ABSTRAK
Kejadian gempa bumi bersifat acak, sehingga pengembangan metode prakiraan gempa bumi sangat diperlukan.
Salah satu metode prakiraan gempa bumi dari aspek stokastik adalah proses titik. Model epidemic type aftershock
sequence (ETAS) merupakan model pada proses titik yang mempertimbangkan keterkaitan gempa satu dengan
yang lainnya. Model ETAS dinyatakan dengan fungsi intensitas bersyarat yang berguna untuk mengetahui
peluang kemunculan terjadinya gempa bumi. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model ETAS pada data
gempa bumi di Nusa Tenggara Barat. Metode estimasi likelihood maksimum digunakan untuk memperoleh
estimasi parameter model ETAS. Hasil estimasi parameter tersebut yaitu laju kegempaan dasar sebesar 0.0080,
produktivitas gempa susulan sebesar 1.9066, efisiensi gempa bumi dengan magnitudo tertentu menghasilkan
gempa susulan sebesar 0.9192, skala waktu laju peluruhan gempa susulan sebesar 0.0237, dan laju peluruhan
gempa susulan sebesar 1.0923.
Kata Kunci
model ETAS, fungsi intensitas, likelihood maksimum
Indonesia merupakan salah satu negara yang Gempa bumi merupakan fenomena alam yang
berpotensi terjadi gempa bumi, sebab Indonesia bersifat acak baik dalam ruang maupun waktu.
berada di antara tiga lempeng tektonik yang besar, Gempa bumi yang sifatnya acak masih terus dikaji
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. baik dari aspek seismologi maupun aspek stokastik
Lempeng Indo-Australia bertumbukkan dengan [1]. Kedua aspek tersebut dapat dipelajari dalam
lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan statistik seismologi. Subyek utama dalam statistik
Nusa Tenggara, sedangkan lempeng Indo-Australia seismologi adalah proses stokastik. Salah satu proses
bertumbukkan dengan lempeng Pasifik di utara stokastik yang dapat menjelaskan fenomena gempa
Papua dan Maluku Utara. Di sekitar pertemuan bumi adalah proses titik. Pada proses titik, gempa
lempeng ini, energi tumbukannya terakumulasi bumi dipandang sebagai kumpulan titik-titik acak
sampai lapisan bumi tidak bisa menahan tumpukan dalam suatu ruang, dimana masing-masing titik
energi sehingga lepas berupa gempa bumi. menyatakan waktu atau/dan lokasi dari suatu
kejadian.
Secara tektonik, Nusa Tenggara Barat berada
di wilayah Busur Sunda bagian timur yang Dalam penelitian seismologi, salah satu
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu hukum empiris dasar yang terkenal yaitu hukum
penunjaman lempeng tektonik, busur gunung berapi Omori. Hukum ini kemudian dimodifikasi oleh Utsu
dan jalur gempa bumi. Seismisitas Nusa Tenggara menjadi hukum Omori-Utsu [2]. Menurut Zhuang
Barat cukup rapat karena dipengaruhi aktivitas [3], model yang sesuai untuk menjelaskan deretan
penunjaman lempeng Indo-Australia di sebelah gempa susulan yaitu model epidemic type aftershock
selatan dan Flores back arc thrust fault disebelah sequence (ETAS). Model ETAS menunjukkan
utara, mengakibatkan daerah ini termasuk daerah adanya periode di antara deretan gempa susulan dan
rawan terhadap bahaya gempa. Berdasarkan data deretan gempa susulan berikutnya.
United State Geological Survey (USGS) sejak tahun
1973 sampai 2018 telah terjadi sejumlah 340 kali Dalam proses titik, kejadian-kejadian gempa
gempa bumi dengan magnitudo lebih dari 5 mb dan bumi pada waktu, lokasi atau tempat tertentu dapat
dipandang sebagai titik-titiknya, sedangkan ukuran 𝑎
yang berkaitan dengan kejadian gempa bumi adalah 𝑛(𝑡) = (2)
magnitudo atau kedalamannya [4]. Kemunculan 𝑡+𝑐
gempa bumi umumnya dipandang sebagai suatu Persamaan (2) dimodifikasi oleh Utsu [2] dengan
proses Poisson. Pada proses ini, kemunculan tersebut penambahan parameter pangkat p sehingga diperoleh
bersifat saling bebas terhadap kemunculan- Persamaan (3) yang sering disebut sebagai hukum
kemunculan lainnya. Suatu gempa besar biasanya Omori-Utsu atau hukum Omori yang dimodifikasi,
diikuti oleh barisan dari gempa susulan, sehingga yang dituliskan sebagai
dapat dimodelkan dengan model ETAS [5].
Sementara itu, salah satu komponen penting dari 𝑎
𝑛(𝑡) =
model tersebut adalah fungsi intensitas dasar yang (𝑡 + 𝑐)𝑝 (3)
merupakan karakteristik proses titik yang
bersesuaian. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian dengan 𝑝 adalah suatu nilai antara 0,7 sampai 1,5.
ini bertujuan untuk menerapkan model ETAS pada Berdasarkan hukum Omori-Utsu (3) dan model tipe
kejadian gempa bumi yang terjadi di Nusa Tenggara epidemik (1) diberikan asumsi-asumsi sebagai
Barat. berikut.
Berdasarkan analisis tersebut, full model lebih 1. Hasil estimasi parameter fungsi intensitas
baik digunakan untuk mengestimasi parameter fungsi bersyarat model ETAS menunjukkan bahwa
intensitas bersyarat dimana magnitudo mengikuti full model yang magnitudonya berdistribusi
distribusi gamma. Diperoleh estimasi parameter gamma mewakili kejadian gempa bumi di
untuuk gempa Nusa Tenggara Barat menggunakan wilayah Nusa Tenggara Barat yang dituliskan
full model yaitu µ = 0.0080, A= 1.9066, α = 0.9192, c sebagai,
= 0.0237, dan p = 1.0923.
[7] Y. Ogata and H. Tsuruoka, "Statistical
𝜆(𝑡|𝐻𝑡 ) = 0.0080 + 1.9066 ∑ 𝑒 0.9192(𝑀𝑖 −𝑀0 ) Monitoring of Aftershock Sequences: A Case
𝑡𝑖 <𝑡
Study of the 2015 Mw7.8 Gorkha, Nepal,
Earthquake," Earth, Planets and Space a
𝑡 − 𝑡𝑖 −1.0923 SpringerOpen Journal, vol. 68, no. 44, pp. 1-13,
(1 + ) 2016.
0.0237
DAFTAR PUSTAKA