Taylor dan Shore (1995)

diketahui bahwa self-efficacy merupakan faktor penting yang memberikan

dampak pada kesiapan pensiun. Pada penelitian terdahulu subjek yang

digunakan adalah karyawan perusahaan asuransi dan multinasional.

Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang menyediakan jasa

asuransi dengan menghimpun dana melalui premi asuransi yang dibayar oleh

klien dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap klien dari

berbagai macam kerugian atau kematian yang bisa terjadi secara tidak terduga

(Muljono & Wicaksono, 2009). Karyawan yang bekerja pada perusahaan

asuransi memiliki tantangan yang tinggi karena umumnya karyawan bekerja

dengan suatu terget yang harus dicapai untuk memperoleh tunjangan

(Tjiptadinata, 2017). Sedangkan perusahaan multinasional merupakan

perusahan yang swasta yang dipegang oleh pihak asing dan biasanya

memiliki lebih dari satu cabang di negara yang berbeda. Perusahaan

multinasional memiliki budaya perusahaan yang berlaku di seluruh dunia dan

memiliki standar profesionalisme internasional sehingga memiliki beban

kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan swasta nasional atau

pemerintah (Ismarani, 2016 di www.youthmanual.com). Selain itu,

perusahaan asuransi dan multinasional cenderung tidak menerima gaji atau

tunjangan di masa pensiun.

Karakteristik setiap instansi atau perusahaan tentunya berbeda dan

memberikan pengaruh kepada karyawan. Karakterisik yang telah dipaparkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

di atas cenderung berbeda dengan karakteristik dari instansi pemerintah

seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terutama PT Pos Indonesia dan

Pegawai Negeri Sipil (PNS). PT Pos Indonesia (Persero) merupakan BUMN

yang bergerak di bidang jasa kurir, logistik, dan transaksi keuangan. PT Pos

Indonesia (Persero) sudah berdiri sejak jaman Belanda dan sudah pernah

mengalami masa keemasan serta masa penurunan sangat drastis sejak internet

mendunia. Namun PT Pos Indonesia (Persero) berusaha bangkit dan

memperbaiki infrastrukturnya, hingga kini menjadi perusahaan yang maju

dan terus bergerak untuk mencapai masa depan yang lebih cerah

(www.bumn.go.id). Di sisi lain karena kondisi perusahaan yang sudah

berstatus mapan membuat karyawan cenderung menjadi kurang kompetitif

dan lebih banyak menunggu daripada mencari peluang bisnis (Diazvetiauda,

2010). Hal tersebut membuat karyawan cenderung tidak memiliki jiwa

enterpreneurship (Diazvetiauda, 2010).

PNS merupakan karyawan yang bekerja di instansi pemerintah. PNS

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karyawan BUMN terutama

PT Pos Indonesia. PNS memiliki cara kerja yang cenderung santai dan total

gaji yang lebih kecil dibandingkan BUMN (Mansur, 2018). PNS memiliki

peningkatan jenjang karir yang jelas serta jarang terjadi pemutusan hubungan

kerja sepihak tidak seperti perusahaan swasta (Mansur, 2018). Selain itu, PNS

juga memiliki jaminan di masa tua berupa gaji pokok yang diterima setiap

bulan (www.qerja.com, 2015).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui

apakah hasil penelitian terdahulu dapat digeneralisasi pada segala jenis

instansi, meskipun terdapat perbedaan karakteristik antara subjek penelitian

terdahulu dengan penelitian ini.

Melihat data kesiapan pensiun di Indonesia yang telah dipaparkan di

awal menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan tidak siap menghadapi

masa pensiun padahal pemerintah dan perusahaan sudah berusaha dengan

memberikan program persiapan pensiun maka diperkirakan self-efficacy yang

dimiliki oleh karyawan Indonesia rendah. Hal ini didukung oleh penelitian

pada disertasi yang dilakukan oleh Peila-Shuster (2011) bahwa program

persiapan pensiun dapat meningkatkan self-efficacy. Pada program persiapan

pensiun karyawan diberikan pengalaman melalui Masa Persiapan Pensiun

serta informasi melalui pelatihan sehingga seharusnya karyawan Indonesia

sudah siap menghadapi masa pensiun namun yang terjadi sebaliknya. Oleh

karena itu penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara self-

efficacy dengan kesiapan pensiun seorang karyawan terutama PNS dan

karyawan BUMN.

B. Rumusan Masalah

Apakah self-efficacy berhubungan dengan kesiapan seseorang untuk

memasuki masa pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy

dengan kesiapan seseorang untuk memasuki masa pensiun terutama pada

PNS dan karyawan BUMN.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

yang bermanfaat bagi ilmu psikologi di bidang Psikologi Industri dan

Organisasi serta Gerontologi dalam memahami keadaan psikologis

seseorang yang akan memasuki masa pensiun.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Karyawan

Melalui penelitian ini, diharapkan karyawan mendapat

gambaran mengenai kondisi kesiapan pensiun pada dirinya sehingga

ke depannya karyawan dapat mempersiapkan masa pensiunnya

dengan lebih maksimal. Selain itu, diharapkan karyawan juga dapat

melakukan persiapan pensiun sedini mungkin sehingga dapat lebih

siap menghadapi pensiun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

b. Bagi Instansi dan Perusahaan

1) Memberikan gambaran bagi instansi pemerintahan maupun

BUMN PT Pos Indonesia (Persero) mengenai tingkat kesiapan

pensiun yang dimiliki oleh karyawannya sehingga dapat

membantu karyawan untuk mempersiapkan masa pensiun.

2) Memberikan pendampingan khusus kepada karyawan yang

memiliki kesiapan pensiun rendah sehingga diharapkan kelak

karyawan pada perusahaan tersebut memiliki kesiapan pensiun

yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kesiapan Pensiun

1. Pengertian Kesiapan Pensiun

Setiap orang yang bekerja tentu memiliki tujuan untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut hirarki kebutuhan milik

Abraham Maslow, kebutuhan yang harus dipenuhi manusia secara

bertahap adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki,

penghargaan diri, dan aktualisasi diri (King, 2017). Melalui bekerja

seseorang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bekerja membuat

seseorang dapat memenuhi kebutuhan akan ekonomi, status sosial dan

identitas personal (Ogunbameru & Asa, 2008). Akan tetapi, seiring

berjalannya waktu setiap orang yang bekerja kelak akan mengalami

pensiun. Ketika seseorang memasuki masa pensiun secara otomatis dapat

berdampak pada kehidupannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa

pensiun memiliki dampak pada keadaan ekonomi, sosial, aktivitas

harian, kesehatan fisik dan psikologis (Mein, 2003; Ogunbameru & Asa,

2008; Sprod, et al., 2017) baik itu secara positif maupun negatif.

Banyak alasan yang menyebabkan seseorang mengalami pensiun.

Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 1992 mengenai Dana Pensiun,

penyebab pensiun dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu pensiun

normal, pensiun dipercepat, pensiun ditunda, dan pensiun cacat. Pensiun

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

normal merupakan pensiun yang umumnya terjadi sesuai dengan usia

pensiun. Selanjutnya ada pensiun dipercepat yaitu pensiun yang

diberikan kepada karyawan karena perusahaan ingin mengurangi jumlah

karyawan. Kemudian, pensiun ditunda adalah pensiun yang memang

diambil karena karyawan memang ingin pensiun padahal belum

memasuki usianya. Jenis pensiun yang terakhir adalah pensiun cacat,

yang diberikan karena karyawan mengalami kecelakaan dan tidak dapat

bekerja seperti semula. Lalu Tarigan (2009) menambahkan di dalam

bukunya bahwa ada penyebab lain seseorang pensiun. Penyebab pertama

adalah karyawan yang pensiun karena diberhentikan secara tidak

terhormat. Pada umumnya karena korupsi dan tindakan kriminal lainnya.

Selanjutnya ada pula pensiun karena penyederhanaan di dalam

organisasi. Kemudian penyebab terakhir karena memang masa

jabatannya sudah habis. Biasanya terjadi pada pejabat negara, seperti

presiden, wakil presiden, MPR, DPR menteri dan sebagainya. Umumnya

pejabat negara memiliki masa jabatan 5 tahun.

Usia pensiun yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap PNS diatur

di dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apratur

Sipil Negara. Dalam UU tersebut ditentukan bahwa PNS diberhentikan

dengan hormat karena sudah memasuki batas usia pensiun, yaitu:

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Admnistrasi;

b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pemimpin Tinggi;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi

Pejabat Fungsional.

Selain itu, tertulis juga di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun bahwa usia

pensiun adalah 56 tahun. Pada PT Pos Indonesia tertulis di peraturan

direksi bahwa usia pensiun normal bagi karyawan adalah 56 tahun.

Sedangkan di perusahaan swasta usia pensiun pada umumnya berkisar

antara 55 tahun sampai 60 tahun tergantung kebutuhan perusahaan

(Tarigan, 2009).

Teori mengenai pensiun kebanyakan muncul dari bidang ilmu

gerontologi, psikologi, dan sosiologi. Teori ini berfokus pada aspek

kehidupan pensiunan seperti kualitas hidup, kepuasan hidup, kesehatan

fisik dan mental (Paul & Townsend, 1992). Seiring berjalannya waktu

teori-teori mengenai pensiun mencoba untuk melihat aspek individual

sehingga mulai bermunculan teori yang berpusat pada variabel

kepribadian (Paul & Townsend, 1992).

Secara umum pensiun jika dimaknai secara negatif dapat

diasumsikan sebagai sebuah proses penuh tekanan yang berperan

terhadap kesehatan fisik dan mental serta menimbulkan emosi negatif

(Berk, 2012; Inaja & Rose, 2013). Setiap proses transisi yang terjadi

dalam hidup manusia tidak terkecuali pensiun dapat menimbulkan stres

(Berk, 2012). Sedangkan jika dimaknai secara positif pensiun merupakan

masa bebas dari pekerjaan, masa eksplorasi terhadap potensi yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

dimiliki dan masa seseorang untuk menikmati kehidupan (Garcia, 2013).

Menurut Floyd, Hayness, Doll, Winemiller, Lemsky, Burgy, Werle, dan

Heilma (1992) pensiun merupakan pengalaman signifikan dalam hidup

seseorang yang membawanya pada proses transisi secara psikologis

dengan melibatkan persiapan, pemaknaan ulang terhadap peran, serta

penyesuaian psikologis dalam memasuki babak baru kehidupan. Proses

transisi yang dialami di masa pensiun membuat seseorang mengalami

pelemahan (pekerja) dan penguatan (istri atau suami) peran (Wang,

Henkens & Solinge, 2011 dalam Barbosa, Monteiro, & Murta, 2016). Hal

ini tentu disebabkan karena terjadi banyak perubahan baik di dalam

maupun di luar diri individu.

Pada saat menghadapi masa transisi, hal pokok yang menjadi kunci

sukses adalah persiapan dan kemantapan diri agar dapat memperoleh apa

yang diinginkan di masa pensiun (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Reitzes

& Murtan (2004) menyatakan bahwa pensiun merupakan sebuah proses

yang ditandai dengan adanya persiapan.

Pada instansi pemerintah dan BUMN (PT Pos Indonesia) karyawan

tidak dibiarkan begitu saja untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi

pensiun. Instansi dan perusahan berusaha untuk memberikan bantuan

melalui program persiapan pensiun dan Masa Persiapan Pensiun (MPP)

agar karyawan lebih siap untuk menghadapi pensiun.

Selain persiapan pensiun juga ditandai dengan pembuatan

keputusan sebelum akhirnya benar-benar berhenti dari pekerjaannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(Behr, 1986 dalam Muratore & Earl, 2010). Persiapan yang dilakukan

karyawan dalam menghadapi pensiun dapat dimaknai sebagai usaha

yang dilakukan oleh individu selagi bekerja untuk mempersiapkan diri

pada saat pensiun (Muratore & Earl, 2010). Persiapan pensiun atau

retirement preparation dapat menolongnya untuk dapat lebih percaya

diri dalam menghadapi masa pensiun (Kim, Kwon, & Anderson, 2005).

Pensiun perlu dipersiapkan agar dapat memiliki sikap positif dan

kehidupan yang lebih baik (Reitzer & Mutran, 2004; Muratore & Earl,

2010). Selain itu, persiapan pensiun juga penting untuk dilakukan agar

dapat memiliki keamanan finansial, pikiran yang damai, ketenangan, dan

meningkatkan kendali terhadap masa depan (Kapoor, Dlabay, & Hughes,

1994 dalam Aloudi & Njuguna, 2017). Persiapan pensiun seperti fisik,

kognitif, motivasi, emosi, finansial, dan sosial juga membuat seseorang

mampu beradaptasi di masa pensiun (Barbosa, Monteiro, & Murta 2016).

Persiapan pensiun perlu direncanakan secara matang dari jauh hari

sebelum pensiun oleh karyawan. Selama ini perencanaan keuangan

dianggap sebagai persiapan paling penting. Akan tetapi, dibandingkan

dengan perencanaan keuangan, perencanaan tentang kehidupan yang

berisi kegiatan aktif setelah pensiun jauh lebih penting untuk menentukan

kebahagiaan setelah pensiun (Berk, 2012). Persiapan yang tidak

dilakukan secara matang akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan

menimbulkan ketidaksiapan untuk memasuki masa pensiun. Kecemasan

menghadapi pensiun didefinisikan sebagai perasaan takut dan khawatir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

untuk menghadapi keadaan tidak pasti dan tidak terprediksi (Kembu,

Amuhaya, dan Guyo, 2017). Padahal, mau tidak mau, siap tidak siap

seseorang pasti akan mengalami masa pensiun. Oleh karena itu,

perencanan dan persiapan harus dilakukan agar karyawan dapat memiliki

kesiapan untuk menghadapi pensiun.

Kesiapan pensiun apabila dilihat secara terminologi terdiri dari

kesiapan dan pensiun. Konsep kesiapan (readiness) biasa digunakan

dalam berbagai macam literatur dengan berbagai jalan. Pada awalnya

konsep kesiapan digunakan dalam literatur physical conditioning seperti

olahraga atau kemiliter. Istilah kesiapan juga banyak digunakan pada

literatur pendidikan seperti pada saat akan menghadapi ujian. Kesiapan

menurut kamus Webster’s adalah suatu tahap menjadi siap untuk

melakukan suatu tindakan. Selanjutnya kesiapan menurut kamus

psikologi memiliki makna sebagai suatu titik kematangan untuk

menerima atau mempraktekkan suatu perilaku tertentu. Berdasarkan

kamus Cambridge, readiness adalah willingness or a state of being

prepared or ready to something, jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia readiness adalah keinginan atau sebuah tingkat untuk menjadi

siap terhadap sesuatu. Sedangkan pensiun adalah suatu keadaan ketika

seseorang tidak bekerja dan mulai mempersiapkan untuk kehilangan

sumber ekonomi dan peran sosial (Ogunbameru & Asa, 2008; Muratore

& Earl, 2010; Leandro-França, Solinge, Henkens & Murta, 2016). Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

karena itu, secara terminologi kesiapan pensiun adalah keadaan ketika

seseorang siap memasuki masa kehilangan pekerjaan.

Aloudi dan Njuguna (2017) menganggap kesiapan pensiun sebagai

proses sedang berlangsung untuk menyisihkan sumber daya dan waktu

sehingga pada saat pensiun tidak hanya mampu bertahan hidup tapi juga

dapat melestarikan martabat manusia. Aloudi dan Njuguna

menambahkan bahwa individu perlu untuk melakukan analisis terhadap

situasi keuangannya. Hal yang perlu dianalisis adalah kebutuhan

keuangan di masa depan, menghitung kesenjangan antara pendapatan

dan pengeluaran serta menciptakan rencana kegiatan yang dapat

mendatangkan pendapatan tetap di masa pensiun. Sedangkan menurut

Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun sebagai keadaan bahwa

seseorang siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya

terutama dalam memasuki masa pensiun. Kesiapan pensiun adalah ketika

seseorang merasa yakin karena memiliki pengetahuan dan kemampuan

untuk menghadapi setiap perubahan di masa pensiun (Harper, 2005).

Dalam penelitian ini definisi kesiapan pensiun yang menjadi dasar

penelitian adalah suatu kondisi bahwa seseorang siap untuk menghadapi

segala perubahan yang akan terjadi dan menjadi lebih matang karena

sudah melakukan persiapan tidak hanya finansial namun juga mental,

emosi, dan fisik sebelum memasuki masa pensiun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

2. Aspek Kesiapan Pensiun

Dalam menentukan kesiapan pensiun yang dimiliki oleh seseorang

dapat dilihat melalui beberapa aspek yang menyusun. Berikut ini adalah

aspek kesiapan pensiun:

a. Aspek Finansial

Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) pada aspek kesiapan

materi finansial ketersediaan bekal pendukung seperti tabungan,

asuransi, simpanan aset, dan kegiatan usaha (selain penghasilan

bulanan pensiun) jika telah dikumpulkan sejak awal bekerja dapat

membantu untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup. Pada inventori

yang dibuat oleh Richards (2010), ia menambahkan bahwa sebelum

pensiun karyawan sebaiknya memiliki kemampuan untuk menilai

dan mengevaluasi diri apakah kelak mampu hidup layak dan

beradaptasi menghadapi perubahan ekonomi.

b. Kesiapan Fisik

Pada aspek kesiapan fisik menurut Sutarto dan Ismulcokro

(2008) diperoleh dari kondisi fisik yang senantiasa terpelihara

dengan menjalankan pola hidup yang sehat. Kesehatan perlu untuk

terus dijaga semenjak masa muda agar pada saat pensiun tidak

dirundung penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

c. Kesiapan Mental dan Emosi

Perubahan yang terjadi pada masa pensiun memiliki dampak

yang signifikan pada pekerjaan (aktivitas), status, dan kehilangan

kemampuan. Perubahan tersebut dapat berdampak pada kondisi

mental dan emosi (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Materi yang

dimiliki tidak akan berpengaruh apa pun jika kondisi mental dan

emosi tidak baik. Beradaptasi pada perubahan yang terjadi di masa

pensiun tidak mudah dan membutuhkan waktu beberapa bulan

setelah pensiun.

d. Kesiapan Seluruh Keluarga

Pada aspek ini kesiapan tidak hanya dimiliki oleh individu

yang bersangkutan, namun juga keluarga (Sutarto & Ismulcokro,

2008). Ketika pensiun pendapatan berkurang maka, perlu seluruh

anggota keluarga harus menyesuaikan gaya hidup yang akan jauh

berbeda.

e. Relasi dengan Orang Lain

Selain dengan keluarga, menjalin relasi dengan orang lain

seperti teman dan rekan kerja juga merupakan hal penting dan dapat

memberikan dukungan pada hidup seseorang (Richards, 2010). Oleh

karena itu karyawan mampu menentukan kegiatan apa yang dapat

menghubungkannya dengan orang lain dari dunia luar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

f. Aktivitas untuk Mengisi Waktu Luang

Pada aspek ini termasuk di dalamnya menentukan

keseimbangan antara bekerja dan menghabiskan waktu luang selama

pensiun (Richards, 2010). Selain itu, karyawan dapat menentukan

tujuan personal di dalam hidup yang ingin dicapai di masa

pensiunnya contohnya melakukan hobi di waktu senggang.

g. Perencanaan Pensiun

Pada aspek ini karyawan menentukan rencana apa saja yang

diperlukan untuk dapat menjalani kehidupan pensiun dengan

menyenangkan dan memuaskan (Richards, 2010). Hal ini dilakukan

dengan mengidentifikasi alternatif rencana yang harus dimiliki

untuk menghadapi kejadian tidak terduga yang berkaitan dengan

masalah kesehatan dan finansial. Diperlukan evaluasi yang berkaitan

dengan rencana pensiun yang berkaitan dengan tuntan dari potensi

perubahan yang terjadi.

Pada penelitian ini, aspek yang digunakan sebagai alat ukur adalah

aspek kesiapan pensiun milik Neuhs yang diadaptasi oleh Harper.

Menurut Neuhs (1991) kesiapan pensiun terbentuk oleh aspek-aspek

yang dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu kesehatan, keuangan,

aktivitas, peraturan pemerintah dan peraturan pensiun, dan pensiun itu

sendiri. Sedangkan Harper (2005) dalam disertasinya dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

mengadaptasi skala milik Neuhs, ia memberikan tambahan sehingga

dikelompokkan ke dalam enam kategori sebagai berikut:

a. Kesehatan Fisik

Aspek kesehatan fisik dapat ditunjukkan melalui kesadaran

akan pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan fisik diperoleh

melalui perilaku makan, tidur, dan berolahraga. Selain itu, kesadaran

pada kesehatan dapat dilihat jika seorang pensiunan memiliki

pelayanan kesehatan dan asuransi yang sudah terjamin. Hal tersebut

sebagai upaya berjaga-jaga jika sewaktu-waktu kondisi fisik

semakin memburuk atau bahkan terkena suatu penyakit kronis.

b. Kesehatan Mental

Kondisi mental tentu akan berubah seiring dengan proses

transisi menuju masa pensiun. Seseorang yang akan memasuki masa

pensiun perlu mempersiapkan mental dengan menghindari perasaan

cemas dan khawatir serta stres yang berlebihan. Oleh karena itu,

untuk mempertahankan kondisi mental agar tetap stabil seseorang

perlu memiliki pandangan hidup positif dan memiliki tujuan hidup.

c. Keuangan

Pada aspek keuangan mencakup kesediaan uang untuk

mencukupi kebutuhan hidup seperti tempat tinggal, nutrisi,

kesehatan, bersantai, dan berlibur. Pendapatan yang diperoleh sejak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

bekerja sebaiknya disisihkan sebagai persiapan untuk menyambut

masa tua.

d. Aktivitas

Pada saat memasuki masa pensiun, tentunya waktu senggang

lebih banyak. Memiliki perencanaan aktivitas di masa pensiun akan

memberikan dampak pada kesehatan psikologis. Pada saat

memasuki masa pensiun seseorang dapat mengembangkan relasi

sosial, keterampilan, dan pengetahuan sehingga dapat tetap aktif

baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

e. Pemerintah, Pensiun dan Asuransi

Pada saat memasuki masa pensiun banyak hal tidak terduga

yang mungkin dapat terjadi. Seperti masalah kesehatan, pendidikan,

dan kebutuhan hidup lainya. Oleh karena itu, memiliki jaminan,

tunjangan, serta asuransi merupakan aspek penting yang perlu

dipersiapkan sebelum memasuki masa pensiun.

f. Evaluasi terhadap Pensiun itu Sendiri

Pada aspek ini karyawan yang akan memasuki masa pensiun

perlu menilik kembali perencanaan yang sudah dikerjakan selama

ini. Sebelum memasuki masa pensiun, karyawan perlu membuat

perencanaan pensiun terlebih dahulu. Melalui perencanaan tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

karyawan juga bisa mengevaluasi sejauh mana mereka siap

memasuki masa pensiun.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Pensiun

Kesiapan pensiun penting untuk dimiliki oleh setiap karyawan

yang akan memasuki masa pensiun. Hal ini bertujuan agar karyawan

kelak mampu menyesuaikan diri dan memiliki kualitas hidup yang baik

di masa pensiun. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi

kesiapan pensiun:

a. Keuangan

Perencanaan keuangan yang matang membuat seseorang

memiliki jaminan untuk mendanai hidup yang layak di masa pensiun

(Berk, 2012 & Aegon, 2017). Perencaan keuangan idealnya sudah

dipersiapkan sejak karyawan mendapatkan gaji pertama. Setidaknya

karyawan sudah mempersiapkan rencana keuangan dimulai dari 10

sampai 15 tahun sebelum pensiun. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Ju, Kim, Lee, Lee, Yoon, dan Park (2017) menunjukkan hasil

bahwa karyawan yang kurang melakukan persiapan pensiun

cenderung mengalami peningkatan simptom depresi.

Menurut Aegon (2017) sebelum membuat perencanaan

seseorang harus memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai

kondisi finansial yang dimilikinya. Selain memiliki pemahaman dan

persiapan, sebelum memasuki masa pensiun seseorang perlu memiliki


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

pendapatan pengganti untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup

(Aegon, 2017).

b. Kebugaran

Kebugaran tubuh penting untuk dijaga sehingga pengeluaran

keuangan untuk permasalahan kesehatan dapat diminimalisir (Berk,

2012). Memiliki program kebugaran yang rutin dilakukan merupakan

kunci penting agar kesehatan di masa pensiun tetap terjaga.

c. Penyesuaian Peran

Pekerjaan yang dimiliki membuat seseorang memiliki peran dan

tanggung jawab terhadap perusahaan maupun orang-orang di sekitar

(Asa, 2008; Berk, 2012). Ketika pensiun, peran tersebut tidak lagi

dimiliki. Bagi pensiunan yang memiliki kelekatan emosi yang tinggi

terhadap perusahaan dan rekan kerja, kehilangan peran terasa semakin

sulit (Berk, 2012). Ketidaksiapan untuk melepas peran tersebut dapat

membuat seseorang merasa tertekan dan pada beberapa kasus disebut

dengan Post Power Syndrome.

d. Tempat Tinggal

Tempat tinggal berhubungan dengan konflik apakah pada saat

pensiun harus pindah atau tidak. Keputusan untuk pindah atau tidak

harus dipertimbangkan secara matang. Tempat tinggal dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

berpengaruh terhadap akses kesehatan, teman, keluarga, rekreasi,

hiburan, dan pekerjaan paruh waktu (Berk, 2012).

e. Aktivitas Senggang

Ketika seseorang memasuki masa pensiun, waktu yang dimiliki

untuk melakukan aktivitas senggang lebih banyak. Rata-rata

pensiunan memiliki tambahan waktu senggang sebanyak 50 jam per

minggu. Memiliki perencanaan kehidupan aktif di masa pensiun

memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan psikologis. Pada

masa pensiun seseorang dapat mencoba aktivitas-aktivitas baru atau

pun hobi yang selama ini tidak pernah dilakukan karena keterbatasan

waktu. Aktivitas senggang dan kegiatan sosial dapat menjadi sarana

untuk ekspresi diri, pencapaian baru, membantu orang orang lain,

interaksi sosial, dan kehidupan yang terstruktur (Berk, 2012).

f. Asuransi Kesehatan

Kondisi kesehatan pada saat memasuki usia paruh baya semakin

hari akan semakin menurun. Resiko terjangkit penyakit kronis akan

semakin meningkat. Oleh karena itu, menjaga pola hidup sehat sejak

muda sangat penting. Selain itu, memiliki asuransi kesehatan juga

diperlukan untuk membantu melindungi kualitas hidup setelah

pensiun karena kesehatan tidak dapat terprediksi (Berk, 2012).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

g. Hukum

Pada saat pensiun urusan hukum seperti surat wasiat dan surat

hak milik sudah harus diselesaikan. Hal ini dimaksudkan agar ketika

usia semakin tua dan kondisi kesehatan memburuk urusan hukum

sudah bukan menjadi masalah yang perlu dipusingkan (Berk, 2012).

h. Personal Responsibillity

Tanggungjawab personal dirasakan dan dimiliki secara pribadi

oleh masing-masing individu. Tanggungjawab tersebut membuat

individu berusaha untuk memastikan dirinya agar memiliki

penghasilan yang cukup dan kehidupan yang baik di masa pensiun

(Aegon, 2017).

i. Pekerjaan

Setiap orang memiliki kondisi dan situasi pekerjaan yang

berbeda. Hal ini membawa kepada sikap dan pandangan yang

berbeda-beda pula terhadap pekerjaannya. Beberapa kondisi atau

situasi pekerjaan dapat membuat seseorang menjadi lelah bekerja

(Beehr, Glazer, Nielson, & Farmer, 2000 dalam Hoyer & Roodin,

2003). Penyebab kebanyakan orang memutuskan untuk pensiun

adalah karena mendapatkan tekanan dari pekerjaan untuk pensiun atau

memang sudah siap untuk melakukan pensiun (Hoyer & Roodin,

2003). Seseorang yang memiliki kegiatan atau pekerjaan lain setelah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

pensiun cenderung lebih siap menghadapi pensiun daripada yang

tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan (Garcia, 2013).

j. Demografi

Faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, jabatan,

tingkat pendidikan, status pernikahan, etnik dan ras pun turut

memberikan pengaruh kepada kesiapan pensiun (Harper, 2005). Pada

tahun 2015 asosiasi akturia dari tiga negara yaitu Amerika, Australia,

dan Inggris mulai melakukan survei mengenai Retirement Readiness

dengan membandingkan data dari tiga negara yaitu Amerika Serikat,

Inggris, dan Australia. Berdasarkan hasil survei tersebut diketahui

bahwa semakin tua usia seseorang maka kesiapan pensiun semakin

tinggi. Selain itu, diketahui pula bahwa antara laki-laki dan

perempuan terdapat perbedaan dalam menghadapi pensiun. Laki-laki

cenderung lebih mempersiapkan diri untuk pensiun dibandingkan

dengan perempuan (Harper, 2005).

Selanjutnya melalui jabatan yang diduduki oleh seseorang

membuatnya memiliki kekuatan sehingga dapat memenuhi need of

power di dalam dirinya. Seseorang dengan jabatan mapan cenderung

ingin pensiun lebih lama atau tidak siap pensiun (Harper, 2005).

Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir seseorang dan

membentuk sudut pandang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

mempengaruhi perencanaan pensiun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Faktor demografi berupa status pernikahan menentukan

dukungan sosial berupa intimasi yang diterima oleh seseorang

(Papalia, Feldman, & Martorell, 2014). Selain itu pernikahan juga

membuat seseorang memiliki perasaan saling memiliki dan saling

berbagi satu sama lain (Papalia, Feldman, & Martorell, 2014).

Semakin kuat dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi

kesiapan seseorang menghadapi pensiun (Harper, 2005). Etnik dan ras

yang berbeda pun juga memberikan pengaruh terhadap bagaimana

seseorang merencanakan pensiun dan memutuskan untuk pensiun

(Harper, 2005).

k. Psikologis

Faktor psikologis memegang peranan penting dalam

mendukung kesiapan seseorang untuk memasuki masa pensiun.

Berdasarkan penelitian dari Aloudi dan Njuguna (2017) faktor-faktor

psikologis tersebut adalah persepsi, sikap, kestabilan emosi, dan self-

efficacy. Sedangkan berdasarkan literature review dari Barbosa,

Monteiro, dan Murta (2016) terdapat beberapa faktor psikologis lain

yang juga dapat berpengaruh pada kesiapan pensun yaitu manajemen

stres, optimisme, motivasi, locus of control internal, self-esteem,

selera humor, ekstraversi, dan self-efficacy. Setiap aspek psikologis

tersebut memberikan pengaruh terhadap kesiapan pensiun dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

mendorong seseorang untuk dapat berusaha mencapai masa pensiun

yang memuaskan.

Self-efficacy memberikan dampak yang cukup besar bagi

kesiapan pensiun. Berdasarkan teori Bandura (1997), self-efficacy

memiliki hubungan dengan masa transisi menuju pensiun. Hal ini

disebabkan karena self-efficacy mempengaruhi usaha seseorang untuk

mencapai masa pensiun yang berhasil, mempengaruhi ketekunan

seseorang untuk menghadapi kesulitan yang muncul dan

mempengaruhi kesuksesan di masa depan (Harper, 2005). Self-

efficacy mengarahkan seseorang untuk merencakan masa pensiun

dengan penuh percaya diri serta melaksanakan rencana tersebut

hingga sukses (Harper, 2005). Oleh karena itu, self-efficacy perlu

dimiliki dan dikembangkan oleh setiap individu sehingga dapat

memiliki kesuksesan di masa pensiun.

B. Self-Efficacy

1. Pengertian Self-Efficacy

Self-efficacy merupakan sebuah konsep dalam teori kognitif sosial

yang dipelopori oleh Albert Bandura. Konsep self-efficacy sendiri pada

mulanya ditemukan oleh Bandura pada tahun 1977 ketika menghadapi

kasus phobia. Menurut Bandura (dalam Vancouver, et al., 2002) orang

dengan perasaan yakin pada kapasitas yang tinggi lebih mampu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

mengatasi ketakutan daripada orang dengan perasaan yakin pada

kapasitas yang rendah.

Setiap orang harus berjuang untuk dapat mengendalikan keadaan

yang berpengaruh pada hidupnya (Bandura, 1997). Manusia

mengarahkan hidupnya dengan keyakinan personal yang ada dalam

dirinya (Bandura, 1997). Keyakinan tersebut disebut dengan self-

efficacy. Self-efficacy refers to beliefs in one’s capabilities to organize

and execute the courses of action required to produce given attainments

(Bandura, 1997). Apabila diterjemahkan self-efficacy adalah keyakinan

manusia terhadap kapabilitas yang dimilikinya untuk mengatur dan

menjalankan tindakan yang dikehendakinya untuk menghasilkan suatu

pencapaian tertentu. Self-efficacy menentukan bagaimana seseorang

merasa, berpikir, memotivasi dirinya dan perilakunya (Bandura, 1994).

Self-efficacy yang berakar dari teori kognitif Bandura berpandangan

bahwa manusia sebagai agen yang secara proaktif terlibat dalam

pengembangan diri sendiri dan mampu membuat suatu hal terjadi (Niu,

2010). Self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan sehingga membentuk tujuan, perilaku, dan tindakan

seseorang (Aldridge & Fraser, 2015). Manusia yang memiliki keyakinan

bahwa mereka dapat melakukan sesuatu mempunyai potensi untuk dapat

mengubah kejadian di lingkungannya bahkan dapat menjadi sukses

dibandingkan manusia yang memiliki keyakinan rendah (Feist, Feist &

Roberts, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Oleh karena itu, berdasarkan beberapa definisi di atas maka dalam

penelitian ini self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki

oleh seseorang untuk dapat menentukan tindakan dan mengendalikan

lingkungan agar dapat mencapai keinginan dan keberhasilan dalam

melaksanakan suatu tugas tertentu.

Self-efficacy memiliki kemiripan dengan konsep dari self-esteem

dan self-confidence. Bandura (1997) mendifinisikan self-esteem sebagai

penilaian harga diri. Lebih lanjut self-esteem adalah perasaan pribadi

bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat (Feist, et al., 2017). Self-esteem

berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri

(Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Sedangkan self-

confidence adalah sejauh mana seseorang memiliki keyakinan terhadap

dirinya sendiri bahwa ia pantas untuk berhasil (Locander & Hemann,

1979; Benabou & Tirole, 2002). Self-confidence membuat seseorang

tidak merasa inferior bila berada di hadapan orang lain. Self-confidence

merupakan kombinasi dari self-esteem dan self-efficacy (Neill, 2005).

Self-efficacy memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam

menentukan tindakan dan perilaku seseorang sehingga disebut sebagai

motivator utama (Bandura, 1982 dalam Friedman & Schustack, 2006).

Akan tetapi, self-efficacy bukan merupakan satu-satunya penentu dalam

penggerak hidup manusia melainkan terdapat faktor lain seperti

lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel pribadi lain terutama

ekspektasi akan hasil (Feist, et al., 2017). Self-efficacy yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

seseorang dapat berbeda dan bervariasi pada setiap situasi dan bidang

pekerjaan. Hal tersebut disebabkan karena self-efficacy bersifat domain-

spesific (Friedman & Schustack, 2006). Dalam suatu situasi orang dapat

memiliki self-efficacy yang tinggi, namun pada situasi lain self-efficacy

yang dimilikinya menjadi rendah (Feist, et al., 2017). Contohnya

mungkin seseorang memiliki dapat self-efficacy yang tinggi dalam

bidang matematika sedangkan dalam bidang bahasa seperti berbicara di

depan umum self-efficacy yang dimilikinya rendah.

Self-efficacy yang dimiliki oleh setiap orang tidak akan sama.

Terdapat individu dengan self-efficacy tinggi dan rendah. Hal tersebut

dapat dilihat dari karakteristik yang ditunjukkan. Individu dengan self-

efficacy tinggi cenderung menunjukkan karakteristik yang penuh dengan

keyakinan (Bandura, 1997). Selain itu, menurut Lunenberg (2011) self-

efficacy tinggi juga ditunjukkan dengan mampu membuat terget tujuan

yang tinggi dan memiliki keinginan belajar yang tinggi. Tidak hanya itu

orang dengan self-efficacy tinggi juga mampu menyikapi keadaan sulit

seperti masa transisi menjadi sebuah tantangan yang harus diselesaikan

(Bandura, 1997). Seseorang dengan self-efficacy tinggi mampu membuat

persiapan untuk keadaan tidak terduga di masa depan seperti masa

pensiun (Valero & Topa, 2014). Self-efficacy yang tinggi juga membuat

seseorang memiliki tingkat kecemasan yang rendah (Valero & Topa,

2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Individu dengan self-efficacy rendah memiliki karakteristik yang

berlawanan dengan individu yang memiliki self-efficacy tinggi.

Karakteristik yang paling menonjol adalah keyakinan yang rendah

(Bandura, 1997). Self-efficacy yang rendah juga ditunjukkan dengan

karakteristik individu yang kurang memiliki motivasi dan menunjukkan

performansi yang rendah (Bandura & Locke, 2003). Self-efficacy yang

rendah membuat seseorang merasa dirinya tidak mampu mencapai suatu

keberhasilan (Bandura, 1997). Self-efficacy rendah membuat seseorang

cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997).

Karakteristik tersebut dapat disimpulkan di dalam tabel di bawah ini :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Tabel 2.1

Karakteristik Self-Efficacy Tinggi dan Rendah

Self-efficacy Tinggi Self-efficacy Rendah

 Memiliki keyakinan bahwa  Merasa tidak yakin dapat

dirinya bisa mengatasi tugas mengatasi tugas

sekalipun sulit

 Memandang tugas sebagai  Memilih untuk menghindar

tantangan ketika menemui ancaman

 Memiliki target tujuan yang  Memiliki motivasi dan

tinggi performansi yang rendah

 Memiliki keinginan belajar  Merasa dirinya tidak mampu

yang tinggi untuk terus mencapai keberhasilan

berusaha mencapai tujuan

 Resilien dan pantang  Mudah menyerah

menyerah ketika menghadapi

situasi yang tidak mendukung

 Tingkat kecemasan rendah  Tingkat kecemasan tinggi

 Mampu mempersiapkan masa  Tidak siap menghadapi

pensiun dengan baik masa pensiun

 Yakin dengan kemampuan  Ragu pada kemampuan diri

diri yang dimiliki


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

2. Dimensi Self-Efficacy

Self-efficacy di dalam diri setiap orang dapat berbeda-beda mulai

dari rendah hingga tinggi. Penentuan self-efficacy tersebut diperoleh

dengan pengukuran yang berdasarkan pada dimensi yang menyusunnya.

Berikut ini adalah dimensi self-efficacy menurut Bandura (1997):

a. Magnitude / Level

Dimensi magnitude mengacu pada level sejauh mana individu

merasa yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan suatu tugas pada

tingkat kesulitan tertentu. Tingkat self-efficacy setiap orang berbeda

satu sama lain. Ketika seseorang mendapatkan suatu tugas atau

melakukan suatu aktivitas dengan tanpa hambatan, maka bagi

individu tersebut tugas atau aktivitas tersebut mudah. Tugas atau

aktivitas yang dipersepsi mudah bagi seseorang membuatnya

memiliki self-efficacy yang tinggi. Apabila seseorang ingin

meningkatkan self-efficacy yang dimiliki maka ia harus mencari

tantangan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

b. Generality

Pada dimensi generality merujuk pada variasi sejauh mana self-

efficacy dapat diterapkan untuk mencapai keberhasilannya. Penilaian

individu tentang dirinya apakah ia memiliki self-effiacy terbatas hanya

pada aktivitas dan tugas tertentu saja atau bervariasi pada banyak

aktivitas dan tugas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Semakin luas dan banyak seseorang menerapkan self-efficacy

yang dimilikinya pada berbagai situasi maka self-efficacy yang

dimilikinya semakin tinggi. Hal yang mendorong self-efficacy dapat

diterapkan di situasi yang berbeda adalah kesamaan aktivitas,

perasaan yang ditunjukkan (tingkah laku, kognitif, afektif), ciri

situasi, dan karakteristik individu.

c. Strength

Dimensi strength berhubungan dengan level kekuatan atau

kemantapan seseorang terhadap keyakinan yang dimilikinya ketika

berhadapan dengan suatu tugas atau permasalahan. Individu dengan

self-efficacy rendah akan cenderung mudah goyah saat bertemu

dengan pengalaman-pengalam yang tidak menyenangkan. Sedangkan

individu dengan self-efficacy kuat akan tetap mantap pada

pendiriannya meskipun banyak menjumpai pengalaman yang tidak

menyenangkan. Self-efficacy yang kuat juga membuat seseorang tetap

tekun pada usahanya walaupun banyak tantangan dan rintangan yang

dihadapi.

Selain, tiga dimensi self-efficacy dari Bandura tersebut, Sherer,

Maddux, Mercandante, Prentice-Dunn, Jacobs, dan Rogers (1982)

mengemukan bahwa untuk mengukur self-efficacy di bidang tertentu,

item harus berfokus pada tiga bidang yaitu: (a) kesediaan untuk memulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

perilaku, (b) kesediaan untuk mengeluarkan usaha lebih dalam

menyelesaikan perilaku, (c) ketekunan dalam menghadapi kesulitan.

Pokok dari tiga aspek tersebut adalah adanya inisiasi (permulaan),

pengeluaran usaha, dan ketekunan walaupun menemukan kesulitan.

3. Sumber Self-Efficacy

Self-efficacy yang dimiliki oleh setiap manusia dapat berbeda

antara satu dengan lainnya. Self-efficacy dapat ditingkatkan atau

berkurang karena dipengaruhi oleh beberapa sumber. Bandura telah

mengelompokkannya menjadi empat sumber (1997) yaitu:

a. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Enactive Mastery Experience)

Berdasarkan teori Bandura, sumber paling penting dari self-

efficacy adalah pengalaman di masa lalu. Karyawan yang lebih sukses

dalam pekerjaannya lebih memiliki kepercayaan diri untuk

menyelesaikan tugas di masa depan (self-efficacy tinggi) daripada

karyawan yang berulang kali mengalami kegagalan (self-efficacy

rendah) (Lunenberg, 2011). Seseorang yang mengembangkan self-

efficacy tinggi pada suatu bidang, tidak terlalu memikirkan halangan

sebagai suatu hal yang mengganggu, namun sebagai pemacu motivasi

(Crain, 2007). Manajer dan supervisi dapat meningkatkan self-efficacy

dengan cara mendengarkan, menyediakan tugas yang menantang

kemampuan karyawan, pengembangan dan pelatihan secara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

profesional, penetapan tujuan, pemimpin yang mendukung, dan

penghargaan untuk perbaikan dan kemajuan (Lunenberg, 2011).

Pada instansi pemerintahan dan PT Pos Indonesia tugas yang

diberikan oleh pemimpin sesuai dengan kewajiban dan tanggung

jawab jabatan, semakin tinggi jabatan maka tugas yang diterima

karyawan semakin berat sehingga dapat menantang kemampuan

karyawan. Pengembangan dan pelatihan diberikan oleh instansi

pemerintahaan dan PT Pos Indonesia untuk meningkatkan kinerja dan

produktivitas. Penghargaan dapat diberikan oleh instansi, perusahaan

dan atasan ketika karyawan berhasil melaksanakan tugas yang

diberikan berupa apresiasi secara verbal seperti pujian dan ucapan

terima kasih, pemberian kepercayaan untuk menyelesaikan tugas

baru, promosi maupun insentif. Pada instansi pemerintahan ataupun

PT Pos Indonesia penghargaan berupa insentif diberikan apabila nilai

yang diperoleh karyawan memenuhi suatu kriteria pada sistem

penilaian kinerja. Insentif tersebut diberikan berbarengan dengan

pemberian gaji. Dukungan tersebut memberikan pengaruh sehingga

dapat membantu karyawan dalam proses pembentukan self-efficacy.

b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience)

Sumber kedua yang menjadi sumber self-efficacy melalui

pengamatan terhadap pengalaman orang lain yang seolah-olah dialami

oleh diri sendiri. Pengalaman keberhasilan orang lain dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

meningkatkan self-efficacy. Vicarious experience akan lebih efektif

apabila orang lain yang menjadi model adalah orang yang memiliki

kemiripan atau kesetaraan kemampuan dalam pengerjaan tugas

(Crain, 2007). Self-efficacy diperoleh dengan adanya melakukan

modelling. Contoh misalnya ada rekan kerja yang mampu

menyelesaikan laporan dalam waktu yang cepat hal ini dapat

meningkatkan kepercayaan dirinya bahwa ia juga mampu. Karyawan

yang akan pensiun sebaiknya melihat karyawan yang sudah pensiun

namun dapat memiliki kehidupan yang bahagia agar semakin

memiliki keyakinan bahwa kelak dirinya juga dapat mencapainya.

c. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion)

Sumber ketiga dari self-efficacy dengan melalui persuasi secara

verbal. Gambaran diri yang diinformasikan oleh orang lain secara

bersemangat mengenai kemampuan dirinya dapat mempengaruhi self-

efficacy. Informasi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan

seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan suatu

tugas. Seseorang menjadi yakin dengan kemampuan dirinya karena

mendapatkan dukungan dari orang lain.

Persuasi verbal berupa harapan yang diberikan secara langsung

dari atasan memberikan keyakinan di dalam diri bahwa dirinya

memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

(Lunenberg, 2011). Oleh karena itu hubungan atasan dengan bawahan

serta peran pemimpin menjadi sangat penting (Lunenberg, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara hubungan atasan dengan bawahan

baik di instansi pemerintahan maupun di PT Pos Indonesia atasan

sudah cukup memberikan persuasi verbal kepada bawahan sehingga

bawahan memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu

menyelesaikan tugas sesuai dengan target.

d. Kondisi Fisik dan Emosional (Physiological and Affective States)

Bandura mengindikasi bahwa self-efficacy berhubungan dengan

kondisi fisik dan emosi. Seseorang yang gagal dalam menjalankan

tugas atau menemukan keadaan yang terlalu menuntutnya cenderung

akan lebih mengalami simptom fisiologis seperti jantung berdebar,

wajah memerah, tangan berkeringat, pusing, dan lain-lain. Simptom

yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya sangat

bervariasi. Setiap orang dapat memiliki kondisi self-efficacy yang

berbeda sekali pun simptom tubuh yang ditunjukkan sama (Crain,

2007). Self-efficacy yang tinggi biasanya ditandai dengan tingkat stres

dan kecemasan yang rendah (Crain, 2007).

4. Dampak Self-Efficacy

Dampak dari self-efficacy menurut Schunk dan DiBenedetto

(2016) dalam Handbook of Motivation at School adalah sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

a. Motivation (Motivasi)

Self-efficacy dapat berdampak pada pilihan yang dibuat oleh

seseorang dan tindakan yang dilakukan untuk mengejar pilihannya.

Pilihan tugas atau aktivitas yang dibuat oleh seseorang cenderung

pada hal yang membuat mereka merasa berkompeten dan percaya diri.

Sedangkan tugas atau aktivitas yang membuat seseorang tidak

percaya diri cenderung akan dihindari. Self-efficacy juga membuat

seseorang menjadi gigih untuk tetap bertahan pada suatu situasi.

b. Learning (Belajar)

Self-efficacy mendorong seseorang untuk terus belajar dan

berusaha dalam menghadapi setiap situasi, baik itu situasi yang

mendukung maupun mengancamnya. Self-efficacy membantu

seseorang untuk bertahan menghadapi tantangan yang mengancam

diri mencapai tujuan. Seseorang dengan self-efficacy tinggi cenderung

lebih resilien menghadapi masalah, serta lebih giat dan tekun untuk

tetap melakukan usahanya. Sedangkan individu dengan self-efficacy

rendah cenderung menyerah ketika menghadapi hambatan.

c. Self-Regulation (Regulasi Diri)

Self-efficacy berdampak pada kemampuan seseorang untuk

meregulasi dirinya atau dengan kata lain mampu mengontrol

perilakunya sendiri. Seseorang dengan self-efficacy tinggi mampu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

meregulasi diri sehingga memiliki suasana hati yang baik dan

memiliki tingkat kecemasan atau depresi yang rendah. Selain itu,

Bouffard-Bouchard, Parent dan Larivee (1991) mendapatkan hasil

bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin baik dalam

pengaturan waktu bekerja dan gigih dalam mengerjakan tugas. Self-

regulation membuat seseorang mampu untuk mengaktivasi pikiran,

perilaku dan perasaan untuk terus berupaya mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

d. Achievement (Pencapaian)

Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung mampu

menentukan tujuan yang menantang dan berkomitmen untuk

mencapainya. Self-efficacy juga dapat membuat seseorang mampu

menambah dan menopang usaha mereka untuk menghadapi

kegagalan. Hal tersebut disebabkan karena seseorang dengan self-

efficacy tinggi mampu melakukan strategi coping problem yang lebih

baik dibandingkan dengan yang memiliki self-efficacy rendah.

Bandura (1997) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki self-

efficacy tinggi dapat melaksanakan setiap tugas dan lebih tekun. Oleh

karena itu, semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki seseorang maka

semakin tinggi tingkat prestasi atau pencapaian yang mampu

diraihnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Selain beberapa dampak di atas, peneliti juga menemukan

beberapa dampak lain yang dipengaruhi oleh self-efficacy :

a. Stres

Pada penelitian yang dilakukan oleh Skaalvik dan Skaalvik

(2017) pada guru menunjukkan hasil bahwa self-efficacy memiliki

hubungan negatif dengan tingkat stres. Artinya semakin tinggi tingkat

self-efficacy maka tingkat stres yang dimiliki semakin rendah. Selain

berdampak pada tingkat stres, self-efficacy juga berdampak pada

simptom depresi (Blackburn & Owens, 2015). Semakin tinggi tingkat

self-efficacy maka tingkat stres pasca kejadian traumatis dan simptom

depresi semakin rendah (Blackburn & Owens, 2015).

b. Pekerjaan

Self-efficacy memiliki hubungan yang positif dengan job

satisfaction dan work engagement (Aldridge & Fraser, 2015; Skaalvik

& Skaalvik, 2017). Di sisi lain, self-efficacy memiliki hubungan yang

negatif dengan burnout (Fida, Laschinger, & Leiter, 2016; Skaalvik &

Skaalvik, 2017). Selain itu, jika seseorang memiliki self-efficacy

rendah dan mengalami stres di tempat bekerja maka cenderung

memiliki keinginan untuk meninggalkan pekerjaan (Fida, Laschinger,

& Leiter, 2016; Park, Yoon, Moon, Lee & Park, 2017; Skaalvik &

Skaalvik, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

c. Kesiapan Pensiun

Kondisi psikologis terutama tingkat self-efficacy seseorang

mengambil peranan penting dalam kesiapan pensiun (Aloudi &

Njuguna, 2017). Kondisi psikologis menjadi daya dorong kepada

seseorang untuk bisa mendapatkan masa pensiun yang menyenangkan

dan nyaman. Self-efficacy membuat seseorang berusaha mengatasi

kesulitan dan mencapai keberhasilan di masa pensiun (Harper, 2005).

C. Karakteristik PNS dan BUMN dalam mempersiapkan Masa Pensiun

Karakteristik instansi atau perusahaan serta dinamika selama bekerja

tentunya memiliki pengaruh bagi karyawan dalam proses persiapan

menghadapi pensiun.

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apratur Sipil Negara,

PNS merupakan Warga Negara Indonesia yang diangkat untuk bekerja

menduduki suatu jabatan di instansi pemerintahan maupun instansi

daerah. PNS memiliki cara kerja yang cenderung santai dan jenjang kakir

yang jelas serta jarang terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara

sepihak (Mansur, 2018). Meskipun gaji yang diterima cenderung kecil,

namun PNS mendapatkan keuntungan yaitu menerima tunjangan

pensiun. Tunjangan pensiun tersebut diberikan oleh pemerintah untuk

memberikan kesejahteraan bagi pensiunan PNS. Selain itu, sebelum


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pensiun karyawan juga diberikan suatu program untuk mempersiapkan

pensiun.

Program persiapan pensiun yang diberikan oleh instansi

pemerintahan terhadap PNS berupa pelatihan dan pembekalan agar

karyawan dapat mempersiapkan diri secara mental dan keuangan. PNS

diberi pengetahuan mengenai bagaimana cara memulai suatu wirausaha.

Program persiapan pensiun tersebut biasanya dilaksanakan sekitar lima

tahun sebelum masa pensiun.

Selain itu, ada pula Masa Persiapan Pensiun (MPP). Peraturan

mengenai MPP diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil pasal 350 ayat (1) sampai dengan ayat

(3) bahwa MPP dapat diambil dengan jangka waktu paling lama 1 (satu)

tahun. PNS diberikan kebebasan untuk memilih mengambil MPP atau

tidak. Pada saat MPP karyawan tetap memperoleh 1 (satu) kali

penghasilan PNS terakhir diterima.

2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BUMN adalah perusahaan milik negara yang bertujuan untuk

membangun dan mengembangkan ekonomi nasional. PT Pos Indonesia

merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang logistik, jasa kurir,

dan transaksi keuangan. PR Pos Indonesia berdiri sejak jaman Belanda,

sempat mengalami masa emas lalu masa penurunan drastis ketika

internet mendunia (www.bumn.go.id). Namun PT Pos Indonesia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

berusaha bangkit hingga kini kembali maju dan berusaha tetap stabil

(www.bumn.go.id). Kondisi perusahaan yang stabil membuat karyawan

cenderung menjadi kurang kompetitif dan kurang mencari peluang bisnis

sehingga jiwa wirausaha kurang berkembang (Diazventiauda, 2010).

Meskipun demikian perusahaan BUMN berusaha memberikan

kesejahteraan bagi semua karyawan dan pensiunan yaitu dengan

memberikan tunjangan pensiun dan program persiapan pensiun.

Program persiapan pensiun yang diberikan oleh BUMN terutama

PT Pos Indonesia yaitu berupa pelatihan dan pembekalan untuk kesiapan

mental, spiritual dan kewirausahaan. Dalam Peraturan Direksi Tahun

2017 BAB I pasal (1) ayat (4), bahwa Masa Persiapan Pensiun (MPP) di

PT Pos Indonesia merupakan masa kerja tidak aktif selama paling lama

1 (satu) tahun sebelum tiba saatnya karyawan mencapai batas usia

pensiun.

MPP yang diterapkan pada instansi pemerintahan dan BUMN (PT

Pos Indonesia) diterapkan dengan cara yang berbeda. PNS tidak

diwajibkan oleh instansi untuk mengambil MPP, sedangkan PT Pos

Indonesia mewajibkan karyawannya untuk mengambil MPP setahun

sebelum tiba masa pensiun. Karyawan BUMN (PT Pos Indonesia)

karyawan menerima gaji dasar beserta segala tunjangan baik itu

tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, dan tunjangan kesehatan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

D. Dinamika Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kesiapan Pensiun

Masa pensiun merupakan kondisi ketika seseorang tidak lagi bekerja

pada suatu perusahaan. Pensiun dapat dimaknai secara positif maupun

negatif, tergantung pada persepsi karyawan dalam memandang pensiun.

Apabila dilihat secara positif pensiun merupakan masa eksplorasi untuk

mencoba kegiatan dan hobi yang selama ini tidak bisa dilakukan. Sedangkan

apabila dilihat secara negatif pensiun merupakan masa penuh tekanan karena

membutuhkan kemampuan adaptasi yang baik dan memerlukan persiapan

yang matang.

Seseorang mengalami pensiun dapat disebabkan oleh berbagai macam

hal, salah satunya pensiun karena sudah memasuki usia pensiun. Setiap

perusahaan baik itu swasta, negeri maupun BUMN tentunya memiliki aturan

usia pensiun masing-masing. Seorang karyawan yang bekerja di suatu

perusahaan ketika memasuki usia pensiun, mau tidak mau, siap tidak siap ia

harus melakukan pensiun.

Pada saat menuju masa pensiun tentunya terjadi proses transisi dari

kondisi bekerja (nyaman) menjadi tidak bekerja (tidak nyaman). Tentunya

dalam menghadap proses transisi dari kondisi nyaman menuju kondisi penuh

ketidakpastian memerlukan adanya persiapan. Persiapan dilakukan agar

seseorang dapat mencapai kesiapan pensiun. Faktor yang dapat mendorong

seseorang mencapai kesiapan pensiun dapat dibagi menjadi faktor eksternal

dan internal. Pada faktor eksternal terdapat fisik, finansial, dukungan sosial,

aktivitas, dan demografi. Sedangkan pada faktor internal terdapat kondisi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

psikologis. Menurut Aloudi dan Njuguna (2017) faktor psikologis mengambil

peran penting dalam mendorong kesiapan seseorang menghadapi masa

pensiun. Faktor psikologis tersebut salah satunya adalah keyakinan diri.

Keyakinan di dalam diri ini akan membuat seseorang merasa dirinya mampu

untuk dapat mengatasi ketidakpastian (kondisi tidak nyaman) yang disebut

dengan self-efficacy (Bandura, 1997).

Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi dapat menetapkan

target di dalam hidupnya dan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu

menghadapi tantangan yang ada di dalam hidupnya (Lunenberg, 2011).

Sedangkan orang dengan self-efficacy rendah cenderung merasa kurang yakin

dengan dirinya (Bandura, 1997) dan menunjukkan performansi yang rendah

(Bandura & Locke, 2003). Orang dengan self-efficacy rendah juga

menganggap transisi sebagai keadaan yang mengancam yang dapat membuat

menyerah pada keadaan (Crain, 2007). Self-efficacy memiliki kaitan yang erat

dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Orang dengan self-efficacy

rendah cenderung mengalami kecemasan ketika akan menghadapi masa

pensiun dibandingkan dengan orang yang memiliki self-efficacy tinggi

(Bandura, 1997).

Berdasarkan papara di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi self-

efficacy yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya dapat

membuat seseorang memiliki kesiapan untuk menghadapi pensiun yang

berbeda. Seseorang dengan self-efficacy tinggi cenderung yakin pada dirinya

bahwa ia dapat mengatasi kondisi transisi sehingga memiliki kesiapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

menghadapi pensiun. Sedangkan orang dengan self-efficacy rendah

cenderung kurang yakin pada kemampuannya bahwa ia mampu beradapatasi

sehinga cenderung tidak siap untuk menghadapi masa pensiun.

E. Skema Penelitian

SELF-EFFICACY

Self-Efficacy Tinggi Self-Efficacy Rendah

Penuh dengan keyakinan


Mampu menentukan target tujuan
Kurang memiliki keyakinan
Mampu merencanakan masa depan
Memiliki motivasi rendah
Memiliki keinginan belajar yang
tinggi Performansi rendah
Menyikapi tantangan dengan Merasa tidak mampu mencapai
positif keberhasilan
Merasa yakin mampu mencapai Kecemasan tinggi
keberhasilan
Kecemasan rendah

KESIAPAN PENSIUN KETIDAKSIAPAN PENSIUN


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan dan positif antara self-efficacy

dengan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan

BUMN.

H1 : Ada hubungan yang signifikan dan positif antara self-efficacy

dengan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan

BUMN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif dilakukan berdasarkan pada ilmu positivisme yang valid, empiris,

teramati, terukur, dan menggunakan logika matematika (Sedarmayanti &

Hidayat, 2011). Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan

untuk menguji teori secara objektif dengan cara memeriksa atau meneliti

hubungan antar variabel-variabel (Supratiknya, 2015). Penelitian kuantitatif

pada umumnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)

yang diolah dengan menggunakan metode statistika (Azwar, 2016).

Secara khusus desain penelitian yang digunakan adalah survei. Desain

penelitian survei dilakukan dengan mengumpulkan informasi terhadap satu

atau lebih kelompok orang terkait atribut tertentu, seperti sifat, sikap,

pendapat, atau keyakinan tentang sesuatu (Supratiknya, 2015). Penelitian

dengan metode ini dapat dilakukan pada populasi besar maupun populasi

kecil sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan

hubungan antar variabel (Sedarmayanti & Hidayat, 2011). Penelitian dengan

desain survei diawali dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada

subjek lalu ditabulasikan (Supratiknya, 2015). Metode ini dilakukan untuk

dapat mengetahui hubungan self-efficacy dengan kesiapan pensiun terutama

pada PNS dan karyawan BUMN.

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah atribut atau karakteristik yang dapat diamati atau

diukur pada orang atau organisasi yang sedang diteliti dan bersifat variatif

pada setiap individu atau kelompok (Supratiknya, 2015). Variabel dalam

penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tergantung.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang memberikan sebab, pengaruh

atau dampak pada hasil tertentu yang dialami oleh variabel tergantung

(Supratiknya, 2015). Pada penelitian ini menggunakan variabel bebas

berupa self-efficacy.

2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)

Variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada variabel

bebas, sehingga suatu hasil tertentu pada variabel tergantung disebabkan,

dipengaruhi, atau akibat dari variabel bebas. Variabel tergantung pada

penelitian ini adalah kesiapan pensiun (retirement readiness).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu proses yang dilakukan dalam

penelitian dengan tujuan untuk mendefinisikan suatu konsep atau variabel

yang abstrak dengan penjabaran yang lebih mudah dipahami (Supraktinya,

2014). Berikut ini adalah definisi operasional dalam penelitian ini:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

1. Kesiapan Pensiun

Kesiapan pensiun adalah keadaan yang menunjukkan bahwa

seseorang siap untuk menghadapi segala perubahan yang akan terjadi

ketika dirinya memasuki masa pensiun. Pada penelitian ini kesiapan

pensiun diukur dengan menggunakan skala kesiapan pensiun yang

disusun oleh Harper (2005). Skala tersebut terdiri dari beberapa aspek

yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental, keuangan, aktivitas, asuransi,

dan evaluasi terhadap pensiun itu sendiri. Akan tetapi, untuk

menyesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia maka aspek

asuransi tidak digunakan. Oleh karena itu, semakin tinggi total skor

persiapan pensiun yang diperoleh seseorang maka semakin tinggi tingkat

kesiapan pensiun yang dimilikinya. Sebaliknya jika skor total yang

diperoleh semakin rendah maka kesiapan pensiun yang dimiliki oleh

seseorang semakin rendah.

2. Self-Efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan yang ada di dalam diri

seseorang yang membuatnya mampu menentukan tindakan serta

mengendalikan lingkungan agar dapat mencapai suatu tujuan tertentu

yang diinginkannya. Pada penelitian ini self-efficacy diukur dengan

menggunakan General Self-Efficacy Scale (GSE) milik Schwarzer dan

Jerusalem (1995) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Skala

tersebut dibuat berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Bandura


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

yaitu magnitude, generality, dan strength. Semakin tinggi total skor yang

diperoleh maka semakin tinggi pula self-efficacy yang dimiliki. Namun

apabila skor total yang diperoleh rendah, maka self-efficacy yang dimiliki

cenderung rendah.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan dan karyawati dari

instansi pemerintahan dan salah satu perusahaan BUMN. Penelitian ini akan

difokuskan kepada karyawan yang akan memasuki masa pensiun kurang

lebih satu sampai lima tahun lagi serta karyawan yang sudah mendapatkan

program persiapan pensiun. Pemilihan karakteristik tersebut dilakukan

dengan alasan karena ketika masa pensiun sudah semakin dekat dan karyawan

sudah diberi bekal program persiapan pensiun dari instansi dan perusahaan

untuk mempersiapkan diri, maka diharapkan kesiapan pensiun sudah dimiliki

oleh setiap karyawan.

Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah

dengan teknik sampling purposive. Teknik sampling purposive dilakukan

dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas tujuan penelitan, bukan

berdasarkan pada strata, random, atau pun daerah (Hikmawati, 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kesiapan pensiun pada karyawan

yang sebentar lagi akan pensiun maka sampling dilakukan dengan tujuan

untuk menggunakan karyawan yang akan pensiun saja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

E. Metode Dan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data subjek adalah dengan

menggunakan kuesioner berskala yang disajikan secara tertulis. Kuesioner

berskala adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengungkap berbagai

atribut psikologis, seperti sifat, kebutuhan, sikap, keyakinan, dan cara

penyesuaian diri (Supratiknya, 2015). Kuesioner tersebut disusun

berdasarkan skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy.

1. Skala Kesiapan Pensiun

Skala kesipan pensiun merupakan hasil adaptasi terhadap skala

yang dimodifikasi oleh Harper, M. C. (2005) dari skala yang disusun

oleh Neuhs, H.P. (1991). Skala yang digunakan untuk mengukur variabel

kesiapan pensiun menggunakan metode skala diferensial semantik.

Metode penskalaan ini dikembangkan oleh Osgood yang mengharuskan

subjek untuk memberikan penilaian terhadap pernyataan dalam suatu

kontinum (Supratiknya, 2014). Metode ini terdiri dari beberapa faktor

dalam memberikan penilaian yaitu evaluasi, potensi, aktivitas, dan

familiaritas (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan faktor

potensi atau daya atau kekuatan sehingga menunjukkan lemah sampai

kuatnya penilaian seseorang terhadap potensi yang dimilikinya.

Setiap pernyataan diberi skor dari 1-5 seperti skala asli. Semakin

tinggi skor yang dipilih menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat

keyakinan yang tinggi untuk menghadapi pensiun dan sebaliknya. Hal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

tersebut dilakukan dengan tujuan agar subjek memperoleh perlakuan

yang sama. Berikut ini adalah distribusi item dari skala kesiapan pensiun:

Tabel 3.1

Persebaran Item Skala Kesiapan Pensiun

Aspek Nomor Item Jumlah Item

Kesehata Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6. 6

(18,18 %)

Kesehatan Mental 7, 8, 9, 10, 11. 5

(15,15 %)

Keluarga 12, 13, 14, 15, 16, 6

17. (18,18 %)

Kegiatan 18, 19, 20, 21, 22, 9

23, 24, 25, 26. (27,27 %)

Pensiun 27, 28, 29, 30, 31, 7

32, 33. (21,21 %)

TOTAL 33

(100 %)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

2. Skala Self-efficacy

Skala self-efficacy merupakan hasil adaptasi ke Bahasa Indonesia

yang dilakukan oleh Aristi Born terhadap General Self-Efficacy Scale

yang disusun oleh Ralf Schwarzer dan Matthias Jerusalem (1995)

berdasarkan aspek teori dari Albert Bandura.

Pada variabel self-efficacy digunakan metode skala Likert. Metode

penskalaan ini dikemukakan oleh Rensis Likert pada tahun 1932

(Supratiknya, 2014). Skala ini terdiri dari pernyataan yang bersifat

favorable. Setiap pernyataan diberikan empat alternatif respon yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak

Sesuai (STS) sama seperti General Self-Effcacy Scale yang asli.

Pemberian alternatif respon dibuat sama seperti skala asli dengan tujuan

agar subjek pada penelitian ini mendapatkan perlakuan yang sama.

Pada setiap pernyataan respon akan diberi skor masing-masing 4

untuk respon SS, 3 untuk respon S, 2 untuk respon TS, dan 1 untuk respon

STS. Berikut ini adalah distribusi item dari skala self-efficacy:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel 3.2

Persebaran Item Skala Self-Efficacy

Dimensi Nomor Item Jumlah Item

Magnitude/ Level 4, 6, 9, 10 4

(40 %)

Generality 3, 5, 7 3

(30 %)

Strength 1, 2, 8 3

(30 %)

TOTAL 10

(100 %)

F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan suatu instrumen

atau alat ukur dapat mengukur atribut psikologis yang hendak diukur di

dalam suatu penelitian (Supratiknya, 2014). Suatu alat ukur dikatakan

valid apabila mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan

tujuan pengukuran (Azwar, 2009).

Penelitian ini menggunakan skala kesiapan pensiun dan skala self-

efficacy. Skala tersebut merupakan skala berbahasa Inggris sehingga

untuk dapat digunakan perlu dilakukan proses adaptasi ke dalam bahasa

Indonesia. Proses penerjemahan skala kesiapan pensiun dilakukan oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

ahli bahasa. Sedangkan pada skala self-efficacy, peneliti menggunakan

skala general self-efficacy milik Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer

(1995) yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, salah

satunya bahasa Indonesia.

Pengujian validitas alat ukur dapat dilakukan dengan beberapa

pendekatan, namun penelitian ini menggunakan pendekatan validitas isi

(content validity). Pendekatan tersebut dilakukan melalui penilaian dari

pakar atau ahli terhadap kesesuaian isi dengan konstruk yang diukur

(Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, skala yang digunakan untuk

mengukur subjek dinilai oleh seorang ahli yaitu dosen pembimbing. Ahli

tersebut sudah menyatakan bahwa skala kesiapan pensiun dan skala self-

efficacy layak digunakan sebagai alat ukur.

2. Uji Coba Skala

Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat

reliabilitas alat ukur yang digunakan. Uji coba dilakukan kepada 69

orang karyawan yang terdiri dari 31 orang karyawan PT Pos Indonesia

(Persero), 9 orang karyawan Balai Monitoring Frekuensi Radio, 10 orang

Dinas Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, 4 orang karyawan

Balai Pemberdayaan Perempuan & Masyarakat, 5 orang karyawan Balai

Besar Pelatihan Transmigrasi dan 10 orang karyawan Inspektoran

Daerah Istimewa Yogyakarta. Kuesioner yang disebar terdiri dari skala

Kesiapan Pensiun berjumlah 33 item dan skala General Self-Efficacy


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

berjumlah 10 item. Penyebaran kuesioner dilakukan mulai tanggal 15

Mei 2018 sampai dengan 8 Juni 2018.

3. Uji Kesahihan Item

Pengujian kesahihan item merupakan pengujian pada kemampuan

item untuk membedakan antara sampel atau populasi yang memiliki dan

tidak memiliki atribut yang diukur (Supratiknya, 2014). Melalui

pengujian daya diskriminasi item dapat diketahui bahwa skala yang

digunakan dapat mengungkap perbedaan individu atau tidak (Azwar,

2009).

Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan melihat skor

Corrected Item-Total Correlation dengan rentang 0 sampai 1,00 dengan

tanda positif atau negatif (Azwar, 2009). Apabila skor Corrected Item-

Total Correlation semakin mendekati angka 1,00 dengan tanda positif

maka daya diskriminasi item semakin baik (Azwar, 2009). Sedangkan

apabila skor Corrected Item-Total Correlation semakin mendekati angka

0 dan memiliki tanda negatif maka daya diskriminasi item semakin buruk

(Azwar, 2009).

Pemilihan item yang dianggap memiliki daya diskriminasi baik

atau buruk menggunakan suatu kriteria tertentu yaitu dengan batasan rix

≥ 0,30 (Azwar, 2009). Item yang mencapai skor minimal 0,3 dianggap

memiliki daya diskriminasi yang memuaskan. Sedangkan item yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

memiliki skor rix kurang dari 0,3 (rix < 0,3) dianggap memiliki daya

diskriminasi yang rendah dan sebaiknya digugurkan.

Berdasarkan hasil uji daya diskriminasi pada skala self-efficacy,

dapat dilihat bahwa skor Corrected Item-Total Correlation (rix) dengan

kisaran antara 0,355 sampai dengan 0,698. Seluruh item pada skala self-

efficacy memperoleh skor Corrected Item-Total Correlation (rix) yang

lebih besar dari 0,3 (rix > 0,3). Hal tersebut menunjukkan bahwa item-

item pada skala self-efficacy memenuhi syarat dan memiliki daya

diskriminasi yang baik. Sedangkan pada skala kesiapan pensiun, terlihat

bahwa Corrected Item-Total Correlation (rix) yang diperoleh berada pada

rentang antara 0,356 sampai dengan 0,838. Seluruh item pada skala

kesiapan pensiun juga memperoleh skor Corrected Item-Total

Correlation (rix) yang lebih besar dari 0,3 (rix > 0,3). Hal tersebut

menunjukkan bahwa item-item pada skala kesiapan pensiun memenuhi

syarat dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa skala self-efficacy dan skala kesiapan pensiun

mampu membedakan antara subjek yang memiliki skor tinggi dan rendah

sehingga tidak ada item yang digugurkan.

4. Reliabilitas

Reliabilitas di dalam suatu penelitian digunakan untuk mengetahui

konsistensi suatu instrumen atau alat ukur jika pengukuran dilakukan

secara berulangkali pada suatu sampel atau populasi yang berbeda


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

(Supratiknya, 2014). Suatu pengukuran yang tidak reliabel maka akan

menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor

antar individu disebabkan faktor eror (Azwar, 2009).

Reliabilitas dalam aplikasi SPSS dinyatakan dengan Cronbach’s

Alpha dalam rentang 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2009). Apabila skor

Cronbach’s Alpha semakin mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi

reliabilitasnya (Azwar, 2009). Sedangkan skor Cronbach’s Alpha yang

semakin mendekati angka 0 maka reliabilitasnya semakin rendah

(Azwar, 2009). Lebih lanjut dalam buku Supratiknya (2014) mengutip

dari pernyataan Guilford (1956) bahwa minimal koefisien reliabilitas

yang dianggap memuaskan adalah di atas 0,70.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala

adaptasi yang sudah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Pada skala

self-efficacy skor Cronbach’s Alpha yang diperoleh berkisar antara 0,76

sampai 0.90. Sedangkan pada skala kesiapan pensiun skor Cronbach’s

Alpha yang diperioleh berkisar antara 0.93 sampai 0.97. Meskipun kedua

skala tersebut sudah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, peneliti

tetap melakukan uji reliabilitas karena penelitian ini menggunakan

bahasa dan subjek yang berbeda.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa skor

Cronbach’s Alpha yang diperoleh pada skala self-efficacy adalah 0,833

sedangkan skor Cronbach’s Alpha yang diperoleh pada skala kesiapan

pensiun adalah 0,972. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala self-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

efficacy dan skala kesiapan pensiun memiliki tingkat reliabilitas yang

memuaskan karena berada di atas 0,70 dan hampir mendekati angka 1,00.

G. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat

sampel yang digunakan memiliki distribusi normal atau tidak

(Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan melihat

Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS.

Jika p memiliki angka yang lebih besar dari 0,05 maka data

tersebut berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai p lebih kecil dari

0,05 maka data tersebut memiliki distribusi yang tidak normal

(Priyatno, 2012).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat

variabel yang akan dianalisis korelasinya memiliki hubungan yang

linear atau tidak (Priyatno, 2012). Jika nilai signifikansi kurang dari

0,05 maka hubungan antara dua variabel tersebut dinyatakan linear.

Sedangkan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hubungan

antara dua variabel dinyatakan tidak linear (Priyatno, 2012).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

2. Uji Hipotesis

Metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk menguji

hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

analisis korelasi Product Moment. Teknik ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel (Priyatno, 2012). Namun,

karena data yang diperoleh ternyata berdistribusi secara tidak normal

sehingga metode yang digunakan adalah analisis non parametrik dengan

uji korelasi Spearman’s rho. Uji ini dapat digunakan sebagai alternatif

pengganti korelasi Product Moment apabila data tidak berdistribusi

normal (Priyatno, 2012). Analisis korelasi Spearman dilakukan untuk

dapat mengetahui hubungan secara linear antara self-efficacy terhadap

kesiapan pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan try out terpakai sehingga hasil yang

diperoleh pada saat uji coba skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy

digunakan sebagai data penelitian. Hal tersebut disebabkan karena hasil data

yang diperoleh berasal dari skala yang valid, reliabel, dan memiliki daya

diskriminasi yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2018

sampai dengan 8 Juni 2018.

Kuesioner yang berisi skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy

diberikan kepada karyawan yang akan pensiun kurang lebih sekitar lima

sampai nol tahun lagi. Pemilihan subjek tersebut dilakukan dengan tujuan

karyawan sudah mendapatkan program persiapan pensiun. Namun, tidak

menutup kemungkinan bahwa karyawan dengan waktu pensiun lebih dari

lima tahun lagi dipakai sebagai subjek penelitian apabila karyawan tersebut

sudah mendapatkan program persiapan pensiun. Selain itu, penelitian lebih

dispesifikkan kepada PNS dan karyawan PT Pos Indonesia (Persero) sesuai

dengan tujuan pada penelitian ini.

Kuesioner disebarkan kepada 71 orang karyawan, namun hanya 69

buah yang digunakan sebagai data penelitian. Hal tersebut disebabkan karena

72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

salah satu kuesioner tidak direspon oleh subjek, sedangkan kuesioner yang

lain direspon dengan cara menjawab yang kurang tepat.

Subjek pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT Pos

Indonesia (Persero) sejumlah 31 orang, karyawan Balai Monitoring Frekuensi

Radio sejumlah 9, karyawan Dinas Perpustakaan Daerah Istimewa

Yogyakarta sejumlah 10 orang, karyawan Balai Pemberdayaan Perempuan &

Masyarakat sejumlah 4 orang, karyawan Balai Besar Pelatihan Transmigrasi

sejumlah 5 orang dan karyawan Inspektoran Daerah Istimewa Yogyakarta

sejumlah 10 orang. Penyebaran kuesioner dilaksanakan dengan detail sebagai

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Tabel 4.1

Pelaksanaan Penelitian

Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah Subjek

15 Mei PT Pos Indonesia (Persero) 21

Kantor Pos Area 4 Jakarta

22 Mei 2018 Balai Monitoring Frekuensi Radio 9

22 Mei 2018 PT Pos Indonesia (Persero) 10

Kantor Pos Yogyakarta

25 Mei 2018 Dinas Perpustakaan Daerah 10

Istimewa Yogyakarta

28 Mei 2018 Balai Pemberdayaan Perempuan 4

& Masyarakat

28 Mei 2018 Balai Besar Pelatihan 5

Transmigrasi

5 Juli 2018 Inspektoran Daerah Istimewa 10

Yogyakarta

TOTAL 69

Selama melaksanakan penelitian ditemukan beberapa kendala. Kendala

pertama adalah jumlah karyawan yang akan pensiun di suatu instansi

pemerintah tidak terlalu banyak sehingga peneliti harus menyebarkan

kuesioner pada beberapa instansi pemerintah. Selain itu, peneliti juga

mendapat kesulitan karena kurang memiliki koneksi dengan karyawan pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

instansi pemerintahan. Kemudian kendala yang terakhir adalah terdapat

beberapa subjek yang tidak memahami cara pengisian kuesioner sehingga

tidak bisa digunakan sebagai data penelitian.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek yang merupakan karyawan BUMN

atau PNS yang akan pensiun dalam kurun waktu kurang lebih lima sampai

nol tahun. Total jumlah karyawan yang dijadikan subjek adalah 69 orang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari proses penyebaran kuesioner berikut ini

adalah paparan mengenai data demografis subjek penelitian:

Tabel 4.2

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 47 orang

Perempuan 22 orang

Total 69 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Tabel 4.3

Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah

SMA/ sederajat 23 orang

Diploma 9 orang

S1 27 orang

S2 10 orang

Total 69 orang

Tabel 4.4

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Jabatan

Jabatan Jumlah

Supervisi 45 orang

Staf 24 orang

Total 69 orang

C. Deskripsi Data Penelitian

Melalui proses pengumpulan data, maka selanjutnya dilakukan

deskripsi data penelitian telah diperoleh. Deskripsi data penelitian dijabarkan

melalui skor minimum, skor maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi

secara empirik dan teoritik. Pada data teoritik skor minimum didapat melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

jumlah item dikali angka respon terendah, sedangkan skor maksimum didapat

melalui jumlah item dikali angka respon tertinggi. Mean teoritik diperoleh

dengan menjumlahkan skor minimum dan skor maksimum, kemudian hasil

penjumlahan dibagi dua. Sedangkan standar deviasi teoritik diperoleh dari

rentangan skor dibagi enam. Data empiris didapatkan dari hasil perhitungan

statistik dengan menggunakan SPSS for Windows version 23 pada data yang

diperoleh.

Pendeskripsian data penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membagi

data ke dalam beberapa kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah sehingga

dapat melihat kecenderungan skor pada subjek penelitian (Widhiarso, tanpa

tahun).

Tabel 4.5

Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy

Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik

Self-efficacy Skor Minimum 10 23

Skor Maksimum 40 40

Mean 25 31,67

Standar Deviasi 5 3,673


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Tabel 4.6

Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun

Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik

Kesiapan Skor Minimum 33 56

Pensiun Skor Maksimum 165 165

Mean 99 128,71

Standar Deviasi 22 21,785

Tabel 4.7

Kategori Skor Self-Efficacy

Kriteria Skor Kategori Frekuensi Persentase

X ≥ (MT + SDT) X ≥ 30 Tinggi 54 78,3 %

(MT - SDT) ≤ X < (MT + SDT) 20 ≤ X < 30 Sedang 15 21,7 %

X < (MT - SDT) X < 20 Rendah 0 0,0 %

Total 69 100 %

Tabel 4.8

Kategori Skor Kesiapan Pensiun

Kriteria Skor Kategori Frekuensi Persentase

X ≥ (MT + SDT) X ≥ 121 Tinggi 48 69,6 %

(MT - SDT) ≤ X < (MT + SDT) 77 ≤ X < 121 Sedang 19 27,5 %

X < (MT - SDT) X < 77 Rendah 2 2,9 %

Total 69 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Berdasarkan tabel pengelompokkan data penelitian pada skala self-

efficacy diketahui bahwa terdapat 78,3% subjek berada pada kategori tinggi,

21,7% subjek berada pada kategori sedang, dan 0,0% subjek berada pada

kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian

(78,3%) cenderung memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Selanjutnya

pada tabel pengelompokkan data penelitan skala kesiapan pensiun

menunjukkan bahwa sebanyak 69,6% subjek berada pada kategori tinggi,

27,5% berada pada kategori sedang, dan hanya 2,9% subjek berada pada

kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian

(69,6%) memiliki tingkat kesiapan pensiun yang termasuk di dalam kategori

tinggi.

Tabel 4.9

Deskripsi Statistik Data Penelitian Kesiapan Pensiun Berdasarkan

Instansi dan Perusahaan

Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik PNS Empirik BUMN

Kesiapan Skor Minimum 33 56 104

Pensiun Skor Maksimum 165 165 165

Mean 99 126,11 131,90

Standar Deviasi 22 25,39 16,16

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil mean

antara PNS dan karyawan BUMN. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

karyawan BUMN (mean = 131,90) memiliki angka kesiapan pensiun yang

lebih tinggi dari pada PNS (mean = 126,11).

Tabel 4.10

Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Self-Efficacy

One-Sample Test

Test Value = 25

95% Confidence Interval of the

Mean Difference

T df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper

Self
15,077 68 ,000 6,667 5,78 7,55
Efficacy

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t yang diperoleh pada

skala self-efficacy adalah 15,077 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Nilai t hitung (15,077) jika dibandingkan dengan t tabel (1,667) menunjukkan

hasil bahwa t hitung > t tabel. Sedangkan nilai signifikansi (0,000) yang

diperoleh lebih kecil dari pada 0,05 (sig < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak sehingga terdapat

perbedaan di antara nilai mean teoritik dan mean empirik. Hal itu

menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki self-efficacy yang cenderung

tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Tabel 4.11

Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kesiapan Pensiun

One-Sample Test

Test Value = 99

95% Confidence Interval of the

Mean Difference

T df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper

Kesiapan
11,328 68 ,000 29,710 24,48 34,94
Pensiun

Berdasarkan hasil one sample t test pada tabel 4.10, diketahui bahwa

nilai t yang diperoleh adalah 11, 328 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Nilai t hitung yang diperoleh (11,328) jika dibandingkan dengan nilai t tabel

(1,667) terlihat bahwa t hitung > t tabel. Nilai signifikansi yang diperoleh

lebih kecil dari pada 0,05. Hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan

bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara mean teoritik dan mean empirik. Selain itu, diketahui pula bahwa

subjek penelitian memiliki kecenderungan untuk memiliki kesiapan pensiun

yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

D. Hasil Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

persebaran data yang digunakan apakah berdistribusi normal atau

tidak (Santoso, 2010). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menguji normalitas suatu data adalah dengan menggunakan teknik

Kolmogorov-Smirnov pada program analisis statistik SPSS.

Suatu data dikatakan memiliki distribusi normal apabila

memenuhi syarat yaitu nilai signifikansi lebih besar dari α (p > α

0,05). Sedangkan apabila nilai signifikasi lebih kecil dari α (p < α

0,05) maka data memiliki distribusi tidak normal (Priyatno, 2012).

Berikut ini merupakan hasil uji normalitas dengan

menggunakan program analisis statistik SPSS for Windows version

23:

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian

Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Statistic Df Sig.

Kesiapan Pensiun .140 69 .002

Self-efficacy .110 69 .038


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Berdasarkan hasil pada tabel 4.11, dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi (p) pada data kesiapan pensiun adalah 0,002 dan nilai

signifikansi (p) pada data self-efficacy adalah 0,038. Nilai

signifikansi yang diperoleh ternyata lebih kecil dari nilai α 0,05 (p <

0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki distribusi

tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah variabel yang akan dianalisis korelasionalnya menunjukkan

hubungan yang linear atau tidak (Priyatno, 2012). Pengujian

linearitas data dilakukan dengan menggunakan program analisis

statistik SPSS.

Suatu data dikatakan memiliki hubungan linear apabila

memperoleh nilai signifikansi pada Linearity kurang dari 0,05 (sig <

0,05). Sedangkan jika nilai signifikansi pada Linearity lebih dari

0,05 (sig > 0,05) maka data memiliki hubungan yang tidak linear.

Berikut ini merupakan hasil uji linearitas menggunakan

program analisis statistik SPSS for Windows version 23:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Tabel 4.13

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Mean

Squares Df Square F Sig.

RR Between (Combined) 9494,731 15 632,982 1,473 ,150

* Groups Linearity 4654,506 1 4654,506 10,830 ,002

SE Deviation

from 4840,225 14 345,730 ,804 ,660

Linearity

Within Groups 22777,472 53 429,764

Total 32272,203 68

Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa nilai

signikansi pada Linearity adalah 0,002. Nilai signifikansi tersebut

kurang dari 0,05 (sig < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara kesiapan pensiun dan self-efficacy adalah linear.

Oleh karena itu, dengan data ini dapat memenuhi syarat untuk

dilakukan analisis korelasi.

2. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan analisis non

parametrik. Analisis non parametrik adalah analisis data yang tidak

menggunakan parameter berupa persebaran data yang normal. Pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

penelitian ini digunakan analisis non parametrik karena data yang

diperoleh memiliki persebaran yang tidak normal.

Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk melihat hubungan antara

self-efficacy dan kesiapan pensiun sehingga teknik analisis yang

digunakan adalah uji korelasi Spearman’s rho. Pada uji korelasi

Spearman’s rho, jika nilai koefisien mendekati 1 atau -1 maka hubungan

antar variabel semakin erat atau kuat sebaliknya jika mendekati 0 maka

hubungan antar variabel semakin lemah (Priyatno, 2012). Tanda yang

dimiliki oleh angka (+/-) menunjukkan variabel yang diteliti memiliki

hubungan yang positif atau negatif. Selain itu, untuk menguji signifikansi

hubungan antar variabel maka dapat dilihat dari nilai signifikansi. Jika

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka terdapat

hubungan yang signifikan antar variabel. Berikut ini Sugiyono (2007)

dalam Priyatno (2012) memberikan kriteria untuk memberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi:

Tabel 4.14

Kriteria Interpretasi Korelasi

Rentang Nilai Korelasi Keputusan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0.599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Tabel 4.15

Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho

Correlations

SE RR

Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1,000 ,523**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 69 69

RR Correlation Coefficient ,523** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 69 69

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan tabel uji Spearman’s rho di atas, dapat diketahui

bahwa nilai koefisien korelasi pada penelitian ini sebesar 0,523

sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai koefisien korelasi

(0,523) yang diperoleh menunjukkan angka bahwa antar variabel terjadi

hubungan yang positif. Artinya semakin tinggi self-efficacy maka

semakin tinggi pula kesiapan pensiun yang dimiliki oleh subjek dan

sebaliknya jika semakin rendah self-efficacy seseorang maka kesiapan

pensiun pun semakin rendah. Besarnya angka koefisien korelasi (0,523)

jika dibandingkan dengan pedoman Berdasarkan pedoman yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2007), maka dapat diketahui bahwa nilai

korelasi sebesar 0,523 termasuk memiliki hubungan sedang. Nilai

signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

dibandingkan 0,05 (sig < 0,05). Artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel self-efficacy dan kesiapan pensiun. Melalui

beberapa paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel

self-efficacy dan variabel kesiapan pensiun memiliki hubungan

signifikan yang sedang dan positif.

E. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara self-efficacy dengan kesiapan memasuki masa pensiun terutama pada

PNS dan karyawan BUMN. Setelah dilaksanakan analisis data dengan

menggunakan uji korelasi spearman’s rho diperoleh hasil yang menunjukkan

bahwa hipotesis nol ditolak (r = 0,523 dan p = 0,000). Artinya terdapat

hubungan antara self-efficacy dan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan

karyawan BUMN. Hubungan yang terjadi di antara kedua variabel tersebut

adalah hubungan yang signifikan dan positif. Hal tersebut menunjukkan

semakin tinggi tingkat self-efficacy yang dimiliki seseorang maka semakin

tinggi pula tingkat kesiapannya dalam menghadapi masa pensiun. Sedangkan

semakin rendah tingkat self-efficacy yang dimiliki seseorang maka semakin

rendah pula tingkat kesiapannya untuk menghadapi masa pensiun.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini mendukung hasil penelitian

sebelumnya mengenai hubungan antara self-efficacy dan kesiapan pensiun

(Taylor & Shore, 1995; Aloudi & Njuguna, 2017). Terdapat perbedaan subjek

antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian Taylor


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

dan Shore (1995) subjek yang digunakan adalah karyawan pada perusahaan

multinasional. Perusahaan multinasional merupakan organisasi bisnis yang

aktif dan berdiri di lebih dari dua negara yang dikontrol oleh pemilik asing

(Kogut, 2001). Pada penelitian Aloudi dan Njuguna (2017) menggunakan

subjek yang berasal dari karyawan perusahaan asuransi. Kedua penelitian

tersebut dilakukan kepada karyawan dari perusahaan swasta, sedangkan pada

penelitian ini subjek yang digunakan adalah PNS dan karyawan BUMN.

Namun ternyata hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang sama.

Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda memaknai masa

pensiun. Jika pensiun dimaknai secara positif, maka ia cenderung akan

memandang pensiun sebagai masa bebas dan eksplorasi untuk mencoba

sesuatu yang selama ini tidak bisa dilakukan (Garcia, 2013). Sedangkan jika

dimaknai secara negatif, maka ia cenderung memandang pensiun sebagai

tekanan terhadap kondisi fisik dan mental (Berk, 2012) karena penuh dengan

ketidakpastian.

Setiap karyawan baik yang memiliki pandangan positif maupun negatif

mengenai pensiun tetap perlu melakukan persiapan untuk mendapatkan hal

yang diinginkan di masa pensiunnya (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Selain

itu, dengan melakukan persiapan seseorang dapat menjadi lebih percaya diri

dalam proses memasuki masa pensiun (Kim, Kwon, & Anderson, 2005).

Persiapan juga dapat membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih

baik karena cenderung lebih aman secara finansial dan tenang secara mental

(Muratore & Earl, 2010; Kapoor, Dlabay, & Hughes, 1994 dalam Aloudi &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Njuguna, 2017). Persiapan menuju masa pensiun penting untuk dilakukan

agar dapat memiliki kesiapan pensiun. Persiapan tidak hanya dilakukan

secara eksternal seperti finansial dan fisik, namun juga secara internal seperti

faktor psikologis (Aloudi & Njuguna, 2017). Salah satu faktor psikologis

yang mempengaruhi adalah self-efficacy. Menurut Bandura (1997) self-

efficacy dapat membuat seseorang memiliki keyakinan di dalam dirinya

bahwa ia mampu untuk menyelesaikan tugas yang sedang dihadapinya.

Ketika seseorang dihadapkan dengan tugas untuk pensiun, maka self-efficacy

akan mendorongnya untuk tetap yakin dan berusaha agar dapat siap dan

mampu mengatasi setiap perubahan serta beradaptasi di masa pensiun. Maka

dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini sesuai atau mendukung

hasil penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penting bagi karyawan yang akan

memasuki masa pensiun untuk menyiapkan pensiun dengan meningkatkan

self-efficacy yang dimilikinya agar kelak dapat memiliki kesiapan pensiun

dan mampu menghadapi masa pensiun dengan lebih baik.

Melalui penelitian ini diketahui bahwa tingkat self-efficacy yang

dimiliki oleh subjek termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat dari hasil

deskripsi data penelitian bahwa mean empirik (31,67) yang diperoleh ternyata

lebih tinggi daripada mean teoritik (25). Perbandingan antara t hitung

(15,077) dan t tabel (1,667) serta signifikansi (0,000 < 0,05) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara mean empirik dan teoritik pada variabel self-

efficacy. Menurut Bandura (1997) terdapat empat faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya self-efficacy yaitu pengalaman pribadi, pengalaman orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

lain, persuasi verbal, dan kondisi fisik serta emosional. Pada penelitian ini

subjek belum mengalami masa pensiun sehingga kemungkinan self-efficacy

tinggi bukan disebabkan oleh pengalaman pribadi. Akan tetapi, subjek sudah

memperoleh program persiapan pensiun sehingga terdapat kecenderungan

bahwa tingginya self-efficacy disebabkan karena faktor persuasi verbal.

Subjek mendapatkan persuasi secara verbal yang digunakan untuk

meyakinkan karyawan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

melaksanakan dan mengatasi suatu tugas (masa pensiun).

Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tingkat kesiapan

pensiun yang dimiliki oleh subjek termasuk dalam ketegori tinggi. Hal ini

ditunjukkan melalui hasil deskripsi data penelitian yang menyatakan bahwa

mean empirik (128,71) yang diperoleh lebih tinggi daripada mean teoritik

(99). Pada hasil perbandingan t hitung (11, 328) dan t tabel (1,667) serta nilai

signifikansi (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

mean empirik dan mean teoritik pada variabel kesiapan pensiun. Tingginya

tingkat kesiapan pensiun yang dimiliki subjek dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor demografis yang dimiliki oleh

subjek. Karyawan dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak terlibat jika

dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 47 orang (68,12%). Karyawan

dengan jenis kelamin laki-laki cenderung memiliki kesiapan pensiun yang

lebih tinggi daripada laki-laki (Harper, 2005). Hal tersebut disebabkan karena

laki-laki cenderung lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi pensiun

dibandingkan perempuan (Harper, 2005). Selain jenis kelamin, pendidikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

terakhir juga memberikan dampak pada kesiapan pensiun (Harper, 2005).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

berpengaruh pada caranya berpikir dan berencana. Subjek yang terlibat pada

penelitian ini cenderung memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu Diploma,

Sarjana 1, dan Sarjana 2 sebanyak 46 orang (66, 67%).

Penelitian ini mendapatkan penemuan baru karena terdapat

ketidaksesuaian antara paparan data yang terdapat di latar belakang dengan

hasil penelitian. Pada latar belakang penelitian terdapat beberapa data survei

yang menunjukkan bahwa Indonesia cenderung mengalami ketidaksiapan

untuk menghadapi masa pensiun. Namun, ternyata pada penelitian ini

diperoleh hasil bahwa subjek memiliki skor kesiapan pensiun yang tinggi. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil perbandingan mean empirik dan mean teoritik.

Penyebab adanya perbedaan antara data survei dan hasil penelitian

kemungkinan disebabkan karena perbedaan cakupan subjek yang diukur pada

data survei dengan hasil penelitian ini. Data yang terdapat latar belakang

cenderung mengukur pada subjek dengan cakupan yang lebih luas

dibandingkan dengan penelitian ini sehingga menimbulkan perbedaan

karakteristik dan jumlah subjek yang diukur. Kemungkinan lain yang bisa

terjadi adalah subjek penelitian melakukan faking good. Subjek cenderung

memberikan respon dengan skor tinggi untuk memperlihatkan bahwa dirinya

baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan

yang telah dipaparkan maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan dan positif antara self-effcacy dengan kesiapan pensiun

terutama pada PNS dan karyawan BUMN sehingga hipotesis nol ditolak. Hal

tersebut dibuktikan dengan hasil uji korelasi Spearman’s rho dengan nilai

korelasi sebesar 0,523 dan taraf signifikansi 0,00 (sig < 0,05). Hubungan yang

signifikan dan positif menandakan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy

maka semakin tinggi pula tingkat kesiapan pensiun. Sebaliknya semakin

rendah tingkat self-efficacy maka tingkat kesiapan pensiunnya pun rendah.

Selain itu, diketahui pula bahwa tingkat self-efficacy dan tingkat kesiapan

pensiun yang dimiliki subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian sudah terlaksana dengan cukup baik, namun peneliti

menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan

keterbatasan terutama dalam persebaran data. Subjek penelitian kurang dapat

merepresentatifkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Peneliti juga

menyadari adanya kekurangan dalam penyajian skala sehingga terdapat

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

beberapa subjek yang sempat mengalami kebingungan dalam proses

pengisian. Hal tersebut membuat peneliti harus menjelaskan secara langsung

mengenai cara pengisian skala. Selain itu, peneliti juga menyadari bahwa

kemungkinan dalam penelitian ini terjadi bias untuk mencitrakan dirinya

secara positif sehingga nilai yang diperoleh oleh subjek cenderung tinggi.

Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan tingginya skor yang diperoleh

subjek adalah keterbatasan peneliti yang belum memastikan kepada subjek

apakah sebelumnya sudah pernah diukur dengan menggunakan skala

kesiapan pensiun dan skala self-efficacy atau belum.

C. Saran

1. Bagi Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian, self-efficacy memiliki hubungan

dengan kesiapan pensiun. Oleh karena itu, agar karyawan terutama yang

segera akan pensiun diharapkan perlu melakukan persiapan tidak hanya

secara eksternal namun juga secara internal. Pada faktor eksternal terdiri

dari banyak hal seperti finansial, fisik, relasi, kegiatan pasca pensiun,

lingkungan dan lain-lain. Sedangkan pada faktor internal terdapat kondisi

mental dan psikologis. Faktor psikologis memegang peran penting salah

satunya self-efficacy yang dapat ditingkatkan dengan pengalaman

pribadi, pengalaman orang lain, persuasi sosial, dan kondisi fisik serta

emosional (Bandura, 1997). Namun yang paling mudah dilakukan adalah

dengan melihat pada pengalaman orang lain. Peneliti menyarankan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

karyawan yang akan memasuki masa pensiun banyak belajar dan

melakukan modelling pada pensiunan yang sukses dan bahagia.

2. Bagi Instansi Pemerintah dan Perusahaan

Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa tingginya self-efficacy

dapat memberikan pengaruh terhadap kesiapan pensiun. Oleh karena itu,

peneliti berharap perusahaan dapat memberikan program persiapan

pensiun yang tepat kepada karyawan. Salah satunya dengan

meningkatkan self-efficacy karyawan dalam menghadapi masa pensiun.

Menurut Bandura (1997) terdapat empat faktor yang dianggap sebagai

sumber yang mendorong tingginya tingkat self-efficacy yaitu

pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, persuasi sosial, dan kondisi

fisik serta emosional. Perusahaan dapat memberikan pelatihan persiapan

pensiun dengan mendatangkan pensiunan yang sukses dan bahagia di

masa pensiunnya untuk dapat meningkatkan tingkat self-efficacy. Selain

itu, juga dapat ditingkatkan dengan memberikan persuasi bahwa masa

pensiun merupakan masa bebas dan masa eksplorasi bukan masa yang

perlu ditakutkan. Karyawan hanya perlu mempersiapkannya sejak dini.

Saran tambahan untuk instansi pemerintahan untuk memperbaiki

aturan mengenai MPP bagi PNS. Sebaiknya PNS diwajibkan untuk

mengambil MPP agar dapat melakukan persiapan sebelum pensiun

dengan lebih matang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang

hubungan self-efficacy dengan kesiapan pensiun adalah menambah

jumlah subjek penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian dapat

lebih tergeneralisasi dan sungguh-sungguh dapat menggambarkan

populasi yang diteliti. Peneliti memberi saran untuk peneliti lain untuk

membuat petunjuk pengisian skala yang mudah dipahami dan sesuai

dengan karakter subjek (usia) serta memastikan bahwa subjek

sebelumnya belum pernah mengisi skala dengan variabel serupa. Peneliti

juga memberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan

variabel kesiapan pensiun untuk mencoba variabel bebas yang mungkin

dapat berhubungan dengan kesiapan pensiun sehingga dapat lebih

memperdalam topik tentang kesiapan pensiun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Aegon. (6 Juni 2017). Diambil pada 20 September 2017 dari:


https://www.aegon.com/en/Home/Research/Aegon-Retirement-Readiness-
Survey/Aegon-Retirement-Readiness-Index/?d_tab_id=83444

Aldridge, Jill M. & Fraser, Barry J. (2015). Teachers’ Views of Their School
Climate and Its Relationship with Teacher Self-Efficacy and Job
Satisfaction. Learning Environments Research. Vol 19. Issue 2. pp 291-307.

Alouodi, Emma & Njuguna, Amos. (2017). Effect of Psychological Factors on


Retirement Preparedness Among Employees in the Insurance Sector in
Kenya. European Journal of Business and Management. Vol 9, No 24.

Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistika. (15 Agustus 2017). Diambil dari


https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1312

Badan Pusat Statistika. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesian


Population Projection) 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of


human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted
in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic
Press, 1998).

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.


Freeman and Company.

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Barbosa, L. M., Monteiro, B., & Murta, S. G. (2016). Retirement adjustment


predictors—A systematic review. Work, Aging and Retirement, Vol 2, No 2,
262-280.

Baumeister, Roy F., Campbell, Jennifer D., Krueger, Joachim I., & Vohs,
Kathleen D. (2003). Does High Self-Esteem Cause Better Performance,
Interpersonal Success, Happiness, Or Healthier Lifestyles?. Psychological
Science in the Public Interest. Vol. 4, No. 1.

Benabou, Roland & Tirole, Jean. (2002). Self-Confidence and Personal


Motivation. The Quarterly Journal of Economics. Vol 117, No. 3.

Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan 5th Edition: Dari
Masa Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal. Vol 2. Yogyakarta: Pustaka
Penerbit.

Blackburn, Laura & Owens, Gina P. (2015). The Effect of Self-Efficacy and
Meaning in Life on Posttraumatic Stress Disorder and Depression Severity
AmongVeterans. Journal Of Clinical Psychology, Vol. 71(3), 219–228.

Blekesaune, Morten & Skirbekk, Vegard. (2012). Can personality predict


retirement behaviour? A longitudinal analysis combining survey and
register data from Norway. Europe Journal Agein. Vol 9:199–206.

Badan Usaha Milik Negara. Diambil pada 10 Oktober 2018 dari :


http://www.bumn.go.id/posindonesia/halaman/41/

Cambridge Dictionary. Diambil pada 30 Juli 2018 dari :


https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/readiness

Candra, S. A. (20 April 2017). 90 Persen Pekerja di Indonesia tak Siap Hadapi
Masa Pensiun. Diambil pada 20 September 2017 dari:
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/17/04/20/oop765383
-90-persen-pekerja-di-indonesia-tak-siap-hadapi-masa-pensiun

Casmudi. (21 Mei 2014). Mempersiapkan Program Dana Pensiun sejak Dini demi
Masa Pensiun Berkualitas. Diambil pada 20 September 2017 dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

https://www.kompasiana.com/casmudi/mempersiapkan-program-dana-
pensiun-sejak-dini-demi-masa-pensiun-
berkualitas_54f74371a333112d738b482c

Crain, William. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi (Theories of


Development, Concept and Application). 3th Ed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Diazvetiauda. (2010). Analisis SWOT Pada PT Pos Indonesia. Diambil pada 10


Oktober 2018 dari :
https://diazvetiauda.wordpress.com/2010/03/15/analisis-swot-pada-pt-pos-
indonesia/

Fehr, Ryan. (2012). Is Retirement Always Stressful? The Potential Impact of


Creativity. American Psychologist. 76.

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian (Theorist of Personality). 7th


Ed. Jakarta: Salemba Humanika.

Feist, J., Feist, Gregory J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori Kepribadian:
Theories of Personality. 8th Ed. Jakarta: Salemba Humanika.

Feldman, R.S. (2015). Essentials of Understanding Psychology. 11th Ed. New


York: Mc Graw Hill.

Fida, R., Laschinger, Heather K. S., & Leiter, Michael P. (2016). The Protective
Role of Self-Efficacy Against Workplace Incivility and Burnout in Nursing:
A Time-Lagged Study. Health Care Management Review. p 1-9

Fowler, Maithe Enriquez. (1998). Recognizing the Phenomenon of Readiness:


Concept Analysis and Case Study. Journal of the Association of Nurses
AIDS Care. Vol 9, No 3, p 72-76.

Friedman, Howard S. & Schustack, Miriam W. (2006). Kepribadian Teori Klasik


dan Riset Modern. 3th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Garcia, Laurence L. (2013) Readiness for Retirement: A Theory Development


Approach. Journal of Higher Education. Vol 7. p 45-54.

Ghaderi, A. R. & Salehi, M. (2011). A Study of the Level of Self-Efficacy,


Depression and Anxiety Between Accounting and Management Students:
Iranian Evidence. World Applied Sciences Journal. Vol 12, No 8: 1299-
1306.

Harper, M. C. (2005). Retirement Modeling: An Exploration of the Effects of


Retirement Role Model Characteristics on Retirement Self-Efficacy and
Life Satisfaction in Midlife Workers. Dissertation Submitted to the Faculty
of The Graduate School at The University of North Carolina at Greensboro.

Hikmawati, Fenti. (2017). Metodologi Penelitian. Depok: RajaGrafindo Persada.

Inaja, Anthonia & Rose, Chirma I. M. (2013). Perception and Atitude towards
Pre-Retirement Counselling among Nigerian Civil Servants. Global Journal
of Human Social Science Interdiciplinary. Vol 13, Issue 1.

Ismarani, Dian. (2016). Serba Serbi Bekerja di Multinational Company Untuk


Fresh Graduate. Diambil pada 14 Agustus 2018 dari:
https://www.youthmanual.com/index.php/post/dunia-kerja/inspirasi/serba-
serbi-bekerja-di-multinational-company-untuk-fresh-graduate

James, J. B., Matz-Costa, C., & Smyer, M. A. (2016). Retirement security: It’s not
just about the money. American Psychologist, Vol 71, No 4, 334.

Jenkins, Kym. (2016). Transitions to Retirement. Australasian Psychiatry, Vol


24(2) 123–125.

Joengs, R.S. (19 April 2017). Kapan Sebaiknya HR Siapkan Masa Persiapan
Pensiun, karena Batas Usia Pensiun Tidak Dibatasi Oleh UU
Ketenagakerjaan. Diambil pada 10 Oktober 2017 dari:
https://www.finansialku.com/kapan-sebaiknya-hr-siapkan-masa-persiapan-
pensiun-karena-batas-usia-pensiun-tidak-dibatasi-oleh-uu-
ketenagakerjaan/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Ju, Yeong J., Kim, W., Lee, Sang A., Lee, Joo E., Yoon, H. & Park, Eun-Cheol.
(2017). Lack of Retirement Preparation is Associated with Increased
Depressive Symptoms in the Elderly: Findings from the Korean Retirement
and Income Panel Study. Journal of Korean Medical Science. Vol 32: 1516-
1521.

Kembu, Appolonius S., Amuhaya, Iravo M., & Guyo, Wario. (2017). Relationship
between Pre-Retirement Anxiety and Knowledge Sharing Intentions in State
Corporation in Kenya. International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences, Vol. 7, No. 1.

Kim, J.E. & Moen, P. (2001). Is Retirement Good or Bad For Subjective Well-
Being? America Psychological Society. Vol 10, No 3.

Kim, J., Kwon, J., & Anderson, E. A. (2005). Factors related to retirement
confidence: Retirement preparation and workplace financial education.
Financial Counselling and Planning. Vol 16, 77–89.

King, Laura A. (2017). Psikologi Umum: Pandangan Apresiatif (The Science of


Psychology-An Apperceptive View). 3th Ed. Jakarta: Humanika Salemba.

Kogut, B. (2001). Multinational Corporations. International Encyclopedia of the


Social & Behavioral Sciences. p 10197-10204.

Koran Sindo. (7 Juli 2015). Pengelolaan Dana Pensiun di Dunia. Diambil pada
20 September 2017 dari:
https://nasional.sindonews.com/read/1020927/149/pengelolaan-dana-
pensiun-di-dunia-1436233360/39

Locander, William B. & Hermann, Peter W. (1979). The Effect of Self-


Confidence and Anxiety on Information Seeking in Consumer Risk
Reduction. Journal of Marketing Research. Vol 16, No. 2.

Lunenberg, F. C. (2011). Self-Efficacy in the Workplace: Implications for


Motivation and Performance. International Journal Of Management,
Business, And Administration. Vol 14, No 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Mansur, AM. (2018). CPNS 2018 Segera Buka, Mana Lebih Baik Jadi CPNS
atau Pegawai BUMN? Ini Perbedaannya. Pada 15 Oktober 2018 dari :
http://makassar.tribunnews.com/2018/09/06/cpns-2018-segera-buka-mana-
lebih-baik-jadi-cpns-atau-pegawai-bumn-ini-perbedaannya?page=2.

Mein G., Martikainen, P., Hemingway, H., Stansfeld, S., Marmot, M. (2003). Is
Retirement Good or Bad For Mental and Physical Health Functioning?
Whitehall II Longitudinal Study of Civil Servants. Journal Epidemiol
Common Health. Vol 57:46-49.

Mucci, N., Giorgi, G., Roncaioli, M., Fiz Perez, J., & Arcangeli, G. (2016). The
correlation between stress and economic crisis: a systematic review.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, Vol 12, 983–993.

Muljono, Djoko & Wicaksono, Baruni. (2009). Akuntansi Pajak Lanjutan.


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Muratore, Alexa Marie & Earl, Joanne Kaa. (2010). Predicting Retirement
Preparation Through The Design of A New Measure. Australian
Psychologist. Vol 45: 2, 98 — 111.

Nababan, C. N. & CNN Indonesia. (12 April 2016). HSBC: 1 dari 3 Orang
Indonesia Belum Siap Sambut Hari Tua. Diambil pada 20 September 2017
dari: https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20160412111205-78-
123305/hsbc-1-dari-3-orang-indonesia-belum-siap-sambut-hari-tua/

Neil, James. (2005). Definitions of various self constructs: self-esteem, self-


efficacy, self-confidence and self-concept. http://wilderdom.com/self/

Neuhs, H. P. (1991). Ready for retirement? Give the quiz to find out the retirement
issues that can erode or threaten self-confidence in an elder’s golden years.
Geriatric Nursing, 12, 240-241.

Niu, Han-Jen. (2010). Investigating The Effects of Self-Efficacy on Foodservice


Industry Employees’ Career Commitment. International Journal of
Hospitality Management. 29, 743-750.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Ogunbameru, Olakunle A. & Asa, Sola. (2008). Transition to Retirement: Effect


of Participation in Preretirement Education in Nigeria. Educational
Gerontology. Vol 34, No 5: 418-427.

Park, J., Yoon, S. Moon, Sung S., Lee, Kyoung H., & Park, Jueun. (2017) The
Effects of Occupational Stress, Work-Centrality, Self-Efficacy, and Job
Satisfaction on Intent to Quit Among Long-Term Care Workers in Korea,
Home Health Care Services Quarterly, 36:2, 96-111.

Paul, Robert J. & Townsend, James B. (1992). Some Pro and Cons of Early
Retirement. Review of Business. Vol 14, Issue 1.

Peila-Shuster, J.J. (2011). Disssertation Retirement Self-Efficacy: The Effect of A


Pre-Retirement Strenghts-Based Intervention on Retirement Self-Efficacy
And An Exploration of Relationships Between Positive Affect And
Retirement Self-Efficacy. Colardo State University.

Peraturan Pemerintan (PP) Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai


Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan


Program Jaminan Pensiun.

Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Qerja, (2015). PNS: Pekerjaan Impian?. Diambil pada 15 Oktober 2018 dari :
http://en-id.qerja.com/journal/view/66-pns-pekerjaan-impian

Reitzes, Donald C. & Mutran, Elizabeth J. (2004). The Transition to Retirement:


Stages and Factors that Influence Retirement Adjustment. Journal Aging
and Human Development. Vol 59. No 1. 63-84.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: dari Blog menjadi Buku.


Yogyakarta: Penerbit USD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Schunk, Dale H., DiBenedetto, Maria K. (2016). Self-Efficacy Education from:


Hanbook of Motivation at School. Routledge.
https://www.routledgehandbooks.com/doi/10.4324/9781315773384.ch3

Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1995). Generalized Self-Efficacy Scale. In J.


Weinman, S. Wright, & M. Johnston, Measures in health psychology: A
user’s portfolio. Causal and control beliefs (pp. 35-37). Windsor, UK:
NFER-NELSON.

Seay, Martin C. & Asebedo, Sarah. (2014). Positive Psychological Attributes and
Retirement Satisfaction. Journal of Financial Counseling and Planning.
Volume 25, Issue 2, 161-173.

Sedarmayanti & Hidayat, Syarifudin. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung:


Mandar Maju.

Sherer, M., Maddux, J. E., Mercandante, B., Prentice-Dunn, S., Jacobs, B., &
Rogers, R. W. (1982) The Self-Efficacy Scale: Construction And
Validation. Psychological Reports, 51, 663-67 1.

Skaalvik, Einar M. & Skaalvik, Sidsel. (2017). Teacher Stress and Teacher Self-
Efficacy: Relations and Consequences. Educator Stress: Aligning
Perspectives on Health, Safety and Well-Being. Springer International AG.

Sprod, J., Olds, T., Brown, W., Burton, N., van Uffelen, J., Ferrar, K., Maher, C.
(2017). Changes In Use of Time Across Retirement: A Longitudinal Study.
Maturitas. Volume 100, June 2017, Pages 70-76.

Stephan, Y., Fouquereau, E., Fernandez, A. (2008). The Relation Between Self-
Determination and Retirement Satisfaction Among Active Retired
Individuals. Journal Aging And Human Development. Vol. 66(4). p 329-
345.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Sanata Dharma


University Press.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam


Psikologi. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Tahmassian, K., & Jalali Moghadam, N. (2011). Relationship Between Self-


Efficacy and Symptoms of Anxiety, Depression, Worry and Social
Avoidance in a Normal Sample of Students. Iranian Journal of Psychiatry
and Behavioral Sciences, 5(2), 91–98.

Tarigan, Nabari. (2009). Happy and Healthy Retiree: Cara Pensiun Sehat dan
Bahagia. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Taylor, Mary Anne & Shore, Lynn McFarlane. (1995). Predictors of Planned
Retirement Age: An Application of Beehr's Model. Psychology and Aging.
Vol. 10. No. 1.76-83.

Tjiptadinata, Roselina. (2017). Kerja di Perusahaan Asuransi Penuh Tantangan.


Diambil pada 14 Agustus 2018. Dari :
https://www.kompasiana.com/roselinatjiptadinata/59c4680b36e802390e37
d1e4/kerja-di-perusahaan-asuransi-penuh-tantangan?page=all

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Apratur Sipil Negara.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun


Janda atau Duda.

Valero, Encarna & Topa, Gabriela. (2014). Brief Retirement Self-Efficacy-11


Scale (BRSE-11): Factorial Structure and Validity. Journal of Career
Assessment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Vancouver, J. B., Thompson, C. M., Tischner, E. C., & Putka, D. J. (2002). Two
studies examining the negative effect of self-efficacy on performance.
Journal of Applied Psychology, 87(3), 506-516.

Widhiarso, Wahyu. (tanpa tahun). Pengkategorian Data dengan Menggunakan


Statistik Hipotetik dan Statistik Empirik. Fakultas Psikologi, Universitas
Gadjah Mada.

World Health Organization. (tanpa tanggal). Diambil dari:


http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2016/en/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 1

Blueprint Skala General Self-Efficacy

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Blueprint Skala General Self-Efficacy

No. Dimensi Indikator Item


1. Magnitude/Level Keyakinan individu atas 6. Untuk setiap masalah
kemampuannya terhadap saya mempunyai
tingkat kesulitan tugas pemecahan
9. Juga dalam kejadian
yang tidak terduga saya
kira, bahwa saya akan
dapat menanganinya
dengan baik
Pemilihan tingkah laku 4. Dalam situasi yang
berdasarkan tingkat tidak terduga saya selalu
kesulitan suatu tugas tahu bagaimana saya
harus bertingkah laku
10. Apapun yang terjadi
saya siap menanganinya
2. Generality Keyakinan individu akan 3. Saya tidak mempunyai
kemampuannya kesulitan untuk
melaksanakan tugas di melaksanakan niat dan
berbagai aktivitas tujuan saya
5. Kalau saya akan
berkonfrontasi dengan
sesuatu yang baru, saya
tahu bagaimana saya
dapat menanggulanginya
7. Saya dapat
menghadapi kesulitan
dengan tenang, karena
saya selalu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

mengandalkan
kemampuan saya
3. Strength Tingkat kekuatan 1. Pemecahan soal-soal
keyakinan individu yang sulit selalu berhasil
terhadap kemampuannya bagi saya, kalau saya
berusaha
2. Jika seseorang
menghambat tujuan saya,
saya akan mencari cara
dan jalan untuk
meneruskannya
8. Kalau saya
menghadapi kesulitan,
biasanya saya
mempunyai banyak ide
untuk mengatasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 2

Blueprint Skala Kesiapan Pensiun

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Blueprint Skala Kesiapan Pensiun

No. Aspek Indikator Item


1. Kesehatan Fisik Kesadaran akan 1. Menjaga kesehatan fisik
pentingnya Anda
menjaga kesehatan 2. Makan secukupnya
yan nampak dalam 3. Memiliki asuransi
perilaku seperti kesehatan
makan, tidur, 4. Menjaga aktivitas fisik
berolahraga dan Anda saat ini
memiliki jaminan 5. Istirahat dan tidur yang
kesehatan. cukup
6. Menemukan penyedia
layanan kesehatan yang
sesuai
2. Kesehatan Menjaga kondisi 7. Menjaga kesehatan
Mental mental tetap stabil emosional Anda
dengan 8. Menghindari kecemasan
menghindari atau kekhawatiran
perasaan khawatir, berlebihan
cemas, dan stres 9. Menghindari stres yang
berlebihan dengan berlebihan
berpikir positif. 10. Memiliki pandangan hidup
positif
11. Memahami makna atau
tujuan dalam hidup Anda
3. Keuangan Memiliki 12. Memiliki tempat tinggal
keuangan yang 13. Memiliki dana pensiun/
cukup untuk tabungan untuk membiayai
memenuhi kehidupan sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

kebutuhan di masa 14. Hidup dalam pendapatan


pensiun. pensiun Anda
15. Memiliki cukup uang untuk
perawatan kesehatan
16. Memiliki cukup uang untuk
kegiatan santai
17. Memiliki cukup uang untuk
nutrisi yang baik
4. Kegiatan Memiliki 18. Tetap mandiri secara fisik
perencanaan 19. Tetap aktif di dalam rumah
kegiatan untuk 20. Tetap aktif di luar rumah
mengisi waktu 21. Menghadiri pertemuan dan
senggang di masa organisasi sesuai keinginan
pensiun 22. Menjaga hubungan yang
bermakna saat ini, dengan
teman atau anggota
keluarga
23. Membangun hubungan
baru yang bermakna
dengan orang lain
24. Mempertahankan
keterampilan atau
pengetahuan yang sudah
dimiliki
25. Memperluas keterampilan
atau pengetahuan Anda
26. Menggunakan
keterampilan atau
pengetahuan yang ingin
Anda gunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

5. Evaluasi Melakukan 27. Mampu mengatasi


Terhadap evaluasi mengenai perubahan menuju masa
Pensiun Itu persiapan pensiun pensiun
Sendiri yang sudah 28. Merencanakan waktu luang
dilakukan 29. Menentukan tempat tinggal
saat pensiun
30. Memutuskan apakah dan
kapan harus berhemat
(pindah ke tempat yang
lebih kecil untuk tinggal
atau mengurangi barang)
31. Menjaga agar keluarga
tetap menghargai Anda
32. Menjaga agar masyarakat
tetap menghargai Anda
33. Beradaptasi di masa
pensiun dengan sukses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 3

Skala Penelitian

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

KATA PENGANTAR
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Angela Iva Mayoli
Program Studi : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta
Saat ini sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir saya sebagai salah
satu syarat kelulusan SI. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Self-efficacy terhadap
Kesiapan Pensiun”. Oleh karena itu, saya bermaksud untuk meminta kesedian
Bapak/Ibu mengisi kuesinoner ini.

Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan terjamin kerahasiaannya dan


hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Pengisian kuesioner ini
bersifat sukarela apabila Bapak/Ibu berkanan silahkan mengisi kuesioner ini.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Angela Iva Mayoli


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

DATA RESPONDEN

Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Jabatan :
Pensiun di tahun :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

SKALA SELF-EFFICACY

Petunjuk pengisian :

1. Pada skala ini terdapat 10 (sepuluh) pernyataan. Pilihlah jawaban yang


menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda. Tidak ada jawaban benar
atau salah
2. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan
pilihan jawaban sebagai berikut:
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda.

S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda.

TS : Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda.

STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri


Anda.
3. Jika terdapat kesalahan dalam menjawab, berikan coretan berupa tanda
sama dengan (=) pada jawaban sebelumnya dan pilihlah jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan diri Anda.
4. Anda diharapkan untuk memilih jawaban secara spontan dan apa adanya.
5. Periksalah kembali jawaban anda sebelum dikembalikan, jangan sampai
ada yang terlewat.

Contoh pengerjaan

No. Pernyataan STS TS S SS

1. √

Jika terdapat kesalahan menjawab


No. Pernyataan STS TS S SS

1. √ √

SELAMAT MENGERJAKAN 
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

No. Pernyataan STS TS S SS


1. Saya selalu bisa mengatasi masalah sulit jika
saya berusaha cukup keras
2. Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya
akan mencari cara dan jalan untuk bisa
mendapatkan apa yang saya inginkan
3. Saya tidak mempunyai kesulitan untuk tetap
berada pada tujuan dan melaksanakannya
4. Saya yakin dapat menangani situasi yang
tidak terduga dengan percaya diri
5. Dengan menggunakan sumber daya yang saya
miliki, saya tahu bagaimana menangani
situasi yang tidak terduga
6. Saya yakin dapat menyelesaikan setiap
masalah jika saya mengerahkan usaha yang
lebih keras
7. Saya dapat menghadapi kesulitan dengan
tenang, karena saya selalu dapat
mengandalkan kemampuan saya
8. Kalau saya menghadapi kesulitan, biasanya
saya dapat menemukan beberapa solusi
9. Jika saya berada di dalam masalah, saya
selalu bisa memikirkan sebuah solusi
10. Apapun yang terjadi pada diri saya, saya
yakin bisa menanganinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

SKALA KESIAPAN PENSIUN

Petunjuk pengisian :

1. Skala ini menjelaskan tugas-tugas pensiun secara umum. Bayangkan diri


Anda berada di awal sampai tengah tahun masa pensiun.
2. Skala ini terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) pernyataan. Pilihlah jawaban yang
menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda. Tidak ada jawaban benar
atau salah.
3. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang menunjukkan
seberapa yakin Anda dapat melakukan tugas pensiun. Tidak ada jawaban
benar atau salah
4. Jika terdapat kesalahan dalam menjawab, berikan coretan berupa tanda
sama dengan (=) pada jawaban sebelumnya dan pilihlah jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan diri Anda.
5. Anda diharapkan untuk memilih jawaban secara spontan dan apa adanya.
6. Periksalah kembali jawaban anda sebelum dikembalikan, jangan sampai
ada yang terlewat.

Contoh pengerjaan

No. Pernyataan 1 2 3 4 5

1. √

Jika terdapat kesalahan dalam menjawab

No. Pernyataan 1 2 3 4 5

1. √ √

SELAMAT MENGERJAKAN 
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

No. Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Menjaga kesehatan fisik Anda
2. Makan secukupnya
3. Memiliki asuransi kesehatan
4. Menjaga aktivitas fisik Anda
saat ini
5. Istirahat dan tidur yang cukup
6. Menemukan penyedia layanan
kesehatan yang sesuai
7. Menjaga kesehatan emosional
Anda
8. Menghindari kecemasan atau
kekhawatiran berlebihan
9. Menghindari stres yang
berlebihan
10. Memiliki pandangan hidup
positif
11. Memahami makna atau tujuan
dalam hidup Anda
12. Memiliki tempat tinggal
13. Memiliki dana pensiun/
tabungan untuk membiayai
kehidupan sehari-hari
14. Hidup dalam pendapatan
pensiun Anda
15. Memiliki cukup uang untuk
perawatan kesehatan
16. Memiliki cukup uang untuk
kegiatan santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

17. Memiliki cukup uang untuk


nutrisi yang baik
18. Tetap mandiri secara fisik
19. Tetap aktif di dalam rumah
20. Tetap aktif di luar rumah
21. Menghadiri pertemuan dan
organisasi sesuai keinginan
22. Menjaga hubungan yang
bermakna saat ini, dengan
teman atau anggota keluarga
23. Membangun hubungan baru
yang bermakna dengan orang
lain
24. Mempertahankan keterampilan
atau pengetahuan yang sudah
dimiliki
25. Memperluas keterampilan atau
pengetahuan Anda
26. Menggunakan keterampilan
atau pengetahuan yang ingin
Anda gunakan
27. Mampu mengatasi perubahan
menuju masa pensiun
28. Merencanakan waktu luang
29. Menentukan tempat tinggal
saat pensiun
30. Memutuskan apakah dan kapan
harus berhemat (pindah ke
tempat yang lebih kecil untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

tinggal atau mengurangi


barang)
31. Menjaga agar keluarga tetap
menghargai Anda
32. Menjaga agar masyarakat tetap
menghargai Anda
33. Beradaptasi di masa pensiun
dengan sukses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 4

Korelasi Item Total

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

A. Korelasi Item Total Skala Self Efficacy

Item-Total Statistics
Corrected Item- Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted
SE1 28,30 11,244 ,538 ,355 ,817
SE2 28,57 11,220 ,355 ,256 ,840
SE3 28,84 10,842 ,462 ,248 ,827
SE4 28,42 11,453 ,532 ,412 ,818
SE5 28,48 10,606 ,680 ,529 ,802
SE6 28,36 11,705 ,422 ,260 ,827
SE7 28,78 10,584 ,642 ,461 ,806
SE8 28,43 11,985 ,450 ,329 ,825
SE9 28,48 11,283 ,551 ,425 ,816
SE10 28,33 10,373 ,698 ,514 ,800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

B. Korelasi Item Total Skala Kesiapan Pensiun

Item-Total Statistics
Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
RR1 124,59 447,156 ,674 . ,972
RR2 124,65 446,436 ,759 . ,971
RR3 124,97 445,382 ,521 . ,973
RR4 124,68 449,397 ,720 . ,971
RR5 124,75 447,424 ,771 . ,971
RR6 124,83 446,293 ,684 . ,972
RR7 124,81 451,538 ,705 . ,972
RR8 124,75 449,865 ,654 . ,972
RR9 124,71 449,444 ,686 . ,972
RR10 124,54 449,164 ,695 . ,972
RR11 124,64 445,440 ,764 . ,971
RR12 124,49 442,724 ,759 . ,971
RR13 124,80 438,164 ,790 . ,971
RR14 125,12 444,545 ,675 . ,972
RR15 125,14 446,420 ,682 . ,972
RR16 125,26 446,343 ,630 . ,972
RR17 125,03 444,234 ,795 . ,971
RR18 124,81 448,038 ,797 . ,971
RR19 124,80 442,870 ,798 . ,971
RR20 124,87 442,615 ,838 . ,971
RR21 124,97 447,058 ,714 . ,971
RR22 124,62 444,091 ,739 . ,971
RR23 124,75 448,277 ,729 . ,971
RR24 124,70 446,009 ,813 . ,971
RR25 124,93 448,156 ,695 . ,972
RR26 124,90 441,887 ,788 . ,971
RR27 124,84 445,577 ,818 . ,971
RR28 124,74 449,460 ,718 . ,971
RR29 124,55 442,133 ,777 . ,971
RR30 125,26 457,990 ,356 . ,974
RR31 124,65 450,848 ,662 . ,972
RR32 124,80 449,223 ,681 . ,972
RR33 124,77 445,240 ,776 . ,971
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 5

Reliabilitas Skala

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

A. Reliabilitas Skala Self-Efficacy

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,833 ,840 10

B. Reliabilitas Skala Kesiapan Pensiun

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 69 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,972 ,974 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 6

Deskripsi Statistik Data Penelitian

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

A. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy dan Kesiapan

Pensiun

Statistics
SE RR
N Valid 69 69
Missing 0 0
Mean 31,67 128,71
Std. Deviation 3,673 21,785
Range 17 109
Minimum 23 56
Maximum 40 165

B. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy dan Uji T

Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik


Self-efficacy Skor Minimum 10 23
Skor Maksimum 40 40
Mean 25 31,67
Standar Deviasi 5 3,673

One-Sample Test
Test Value = 25
95% Confidence Interval of the
Mean Difference
T Df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Self
15,077 68 ,000 6,667 5,78 7,55
Efficacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

C. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun

Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik


Kesiapan Skor Minimum 33 56
Pensiun Skor Maksimum 165 165
Mean 99 128,71
Standar Deviasi 22 21,785

One-Sample Test
Test Value = 99
95% Confidence Interval of the
Mean Difference
T Df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Kesiapan
11,328 68 ,000 29,710 24,48 34,94
Pensiun

D. Deskripsi Statistik Data Penelitian Pada PNS dan PT Pos Indonesia

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
PNS 38 56 165 126,11 25,393
POS 31 104 165 131,90 16,167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 7
Uji Normalitas dan Uji Linearitas

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

A. Uji Normalitas

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
RR 69 100,0% 0 0,0% 69 100,0%
SE 69 100,0% 0 0,0% 69 100,0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
RR ,140 69 ,002 ,927 69 ,001
SE ,110 69 ,038 ,977 69 ,245
a. Lilliefors Significance Correction

B. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
RR * Between Groups (Combined) 9494,731 15 632,982 1,473 ,150
SE Linearity 4654,506 1 4654,506 10,830 ,002
Deviation
4840,225 14 345,730 ,804 ,660
from Linearity
Within Groups 22777,472 53 429,764
Total 32272,203 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 8
Uji Hipotesis

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho

Correlations
SE RR
Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1,000 ,523**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 69 69
**
RR Correlation Coefficient ,523 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Anda mungkin juga menyukai