Pipal
Pipal
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
14513050
Disetujui oleh :
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………iv
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup......................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................................................................... 4
GAMBARAN UMUM, ANALISA DEBIT, BEBAN PENGOLAHAN DAN KUALITAS
EFFLUEN ................................................................................................................................ 4
2.1 Gambaran Umum ........................................................................................................... 4
2.1.1 Peta dan Batas Wilayah Administrasi ..................................................................... 4
2.1.2 Demografi Kependudukan ...................................................................................... 5
2.1.3 Fasilitas Prasarana Kota .......................................................................................... 6
2.2 Perhitungan Debit Air Limbah ....................................................................................... 7
2.2.1 Proyeksi Penduduk.................................................................................................. 7
2.2.2 Proyeksi Fasilitas Umum ...................................................................................... 15
2.2.3 Debit Air Limbah .................................................................................................. 15
2.2.4 Beban Pengolahan dan Kualitas Effluent.............................................................. 17
BAB III .................................................................................................................................. 19
KRITERIA DESAIN ............................................................................................................. 19
3.1 Kriteria Perencanaan Sewerage ............................................................................. 19
3.2 Pengolahan Air Limbah Secara Umum ....................................................................... 32
3.3 Kriteria Desain Pengolahan Air Limbah ...................................................................... 33
3.2.1 Saluran Pembawa .................................................................................................. 33
3.2.2 Sumur Pengumpul dan Pompa .............................................................................. 34
3.2.3 Bak Ekualisasi ....................................................................................................... 35
3.2.4 Bar Screen ............................................................................................................. 36
3.2.5 Bak Penangkap Minyak dan Lemak ..................................................................... 38
3.2.6 Grit Chamber ........................................................................................................ 38
3.2.7 Bak Sedimentasi.................................................................................................... 39
3.2.8 Kolam Stabilisasi .................................................................................................. 42
3.2.9 Pengolahan Lumpur ....................................................................................... 48
3.2.10 Efisiensi Pengolahan ........................................................................................... 52
BAB IV .................................................................................................................................. 55
PERENCANAAN IPAL ........................................................................................................ 55
4.1 Perencanaan Screen ..................................................................................................... 55
4.2 Perencanaan Bak Ekualisasi......................................................................................... 56
4.3 Perencanaan Grease Trap ............................................................................................. 58
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan perencanaan yang berjudul “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta” terselesaikan berkat
adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Andik Yulianto, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah dan Bapak
Luqman Hakim, S.T., M.Ss selaku asisten dosen pada Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah yang banyak memberikan wawasan baru kepada
penulis tentang Pengolahan Air Limbah.
2. Serta pihak lain yang telah membantu merealisasikan tugas perencanaan ini.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri
maupun pembaca. Demi perbaikan dan kesempurnaan laporan perencanaan ini,
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Wassalamu’alaikum wr wb
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data Badan Pusat Statistik 2013, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus
meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun
2035. Meningkatnya jumlah penduduk menunjukan semakin meningkatnya pula
kepadatan penduduk di Indonesia selain itu perkembangan industri dan sektor
lainnya akan tumbuh dengan pesat yang mengakibatkan meningkatkan angka
kebutuhan air di Indonesia. Selain itu air buangan / air limbah pun akan terus
meningkat seiring dengan kebutuhan penduduk yang angkanya terus meningkat.
Dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-
2019 tertulis salah satu pembangunan yang dimaksud adalah Pembangunan
yang menjaga kualitas lingkungan hidup masyarakat yang didukung oleh tata
kelola yang menjaga pelaksanaan pembangunan yang akan meningkatkan
kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara itu
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Yogyakarta tahun 2005-2025 memiliki visi “Mewujudkan Kota Yogyakarta
Sehat”. Pengkajian perencanaan instalasi pengolahan air limbah juga berarti
mendukung pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia khususnya
Yogyakarta.
Sistem pembuangan kotoran dan air limbah di perkotaan pada umumnya
kurang berkembang dan tidak ditangani dengan baik. Studi Bank Dunia
memperkirakan bahwa setiap tahun, rumah tangga tanpa fasilitas sanitasi yang
layak di Jakarta dan di seluruh Indonesia membuang masing-masing sebesar
260.731 ton dan 6.4 juta ton kotoran manusia ke pengumpulan-pengumpulan air
tanpa diolah. (UNICEF Indonesia, 2012)
Apabila air limbah tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan maka akan
berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu diharuskan
suatu wilayah untuk membuat suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Di dalam merencanakan suatu instalasi pengolahan limbah tidak serta merta
BAB II
GAMBARAN UMUM, ANALISA DEBIT, BEBAN
PENGOLAHAN DAN KUALITAS EFFLUEN
2.1 Gambaran Umum
2.1.1 Peta dan Batas Wilayah Administrasi
Perencanaan sistem pengolahan air limbah ini akan diterapkan pada
Kecamatan Kalasan. Kalasan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.Kecamatan Kalasan berada di
sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman. Lokasi ibu kota kecamatan
Kalasan berada di 7.770077‘ LS dan 110.46701‘ BT. Kecamatan Kalasan
mempunyai luas wilayah 3.579,05 Ha. Kecamatan Kalasan berada di dataran
rendah. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 144 meter di atas
permukaan laut. Kecamatan Kalasan beriklim seperti layaknya daerah dataran
rendah di daerah tropis. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Kalasan
adalah 36 °C dengan suhu terendah 33 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan
Kalasan berupa tanah yang datar sampai berombak. Kecamatan Kalasan terbagi
dalam 4 desa, 80 dusun. Dari data monografi Kecamatan tercatat 14.106 orang
atau 24,74 % penduduk Kecamatan Kalasan bekerja di sektor pertanian.
Wilayah administrasi daerah perencanaan dapat dilihat pada gambar 2.1.
Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk perdesa Kecamatan Kalasan tahun
2015 (Sumber : Kecamatan Kalasan Dalam Angka 2016)
Tahun Jumlah
Penduduk
2015 79554
2014 78251
2013 76768
2012 78171
2011 77625
2010 76158
2009 74450
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kalasan
1 Purwomartani 21 59 205
2 Tirtomartani 17 39 133
3 Tamanmartani 22 47 126
4 Selomartani 20 45 102
3 SMA/SMK 6
4 Masjid 150
5 Mushola 108
6 Gereja Katholik 5
7 Gereja Kristen 4
8 Pura 1
9 Vihara -
10 Pasar 6
11 Pertokoan 711
12 Warung 1182
14 Hotel 6
15 Kolam Renang 2
16 Posyandu 102
17 Puskesmas 1
18 Rumah Bersalin 16
19 Apotek 18
Tabel 2.6 Fasilitas prasarana kota di
Kecamatan Kalasan tahun 2015
Sumber : Kecamatan Kalasan Dalam Angka 2016
Jumlah
Tahun
Penduduk
2005 57106
2006 59859
2007 66962
2008 68006
2009 74450
2010 76158
2011 77625
2012 78171
2013 80681
2014 83372
2015 84150
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kecamatan Kalasan (Sumber: BPS Sleman)
𝑃05 − 𝑃15
𝐾𝑎 =
2005 − 2015
57106 − 84150
𝐾𝑎 = = 1617
2005 − 2015
Keterangan :
2,96%
𝑟= = 2,07 %
10
Contoh perhitungan :
𝑃𝑜 = 𝑃𝑛 − 𝐾𝑎(𝑇𝑎 − 𝑇𝑜)
𝑃05 = 𝑃15 − 1617 (15 − 05)
Proyeksi
Tahun
Penduduk
2005 67983
2006 69600
2007 71217
2008 72833
2009 74450
2010 76067
2011 77683
2012 79300
2013 80917
2014 82533
2015 84150
Tabel 2.8 Proyeksi Mundur Metode Aritmatik
Pertumbuhan Proyeksi
Jumlah Penduduk Tahun
Tahun Penduduk Xi-X (Xi-X)^2
Penduduk ke-
Jiwa Angka (Xi)
2005 57106 0 0.00% -10 67983 -11316.7 128066944
2006 59859 2753 4.60% -9 69600 -9700 94090000
2007 66962 7103 10.61% -8 71217 -8083.33 65340277.8
2008 68006 1044 1.54% -7 72833 -6466.67 41817777.8
2009 74450 6444 8.66% -6 74450 -4850 23522500
2010 76158 1708 2.24% -5 76067 -3233.33 10454444.4
2011 77625 1467 1.89% -4 77683 -1616.67 2613611.11
2012 78171 546 0.70% -3 79300 0 0
2013 80681 2510 3.11% -2 80917 1616.667 2613611.11
2014 83372 2691 3.23% -1 82533 3233.333 10454444.4
2015 84150 778 0.92% 0 84150 4850 23522500
Jumlah 554607 20.75% 555100 402496111
Tabel 2.9 Perhitungan Standar Deviasi Metode Aritmatik
Contoh perhitungan :
2
√∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅) 402496111
𝑆𝐷 = =√ = 6049
𝑛 11
B. Metode Geometri
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜(1 + 𝑟)𝑛
Proyeksi
Tahun
Penduduk
2005 68527
2006 69949
2007 71400
2008 72882
2009 74394
2010 75938
2011 77513
2012 79122
2013 80764
2014 82439
2015 84150
Tabel 2.10 Proyeksi Mundur Metode Geometri
Pertumbuhan Proyeksi
Jumlah Penduduk Tahun
Tahun Penduduk Xi-X (Xi-X)^2
Penduduk ke-
Jiwa Angka (Xi)
2005 57106 0 0.00% -10 68527 -10662 113670871
2006 59859 2753 4.60% -9 69949 -9240 85372737
2007 66962 7103 10.61% -8 71400 -7788 60657850
2008 68006 1044 1.54% -7 72882 -6307 39775429
2009 74450 6444 8.66% -6 74394 -4794 22987195
2010 76158 1708 2.24% -5 75938 -3251 10567940
2011 77625 1467 1.89% -4 77513 -1675 2806116
2012 78171 546 0.70% -3 79122 -67 4457
2013 80681 2510 3.11% -2 80764 1575 2480618
2014 83372 2691 3.23% -1 82439 3251 10567848
2015 84150 778 0.92% 0 84150 4961 24615695
Jumlah 554607 20.75% 554320 373506755
Tabel 2.11 Perhitungan Standar Deviasi Metode Geometri
2
√∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅) 373506755
𝑆𝐷 = =√ = 5827
𝑛 11
C. Metode Eksponensial
Contoh perhitungan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜. 𝑒 𝑟.𝑛
𝑃15 84150
𝑃05 = 𝑟.𝑛
= 2.07%∗10 = 68382
𝑒 𝑒
Proyeksi
Tahun
Penduduk
2005 68382
2006 69815
2007 71279
2008 72774
2009 74299
2010 75857
2011 77448
2012 79071
2013 80729
2014 82422
2015 84150
Tabel 2.12 Proyeksi Mundur Metode Eksponensial
Pertumbuhan Proyeksi
Jumlah Penduduk Tahun
Tahun Penduduk Xi-X (Xi-X)^2
Penduduk ke-
Jiwa Angka (Xi)
2005 57106 0 0.00% -10 68382 -10758 115733923
2006 59859 2753 4.60% -9 69815 -9324 86941557
2007 66962 7103 10.61% -8 71279 -7860 61786845
2008 68006 1044 1.54% -7 72774 -6366 40525772
2009 74450 6444 8.66% -6 74299 -4840 23427307
2010 76158 1708 2.24% -5 75857 -3282 10773993
2011 77625 1467 1.89% -4 77448 -1692 2862574
2012 78171 546 0.70% -3 79071 -68 4638
2013 80681 2510 3.11% -2 80729 1590 2527299
2014 83372 2691 3.23% -1 82422 3282 10773897
2015 84150 778 0.92% 0 84150 5010 25104741
Jumlah 554607 20.75% 553977 380462546
Tabel 2.13 Perhitungan Standar Deviasi Metode Eksponensial
2
√∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅) 380462546
𝑆𝐷 = =√ = 5881
𝑛 11
Tahun Jumlah
Tahun Ke- Penduduk XY X2
(X) (Y)
2005 1 57106 57106 1
2006 2 59859 119718 4
2007 3 66962 200886 9
2008 4 68006 272024 16
2009 5 74450 372250 25
2010 6 76158 456948 36
2011 7 77625 543375 49
2012 8 78171 625368 64
2013 9 80681 726129 81
2014 10 83372 833720 100
2015 11 84150 925650 121
Jumlah 56 554607 4483440 476
Tabel 2.14 Perhitungan Persamaan Least Square
∑ 𝑌−𝑏 ∑ 𝑋 554607−(2672.1×56)
𝑎= = = 57289
𝑛 11
Jumlah Proyeksi
Tahun
Tahun Penduduk Penduduk Xi-X (Xi-X)^2
Ke-
(Y) (Xi)
2005 -10 57106 30568 -18705 349865802
2006 -9 59859 33240 -16033 257044263
2007 -8 66962 35912 -13361 178502960
2008 -7 68006 38584 -10688 114241895
2009 -6 74450 41256 -8016 64261066
2
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅) 1099578235
𝑆𝐷 = √ =√ = 9998
𝑛 11
Proyeksi Mundur
Jumlah Tahun
Tahun Least
Penduduk Ke-
Aritmatik Geometrik eksponensial Square
2005 57106 -10 67983 68527 68382 30568
2006 59859 -9 69600 69949 69815 33240
2007 66962 -8 71217 71400 71279 35912
2008 68006 -7 72833 72882 72774 38584
2009 74450 -6 74450 74394 74299 41256
2010 76158 -5 76067 75938 75857 43929
2011 77625 -4 77683 77513 77448 46601
2012 78171 -3 79300 79122 79071 49273
2013 80681 -2 80917 80764 80729 51945
2014 83372 -1 82533 82439 82422 54617
2015 84150 0 84150 84150 84150 57289
Standar Deviasi 6049 5827 5881 9998
Tabel 2.16 Perbandingan Hasil Proyeksi Mundur
1 2016 100191
2 2017 118200
3 2018 138172
4 2019 160041
5 2020 183677
6 2021 208876
7 2022 235362
8 2023 262782
9 2024 290714
10 2025 318675
11 2026 346132
12 2027 372518
13 2028 397251
14 2029 419754
15 2030 439477
16 2031 455920
17 2032 468655
18 2033 477343
19 2034 481746
20 2035 481746
Tabel 2.17 Proyeksi Maju dengan Metode Geometrik
300000
250000
200000
150000 Pertumbuhan Penduduk
100000
50000
0
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
dari air bersih yang digunakan pada rumah-rumah penduduk, sedangkan non
domestik dari fasilitas sarana umum yang ada di daerah perencanaan.
Berikut merupakan debit air limbah domestic dan debit air limbah non
domestic.
Debit
Jenis Limbah Kumulatif
Limbah (m3/s)
Domestik 0.331
Non Domestik 0.02976
Total 0.361
Tabel 2.21 Debit Kumulatif Limbah Tahun 2035
Konsentrasi
NO Karakteristik Air Limbah
(mg/L)
Kualitas
Debit Beban
Effluent
No Parameter Satuan Kumulatif Pengolahan
Medium
(l/s) (mg/s)
Strenght
1 TSS mg/l 210 361 75810
2 BOD mg/l 190 361 68590
3 COD mg/l 430 361 155230
Minyak &
4 Lemak mg/l 90 361 32490
5 Ammonia mg/l 25 361 9025
Tabel 2.24 Beban Pengolahan
Beban Pengolahan dihitung berdasarkan debit dan kualitas effluent yang ada.
Beban Pengolahan dihitungan cara sebagai berikut:
Beban pengolahan = Debit Kumulatif x Kualitas Influent
= 361 l/s x 210 mg/l
=75810 mg/s
BAB III
KRITERIA DESAIN
3.1 Kriteria Perencanaan Sewerage
A. Kependudukan
a) Proyeksi Kependudukan
Proyeksi kependudukan dapat dilakukan dengan beberapa
tahap, yaitu :
1. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.
2. Tentukan nilai persentase pertambahan penduduk per tahun (r).
3. Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun
perencanaan dengan menggunakan salah satu metode arithmatik,
geometrik, dan least squre;
Pn Po + Ka (Tn – To)
𝑃𝑛 𝑃0 + 𝐾𝑎 (𝑇𝑛 − 𝑇0 )
𝑃𝑎 − 𝑃1
𝐾𝑎 =
𝑇2 − 𝑇1
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun dasar;
Po = tahun ke n;
Tn = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik;
Metode Geometrik
𝑃𝑛 = 𝑃0 (1 + 𝑟)𝑛
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
r = laju pertumbuhan penduduk;
n = jumlah interval tahun.
Ŷ = 𝑎 + 𝑏𝑋
Dimana :
Ŷ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi;
X = variabel independen;
a = konstanta;
b = koefisien arah regresi linear.
Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:
∑ 𝑌. ∑ 𝑋2 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑎= 2
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)
𝑛. ∑ 𝑋. 𝑌 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑏= 2
𝑛. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a
dapat ditentukan dengan persamaan lain, yaitu:
a=Y−bX
2
√ ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)
𝑠= 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 = 20
𝑛
Dimana :
s = standar deviasi;
Xi = variabel independen X (jumlah penduduk);
Ẋ = rata-rata X;
n = jumlah data;
Metode perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat
adalah metoda yang memberikan harga standar deviasi terkecil.
b) Demografi Kependudukan
a. Hitung mundur jumlah penduduk per tahun untuk tahun-
tahun sebelumnya dengan menggunakan metoda aritmatik,
geometric dan least square dengan menggunakan data jumlah
penduduk tahun terakhir;
b. Hitung standar deviasi masing-masing hasil perhitungan
mundur tersebut terhadap data penduduk eksisting, nilai
Pipa SR 6
Pipa Lateral 4–6
Pipa Cabang 3
Pipa Induk 2,5
Tabel 3.2
Pipa Pembawa Trunk atau Outfall 2
Faktor Puncak
Praktis
qP = fp qR
dimana :
fP = 5/P0,167
QP = qp + qi
d. Debit Infiltrasi
qi = 10% q
b) Desain Hidrolika
Dibuat dalam lembar perhitungan tersendiri, dengan berbagai
keluaran seperti diameter, kemiringan, kecepatan, elevasi invertsaluran
dan manhole.
1. Kecepatan dan kemiringan pipa
a. Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengop
erasiannya diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan
daya pembilasan sendiri (tractive force) guna mengurangi
gangguan endapan di dasar pipa;
b. Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai bahan pipa
Koefisien Kekasaran
No. Jenis Saluran
Manning (n)
Pipa Besi Tanpa Lapisan 0,012 – 0,015
1 Dengan Lapisan Semen 0,012 – 0,013
Dengan Lapisan Gelas 0,011 – 0,017
2 Pipa Asbestos Semen 0,010 – 0,015
3 Saluran Pasangan Batu Bata 0,012 – 0,017
4 Pipa Beton 0,012 – 0,016
5 Pipa Baja Spiral & Pipa Kelingan 0,013 – 0,017
6 Pipa Plastik Halus (PVC) 0,002 – 0,012
7 Pipa Tanah Liat 0,011 – 0,015
Tabel 3.3. Koefisien Kekasaran Pipa
3. Hidrolika Pipa
a. Metode atau formula desain pipa full flow yang digunakan d
alam pedoman ini adalah Manning.
b. Ada 4 (empat) parameter utama dalam mendesain pipa full-
flow, yaitu debit, QF (m3/s), VF (m/s), kemiringan S (m/m),
dan diameter (mm). Dapat digunakan nomogram untuk
berbagai koefisien manning atau grafik elemen hidrolis
untuk saluran circular.
a) Umur ekonomis
b) Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
c) Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
d) Koefisiensi kekasaran (hidrolik)e.Kemudahan transpor dan handl
-ing
e) Kekuatan struktur
f) Biaya suplai, transpor dan pemasangan
g) Ketersediaan di lapangan
h) Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
i) Kekedapan dinding
j) Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah
adalah Vitrified Clay(VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced
Concrete (RC), Stell, Cast Iron, High Density Poly Ethylene
(HDPE), Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC) dan Glass
Reinforced Plastic (GRP).
1. Lokasi Manhole
a. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung
diameter saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang
peralatan pembersih yang akan dipakai.
b. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter,dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal.
c. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan(intersection)
dengan pipa atau bangunan lain
2. Klasifikasi manhole
a. Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
b. Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
c. Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Khusus ’MH dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa
dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Manhole Khusus
a. Junction chamber
b. Drop manhole
c. Flushing manhole
d. Pumping manhole
3. Eksentrisitas
a. Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya
6. Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari
betonberbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar
setengah bundar menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar.
Ketinggian saluran dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan
diberi benching kekanan/kiri dengan kemiringan 1 : 6 hingga
mencapai dinding manhole.
b) Bangunan Penggelontor
1. Aplikasi
Di setiap garis pipa di mana kecepatan self-cleaning tidak
tercapai
akibatlandainya kemiringan tanah/pipa atau kurangnya kapasitas alira
n. Ini bisa dilihat pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
2. Cara Penggelontoran
a. Dengan periode Waktu Tetap
- Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di
mana pada saat itu kedalaman renang air limbah tidak cukup
untuk membersihkan tinja/ endapan-endapan.
- Cara ini dapat memakai air sungai terdekat, dipilih airnya yang
cukup bersih, debit penggelontorannya dimasukkan ke dalam
perhitungan dimensi pipa.
- Bila menggunakan tangki gelontor Dioperasikan secara otomatis-
Pelaksanaan cara ini pada tengah malam, dimana bangunan
penggelontor dengan peralatan syphon diatur pada kran pengatur,
tepat penuh mengisi bak penggelontor sesuai jadwal waktu periodik
penggelontoran tiap harinya.Kapasitas tangki minimal 1 m3 dan/atau
10 % dari kapasitas pipa yang disuplai sesuai dengan kebutuhan.
b. Periode Waktu Insidentil
- Dipilih cara ini jika ujung atas (awal) pipa lateral tidak dilengkapi
dengan bangunan penggelontor, biasanya dari kran kebakaran
terdekat dapat diambil airnya dengan selang karet, dimasukkan
ke dalam bangunan perlengkapan pipa terminal cleanout, dengan
debit 15 liter/detik, selama (5 -15) menit. Bila tidak ada kran
kebakaran dapat digunakan tangki air bersih.
- Alternatif lain adalah dengan pintu-pintu pada pipa air limbah
2. Lokasi
Di ujung saluran, terutama pada pipa lateral yang pendek dengan
jarak dari manhole < 50 m.
d) Stasiun Pompa
1. Aplikasi
a. Sebagai lift station, dipasang pada setiap jarak tertentu pada sistem
perpipaan yang sudah cukup dalam.
b. Sebagai booster station, untuk penyaluran yang tidak memerlukan
pengaliran secara gravitasi. Misal dari zona rendah ke zona yang
lebih tinggi atau pada conveyance sewer ke instalasi. Di sini dapat
digunakan manhole pompa.
2. Kriteria Lokasi
a. Tidak banjir dan mudah menerima air limbah secara gravitasi
b. Dapat memompa air limbah hingga ke elevasi yang direncanakan
c. Dapat memompa seluruh air limbah, meskipun dalam keadaan
darurat
d. Fleksibel, dan kompak
e. Biaya investasi dan pemeliharaannya rendah
f. Desain pompa harus dapat mengikuti fluktuasi debit
g. Bahan yang dipilih tidak mudah korosi oleh air limbah
h. Sedikit mungkin adanya pengaruh bising pada masyarakat sekitarnya
i. Kebutuhan space tidak banyak
j. Tidak membutuhkan keahlian tinggi
3. Komponen Station Pompa
a. Rumah pompa (termasuk pondasi)
b. Pompa
c. Mesin penggerak atau motor
d. Ruang pompa atau dry well
1
Q A.R. 2 / 3.S 1 / 2
n
b. y hL
R S
b 2y L
Dimana :
Q = Debit air buangan, (m3/dt)
A = Luas penampang saluran, (m2)
R = Jari-jari hidrolis saluran, (m)
S = Slope saluran, (m/m)
n = Konstanta manning
b = Lebar saluran, (m)
y = Kedalman air, (m)
HL = Kehilangan takanan, (m)
L = Panjang saluran,(m)
Agar tidak terjadi pengendapan, maka direkomendasikan aliran air buangan
mempunyai kecepatan minimum 0,6 m/dt dan maksimum 3,0 m/dt (Qasim,
1985).
Pompa yang digunakan adalah jenis pompa Screw pump. Pompa ini
didasarkan pada prinsip dimana batang besi yang berputar , disesuaikan
dengan satu, dua, atau lebih helical blade yang berputar dengan kemiringan
tertentu yang akan mendorong air buangan naik ke atas.
Keuntungan pompa ini bila dibandingkan dengan jenis lainnya :
1. Pompa ini dapat memompa padatan yang besar tanpa dikhawatirkan
akan terjadi penyumbatan.
2. Pompa ini dapat beroperasi pada kecepatan yang konstan dengan variasi
debit yang besar dan memiliki efisiensi yang cukup baik.
Kriteria desain screw pump :
Tabel 3.2 Faktor Desain Bar Screen antara Pembersih Manual dan
Mekanis
Parameter Pembersihan Manual Pembersiha Mekanik
- Lebar (mm) 5 – 15 5 – 15
- Kedalaman (mm)
25 – 50 50 – 75
Sewage solids 1,01-1,2 1-80 0,2-0,4 0,01-12 0,01-2 ≤ 0,3 ≤0,02 ≤0,005
(Sumber : Elwyn E.Seelye. “ Design” 3rd. john Willey and Sons. Inc. New York)
pengendapan pertama dalam pengolahan air limbah adalah klarifikasi dan penebalan
lumpur. Fungsi utama bak pengendap I adalah mengendapkan partikel discrete.
Rectangular
Kedalaman = 3-6m
Circular
50-70 60
125-
250
500
Sumber : Metcalf dan Eddy, 2003
a) Kolam Anaerobik
Kolam anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organik
(BOD) dan padatan tersuspensi (SS) dengan cara anaerobik atau tanpa oksigen.
Langkah awal pada proses biologi adalah proses anaerobik yang dilakukan
pada kolam stabilisasi baik yang berupa aerobik maupun yang berjalan secara
anaerobik pada proses ini akan menghilangkan bau dan memudahkan
penghancuran serta menghilangkan jumlah mikroorganisme. Mikroorganisme
anaerobik mengubah senyawa anaerob dalam air limbah menjadi gas CO2, H2S,
dan CH4 yang akan menguap ke udara; sementara berbagai padatan dalam air
b) Kolam Fakultatif
jauh lebih tinggi daripada kolam fakultatif (Curtis et al., 1994, Varón, 2003;
Lani Puspita et al, 2005).
- Gravity Thickening
Proses dalam gravity thickening ini sama dengan bak pengendap
konvensional, pada umumnya berbentuk bulat. Inlet lumpur dalam proses ini
berada di tengah reaktor yang memberikan kemungkinan pengendapan
lumpur yang kompak, sedangkan outlet lumpur berada di dasar reaktor.
Dalam reaktor gravity thickener, akan terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan
jernih di bagian atas, zona sedimentasi di bagian tengah dan zona thickening
di bagian bawah. Keuntungan gravity thickener adalah dapat
mengkonsentrasikan lumpur dari empat sampai enam kali dari lumpur
influen, biaya operasional dan pemeliharaannya lebih murah. (Qasim, 1985).
- Flotation Thickener
Floatation thickener efektif digunakan untuk pengolahan lumpur dari
sistem lumpur aktif. Penyisihan suspended solid dalam proses ini dilakukan
dengan pemberian tekanan tinggi, sehingga material padat tersebut akan
Keterangan :
1. Saluran Pembawa
2. Screen
3. Sumur Pengumpul
4. Grit Chamber
5. Kolam anaerob
6. Kolam Fakultatif
7. Kolam Maturasi
8. Sludge Thickener
9. Sludge Digester
10. Sludge Drying Bed
Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan IPAL
Evaluasi IPAL ini akan didasarkan pada besarnya persentase removal dan
perbandingan kualitas effluent dengan baku mutu yang di izinkan Air buangan
yang telah diolah akan dimanfaatkan untuk pertanian dengan mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air kualitas IV.
PermenLHK
Parameter MS Satuan
68/2016
TSS 210 30 Mg/liter
COD 430 100 Mg/liter
BOD 190 30 Mg/liter
Total
1000000 3000 Jumlah/100ml
Coliform
Berikut analisa perhitungan presentase removal berdasarkan analisa kualitas dan berdasarkan beban pengolahan dari air limbah :
BAB IV
PERENCANAAN IPAL
4.1 Perencanaan Screen
Screen adalah unit yang digunakan untuk menahan padatan besar yang
kemungkinan ada di air limbah. Bangunan ini diletakkan diawal agar pengolahan air
limbah lanjutan berjalan dengan baik.
Deskripsi Simbol Volume Unit Catatan
Influen
Rata-rata Qav 48819 m3/d
0,57 m3/s
Puncak Qp 31175 m3/d
0,36 m3/s
Screennings (kotoran) Scr 15 x10^-6 m3/m3 Scr= (10-20) 10^-6 m3/m3
Scr 0,732285 m3/d Scr= Scr. Qav
Kecepatan
Approach (di saluran) Va 0,3 m/s Va= (0.3-0.5) m/s
Screen chamber
Kedalaman
Jagaan F 0,5 m
air h 1,3 m
total H 1,8 m
Lebar Wc1 925 mm Wc1=[(Qp/Vap)/h]
Wc2 950 mm Wc2=n t + (n + 1) S
h/Wc2 1,4 h/Wc = 1.5
Luas Cross Section Ac 1,235 m2 Ac= h Wc2
Panjang L 2 m
Bar screen
jarak bersih bukaan S 50 mm (20-50) mm
Jumlah bar n 14,6 unit bar n = (Wc-S)/(S+t)
15 unit bar
Tebal bar t 10 mm (10-15) mm
100% clear
Jarak bersih bukaan Ws= (Wc-nt)/1000 =
Total Ws 0,8 m (n+1)s/1000
Kemiringan 45 (45-70)
Panjang rendaman Ls 1,857142857 m Ls=h/sin
Luas rendaman As 1,485714286 m2 As= Ls.Ws
Cek Kecepatan Va 0,3 m/s Va= Qp/Ac
1. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses
treatment.
2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock
loading pada sistem pengolahan biologi.
3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.
Limbah
Debit Debit
Waktu rata- Akumulasi Kurang/Lebih
No. Masuk Keluar
(jam) rata (m3/jam) Debit (m3/jam)
(m3/jam) (m3/jam)
(%)
1 00-01 1 12,99 12,99 54,12 -41,13341667
2 01--02 1 12,99 25,98 54,12 -41,13341667
3 02--03 1 12,99 38,97 54,12 -41,13341667
4 03--04 2 25,98 64,95 54,12 -28,14391667
5 04--05 3 38,97 103,92 54,12 -15,15441667
6 05--06 5 64,95 168,86 54,12 10,82458333
7 06--07 7 90,93 259,79 54,12 36,80358333
8 07--08 8 103,92 363,71 54,12 49,79308333
9 08--09 8 103,92 467,62 54,12 49,79308333
10 09--10 8 103,92 571,54 54,12 49,79308333
11 10--11 5 64,95 636,49 54,12 10,82458333
12 11--12 5 64,95 701,43 54,12 10,82458333
13 12--13 6 77,94 779,37 54,12 23,81408333
14 13-14 6 77,94 857,31 54,12 23,81408333
15 14-15 5 64,95 922,25 54,12 10,82458333
16 15-16 5 64,95 987,20 54,12 10,82458333
17 16-17 5 64,95 1052,15 54,12 10,82458333
18 17-18 4 51,96 1104,11 54,12 -2,164916667
19 18-19 4 51,96 1156,07 54,12 -2,164916667
20 19-20 4 51,96 1208,02 54,12 -2,164916667
21 20-21 3 38,97 1246,99 54,12 -15,15441667
22 21-22 2 25,98 1272,97 54,12 -28,14391667
23 22-23 1 12,99 1285,96 54,12 -41,13341667
24 23-00 1 12,99 1298,95 54,12 -41,13341667
Tinggi h 0,64 m
Kecepatan pengendapan
partikel minimum vs 0,044 m/s
Volume bak V 21,6 m3
Luas Across 1,80 m2
Luas Permukaan Asurface 8,2 m2
Kedalaman air hair 3 m
freeboard fb 0,3 m
Lebar L 2 m
Panjang P 5 m
jari-jari hidrolis R 0,6 m
Bilangan reynold Nre 1406 OK, <2000
Kecepatan Snouring Vsc 0,3 OK, vsc>vh
Volume pasir yang
diendapkan V 0,93525 m3/hari
waktu pengurasan t 3 hari
Volume bak pasir V 2,8 m3
tinggi bak pasir h 1 m
Luas bak pasi A 2,8 m2
Lebar bak pasir L 1,7 m
Se/So 0,05
K 6,2 k = 0.3(1.05)^T-20, T=25 C
waktu detensi (td) 3 hari td= (1-se/so)/(se/so*td)
Jumlah Kolam 4 kolam
Debit (Q) 31175 m3/hari
debit tia kolam 7793,75 m3/hari
Volume 23866,7 m3
Kedalaman (H) 1 m
Luas total (A) 23867 m2
Dimensi
Luas 1 (A1) 6364 m2 A:A1 = 2:1
panjang permukaan atas (a) 113 m P = 2l
lebar permukaan atas (b) 56 m
Luas 2 (A2) 5728 m2 A1:A2 = 1:0.15
panjang permukaan atas (a) 107 m P = 2l
lebar permukaan atas (b) 54 m
Vol= 1/3 x t x
Cek Volume 24174 m3 (A1 + A2 +( ))
Diameter d 5,55 m
As Cek 24,17 m2 ¼ π D2
Kedalaman
h 1,0 m
Rencana
Kedalaman di tengah bak dengan kemiringan 1 : 5
Kedalaman 1,55 m h + (½D × 1/5)
Kedalaman Total
2,00 m
Renncana
Freeboard fb 0,45 m
Volume Thickener V 48,33 m3 v = As x h
Cek Sludge
Volume Ratio 1,69 hari 0,5 - 3 hari
(SVR)
SS 1,67 1/SS = SS
1/S 0,9740 (Kadar Solid/SS) + (Kadar Air/SV)
S 1,0 1/S = S
Volume Lumpur
Vb 47,08 m3/hari
sebelum didigest
Kriteria Lumpur Pada Digest
1/SS 0,70
SS 1,43 1/SS = SS
1/S 0,97
S 1,0 1/S = S
mass solid setelah
Volume Digested
VDS 7,50 m3/hari digestion/densitas air x S x kadar
Sludge
air
Persen Reduksi
Lumpur setelah 84 %
digestion
Vf 47,08 Vf = Vb
Vd 39,58 Vf = Vb - Vds
Txt 800 Grafik Mtcalf
derajat
t 25 Asumsi
C
tg 32 hari
Volume Digester V 1346,44 m3 (Vf - 2/3 (Vf - Vd)) × tg
Dimensi
V tiap tangki V 448,81 m3 V = V.Digester/2
Bentuk Circular
Kedalaman
h 5 m
rencana
A Surface A 89,76 m2 A = V/h
Diameter d 10,69 m
A= PXL
Lebar L 6,7 m
89.76 = 2 X L x L
Panjang P 13,4 m P = 2L
BAB V
BOQ RAB
5.1 BOQ (Bill of Quantity)
Tabel 5.1 Pekerjaan Galian Tanah
Galian Tanah
Unit Jumlah
Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) Volume (m3)
Bar Screen 1 2 0,9 1,8 3,24
Bak Ekualisasi 1 15 7 2,8 294,00
Grease Trap 2 9 9 3 243,00
Grit Chamber 1 2,1 0,7 3,2 4,70
Trapesium dengan
1 5 20723,54
Kolam Anerobik a=66,b=33,c=63 dan d=31
Trapesium dengan
2 2 468153,89
Kolam Fakultatif a=263,b=132,c=220 dan d=110
Trapesium dengan
Kolam Maturasi 2 1 96694,90
a=113,b=56,c=107 dan d=54
Lingkaran D = 5
2 48,33
Sludge Thickener 1 m
Lingkaran D =
5 448,81
Sludge Digester 2 10.7 m
Sludge Drying Bed 4 20 10 0,58 116,00
TOTAL VOLUME GALIAN TANAH (m3) 586730,41
Volume Beton
Perencanaan Setelah di-Beton (m3)
Unit Jumlah
Panjang Lebar Tinggi Volume1 Panjang Lebar Tinggi Volume
(m) (m) (m) (m3) (m) (m) (m) (m3) (V2 - V1)
Bar Screen 1 2 0,9 1,8 3,2 2,2 1,1 2 4,84 1,60
Bak Ekualisasi 1 15 7 3,8 399,0 15,2 7,2 4 437,76 38,76
Grease Trap 2 9 9 4 648,0 9,2 9,2 4,2 710,98 62,98
Grit Chamber 1 2,1 0,7 4,2 6,2 2,3 0,9 4,4 9,11 2,93
Trapesium dengan Trapesium dengan
Kolam 2 a=66,b=33,c=63 dan 5 a=66,b=33,c=63 dan 5,2 20723,54 0,0
Anaerobik d=31 20723,5 d=31
Trapesium dengan Trapesium dengan
Kolam 4 a=263,b=132,c=220 2 a=263,b=132,c=220 2,2 468153,89 0,0
Fakultatif dan d=110 468153,9 dan d=110
Trapesium dengan Trapesium dengan
Kolam 4 a=113,b=56,c=107 1 a=113,b=56,c=107 1,2 96694,90 0,0
Maturasi dan d=54 96694,9 dan d=54
Sludge Lingkaran D = 5,2
1 Lingkaran D = 5 m 2 2,2 186,79 138,46
Thickener 48,3 m
Sludge Lingkaran D = 10,9
2 Lingkaran D = 10.7 m 5 5,2 3879,86 3431,05
Digester 448,8 m
Sludge Drying
4 20 10 0,58 20,1 10,1 0,68 552,19 88,19
Bed 464,0
TOTAL VOLUME BETON (m3) 3763,97
Fatimah Nurul Izaty
14513050
74
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Lapisan
Luas Alas Sisi 1 Sisi 2 Luas 1 Kebutuhan Geomembran Kebutuhan Kebutuhan Pembulatan
Unit (m2) (m2) (m2) kolam (m2) (m2) tersedia (m2) (buah) (buah)
Kolam Anerobik 2178 2172 1974 6324,275 6324,275 980 6,453341837 7
Kolam Fakultatif 34716 34604 24223 93542,98134 187085,9627 980 190,9040436 191
Kolam Maturasi 6328 6364 5728 18420,4486 18420,4486 980 18,79637612 19
Luas Total (m2) 211830,6863 217